Teologi Biblika 2 Rizky New
Teologi Biblika 2 Rizky New
(Akar dan Dampak Penolakkan Kenyataan Hidup Studi Exegetis Kejadian 4:1-17)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:
Teologi Biblika 2
Dosen Pengampu:
Pdt. Dr. Maylinda Sari
Oleh:
Metusalakh Rizky Nayar
Dalam kehidupan ini seringkali manusia harus dihadapkan pada kenyataan hidup yang
tidak selalu sesuai harapan manusia. Sementara manusia memiliki potensi ketidakmampuan
menerima kenyataan hidup yang demikian. Ketidakmampuan menerima kenyataan hidup
yang tidak sesuai harapan kemudian bisa menghantar pada pemberontakan terhadap Tuhan
dan perbuatan jahat terhadap sesama. Dalam konteks tulisan ini penyebab dimulainya
tindakan penolakkan adalah penolakkan itu sendiri. Penolakkan dan pemberontakan serta
perbuatan jahat yang dilakukan Kain adalah ditolaknya dirinya dan persembahannya oleh
Tuhan, sedangkan Habel sebaliknya. Kejadian 4:1-17 menceritakan bagaimana penolakkan
Kain terhadap kenyataan hidup yang tidak sesuai harapannya (dirinya dan persembahannya
ditolak Tuhan), menyebabkan amarah yang membuahkan tragedi kekerasan terhadap sesama,
yakni pembunuhan terhadap Habel, saudara kandungnya sendiri. Sebelumnya, diceritakan
Kain dan Habel adalah anak-anak Adam dan Hawa yang memiliki profesi berbeda, Kain
adalah petani dan Habel adalah penggembala kambing dan domba. Suatu kali kedua saudara
ini mempersembahkan korban persembahan dari hasil pekerjaan mereka masing-masing.
Namun, Kain dan persembahannya tidak diindahkan/ ditolak Allah, sedang Habel dan korban
persembahannya sebaliknya. Korban ditolak, Kain bertindak! Rentetan tindakanmya yang
menyusul kemudian juga bersifat penolakan yang bermuara pada pemberontakan terhadap
Allah dan perbuatan jahat terhadap sesama.
Apakah penyebabnya sebagaimana umumnya dikemukakan karena superioritas
kualitas persembahan dan atau hati Habel; bahwa Habel (dan persembahannya) baik yang
layak sedang Kain sebaliknya? Ataukah ada kemungkinan lainnya yang mengungkapkan
Kain adalah manusia yang cenderug seperti manusia saat ini dengan alasan dan motif
manusiawi? Dalam tulisan ini penulis berusaha menemukan hal-hal tersebut dan
mendialogkannya dengan teori sosial Rene Girard,1 sebagaimana yang diterjemahkan Daniel
K. Listijabudi, dalam bukunya Tragedi Kekerasan-Menelusuri Akar dan Dampaknya dari
Balada Kain-Habel (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1997).
1 Ren Girard, adalah seorang sastrawan Perancis, yang banyak menulis tentang masalah sastra dan
etnologi. Dalam berbagai karyanya, Girard banyak berbicara mengenai dinamika relasi subjek-objekmotif-tindakan dalam kehidupan ritual, sosial, politis, dan kultural manusia, baik secara individu
maupun komunal.
Menurut
penulis,
agaknya
tindakan
Kain
mengindikasikan
bahwa
ia
abeY"w:
dny))3, Maka Kain membawa persembahan dari hasil tanah itu kepada Tuhan.
Memang bobot dan kualitas persembahan tersebut tidak diterangkan lebih lanjut dalam teks
BHS. Tidak dijelaskan secara harafiah apakah Kain memberikan keseluruhan hasil
pekerjaannya, atau bagian yang terbaik sebagai persembahan. Namun, agaknya kalimat
membawa persembahan dari
hasil tanah
h['v'
2 Yakub Tri Handoko, Pemahaman Alkitab Gkri Exodus Eksposisi Kitab Kejadian (pdf file)
3 BibleWorksTM Program Version 6.0. 005y. Copyright 2003 BibleWorks LCC. (This program is
producted by: US and International copyright law) BHS (Biblia Hebraica Stuttgartensia) merupakan perbaikan
dan penyederhanaan (terutama dalam apparatus criticus) dari BHK (Biblia Hebraica Kittel) yang didasarkan
atas Leningrad Codex (1009 M), dan terdapat dalam teks Masoret (Masoretic Text) (500-900 M). Teks Masoret
(MT) menjadi salinan teks yang paling dekat dengan teks asli terdahulu, dan lebih dapat dipercaya karena
ketelitiannya. Karena itu, teks Ibrani Perjanjian Lama masa kini didasarkan atas teks Masoret. Para Mazoret
(cendekiawan dan ahli kitab Yahudi) memperbaiki pembagian kata-kata dan menambahkan huruf hidup atau
tanda huruf hidup, tanda baca, tanda vocal dan pembagian ayat pada Perjanjian Lama Ibrani secara teliti dan
mendetail.
positif (Qal imperfect). Sedangkan Kain dan korban persembahannya tidak dipandang Tuhan
(ayat 5).4 Pernyataan ini telah menimbulkan banyak penafsiran. Ada yang menafsirkan bahwa
persembahan Habel diindahkan karena persembahan Habel dari kambing dan domba pilihan,
sedang persembahan Kain diambil dari hasil pertanian yang tidak bagus. Ada juga yang
mengatakan karena asap api dari persembahan Habel naik tegak lurus ke atas sedang asap
persembahan Kain hanya menyebar di bumi. Ada yang mengatakan karena Habel
mempersembahkan korban persembahan dengan tulus dan hati sungguh-sungguh, sedang
Kain tidak. Bahkan di dalam teks BHS tidak disebutkan mereka berdua melakukan
persembahan korban bakaran. Ada pula sebagian orang Yahudi menganggap bahwa ada api
dari langit membakar persembahan Habel, sedang Kain tidak (bdk. I Raj. 18:38, I Taw. 21:
26). Di sisi lain ada orang yang memberikan alasan lain, yaitu: Habel memberikan korban
yang berdarah, sedang Kain tidak (Bdk. Ibr 9:22). Tetapi banyak juga orang yang menolak
alasan ini, karena pada saat itu mereka belum mengerti hal itu.5
Ada pendapat yang memandang penerimaan Tuhan karena Habel mempersembahkan
persembahannya berdasarkan kualitas persembahan, bukan perihal jenis persembahan.
Persembahan Kain tidak diberi penjelasan tambahan apapun (4:3) hanya disebutkan Kain
juga memberikan persembahan dari hasil pekerjaannya. Sedangkan Habel disebutkan
mempersembahkan anak sulung dari kambing dombanya dan lemak-lemaknya (4:4a). Dalam
kehidupan masyarakat Israel kemudian, terdapat ketentuan bahwa bagian yang sulung hanya
diperuntukkan bagi Tuhan, sehingga demikian menunjukkan kualitas dari bagian ini, baik itu
mencakup buah sulung (Kel. 23:16) maupun anak sulung (Kel. 13:2, 15; Im. 27:26; Ul.
15:19). Israel bahkan disebut sebagai buah sulung (Yer. 2:3) dan anak sulung (Kel. 4:22)
Tuhan. Ungkapan ini selanjutnya juga dikenakan pada orang-orang percaya (Ibr 12:23; Yak
1:18). Semua ini mengindikasikan keutamaan. Demikian pula dengan bagian yang berlemak.
Bagian ini dianggap sebagai yang terbaik untuk Tuhan dan tidak boleh dikonsumsi oleh
manusia (Kel. 29:13; Im. 3:3-5, 9-11, 14-16; 4:8-10, 26, 31; 7:23-25; 1 Sam. 2:15-16; Yeh.
44:7, 15). Dalam konteks di luar ibadah di tabernakel pun bagian yang berlemak tetap
dipandang sebagai bagian terbaik (Ul. 32:38). Ketika Tuhan ingin mengajarkan bahwa
4 Bob Utley, Gensesis 1-11Bible Commentary (Indonesian Version) (East Texas Baptist
University,1996),68(pdf.file).http://www.archive.org/stream/genesis1.11BibleCommentaryIndonesian
Version/VOL01AOT_indonesian_djvu.txt Diunduh pada tgl 3 Oktober 2016, pukul. 18.19 WIB.
5 Bdk. Barnabas Ludji, Tafsiran Beberapa Teks Perjanjian Lama I, (Bandung: Bina Media Informasi,
2009), 13-14
ketaatan lebih penting dari pada korban, ia membandingkannya dengan korban yang berupa
lemak binatang (1 Sam. 15:22; Yes. 1:11).6
Pendapat tersebut menurut penulis sudah dipengaruhi oleh pengertian yang tercipta
dikemudian hari dalam kehidupan bangsa Israel mengenai aturan atau ketentuan tentang
persembahan kepada Tuhan, bahwa persembahan yang baik apabila merupakan korban
binatang seharusnya diberikan dari hasil pertama dan lemak-lemaknya. rkoB (Bekr), hasil
pertama, merupakan (yang pertama) anak pertama/sulung, kelahiran pertama.
tArkoB.i
(BBekrt), adalah bentuk kata benda feminin jamak dari DX]Kd (BBekra).7 bl,j
(kHelev), lemak, lemak-lemak, kegemukan, yang terbaik dari apapun.8 Lemak-lemak
menggambarkan bagian yang terbaik dari korban persembahan tersebut. Konteks Kain dan
Habel dalam cerita adalah konteks dimana belum ada perintah dan ketentuan yang mengatur
kegiatan mempersembahkan korban. Jadi, menurut kisah Kain dan Habel mereka belum
mengetahui akan hal tersebut.
Dalam Perjanjian Baru (PB), nampaknya terdapat penjelasan mengapa Habel dan
korban persembahannya diterima, sedang Kain sebaliknya. Surat Ibrani agaknya menafsirkan
penerimaan Habel dan kurban persembahannya karena Habel mempersembahkan
persembahannya dengan iman, dan merujuk kepada darah Habel dalam ayat yang sama yang
juga merujuk kepada darah Tuhan Yesus Kristus (Ibrani 11:4, 12:24). Ibrani 11:4
menyebutkan "Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Tuhan korban yang
lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya,
bahwa ia benar, karena Tuhan berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih
berbicara, sesudah ia mati." Sedangkan dalam Matius 23:35 Habel disebut Orang benar
itu dan dalam Yohanes 3:12, dikatakan "Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan
yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala
perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar." Nampaknya menurut PB Kain adalah
orang jahat dan Habel sebaliknya. Kitab
Kebijaksanaan Salomo 10:3, kendati tidak menyebutkan nama secara eksplisit, menyebutkan
...ketika seseorang yang lalim dengan amarahnya meninggalkan kebijaksanaan maka ia
6 Yakub Tri Handoko, Pemahaman Alkitab Gkri Exodus Eksposisi Kitab Kejadian
7 Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion, (Grand Rapids, Michigan:
Zondervan Publishing House, 1970), 84-85
8 Ibid, 285
berkehendak, sedang manusia harus senantiasa berusaha hidup berhadapan dengan kehendak
Tuhan yang bebas itu.
Menurut Bruce Vawter, hal tersebut harus dilihat dari persepsi penulis sumber Y,
bahwa kisah Kain dan Habel mempunyai suatu pola one is favored over another or the
anothers (ada seseorang yang lebih dikasihi dari yang lainnya). Pola-pola ini juga dapat
dilihat dalam kisah-kisah lain, Abraham lebih mengasihi Ishak daripada Ismael, Yakub lebih
dikasihi daripada Esau. Demikian juga dalam kisah ini, Habel lebih dikasihi daripada Kain,
sedangan alasan dari seleksi Ilahi ini memang tersembunyi bagi manusia. 14 Sementara U.
Cassuto, berpendapat korban persembahan akan diterima bila dinspirasikan oleh an
acceptable spirit (namun selanjutnya ia tidak memaparkan lebih jauh mengenai an
acceptable spirit tersebut). Dengan demikian ia menolak segala penjelasan yang bermuara
pada kelebihan korban Habel (korban dari gembala daripada korban dari etani, sebab tanah
telah dikutuk didalam Kejadian 3; maupun karena Habel mempersembahkan lemaklemaknya).15 Sedangkan John Gibson, berpendapat persembahan Kain ditolak karena Tuhan
memutuskan untuk menolaknya, sedang persembahan Habel diterima karena Tuhan
memutuskan untuk menerimanya.16 Pandangan Gibson tampaknya berwarna dogmatis. Ia
membaca kesulitan kisah Kejadian 4 lewat pandangan-pandangan dari kitab lain, bahkan dari
PB yang jelas-jelas berbeda dari kisah Kain dan Habel. Agaknya Gibson hendak memberi
bobot pada argumentasinya dalam rangka menonjolkan unsur ketidakbersyaratan dan
kebebasan anugerah dari Tuhan terhadap Habel. Padahal justru dalam surat Roma, anugerah
yang dimaksud adalah anugerah keselamatan lewat karya Kristus yang memang dilimpahkan
kepada semua orang. Namun hanya akan berdaya pada saat mereka yang punya iman saja
(sola gratia, sola fide). Sedang dalam Kejadian 4 tidak ada petunjuk tentang iman. Apabila
petunjuk mengenai esensi iman dilihat sebagai sesuatu yang terwujud lewat penghaturan
korban persembahan pada Tuhan, baik Habel yang diindahkan Tuhan, maupun Kain yang
ditolak, adalah beriman. Itu berarti konsep anugerah dalam kisah Kejadian 4 dalam ayat-ayat
yang disitir Gibson (terutama surat Roma), berbeda. Jadi usaha penyejajaran ini sebenarnya
lebih merupakan usaha menambah bobot argumentasi dalam suatu kerangka pikir tertentu. 17
Donald Gowan, berpendapat masalah penolakan dan penerimaan di atas adalah masalah
14 Ibid, 32
15 Ibid, 32-33
16 Ibid, 33
ketidaksamaan yang tak terterangkan, analoginya ialah tentang dua orang yang mempunyai
kualitas sama tetapi memiliki nasib berbeda, yang satu mendapatkan pekerjaan yang lain
tidak, yang satu harus bersusah-payah dalam menghadapi kerasnya hidup sedang yang lain
dengan gampang dapat menikmati kasih sayang orang lain. Ketika ketidaksamaan yang tak
terterangkan ini terjadi ada alternatif yang bisa muncul kemudian yaitu perasaan mengalami
nasib buruk dan ketidakadilan.18 Ch. Abineno, berpendapat bahwa penerimaan Tuhan
didasarkan kepada pandangan dan ukuran Tuhan sendiri, Ia bebas dalam kasih-Nya: Ia
mengasihi siapa yang Ia kasihi dan Ia menunjukan rahmat-Nya kepada siapa yang Ia
berkenan manusia tidak dapat menghampiri Tuhan berdasarkan hak dan berdasarkan hak
sebagai umat Tuhan. Manusia hanya dapat menghampiri Tuhan berdasarkan anugerah.
Namun Kain ingin hidup berdasarkan kebenarannya sendiri, bukan berdasarkan anugerah itu,
tetapi berdasarkan hak-haknya sebagai anak sulung.19 Sedangkan Daniel K. Listiajabudi,
berpendapat bahwa ketiadaan informasi tentang alasan Tuhan dalam mengindahkan yang satu
dan tidak mengindahkan yang lain menunjukan bahwa perihal sebab agaknya memang
bukan menjadi penekanan penulis sumber Y. Agaknya fokus yang ingin disampaiannya
adalah seperti yang ia kisahkan, yakni bagaimana Kain menanggapi respon Tuhan yang tidak
menerima korban persembahan yang dihaturkan kepada-Nya, Sehingga terjadi ketegangan
(suspens) antara Kain dengan Tuhan, dan bukan pada pengemukaan alasan dan respon Tuhan
atas persembahan Kain (dan Habel).20
Penafsiran lain berdasarkan konteks sosial budaya bangsa Israel setelah menjadi
kerajaan, yang melahirkan bentuk-bentuk ibadah yang diwarnai oleh latar belakang agama
pertanian tradisi Kanaan dan Baalnya, seperti lembu emas dan praktek-praktek ibadah yang
dipengaruhi oleh cara berpikir agama pertanian Kanaan. Jika dilihat dari latar belakang di
atas, maka kemungkinan teks ini mau menegakan kembali iman bangsa Israel yang tidak
tercemar oleh agama pertanian ketika mereka masih sebagai bangsa pengembara. Pandangan
nabi Hosea dan Yeremia yang sangat menjujung tinggi iman padang gurun dapat menjadi
acuan terhadap penafsiran ini. Bentuk agama pertanian yang diwakili oleh korban
17 Ibid, 33-34
18 Ibid, 34-35
19 J. L. Ch. Abineno, Kesaksian Kejadian 1-11, 46-48
20 Bdk. Daniel K. Listiajabudi, Tragedi Kekerasan, 97-98
sikap
Kain
menolak
penolakan
Tuhan
terhadap
dirinya
(dan
korban
persembahannya), dengan respon menjadi marah dan wajahnya jatuh (reaksi fisik dan
psikis)
rx;YIw:
daom.
Secara tata bahasa, kata wayyihar yang mempunyai kata dasar hara, menjadi marah,
merupakan kata kerja impersonal, yaitu kata kerja tanpa subjek. Sedang kata leqayin adalah
pelengkapnya. Jadi secara harafiah berarti ada marah yang sangat besar pada Kain. Marah
menjadi sesuatu yang berada dan timbul pada Kain. Reaksi pertama yang timbul pada Kain
adalah kemarahan yang sangat, lalu
wyn")P' WlP.YIw:)
(wayiPPel Pnw),
wajahnya jatuh.23 Kain telah menolak Tuhan, dengan menolak keputusan Tuhan. Kedua,
sehubungan dengan respon Kain tadi, Tuhan memperingatkan dan menggugahnya agar
menjadi lebih baik: mengapa kamu menjadi marah dan mengapa wajahmu jatuh?
(lamm
AB*-lv'm.Ti hT'a;w>
taJ'x
#be_ro
(rbtc) roh
hq'WvT.
(tesuqa)
berhasrat/mengingini, merupakan bentuk feminin deklenasi, berasal dari kata Wh[ (suq).25
Kata ini digunakan untuk manusia, yaitu ketertarikan antara laki-laki terhadap perempuan,
dan sebaliknya serta untuk hasrat pada binatang untuk menelan/memangsa binatang lain. 26
Kata kerja L[N (masyal) (Qal imperfect). Kata
-lv'm.Ti
Qal future orang ke-2 maskulin tunggal, dari kata L[N (masyal).
-lv'm.Ti
~q'Y"w:
BXD (|harag),
bumi. Keempat, akan tetapi Kain kembali menolak hukuman Tuhan tersebut, karena
menurutnya terlampau berat;
(Gdl `wn
minneS) hukumanku terlalu besar untuk aku tanggung. Kata O]R (`wn), dapat
diterjemahkan
sebagai
yaic.mo-lk'
dosa,
atau
hy"h'w>
hukuman.29
Selanjutnya
#r<a'B'
ynIgE)r>h;y:
dn"w"
[n"
(hn GrayT t
aceYEw:
w>
mendirikan; XIR (iyr), kota; w> (we), dan; @XW (qara), menyebut, memanggil;
M[ (syem), nama; D (h), itu; XIR (iyr), kota; -m (ke), seperti, menurut; M
[ (syem), nama; OA (ben), putra, anak laki-laki; ]- (wo), nya, dia (kata ganti orang
ke-3 tunggal); %Anx (kHnk), Henokh.32 %Anx (kHnk), Henokh
pemula atau pendahulu.33 Suatu kota dapat berarti tempat kediaman yang dilindungi
banguan-bangunan tertentu terhadap dunia sekitarnya. 34 Suatu kota dalam Perjanjian Lama
terbagi atas dua jenis kota, yakni kota yang berkubu dan kota yang terbuka. Bilangan
13:19, 28 menyinggung kota yang berkubu, sedangkan Ulangan 1:28 menyinggung kota
berkubu yang sangat besar. Yeremia 34:7 juga menyinggung tentang suatu kota yang
dipertahankan oleh bangunan-bangunan yang kuat, dengan kata
rc")b.mi yrE['
(`r mibtcr). Kata XIR (iyr), dalam Kejadian 4:17, agaknya mengisyaratkan suatu
kota yang berkubu. Untuk membedakan hal tersebut dipakailah kata khatser untuk kota yang
terbuka.35
Pendirian kota Henokh menggambarkan tindakan Kain melindungi dirinya (dan
keluarganya) dari keadaan-keadaan tidak selamat yang datang dari luar, dengan
kekuatannya sendiri. Kain menolak keberadaan sesama dengan segala kecenderungan
perbuatan jahatnya. Agaknya Kain tidak yakin atas anugerah tanda perlindungan yang Tuhan
berikan atasnya tadi. Tindakan Kain tersebut juga mengindikasikan bahwa Kain menolak
status hukumannya sebagai pelarian dan pengembara yang mengenakan tanda perlindungan
Tuhan itu, karena Kain lebih memilih hidup menetap di tanah Nod, dalam kota Henokh,
daripada harus memikul dan menjalani status hukumannya sebagai pelarian dan pengembara.
Penulis juga hendak memaparkan pendapat Daniel K. Listijabudi, yang mengutip dan
mengkritisi teori Ren Girard, dalam bukunya Violence and the Sacred dan The
Scapegoat dalam rangka mencari sumbangan ide dan pikiran untuk lebih memahami sebab
31 Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion, 336
32 BHS to Goodrick/ kohlenburger Number Definitions Copyright Pradis Application Version
6.0David L. Baker & A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 23, 20, 16, 47, 23, 54, 32, 62, 15, _, _
dan akibat penolakan Kain yang menghantar pada perbuatan jahat terhadap sesama (Habel).
Ren Girard, sebagaimana Daniel K. Listiajabudi uraikan, mengakui bahwa manusia yang
sedang dilanda nafsu kemarahan, berada dalam pengungkapan diri yang tidak dalam keadaan
normal. Semua kesalahan, kejahatan diletakkan kepada lawan atau musuhnya, ia
menumpahkan kemarahannya terhadap sasarannya. Sehingga tanpa disadari, luapan
kemarahan merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut.
Pertama, menciptakan musuh-musuh, kedua, melampiaskan kesalahan seluruhnya pada
orang lain tanpa sebab yang jelas, dan ketiga, melepaskan dirinya sendiri terhadap objek
kemarahan tersebut. Tidak ada mekanisme yang pasti untuk menghentikan kemarahan
seseorang dari dalam dirinya, bahkan dalam kemarahan yang paling serius, manusia bisa
membunuh. Kemarahan yang membuat orang buta seperti itu, justru akan sangat mudah
dipengaruhi, dibelokkan ke jalur lain.36 Kemarahan buta dan mengandung monstrous
duality, (monster yang menduplikasi) kemudian berpotensi menjadi monster (makhluk
asing yang berbahaya) bagi Habel. Hal tersebut disebabkan selain adanya kemarahan yang
begitu besar pada Kain sendiri, juga karena adanya peran roh jahat yang berkarakter
destruktif dan sangat berhasrat pada Kain. Kemarahan yang begitu besar itu kemudian
ditunggangi oleh roh jahat (#be_ro (rbtc) terkait dengan kata kerja
#b'r'
(rabats), mempunyai hubungan dengan kata rabisu, dalam bahasa Akkadia, yaitu sebutan
untuk salah satu jenis roh jahat (demon),37 maka Kain menjadi seperti binatang buas bagi
Habel.
Hipotesa Girard, yang terkait dengan reaksi dan motif di balik kemarahan Kain
adalah ide korban pengganti (the surrogate victim) dalam teori mekanisme kambing
hitam (scapegoat). Namun perlu dicatat, bentuk kemarahan Kain kepada Habel tersebut
bukan bersifat kolektif sebagaimana teori Girard, tetapi bentuk transfer kemarahan individual.
Selain itu, Habel juga menjadi subjek mimies Kain; subjek yang ingin ditiru Kain, sebab
Habel mempunyai sesuatu yang diingini Kain. Habel tidak memulai dan tidak menyebabkan
kemarahan Kain, namun posisi Habel adalah posisi yang diingini Kain sekaligus tidak
dimilikinya. Habel menjadi model-musuh Kain; Habel menjadi model yang ingin ditiru
Kain, sekaligus menjadi musuh Kain, karena apa-apa yang ada pada Habel begitu
menggoda Kain. Habel yang tidak tahu-menahu menjadi kambing hitam, tumbal kemarahan
Kain, bukan saja semata-mata karena kelemahannya tetapi juga karena kelebihannya.
Kain kemudian membunuh Habel, saudarnya. Hal ini menunjukan betapa berbahaya
dan mengerikannya akibat dari kemarahan manusia yang ditunggangi roh jahat. Habel juga
menjadi korban (sacrifice) kemarahan Kain dalam setting cerita, selain korban yang
dipersembahkan oleh Kain dan Habel kepada Tuhan. Kain yang membunuh Habel itu
ternyata kemudian takut dibunuh orang lain. Menurut Listijabudi, dari ucapan ketakutan
Kain, mengindikasikan suasana pembalasan yang dirasa, dipahami Kain sebagai yang pasti
berlaku atas dirinya. Ketakutan tersebut merupakan tanda kesadaran lingkaran balas dendam.
Dari reaksi Tuhan pun nampak bahwa ketakutan Kain bukan omong kosong, tetapi realistis,
sehingga Tuhan kemudian mengancam. Jadi, pembunuhan atas manusia berdampingan erat
dengan momok pembalasan. Menurutnya, teori Girard yang berhubungan dengan hal ini
adalah kebiasaan balas dendam.38
Berdasarkan sumbangan teori ilmu sosial Ren Girard, dan hubungannya dengan
kisah Kain dan Habel, dalam kehidupan masa kini didapati pesan bahwa sering terjadi konflik
dan perbuatan jahat dalam relasi dengan sesama, sebagai akibat penolakan manusia lainnya.
Terdapat permasalahan bahwa ada sesama manusia yang menjadi standart inspirasi berubah
menjadi musuh, karena sesama tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki sekaligus
ingin dimiliki oleh manusia lain. Sesama manusia itu kemudian dapat menjadi subjek mimies
(yang ingin ditiru oleh manusia lain), bukan saja menjadi model-musuh, namun juga
menjadi kambing-hitam, korban tindakan jahat manusia lainnya tadi. Sesama menjadi
kambing hitam tidak saja karena ketidaktahuannya terhadap apa-apa yang ada, namun juga
karena ketahuannya dan terlibat banyak bersama manusia lainnya. Dengan korban kambing
hitam ini, manusia lainnya merasa lega dan puas, dan tidak jarang kemudian menggantikan
kedudukan model-musuh, sekaligus korban (sesama manusia) tadi. Untuk menjadi korban
kambing hitam tidak mesti dicari manusia yang tidak terkait dengan suatu urusan. Justru
kisah Kain dan Habel ini sering terulang kembali dalam bentuk yang beragam, namun
memiliki pesan yang sama, yang menjadi model-musuh justru yang paling efektif untuk
meredam tindakan jahat terhadap sesama manusia. Dalam kenyataannya, kerapkali bila
seseorang bermasalah dengan orang lain, kecenderungan untuk mengorbankan yang menjadi
model-musuh tampak lebih dominan. Sasaran tindakan jahat adalah terhadap sesama yang
dimodel-musuhkan, tidak kepada sesama yang tidak dikenal.39
Menurut penulis, dari hal-hal di atas, penolakan Kain agaknya memuat nilai-nilai
yang sangat manusiawi. Keadaan yang manusiawi tadi harus berhadapan dengan kenyataan
hidup yang terkadang sulit diterima karena tidak sesuai harapan, pada akhirnya tetap saja
manusiawi. Dari kisah ini terkandung sebabakibat permasalahan manusia yang mengalami
dan melakukan penolakan terhadap kenyataan hidup yang tidak sesuai harapan (dan terhadap
Tuhan). Kisah penolakan Kain ini menyimpan hikmat yang mengajak manusia melihat ke
dalam dirinya sendiri.
Teks Kejadian 4:1-17 yang menjadi media penafsiran adalah teks yang hendak
menyaksikan iman penulis sumber Y dalam konteks tantangan, misi, visi yang ada pada
penulis tersebut. Oleh sebab itu, apa yang disaksikan dalam teks Kejadian 4:1-17 pada
hakikatnya adalah dialog kehidupan itu sendiri. Antara kehidupan yang harus disikapi,
dihayati, dan dipahami dengan kehidupan iman yang hendak di pesankan kepada umat.
Dalam rangka inilah, teks Kejadian 4:1-17 itu bukan saja menjadi kitab iman, tetapi juga
menjadi kitab yang menyaksikan pergumulan kehidupan manusia apa adanya, yang ditulis
dalam perspektif dan tujuan teologis tertentu.40 Cerita Kain dan Habel bukan semata-mata
cerita kriminal, cerita tentang pembunuhan karena kemarahan yang sangat besar, namun juga
cerita tentang manusia dari segala waktu dan di segala tempat; manusia saat ini.41 Kisah
penolakan Kain tidak hanya terbatas pada diri Kain dan keturunannya saja (suku Keni), tetapi
mengandung pesan universal bagi semua manusia, karena semua manusia memiliki hubungan
persaudaraan. Dari pengalaman kegagalan Kain menerima kenyataan hidup yang tidak sesuai
dengan harapan menyediakan banyak pesan dalam menjalani hidup masa kini, yakni dalam
rangka menjalani dan memaknai hidup di tengah situasi yang tidak sesuai harapan.
Kisah Kejadian 4:1-17 adalah kisah yang bersifat mitologis (berasal dari tradisi lisan
suku Keni yang disunting penulis sumber Y). Oleh karenanya maka kisah ini mengandung
kebenaran kekal bagi dunia dan manusia. Suatu mite bukanlah serta-merta sebatas dongeng
belaka. Tetapi hendak menyampaikan kebenaran-kebenaran hari ini, dengan demikian mite
39 Ibid, 144-149
40 Ibid, 140
41 J. L. Ch. Abineno, Kesaksian Kejadian 1-11, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,_), 49
itu menolong manusia melihat ke dalam dirinya sendiri.42 Sebagai kisah mitologis yang
berkandungan teologis, kisah penolakan Kain dan sebab-akibatnya ini walaupun diceritakan
secara selektif, memiliki makna yang dalam dan menarik. Kisah ini bukan saja
menggambarkan penolakan Kain, tetapi juga sebab-akibatnya yang berkelanjutan, tidak saja
antara manusia dengan manusia, tetapi juga manusia dengan Tuhan. Manusia yang sampai
hari ini meskipun sudah berusaha namun cenderung diperhadapkan pada kenyataan hidup
yang tidak selalu sesuai harapan. Akan tetapi melalui kisah ini juga memberikan banyak
makna dan pesan dalam rangka menjalani hidup yang demikian.
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Karangan, Tafsiran
Abineno, J. L. Ch. Kesaksian Kejadian 1-11. Jakarta: BPK Gunung Mulia,_.
Atkinson, Robert, Alkitab Berbicara. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Lempp, Walter, Tafsiran Kejadian 1:1-4:26. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974.
Listijabudi, Daniel K. Tragedi Kekerasan - Menelusuri Akar dan Dampaknya dari Balada KainHabel. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1997.
Ludji, Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 1. Bandung: Bina Media Informasi, 2009.
________. Tafsiran Beberapa Teks Perjanjian Lama. Bandung: Bina Media Informasi, 2009.
Sanjaya, V. Indra Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab I. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Singgih, Emmanuel Gerrit, Dunia Yang Bermakna. Jakarta: Persetia, 1999.
_,Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 - Kejadian-Ester. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2002.
Alkitab, Kamus, Ensiklopedi
Alkitab Terjemahan Baru (TB) Lembaga Alkitab Indonesia 1974
Davidson, Benjamin, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion (Kamus Perjanjian Lama Analitis
Bahasa Ibrani dan Kaldean (Kasdim). Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1970.
Baker, David L. & A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Shadily, Hassan dan John. M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1996.
42 Robert Atkinson, Alkitab Berbicara (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 16, 19
_, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1994.
Aplikasi PC
BibleWorksTM Program Version 6.0. 005y. Copyright 2003 BibleWorks LCC. (This program is
producted by: US and International copyright law). (aplikasi PC).
Planela, Josef, Davar 3 Version 3.0.2.319 (Kamus Bahasa Ibrani-Inggris) 1999-2009, Lelekovice,
Chezch Republic. (aplikasi PC).
Pradis Bible Study Software. (Aplikasi PC Studi Alkitab). Application Version 6.01.0024,
Copyright 2006-2007 The Zondervan Corporation All Rights Reserved, (Zondervan, Zondervan
Bible Study Library, 2006).
Internet, PDF
Handoko, Yakub Tri, Pemahaman Alkitab Gkri Exodus Eksposisi Kitab Kejadian (pdf. file) Diunduh
pada tgl 3 Oktober 2016, pukul. 19.35 WIB.
Utley, Bob, Gensesis 1-11 Bible Commentary, East Texas Baptist University,1996.(pdf
file).http://www.archive.org/stream/Kejadian1.11genesis1.11BibleCommentaryIndonesianVersion/VO
L01AOT_indonesian_djvu.txt Diunduh pada tgl 3 Oktober 2016, pukul. 18.19 WIB.