(ASMA BRONCHIALE)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas sebagai syarat untuk menempuh stase anak
Disusun oleh :
NURAENI
1490116152
A. PENGERTIAN
Asma bronchiale adalah penyakit dari system pernafasan yang meliputi dari jalan
nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antony C, 1997). Asma
bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem dalam keadaan di mana asma
yang paling mungkin. (Arief Mansjoer dkk, 2000).
Asmabronchialadalahsuatupenyakitdengancirimeningkatnyarespontrakea
danbronkusterhadapberbagairangsangandenganmanifestasiadanyapenyempitanjalan
nafasyangluasdanderajatnyadapatberubahubahbaiksecaraspontanmaupunhasildari
pengobatan(TheAmericanThoracicSociety).
B. ETIOLOGI
Adabeberapahalyangmerupakanfaktorpredisposisidanpresipitasitimbulnya
seranganAsmabronkhial.
1. Faktorpredisposisi
Genetik : Dimanayangditurunkanadalahbakatalerginya,meskipunbelumdiketahui
bagaimanacarapenurunannyayangjelas.Penderitadenganpenyakitalergibiasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
denganfoktorpencetus.Selainituhipersentifisitassaluranpernafasannyajugabisa
diturunkan.
2. Faktorpresipitasi
a. Alergen, Dimanaalergendapatdibagimenjadi3jenis,yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Misalnya : debu, bulu
binatang,serbukbunga,sporajamur,bakteridanpolusi.
2) Ingestan,yangmasukmelaluimulut. Misalnya : makanandanobatobatan.
3) Kontaktan,yangmasukmelaluikontakdengankulit. Misalnya : perhiasan,
logamdanjamtangan
b. Perubahancuaca
Cuacalembabdanhawapegununganyangdinginseringmempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
seranganasma.Kadangkadangseranganberhubungandenganmusim,seperti:
musimhujan,musimkemarau,musimbunga.Haliniberhubungandenganarah
anginserbukbungadandebu.
c. Stress
Stress/gangguanemosidapatmenjadipencetusseranganasma,selainitu
jugabisamemperberatseranganasmayangsudahada.Disampinggejalaasma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya.Karenajikastressnyabelumdiatasimakagejalaasmanyabelumbisa
diobati.
d. Lingkungankerja
Mempunyaihubunganlangsungdengansebabterjadinyaseranganasma.
Haliniberkaitandengandimanadiabekerja.Misalnyaorangyangbekerjadi
laboratoriumhewan,industritekstil,pabrikasbes,polisilalulintas.Gejalaini
membaikpadawaktuliburataucuti.
e. Olahraga/aktifitasjasmaniyangberat
Sebagianbesarpenderitaasmaakanmendapatseranganjikamelakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segerasetelahselesaiaktifitastersebut.
C. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis,tapipadasaatseranganpenderitatampakbernafascepatdandalam,gelisah,duduk
denganmenyanggakedepan,sertatanpaototototbantupernafasanbekerjadengankeras.
Gejalaklasikdariasmabronkialiniadalahsesaknafas,mengi(whezing),batuk,
danpadasebagianpenderitaadayangmerasanyerididada.Gejalagejalatersebuttidak
selaludijumpaibersamaan.
Padaseranganasmayanglebihberat,gejalagejalayangtimbulmakinbanyak,
antaralain:silentchest,sianosis,gangguankesadaran,hyperinflasidada,tachicardidan
pernafasancepatdangkal.Seranganasmaseringkaliterjadipadamalamhari.
.
D. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulusterhadapbendabendaasingdiudara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodyIgEabnormaldalamjumlahbesardanantibodiinimenyebabkanreaksialergi
bilareaksidenganantigenspesifikasinya.Padaasma,antibodyiniterutamamelekatpada
selmastyangterdapatpadainterstisialparuyangberhubunganeratdenganbrokhiolus
danbronkhuskecil.
BilaseseorangmenghirupalergenmakaantibodyIgEorangtersebutmeningkat,
alergenbereaksidenganantibodiyangtelahterlekatpadaselmastdanmenyebabkansel
iniakanmengeluarkanberbagaimacamzat,diantaranyahistamin,zatanafilaksisyang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin.Efekgabungandarisemuafaktorfaktoriniakanmenghasilkanademalokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulusdanspasmeototpolosbronkhiolussehinggamenyebabkantahanansaluran
napasmenjadisangatmeningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada
selamainspirasikarenapeningkatantekanandalamparuselamaeksirasipaksamenekan
bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutamaselamaekspirasi.
Padapenderitaasmabiasanyadapatmelakukaninspirasidenganbaikdanadekuat,
tetapisekalikalimelakukanekspirasi. Halinimenyebabkandispnea.Kapasitasresidu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma
akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrelchest.
PATHWAY
Faktorekstrisik
Alergen+faktorgenetik
Faktor intrinsik
Infeksikuman
Inseksisaluranpernapasan
Edema mukosa
Anoreksia
Sekresi
Imflamasi
Serangan paroksimal
Bersihan jalan
napas tidak efektif
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Gas-gas darah arteri
Pa O2 dan Pa CO2 sedikit menurun, umum terjadi di antara serangan hebat.
Pemeriksaan sinar X dada
Hiperinflamasi pada serangan
Tes kulit
Tes fungsi pulmoner (Volume paru-paru normal atau meningkat, Penurunan
kecepatan aliran, dengan bronkodilator)
Pemeriksaan SDP dan sputum : Eosinofilia darah dan sputum umum
ditemukan kadar 1% E serum meningkat pada asma ekstrinsik.
F. PENATALAKSANAAN
Prinsipumumpengobatanasmabronchialadalah:
1. Menghilangkanobstruksijalannafasdengansegara.
2. Mengenaldanmenghindarifaktorfaktoryangdapatmencetuskanseranganasma
3. Memberikanpenerangankepadapenderitaataupunkeluarganyamengenai penyakit
asma,baikpengobatannyamaupuntentangperjalananpenyakitnya sehinggapenderita
mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawatyangmerawatnnya.
Pengobatanpadaasmabronkhialterbagi2,yaitu:
1. Pengobatannonfarmakologik:
Memberikanpenyuluhan
Menghindarifaktorpencetus
Pemberiancairan
Fisiotherapy
BeriO2bilaperlu.
2. Pengobatanfarmakologik:
Bronkodilator:obatyangmelebarkansalurannafas.Terbagidalam2golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik(Adrenalindanefedrin)Namaobat:
Orsiprenalin(Alupent)
Fenoterol(berotec)
Terbutalin(bricasma)
Obatobat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikandansemprotan.Yangberupasemprotan:MDI(Metereddoseinhaler).Ada
juga yang berbentuk bubuk halus yangdihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yangolehalatkhususdiubahmenjadiaerosol(partikelpartikelyangsangathalus)
untukselanjutnyadihirup.
b. Santin(teofilin)
Namaobat:
Aminofilin(Amicamsupp)
Aminofilin(EuphilinRetard)
Teofilin(Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.
Carapemakaian:Bentuksuntikanteofillin/aminofilindipakaipadaserangan
asmaakut,dandisuntikanperlahanlahanlangsungkepembuluhdarah.Karenasering
merangsanglambungbentuktabletatausirupnyasebaiknyadiminumsesudahmakan.
Itulahsebabnyapenderitayangmempunyaisakitlambungsebaiknyaberhatihatibila
minumobatini.Teofilinadajugadalambentuksupositoriayangcarapemakaiannya
dimasukkankedalamanus.Supositoriainidigunakanjikapenderitakarenasesuatu
haltidakdapatminumteofilin(misalnyamuntahataulambungnyakering).
G. DATA FOKUS PENGKAJIAN
Halhalyangperludikajipadapasienasmaadalahsebagaiberikut:
1. Identitas,meliputiidentisankliendanpenanggungjawab.
2. Riwayat kesehatan meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang(PQRST),
riwayatpenyakitdahuludanriwayatpenyakitkeluarga.
3. Pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan fisik biasanya di temukan :
1) Pernapasan
Dipsneapadasaatistirahatatauresponterhadapaktivitasataulatihan.
Napasmemburukketikapasienberbaringterlentangditempattidur.
Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan.
Adanyabunyinapasmengi,Adanyabatukberulang.
2) Sirkulasi
Adanyapeningkatantekanandarah.
Adanyapeningkatanfrekuensijantung.
Warnakulitataumembranmukosanormal/abuabu/sianosis,
Kemerahanatauberkeringat.
3) Integritasego : Ansietas,Ketakutan,Pekarangsangan,Gelisah
4) Asupannutrisi
Ketidakmampuanuntukmakankarenadistresspernapasan.
Penurunanberatbadankarenaanoreksia.
5) Hubungansosal
Keterbatasanmobilitasfisik.
Susahbicaraataubicaraterbatabata.
Adanyaketergantunganpadaoranglain.
H. ANALISA DATA
NO
DATA
1. DS : Biasanya klien
mengeluh sesak napas,
batuk-batuk.
DO :
Klien
tampak
gelisah
RR
Takipneu
Terdapat bunyi
ETIOLOGI
ISPA
Pengaktifan mediator
kimiawi (histamin, serotinin,
kinin)
MASALAH
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
2.
napas tambahan
Brokhospamse
Serangan paroksimal
DS : Biasanya klien
mengeluh tidak napsu
makan
DO :
BB
Frekuensi
+
porsi
makan
berkurang
Brokhospamse
Serangan paroksimal
Anoreksia
Perubahan
nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan brochospasme.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
J. INTERVENSI
No
Dx Kep
1. Bersihan jalan
nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
brochospasme
Tujuan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
...x24
jam diharapkan
klien
dapat
mempertahanka
n jalan napas,
dengan kriteria
hasil :
Bunyi napas
bersih dan
jelas
RR
dalam
batas normal
Intervensi
Auskultasi
bunyi nafas,
catat adanya
bunyi nafas
mengi
Kaji / pantau
Frekuensi
pernafasan,
catat rasio
inspirasi
/ekspirasi.
Catat adanya
derajat
dispnea,
ansietas,
distress
pernafasan,
penggunaan
ototbantu.
Rasional
Beberapa derajat
spasme bronkus
terjadi dengan
obstruksi jalan
nafas.
Tachipnea
biasanya ada pada
beberapa derajat
dan
dapat
ditemukan pada
penerimaan atau
selama stress/
adanya proses
infeksiakut.
Disfungsi
pernafasan adalah
variable yang
tergantung pada
tahap proses akut
yangmenimbulkan
perawatan di
rumahsakit.
2.
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
anoreksia
Tempatkan
posisi yang
nyaman pada
pasien,contoh
:meninggikan
kepala tempat
tidur, duduk
padasandaran
tempat tidur
(posisi semi
fowler)
Tingkatkan
masukan
cairan sampai
dengan 3000
ml/harisesuai
toleransi
jantung,
memberikan
airhangat.
Berikan obat
sesuai dengan
indikasi
:
bronkodilator.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
...x24
jam diharapkan
kebutuhan
nutrisi
klien
dapat terpenuhi,
dengan kriteria
hasil :
Nafsu
makan
BB stabil
Kaji
kebiasaan
diet, masukan
makanan saat
ini,
catat
derajat
kesulitan
makan,
Auskultasi
bunyi usus.
Peninggian kepala
tempat tidur
memudahkan
fungsi pernafasan
dengan
menggunakan
gravitasi.
Hidrasi membantu
menurunkan
kekentalan sekret,
penggunaancairan
hangat
apat
menurunkan
kekentalan sekret,
penggunaancairan
hangat dapat
menurunkan
pasmebronkus.
Bronkhodilator
membantu
merelaksasikan
otot halus dan
menurunkan
spasme jalan
nafas, mengi, dan
puroduksimukosa.
Pasien
distress
pernafasan
akut
sering anoreksia
karena dispnea.
Penurunan/inproak
tif bising usus
menunjukkan
penurunan
motilitas
gaster
dan
konstipasi
yang berhubungan
dengan
pembatasan
pemasukan cairan,
penurunan
aktifitas,
hipoksemia.
Berikan
perawatan
oral
sering,
buang secret,
berikan wadah
khusus untuk
sekali pakai.
Hindari
makanan
penghasil gas
dan minuman
karbonat.
Hindari
makanan yang
sangat panas
atau
sangat
dingin
Timbang BB
sesuai
indikasi.
Konsul ahli
gizi
untuk
memberikan
makanan yang
mudah cerna
dan
nutrisi
seimbang.
DAFTARPUSTAKA
Baratawidjaja, K. (1990) Asma Bronchiale, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : FK
UI.
Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan,
Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1, Jakarta : EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Jakarta : EGC.
Staff Pengajar FK UI (1997) Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Info Medika.