(HIPERBILIRUBIN NEONATUS)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas sebagai syarat untuk menempuh stase anak
Disusun oleh :
Ahmad Abdul Majid
1490116015
A. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah warna kuning pada bayi yang ditandai pada kulit,
mukosa akibat akumulasi bilirubin dan diberi istilah jaundice atau ikterus (Bobak,
2004). Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern icterus kalau
tidak ditanggani dengan baik atau mempunyai hubungan dangan keadaan yang
patologis. Brown menetapkan hiperbilirubin bila kadar bilirubin mencapai 12 mg%
pada cukup bulan dan 15 mg% pada bayi kurang bulan (Harison, et all, 2000).
B. ETIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan
sebagai berikut;
1. Polychetemia (Peningkatan jumlah sel darah merah)
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu
(atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice
ASI
9. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan
albumin; lahir prematur, asidosis. (Sumber: IDAI, 2011)
C. MANIFESTASI KLINIK
- Kulit jaundice (kuning)
- Sklera ikterik
- Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dl pada neonatus yang cukup
bulan dan 15 mg% pada neonatus yang kurang bulan.
- Kehilangan berat badan sampai 5% selama 24 jam yang disebabkan oleh
rendahnya intake kalori.
- Asfiksia
- Hipoksia
- Sindrom gangguan nafas
- Pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang membuncit
- Feses berwarna seperti dempul dan pemeriksaan neurologis dapat ditemukan
adanya kejang
- Epistotonus (posisi tubuh bayi melengkung)
- Terjadi pembesaran hati
- Tidak mau minum ASI
- Letargi
D. PATOFISIOLOGI/PATHWAY
Pemajanan langsung
sinar/panas
Suhu tubuh
Pemajanan langsung
sinar/panas
penguapan
Kehilangan volume
cairan berlebih
Hipertermi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Otak
Kern ikterus
Tonus otot kaku
Spasme otot
Refleks isap lemah
Intake
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko defisit
volume cairan
10. Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus
neonatorum serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut.
11. Ultrasonografi, digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic
dengan ekstrahepatic.
12. Biobsy hati, digunakan untuk memastikan terutama untuk pada kasus yang sukar
seperti diagnosa membedakan obstruksi ekstrahepatic dengan intra hepatic selain
itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hepatis dan hepatoma.
13. Radioisotop scan, digunakan untuk membantu membedakan hepatitis dan atresia
billiari.
14. Scanning enzim G6PD untuk menunjukan adanya penurunan bilirubin.
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan hiperbilirubin pada bayi baru lahir menurut Varney (2007), antara
lain :
1. Memenuhi kebutuhan atau nutrisi
a. Beri minum sesuai kebutuhan, karena bayi malas minum, berikan berulangulang, jika tidak mau menghisap dot berikan pakai sendok. Jika tidak dapat
habis berikan melalui sonde.
b. Perhatikan frekuensi buang air besar, mungkin susu tidak cocok (jika bukan
ASI) mungkin perlu ganti susu.
2. Mengenal gejala dini mencegah meningkatnya ikterus
a. Jika bayi terlihat mulai kuning, jemur pada matahari pagi (sekitar pukul 1- 8
selama 30 menit)
b. Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih dibawah7 mg% ulang esok
harinya.
c. Berikan banyak minum
d. Perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya 7 mg% lebih segara hubungi
dokter, bayi perlu terapi
3. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat pengobatan
a. Mengusahakan agar bayi tidak kepanasan atau kedinginan
b. Memelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya
c. Mencegah terjadinya infeksi ( memperhatikan cara bekerja aseptik).
G. DATA FOKUS PENGKAJIAN
1. Anamnese orang tua/keluarga
Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang mengalami
neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO,
incompatibilitas lain golongan darah). Ada sudara yang menderita penyakit
hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter
kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu , ikterus kemungkinan kaena
pengaruh pregnanediol.
2. Riwayat kelahiran
- Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan
merupakn predisposisi terjadinya infeksi
DATA
ETIOLOGI
1.
DS : DO :
- Suhu tubuh
- Kulit tampak
Ikterus
Fototerapi
MASALAH
Hipertermi
kemerahan
2.
DS : DO :
- Kulit tampak
kering
3.
DS : DO :
- BB
tidak
bertambah
- Refleks isap
kurang kuat
4.
DS : DO :
- Terdapat
tanda-tanda
dehidrasi
- Turgor kulit
jelek
- Kulit tampak
kering
Pemajanan langsung
sinar/panas
hipertermi
Hiperbilirubin
Dalam jaringan
ekstravaskular (kulit,
konjuntiva, mukosa, tubuh
lain)
Ikterus
Fototerapi
Kulit kering
Otak
Kern ikterus
Spasme otot
Intake
Fototerapi
Pemajanan langsung
sinar/panas
Peningkatan penguapan
Resiko
Kerusakan
integritas kulit.
Perubahan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
5.
DS :
DO :
-
Klien
menunjukan
gejala
sisa
neurologis
Hiperbilirubin
Dalam jaringan
ekstravaskular (kulit,
konjuntiva, mukosa, tubuh
lain)
Ikterus
Fototerapi
Efek fotoerapi
Resiko injuri
Resiko injuri
Dx Kep
Hipertermi
berhubungan
dengan efek
fototerapi
karena
Pemajanan
langsung
sinar/panas.
Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam hipertermi
dapat teratasi,
denga
n
kriteria hasil:
- Suhu
badan
dalam
batas
normal
-
Intervensi
Obsevasi
suhu badan setiap jam
selama fototerapi
berlangsung.
Kompres
bila
basah suhu
Rasional
Perubahan
suhu
dapat
terjadi
dengan
cepat
akibat pemaparan
sinar yang juga
sebagi
sumber
panas.
Pemajanan yang
merata
dan
bergantian
mengurangi resiko
tidak
efektifnya
pusat suhu badan.
Semakin
lama
pemajanan
semakin
tinggi
kemungkinan
perubahan
suhu
badan.
Pemberian
kompres
meningkat.
2.
Resiko
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan kulit
kering.
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 3x24 jam masalah
teratasi,
dengan kriteria
hasil :
-
Tidak
terjadi
kerusakan
integritas
kulit
3.
Perubahan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
refleks isap
lemah
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 4x24
jam
nutrisi
terpenuhi
sesuai
kebutuhan,
dengan kriteria
hasil :
- Terjadi
peningkata
n BB.
- Tidak
Kolaborasi dengan
dokter bila panas
tidak / sulit turun
Monitor
adanya
kerusakan
integritas kulit
Bersihkan
kulit
bayi dari kotoran
setelah
BAB,
BAK
Pertahankan suhu
lingkungan netral
dan suhu axial
36.5
derajat
Celsius
Lakukan
perubahan posisi
setiap 2 jam.
Jaga
kebersihan
kulit bayi dan
berikan baby oil atau
lotion
pelembab
Jelaskan kepada keluarga tentang
pentingnya
menjaga
kelembaban kulit
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan minum
tepat waktu dan
sesuai ukuran dan
kebutuhan
Berikan informasi
kepada keluarga
tentang kebutuhan
nutrisi
Timbang BB
setiap hari
mengurangi
/
sebagai
media
konduksi
pembuangan panas
Membantu
menurunkan suhu
tubuh.
Deteksi
dini
kerusakan
integritas kulit
Feses dan urine
yang bersifat asam
dapat mengiritasi
kulit
Suhu yang tinggi
menyebabkan kulit
kering
sehingga
kulit mudah pecah
Perubahab posisi
mempertahankan
sirkulasi
yang
adekuat
dan
mencegah
penekanan yang
berlebihan
pada
satu sisi.
mencegah lecet
Agar
keluarga
pahan
tentang
pentingnya
menjaga
kelembaban kulit
Untuk mengetahui
intake pasien
menganti
cairan
dan nutrisi yang
hilang
akibat
terapi sinar
Agar
keluarga
paham
tentang
jumlah
nutrisi
yang di butuhkan
klien
Memantau
perkembangan
kebutuhan nutrisi
terjadi mal
nutrisi.
4.
Resiko defisit
volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
volume
cairan
berlebih
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam kebutuhan
cairan
terpenuhi,
dengan kriteria
hasil :
- Tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi
- Turgor kulit
baik
Kolaborasi dengan
doktermaupun ahli
gizi tentang gizi
yang di butuhkan
5.
Resiko injuri
berhubungan
dengan efek
fototerapi.
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam
tidak
terjadi cedera,
dengan kriteria hasil :
-
Klien tidak
menunjuka n
gejala
sisa
neurologis
dan
berlanjutny
a
komplikasi
phototerapi
.
Agar
dapat
menentukan
makanan
yang
benar-benar sesuai
dengan
kondisi
pasien
mengetahui
kemampuan hisap
bayi
menjamin
keadekuatan intake
mengetahui
kecukupan intake
turgor menurun,
suhu
meningkat
HR
meningkat
adalah tanda-tanda
dehidrasi
mengetahui
kecukupan cairan
dan nutrisi)
Timbang
BB
setiap hari
Pertahankan
proteksi mata dan
genetalia dengan
fiksasi yang
memadai
Chek mata bayi
setiap shift
(drainase dan
iritasi)
Pastikan lampu
dalam kondisi siap
pakai
Observasi tanda
vital klien, tanda
dehidrasi, tanda
hypertermi
kontak langsung
mata dangenetalia
dengan sinar ultra
violet
dalam
jangka
panjang
berakibat fatal
mencegah
keterlambatan
penanganan
Keruakan lampu
(pecah,
strum
meneybar ke box)
dapat
menimbulkan
cedera baru pada
bayi
peningkatan
penguapan akibat
pemaparan panas
terus
menerus
dapat
berakibat
dehidrasi
dan
hypertermi
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama.
Jakarta.
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan Maternal /
Bayi. EGC. Jakarta
Disusun oleh :
AHMAD ABDUL MAJID
1490116015
A. PENGKAJIAN
I.
IDENTITAS
1) Identitas Klien
Nama
: Bayi Ny. Y
Umur
: 4 Hari
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Kp. Pataruman Rt/Rw 03/05, Desa tarogong kec.garut kota
kab.garut.
Dx Media
: Hiperbilirubin Neonatus
Tgl Masuk RS
: 24 September 2016
Tgl Pengkajian : 24 September 2016
No. RM
: 0-05-00-07
2) Identitas Orang Tua
Ayah
Nama
: Tn. H
Umur
: 30 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Pataruman Rt/Rw 03/05, Desa tarogong kec.garut kota
kab.garut
Ibu
Nama
: Ny. Y
Umur
: 25 Tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Alamat
: Kp. Pataruman Rt/Rw 03/05, Desa tarogong kec.garut kota
kab.garut
II.
RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Ibu Klien mengatakan mata anaknya tampak kuning,dan di seluruh permukaan
tubuh (jaundice).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang dengan keluhan seluruh permukaan tubuh tampak kuning.
Kemudian klien di rujuk oleh dokter spesialis anak untuk di bawa ke rumah
sakit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
- Pre Natal Care
Melakukan pemeriksaan kehamilan 11 kali, keluhan selama hamil
hanya mengalami pusing dan mual muntah di trimester pertama kehamilan,
tidak pernah menggunakan obat-obat selain yang di anjurkan oleh tenaga
medis, kenaikan berat badan selama kehamilan yaitu 11Kg, melakukan
imunisasi TT 2 kali.
Natal
Post Natal
Keadaan bayi sehat, BB lahir 3500 gram dan PB 49 cm. Tidak ada cacat
fisik bawaan.
III.
RIWAYAT NUTRISI
1. Pemberian Asi
- Pertama kali disusui : Segera saat setelah melahirkan
- Cara Pemberian
: Setiap kali menangis
- Lama pemberian
: 30-60 menit
2. Pemberian Susu Formula
- Alasan pemberian
:- Jumlah pemberian
:- Cara Pemberian
:3. Pemberian Makanan Tambahan
- Pertama kali diberikan: - Jenis
:IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
: Sakit sedang
2. TTV
TD : RR
: 26x/menit
N : 126x/menit
S
: 37,00C
3. Antropometri
Tinggi Badan : 50 Cm
Berat Badan : 3800 gram
4. Head To Toe
1) Kepala dan rambut : Bentuk kepala oval, warna rambut hitam bersih, benjolan (-),
lesi (-).
2) Muka
Mata : Bentuk simetris antara kiri dan kanan, sklera ikterik, konjungtiva
anemis (-).
Hidung : Tidak ada lesi, mukosa warna merah muda, pernapasan cuping
hidung (-).
Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi belum tumbuh, mulut tampak bersih.
Telinga : Bentuk simetris, tidak ada luka, tampak bersih tidak ada serumen.
3) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada benjolan.
4) Dada
Paru : Pergerakan dada simetris, bunyi paru vesikuler .
Jantung : bunyi jantung I, II irama reguler murni, tidak ada bunyi jantung
tambahan.
5) Abdomen : Bentuk datar lembut, tidak ada massa, tidak ada distensi abdomen,
bising usus (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
17.3
Pria : 14-18
Wanita : 12-16
gr/dl
Leukosit
15,100
4000-10.000
/mm3
Trombosit
136,000
150.000-450.000
/mm3
Hematokrit
48
35-45
Hematologi
Hemoglobin
Golongan Darah
B Rh (+)
Kimia
Bilirubin total
16,82
5-12
Mg/dl
Bilirubin direk
0,60
0.27
Mg/dl
VI.
THERAPI
Fototerapi 3 x 5jam
B. ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
1.
DS : Ibu klien
mengatakan
klien
sedikit
demam
setelah melakukan
fototerapi
DO :
- Suhu tubuh
37,00C
- Akral hangat
2.
DS : DO :
- Kulit tampak
kering
Ikterus
Fototerapi
Pemajanan langsung
sinar/panas
hipertermi
Hiperbilirubin
Dalam jaringan
ekstravaskular (kulit,
konjuntiva, mukosa, tubuh
lain)
Ikterus
Fototerapi
MASALAH
Hipertermi
Resiko
Kerusakan
integritas kulit.
3.
Kulit kering
- Turgor kulit
Fototerapi
jelek
- Klien tampak
Pemajanan langsung
berkeringat
sinar/panas
banyak
setelah
Peningkatan penguapan
melakukan
fototerapi
Kehilangan volume cairan
berlebih
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi karena Pemajanan langsung
sinar/panas
2. Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit kering.
3. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
berlebih
D. INTERVENSI
No
1.
Dx Kep
Hipertermi
berhubungan
dengan efek
fototerapi
karena
Pemajanan
langsung
sinar/panas.
Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam hipertermi
dapat teratasi,
denga
n
kriteria hasil:
- Suhu
badan
dalam
batas
normal
-
Intervensi
Obsevasi
suhu badan setiap jam
selama fototerapi
berlangsung.
Kompres
air -
Rasional
Perubahan
suhu
dapat
terjadi
dengan
cepat
akibat pemaparan
sinar yang juga
sebagi
sumber
panas.
Pemajanan yang
merata
dan
bergantian
mengurangi resiko
tidak
efektifnya
pusat suhu badan.
Semakin
lama
pemajanan
semakin
tinggi
kemungkinan
perubahan
suhu
badan.
Pemberian
2.
Resiko
Kerusakan
integritas
kulit
berhubungan
dengan kulit
kering.
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 3x24 jam masalah
teratasi,
dengan kriteria
hasil :
-
Tidak
terjadi
kerusakan
integritas
kulit
3.
Resiko defisit
volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
volume
cairan
berlebih
Setelah
dilakukan
tindakan
selama 2x24
jam kebutuhan
cairan
terpenuhi,
dengan kriteria
hasil :
- Tidak ada
tanda-tanda
dehidrasi
- Turgor kulit
Kolaborasi dengan
dokter bila panas
tidak / sulit turun
Monitor
adanya
kerusakan
integritas kulit
Bersihkan
kulit
bayi dari kotoran
setelah
BAB,
BAK
Pertahankan suhu
lingkungan netral
dan suhu axial
36.5
derajat
Celsius
Lakukan
perubahan posisi
setiap 2 jam.
Jaga
kebersihan
kulit bayi dan
berikan baby oil atau
lotion
pelembab
Jelaskan kepada keluarga tentang
pentingnya
menjaga
kelembaban kulit
kompres
mengurangi
/
sebagai
media
konduksi
pembuangan panas
Membantu
menurunkan suhu
tubuh.
Deteksi
dini
kerusakan
integritas kulit
Feses dan urine
yang bersifat asam
dapat mengiritasi
kulit
Suhu yang tinggi
menyebabkan kulit
kering
sehingga
kulit mudah pecah
Perubahab posisi
mempertahankan
sirkulasi
yang
adekuat
dan
mencegah
penekanan yang
berlebihan
pada
satu sisi.
mencegah lecet
Agar
keluarga
pahan
tentang
pentingnya
menjaga
kelembaban kulit
mengetahui
kemampuan hisap
bayi
menjamin
keadekuatan intake
mengetahui
kecukupan intake
turgor menurun,
suhu
meningkat
HR
meningkat
adalah tanda-tanda
baik
vital ( suhu, HR )
setiap 4 jam
-
Timbang
setiap hari
BB
dehidrasi
mengetahui
kecukupan cairan
dan nutrisi)
E. IMPLEMENTASI
Tanggal/J
am
No. Dx
Kep
24-09-2016
10.00
10.15
Implementasi
24-09-2016
2
-
10.30
11.00
11.15
11.30
11.40
24-09-2016
09.00
09.30
10.00
10.30
3
-
Paraf
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal No DP
Jumat
Evaluasi
S:
O : S : 36,80C, nangis kuat, gerak aktif.
25-09-2016
08.00
Jumat
25-09-2016
14.00
Kaji TTV
08.30
25-09-2016
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Lakukan personal hygiene
- Tempatkan bayi di tempat hangat
- Observasi TTV dan keadaan
umum
S:O : BB 3900gram, refleks isap baik, BAB (+),
BAB (+).
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di pertahankan
-
Paraf
Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pokok Bahasan
: Merawat Kulit Bayi
Sub Pokok Bahasan
:
a. Pengertian Merawat Kulit Bayi
b. Cara Perawatan Kulit Bayi
Sasaran
: Keluarga Klien
Tempat
: Ruangan Perinatologi RS Guntur
Tanggal/Pukul
: 25 September 2016
Waktu
: 11.40 WIB s/d 12.00 WIB
Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini klien dan keluarga klien mampu mengetahui tentang
pentingnya menjaga kelembaban kulit bayi.
8.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui Merawat Kulit Bayi
c. Mengetahui Cara Perawatan Kulit Bayi
9. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
10. Media
a. Leaflet
11. Materi
Terlampir
12. Proses Penyuluhan
Tahap Kegiatan
Kegiatan Perawat
Pembukaan
(5 menit)
Membuka
kegitan
mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
Kegiatan Klien
dengan
Menjawab salam
Mendengarkan
keterangan penyaji
dan
Isi
akan di sampaikan
Membagikan leaflet
Menjelaskan materi
Memperhatikan
(10 menit)
Penutup
(5 menit)
dan
mendengarkan
Diskusi dan tanya jawab
Memberikan rewards kepada
keluraga
yang
telah
menjawab pertanyaan
Memberikan kesimpulan
Mengucapkan terima kasih
Mengucapkan salam
13. Evaluasi
1. Sebutkan apa saja upaya untuk merawat kulit bayi ?
dan
menjawab pertanyaan
Mendengarkan
Menjawab Salam
MATERI PENYULUHAN
Merawat kulit bayi merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh para
ibu. Hal ini disebabkan oleh kulit bayi yang masih sangat muda dan sensitif yang rentan akan
berbagai unsur penyakit dan berbagai macam gangguan lainnya. Kadang para ibu melupakan
mengenai perawatan bayi ini, karena melihat bahwa kulit bayi yang begitu halus, lembut dan
kelihatan segar, sehingga merasa perawatan kulit bayi tidak diperlukan lagi. Ya, anggapan ini
sangat salah, kulit bayi sangat rentan terkena biang keringat, alergi, ruam, iritasi dsb, oleh
karena itu peran seorang ibu atau orang tua dalam menjaga kesehatan bayi khususnya
mengenai kesehatan kulit sangat diperlukan. Selain itu, penyakit kulit bayi berat (contoh
bersifat patologis) semula berawal dari tidak sehatnya lingkungan dan tidak baiknya
perawatan terhadap kulit bayi.
Menjaga kebersihan kulit bayi dan memberikan baby oil atau lotion pelembab
Hindari gesekan yang merusak kulit bayi, misalnya pakaian yang terlalu sempit.
Kurangin kontak dengan iritasi, seperti tinja dan air seni harus segera dibersihkan, lalu