Oleh :
JOKO AJI PRANOTO, S.Kep
Pembimbing Klinik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart dan Laraia, 2001.
dalam Keliat, 2004). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian,
kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan,dan menarik (Yalom, 1995. dalam
dalam Keliat, 2004). Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok, ketika
anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok (Keliat, 2004).
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling
membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive.
Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara individu,
keluarga,
kelompok,
dan
masyarakat
merupakan
upaya
menyeluruh
dalam
Atas dasar itu, saya melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
(halusinasi) dengan harapan klien dapat mengontrol halusinasinya dan dapat
beraktivitas tanpa ada halusinasi yang mengikutinya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat berespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat
b. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi gambar
c. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart dan Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah ketidak mampuan klien untuk menilai dan berespon terhadap
realita. Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal dan tidak
dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan. Tidak mampu berespon secara
akurat sehingga tampat perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi merupakan respon seseorang terdapat
rangsangan yang tidak nyata (Stuart dan Sundeen, 1998).
2. Penyebab
Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri secara
psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,
marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan
seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang halusinasi yang
dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan)
d. Disorientasi
e.
f.
4. Tipe Halusinasi
a.
Halusinasi pendengaran
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebuah kata atau kalimat yang
bermakna. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, suara biasanya
menyenangkan, menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula ancaman, mengejek, memaki.
b. Halusinasi Penglihatan
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanya sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaranyang mengerikan.
c.
Halusinasi penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan dirasakan
tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penghidung,
penderita merasa mengecap sesuatu.
e.
Halusinasi perabaan
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah kulit
5. Tingkatan Halusinasi
a.
Tingkat I
1) Memberi rasa nyaman
2) Tingkat orientasi sedang
3) Unsur umum halusinasi merupakan suatu kesenangan
b. Tingkat II
Menyalahkan
c.
Tingkat III
1) Mengontrol tingkat kecemasan berat
2) Pengalaman sensorik (Halusinasi) tidak dapat ditolak lagi
d. Tingkat IV
1) Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
2) Klien panik
6. Fase-fase Halusinasi
a.
Fase 1
b. Fase 2
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan fikiran pda timbulnya
kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol
bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinasinya.
c.
Fase 3
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien
mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain
dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase 4
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yang datang, Klien
dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase
psychotic.
e.
Fase 5
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah
yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam
atau seharian bila klien tidak mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan
psikotik berat.
A. TOPIK
Cara Mengontrol Halusinasi Dengan cara menghardik
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi aktivitas kelompok atau simulasi terapi aktivitas
kelompok (TAK) klien dapat meningkatkan kemampuan dalam mempersepsikan
simulasi yang dilakukan sehingga dapat mengontrol halusinasinya.
2 . Tujuan khusus
a. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik..
b. Klien mampu mengongtrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
c. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
d. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.
mengontrol halusinasinya.
C. LANDASAN TEORITIS
Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai relasi
hubungan satu sama lain, saling terkait dan mengikuti norma yang sama. Terapi
aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang dilakukan atas kelompok
penderita bersama-sama dengan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seseorang terapis.
D. KLIEN
1. Karakteristik Klien
- Klien tidak mengalami gangguan kesehatan fisik
- Halusinasi sudah terkontrol
- Klien yang kooperatif
- Adanya riwayat halusinasi
2. Proses Seleksi
Proses seleksi dilakukan selama beberapa hari dengan mengobservasi dan
wawancara di Ruang Merak yang direncanakan mengikuti terapi aktivitas
kelompok (TAK) kemudian dilakukan kontrak apakah klien bersedia atau tidak
untuk ikut serta dalam terapi aktivaas kelompok (TAK).
Adapun klien utama yang bersedia adalah
1) Ny. S
2) Ny. N
5) Ny . d
E. PENGORGANISASIAN
1. Tempat
: Ruang Nuri
Hari
Waktu
Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan menyimpulkan hasil diskusi pada
kelompok terapi diskusi tersebut.
Kontrak waktu
Membantu meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh klien
sebagai peserta TAK.
G. TATA TERTIB
Jika ada peserta yang hendak BAB -BAK dipersilahkan untuk ke toilet dulu
sebelum TAK dimulai.
Jika ada anggota melakukan hal-hal yang sangat mengganggu jalannya TAK,
maka anggota tersebut dikeluarkan dari kegiatan terapi.
Apabila waktu TAK telah habis sesuai dengan kontrak yang telah disepakati,
tapi TAK belum selesai akan diminta persetujuan anggota untuk memperpanjang
waktu sampai TAK selesai.
H. STRATEGI PELAKSANAAN
Orientasi
a. Salam terapeutik
i. Salam terapeutik
ii. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Orientasi
i. Leader menanyakan perasaan klien saat ini
ii. Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu, situasi dan
perasaan
c. Kontrak
i. Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
ii. Menjelaskan aturan main
a. Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada leader
b. Lama kegiata 45 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap keja
a. Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi dan bagaimana hasilnya . Ulangi sampai semua pasien mendapat giliran
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi
pada saat halusinasi muncul
halusinasi muncul
2. Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian klien
3. Kontrak yang akan datang
i. Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang lain
ii. Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
SETTING TEMPAT
Skema Ruang Terapi
Co L
L
Keterangan :
L
Leader
Co L
CoLeader
Observer
Fasilitator
Klien
BAB III
PENUTUP
A. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi,
kemampuan
yang
diharapkan
Nama Klien
Aspek yang dinilai
o
1
halusinasi
Menyebutkan efektivitas
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
Memperagakan cara
adalah klien
menghardik halusinasi
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan, cara
mengatasi halusinasi dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik
halusinasi. Beri tanda jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak
mampu.
II. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sensori.
Klien
mampu
memperagakan
cara
menghardik
DAFTAR PUSTAKA
halusinasi,
anjurkan
klien
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
DirjenYanmed
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas
kelompok. Editor: Monica Ester. Jakarta: EGC
Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi
3. Jakarta : EGC