Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN KASUS

I. PROFIL PERUSAHAAN
Telkom Group (PT. Telkom Tbk) adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta
penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. Telkom Group
melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia dengan rangkaian lengkap layanan
telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel
tidak bergerak, komunikasi seluler, layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan
komunikasi data. Telkom Group juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media
dan edutainment, termasuk cloud-based and server-based managed services, layanan e-Payment
dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya.
Adapun visi dan misi dari PT. Telkom Tbk, yaitu :

Visi PT. Telkom Tbk


Be The King of Digital in The Region

Misi PT. Telkom Tbk


Lead Indonesian Digital Innovation and Globalization

II. KRONOLOGI MASALAH


1. Audit PT. Telekomunikasi Indonesia
Untuk melakukan audit atas Laporan Konsolidasi Keuangan dalam rangka pelaksanaan
Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi Tahun Buku 2002, Perusahaan Perseroan (Persero)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Eddy Pianto.
Pada audit ini disusun oleh PT TELKOM selaku induk perusahaan yang didalamnya berisi
laporan keuangan masing-masing anak perusahaannya. Audit keuangan masing-masing anak
perusahaan oleh auditor independen, Salah satu anak perusahaan yang laporan keuangannya
tahun 2002-nya dimasukan adalah PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL). Bahwa audit
TELKOMSEL dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari dan Rekan, bahwa kaitannya KAP Haryanto
Sahari melanggar undang-undang nomor 5 tahun 1999. Dimana dengan sengaja memberi
interpretasi yang salah terhadap PT Telkom, PT Telkomsel dan United States Securities and
Exchange Commission mengenai ketentuan standar audit Amerika.

Dengan demikian menghalangi KAP Eddy Pianto untuk melakukan audit dan meminta
kejelasan sebagai first layer dalam pengauditan sebelumnya, sehingga auditor kedua tesebut
mengalami kesulitan. Karena banyak hal-hal yang harus dikaji ulang, dimana KAP Eddy Pianto
dapat meneruskan hasil audit yang sebelumnya telah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari. Hal
tersebut menyebabkan KAP Eddy Pianto terhalangi untuk bersaing di lantai bursa.
Karena audit Telkomsel mengacu pada standar audit Amerika maka harus mengikuti
aturan SEC. PT Telkomsel membuka bursa di New York Stock Exchange, dengan demikian
aturan luar negeri tempat NYSE harus diikuti. Yakni salah satunya yang harus dijalani adalah
filling 20-F yaitu form laporan keuangan dan laporan manajemen dengan KAP yang terpercaya.
Sebagai perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa, PT Telkom mempunyai kewajiban
untuk menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit oleh auditor independent secara
berkala tiap tahunnya.
Sedangkan syarat-syarat auditor untuk mengaudit Telkomsel haruslah KAP yang
mempunyai kriteria sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Kualitas audit yang optimal


Ketepatan waktu penyelesaian audit
Harga jasa yang wajar
Merupakan akuntan publik Indonesia yang mempunyai afiliasi dengan Kantor Akuntan

Publik Internasional yang termasuk 5 (lima) besar dunia


e. Mempunyai rencana untuk peningkatan internal control dari perseroan guna mendukung
kualitas laporan keuangan perseroan tanpa mengurangi kualitas dan independensi audit.
2. Penolakan KAP Eddy Pianto Oleh Thornton International Sebagai Member Firm
Agreement
Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto adalah suatu kantor akuntan publik yang telah
mendapatkan izin usaha berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :
KEP-718/KM.17/1998. Bahwa berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris no. 013/KEP/DK/2002
tanggal 29 November 2002 tentang Penggantian Auditor PT Telkom Tahun Buku 2002
menyetujui dan mengesahkan KAP Eddy Pianto, sebagai auditor utama PT Telkom tahun buku
2002. Dan KAP EP-pun Terdaftar di Bapepam berdasarkan Surat Tanda Terdaftar Profesi
Penunjang Pasar Modal No. 282/PM/STTD-Ap/2000.
Berdasarkan appointment letter tertanggal 6 Juni 2001, ditunjuk oleh PT. Grant Thornton
Indonesia sebagai Member Firm dan berdasarkan Adendum Grant Thornton International
2

Member Firm Agreement, yang berlaku efektif samapai 10 Mei 2001 dan Kantor Audit Publik
Eddy Pianto berkedudukan sebagai regional firm dari Grent Thornton International.
Berdasarkan pasal 2.2 KAP Eddy Pianto sebagai regional firm, memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan Grant Thornton Indonesia sebagai member Thornton Internasional.
berdasarkan surat dari David McDonnell, Chief Executive Grant Thornton International, kepada
Dirjen Lembaga Keuangan Republik Indonesia, ref. DMCD/RAL tanggal 8 Oktober 2001,
menyatakan :
a. Grant Thornton Indonesia adalah full member dari Grant Thornton International
b. KAP Eddy Pianto berasosiasi dengan Grant Thornton Indonesia dan berhak mengaudit
atas nama Grant Thornton
Berdasarkan surat tanggal 4 Desember 2002 kepada Grant Thornton Indonesia, Grant
Thornton International menyatakan KAP Eddy Pianto dapat melakukan pekerjaan audit atas
Laporan Keuangan PT. Telkom tahun Buku 2002 dalam rangka filing Form 20-F ke SEC, tanpa
ada kewajiban bagi Grant Thornton International untuk terasosiasi dengan pekerjaan audit
tersebut. Dengan demikian independensi KAP EP tidak disusupi kepentingan dari afiliasinya
secara langsung dan sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya.
Pada kuartal pertama tahun 2003 KAP Eddy Pianto tercatat di pasar modal berwenang
mengaudit laporan keuangan terhadap 332 (tiga ratus tiga puluh dua) perusahaan di Bursa Efek
Jakarta.
Menurut Withdrawal Agreement tertanggal 13 Februari 2003, Member Firm Agreement
antara Grant Thornton International dengan Grant Thornton Indonesia/ KAP Eddy Pianto
berakhir pada tanggal 31 Maret 2003, namun KAP Eddy Pianto tetap berhak melakukan
pekerjaan audit atas nama Grant Thornton berdasarkan engagement letter yang telah
ditandatangani sebelum tanggal withdrawal agreement tersebut. untuk memahami US GAAS dan
GAAP dalam rangka filing Form 20-F, KAP Eddy Pianto meminta bantuan dari Mark Iwan,
Certified Public Accountant independen yang bukan merupakan partner dari Grant Thornton,
LL.P, untuk memberi pelatihan dan konsultasi.
Pada tanggal 17 Februari 2003 Grant Thornton International menerbitkan iklan di harian
Jakarta Post yang pada pokoknya menyatakan hubungan afiliasi/membership antara Grant
Thornton International dengan PT. Grant Thornton Indonesia dan KAP Eddy Pianto berakhir
pada tanggal 31 Maret 2003. Dengan adanya pemberitaan tersebut PT Telkom meminta jaminan
3

kepada KAP Eddy Pianto akan keabsahan Iwan Mark tersebut yang bukan partner dari Thornton
International. KAP EP berdalih bahwa akan tetap menjadi Member Firm Thornton sampai akhir
Maret 2003, dengan demikian auditnya mendompleng nama Thornton. KAP Eddy Pianto
memberikan keyakinan dan jaminan bahwa SEC reviewer yang terlibat memiliki kualifikasi dan
kompetensi profesional serta memenuhi persyaratan SEC. Disamping itu sebagai KAP non
Amerika Serikat, KAP Eddy Pianto dengan dukungan SEC reviewer yang mereka kontrak akan
memenuhi ketentuan yang berlaku di SEC khususnya regulasi S-X yang mengatur kualifikasi
auditor asing (non-US). Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil audit yang
dahulu pernah dilakukan oleh KAP Haryanto Sahari, akan tetapi KAP HS meminta izin untuk
melihat 20-F seluruhnya terlebih dahulu. Permintaan tersebut ditolak oleh PT Telkom karena
waktunya yang sangat krusial serta tidak ada hubungannya antara PT Telkom dengan KAP HS,
juga untuk segera dilaporkan ke SEC. Oleh karena itu, KAP HS-pun menolak untuk memberi
tahu akan hasil audit yang pernah dilakukannya, serta KAP HS tidak memberi izin kepada KAP
Eddy Pianto untuk mengacu pada hasil audit sebelumnya. PT Telkom berpendapat tidak
memerlukan izin dari KAP HS untuk melampirkan opininya.
Pada tanggal 25 Maret 2003 PwC Amerika Serikat meminta Thornton International
Amerika Serikat[8] untuk menginformasikan kepada SEC bahwa Thornton AS tidak berafiliasi
dengan Grant Thornton Indonesia /KAP Eddy Pianto. berdasarkan surat SEC kepada PT. Telkom
tertanggal 29 April 2003, SEC menyatakan tidak dapat menerima Form 20-F yang disampaikan
oleh PT. Telkom dengan alasan-alasan sebagai berikut :
a. Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 belum mendapatkan
quality control dari Grant Thornton LL,P., selaku US Affiliate KAP Eddy Pianto
b. Terlapor tidak memberikan ijin untuk dimasukkannya Laporan Audit Terlapor atas
Laporan Keuangan PT. Telkomsel Tahun Buku 2002 dalam Form 20-F PT. Telkom
c. Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Telkom Tahun Buku 2002 yang dimasukkan dalam
Form 20-F PT. Telkom tidak disertai dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan anak
perusahaan PT. Telkom lainnya yang juga diacu oleh KAP Eddy Pianto
Dengan adanya penolakan tersebut Kantor Audit Publik Eddy Pianto izin usahanya
dibekukan oleh BAPPEPAM LK dan tidak boleh berada dibursa selama waktu tertentu. Karena
menjadikan saham PT Telkom anjlok.

3. Pelanggaran Pasal 107 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Oleh KAP Haryanto
Sahari dan Rekan
Dalam Pasal 107, dinyatakan bahwa :
Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau
menyesatkan

Bapepam,

menghilangkan,

memusnahkan,

menghapuskan,

mengubah,

mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin,
persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
Dalam pasal tersebut dapat dikaji apabila ada pihak yang bertujuan untuk merugikan atau
menyesatkan. Dalam kasus diatas dapat dilihat KAP Haryanto Sahari dan rekan mencoba untuk
menyesatkan dan merugikan. Merugikan para pemegang saham dari perseroan induk maupun
anak perusahaannya yakni TELKOM dan TELKOMSEL. Karena hasil auditnya tidak dibeikan
izin maka KAP Eddy Pianto dan rekan mengalami kesulitan dalam mengacu auditnya.
Yang tidak relevan adalah permintaan KAP HS untuk melihat keseluruhan form 20-F
yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali. Bahkan, jika itu merupakan alasan
mereka untuk tidak memberikan izin merupakan alasan yan tidak berdasar hukum sama sekali.
Sebagai first layer, KAP HS seharusnya memberikan kemudahan bagi KAP selanjutnya yang
akan menggatikannya. Dalam peraturan pasar modal yang dikeluarkan oleh Bapepam tidak
memperbolhkan persaingan yang tidak sehat. Sebagai sesama auditor seharusnya saling
menghormati dan tidak saling menjatuhkan reputasi.
Mengaburkan dan menyembunyikan dalam pasal tersebut juga dapat diterapkan pada
kepada tindakan yang dilakukan oleh KAP HS. Mengaburkan karena tidak mengizinkan acuan
sehingga KAP EP harus memulainya lagi dari bawah tanpa tahu dokumen-dokumen apa saja
yang pernah di audit. Dan menyembunyikan hasil audit beserta opininya sehingga PT telkom
melakukan inpermission atas hasil kerja KAP HS yang saat itu waktunya sangat terbatas.
Dengan demikian pasal 107 ini dapat diterapkan pada kasus yang menimpa Kantor Audit
Publik (KAP) Haryanto Sahari dan rekan yang telah merugikan PT Telekomunikasi Indonesia.
Tbk (Telkom), PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), Kantor Audit Publik (KAP) Eddy Pianto
dan rekan, Bapepam, dan SEC. Karena kecerobohannya tersebut indeks harga saham gabungan
Telkom anjlok dan mengalami kerugian karena adanya isu tidak transparansi keuangannya.
5

4. Sanksi Terhadap KAP Eddy Pianto


Bahwa berdasarkan Surat Bapepam kepada KAP Eddy Pianto Nomor : S-1381/PM/2003
tanggal 16 Juni 2003 perihal Kewajiban untuk Tidak Melakukan Kegiatan Usaha di Bidang Pasar
Modal, Bapepam mewajibkan Eddy Pianto Simon, partner KAP Eddy Pianto, untuk tidak
melakukan kegiatan usaha di pasar modal terhitung sejak tanggal surat ini sampai diputuskan
lebih lanjut oleh Bapepam. Keputusan tersebut didasarkan pada penolakan Laporan Keuangan
Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 oleh SEC yang menyebabkan perdagangan saham PT.
Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange dalam bentuk IDR dihentikan sementara dan
diduga menyebabkan harga saham PT. Telkom di Bursa Efek Jakarta turun secara signifikan dari
harga penutupan sehari sebelumnya, serta memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
penurunan Indeks Harga Saham Gabungan. Maka KAP Jimmy Budhi menjadi pengganti KAP
Eddy Pianto.
Karena first layer tidak digunakan maka jasa audit ini merosot dan berimbas pada
persaingan jasa audit. Para pemegang saham menjadi enggan untuk menggunakan jasa Kantor
Audit Publik yang independen dan merosotnya kepercayaan pada aouditor lokal. KAP Haryanto
Sahari dan rekan menimbulkan ketidakpastian usaha bagi auditor karena kewenangan mereka
untuk melakukan kegiatan jasa audit dapat dipermasalahkan oleh sesama auditor yang
seharusnya saling bekerjasama dan menghormati satu sama lain.

III.SOLUSI KASUS
Masalah audit yang dialami PT Telkom menjadi menarik karena terdapat dua KAP yang
saling tidak harmonis yaitu KAP Hadi Sutanto partner PwC dan KAP Eddy Pianto partner Grant
Thornton. KAP HS dalam perjalanannya mengundurkan diri dalam mengaudit PT Telkomsel
dikarenakan untuk menghindari kerugian jika berafiliasi dengan KAP EP. Alasan pengunduran
diri KAP HS diantaranya adalah :

KAP HS tidak mau berafiliasi dengan KAP EP

KAP HS meragukan hak praktek KAP EP di hadapan BAPEPAM AS.

KAP HS mengetahui bahwa SEC (Security Exchange Commision) tidak mengakui


keberadaan KAP EP berkaitan dengan keraguannya atas kompetensi dan independensi
yang dimiliki oleh auditornya.
6

Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil audit yang dahulu pernah
dilakukan oleh KAP HS, tetapi KAP HS menolak untuk memberitahu hasil audit yang pernah
dilakukannya. Penolakan izin tehadap hasil audit sebelumnya dikarenakan KAP HS tidak
diperbolehkan untuk melihat 20-F milik Telkom.
KAP HS dan KAP EP dikenakan sanksi yang berbeda. Sanksi yang diberikan kepada
KAP HS yaitu KAP HS harus membayar denda sebesar Rp20 Milyar ke Kas Negara dengan
uang paksa sebesar Rp10 juta per hari. Denda itu harus dibayar maksimal 30 hari setelah
pemberitahuan keputusan dari KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Sanksi ini
dikenakan karena KAP HS dan Rekan terbukti bersalah dan mengakibatkan rusaknya kualitas
audit KAP EP atas laporan keuangan konsolidasi PT. Telkom tahun buku 2002. KAP HS juga
melanggar kode Etik Akuntan Indonesia.
Dengan kejadian seperti ini seharusnya sesama KAP perlu kerja sama dan saling
mendukung dalam menjalankan tugasnya serta patuh terhadap kode Etik Akuntan Indonesia agar
terhindar dari persaingan usaha dan konflik kepentingan. Perusahaan dan KAP juga harus
menjalankan tugas sesuai peraturan yang telah ditetapkan.
Profesionalitas seorang auditor dalam menjalankan tugasnya merupakan aset penting
yang harus dimiliki. Saling menghargai sesama profesi dan menjalankan tugas sebaik-baiknya
adalah tujuan dari setiap pekerjaan. Minimal tidak membuat orang susah, dengan bagusnya sikap
dan sifat Kantor Akuntan Publik yang ada di Indonesia akan membuat reputasi saham di pasar
akan membaik. Dan banyak investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan
adanya reputasi baik tersebut, perekonomian Indonesia di mata dunia akan mendapatkan tempat
yang baik bula. Sehingga semakin banyak perseroan-peseroan dari Indonesia mendapatkan
perilaku yang baik juga di bursa asing.
Simbiosis mutualisme antara perseroan dan auditor adalah hal yang tidak dapat
dipisahkan. Karena kedua organ tersebut saling membutuhkan. Perbaikan-perbaikan akan konsep
dan fair game dalam usaha harus benar-benar dilaksanakan. Sehingga tidak terjadi gesekan atas
kepentingan-kepentingan yang dilakukan oleh oknum yang ada di pasar modal.
IV.

KESIMPULAN
Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan melakukan penolakan atas

izin audit sebagai first layer. Yaitu auditor pertama yang menjadi acuan dalam melakukan audit
7

lanjutan oleh second layer-nya yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto dan rekan.
Penolakan izin tersebut juga membuat KAP EP kesulitan dalam mendapatkan opini hasil
keuangan sebelumnya baik hasil audit keuangan holding perseroan yaitu PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk maupun hasil audit anak perusahaannya yaitu PT Telekomunikasi Selular. Selain
itu, kerugian yang dilakukan oleh KAP HS juga merugikan KAP EP yaitu berlarut-larutnya audit
padahal waktu untuk penyerahan laporan keuangan sudah ditunggu oleh Bapepam dan SEC.
Dengan terjadinya pengunduran hasil laporan, KAP EP mendapat sanksi dari Bapepam yaitu
pembekuan izin usaha di lantai bursa. Selain merugikan langsung kepada beberapa pihak,
perbuatan KAP HS membuat indeks harga saham gabungan merosot dan merugikan negara.
Indonesia khususnya ketentuan-ketentuan di pasar modal.
Kedudukan Kantor Akuntan Publik (KAP) Eddy Pianto dan Rekan merupakan korban
yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Shari dan Rekan. KAP EP
mendapatkan sanksi dari Bapepam dan tidak boleh beroperasi dulu di lantai bursa untuk
melakukan audit terhadap laporan keuangan perseroan.
Kantor Akuntan Publik (KAP) Haryanto Sahari dan Rekan, member firm dari kantor
akuntan publik asing Pricewaterhouse Coopers (PwC) terbukti bersalah. Dengan demikian KAP
Haryanto Sahari dan Rekan harus membayar denda sebesar Rp 20.000.000.000 dan di setorkan
ke kas negara sebagai setoran penerimaan negara bukan pajak Departemen Keuangan Direktorat
Jenderal Anggaran Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Jakarta I dan harus dibayar lunas
paling lambat dalam waktu 30 hari terhitung sejak diterimanya pemberitahuan putusan ini,
dengan denda keterlambatan Rp. 10.000.000 per hari untuk setiap hari keterlambatan tidak
melaksanakan putusan ini. Putusan ini dibuat hari Senin tanggal 21 Juni 2004.
REFERENSI
http://www.telkom.co.id/tentang-telkom (diakses pada14 November 2016).
https://prezi.com/ml_1cxfiaph3/kasus-audit-pt-telkom/ (diakses pada14 November 2016).
Putusan nomor perkara : 08/KPPPU-L/2003.
Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
www.bapepam.go.id (diakses pada14 November 2016).
8

Anda mungkin juga menyukai