Anda di halaman 1dari 18

KORBAN DITOLAK, KAIN BERTINDAK!

(Akar dan Dampak Penolakkan Kenyataan Hidup Studi Exegetis Kejadian 4:1-17)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:
Teologi Biblika 2
Dosen Pengampu:
Pdt. Dr. Maylinda Sari

Oleh:
Metusalakh Rizky Nayar

Program Pascasarjana (S2 M.Th.)


Semester Genap Tahun Akademik 2015/2016

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI


GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS
BANJARMASIN
2016

KORBAN DITOLAK, KAIN BERTINDAK!


(Akar dan Dampak Penolakkan Kenyataan Hidup Studi Exegetis Kejadian 4:1-17)

Dalam kehidupan ini seringkali manusia harus dihadapkan pada kenyataan hidup yang
tidak selalu sesuai harapan manusia. Sementara manusia memiliki potensi ketidakmampuan
menerima kenyataan hidup yang demikian. Ketidakmampuan menerima kenyataan hidup
yang tidak sesuai harapan kemudian bisa menghantar pada pemberontakan terhadap Tuhan
dan perbuatan jahat terhadap sesama. Dalam konteks tulisan ini penyebab dimulainya
tindakan penolakkan adalah penolakkan itu sendiri. Penolakkan dan pemberontakan serta
perbuatan jahat yang dilakukan Kain adalah ditolaknya dirinya dan persembahannya oleh
Tuhan, sedangkan Habel sebaliknya. Kejadian 4:1-17 menceritakan bagaimana penolakkan
Kain terhadap kenyataan hidup yang tidak sesuai harapannya (dirinya dan persembahannya
ditolak Tuhan), menyebabkan amarah yang membuahkan tragedi kekerasan terhadap sesama,
yakni pembunuhan terhadap Habel, saudara kandungnya sendiri. Sebelumnya, diceritakan
Kain dan Habel adalah anak-anak Adam dan Hawa yang memiliki profesi berbeda, Kain
adalah petani dan Habel adalah penggembala kambing dan domba. Suatu kali kedua saudara
ini mempersembahkan korban persembahan dari hasil pekerjaan mereka masing-masing.
Namun, Kain dan persembahannya tidak diindahkan/ ditolak Allah, sedang Habel dan korban
persembahannya sebaliknya. Korban ditolak, Kain bertindak! Rentetan tindakanmya yang
menyusul kemudian juga bersifat penolakan yang bermuara pada pemberontakan terhadap
Allah dan perbuatan jahat terhadap sesama.
Apakah penyebabnya sebagaimana umumnya dikemukakan karena superioritas
kualitas persembahan dan atau hati Habel; bahwa Habel (dan persembahannya) baik yang
layak sedang Kain sebaliknya? Ataukah ada kemungkinan lainnya yang mengungkapkan
Kain adalah manusia yang cenderug seperti manusia saat ini dengan alasan dan motif
manusiawi? Dalam tulisan ini penulis berusaha menemukan hal-hal tersebut dan
mendialogkannya dengan teori sosial Rene Girard,1 sebagaimana yang diterjemahkan Daniel
K. Listijabudi, dalam bukunya Tragedi Kekerasan-Menelusuri Akar dan Dampaknya dari
Balada Kain-Habel (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1997).
1 Ren Girard, adalah seorang sastrawan Perancis, yang banyak menulis tentang masalah sastra dan
etnologi. Dalam berbagai karyanya, Girard banyak berbicara mengenai dinamika relasi subjek-objekmotif-tindakan dalam kehidupan ritual, sosial, politis, dan kultural manusia, baik secara individu
maupun komunal.

Menurut

penulis,

agaknya

tindakan

Kain

mengindikasikan

bahwa

ia

mempersembahkan secara keseluruhan persembahannya kepada Tuhan, bukan seperti yang


anggapan umum bahwa ..., Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada
TUHAN sebagai korban persembahan (bdk. LAI: Kej. 4:3b). Kata hj;nmi (minkh ) (Hipil
imperfect), persembahan, bisa merujuk pada hadiah yang diberikan antar saudara (Kej.
32:13), hadiah untuk penguasa (Hak 3:15-18; I Sam 10:27), maupun sebagai istilah teknis
untuk korban sajian (Im. 2:1-7; 6:12-14; Bil. 15:1-16). Istilah minkh dapat berupa hasil
tanah (korban sajian) maupun binatang (1 Sam 2:17; 26:19). 2 Memang teks Ibrani BHS
(Massoret) tidak secara harafiah menyebutkan hal tersebut. Persembahan yang diberikan
Kain kepada Tuhan adalah persembahan dari hasil pekerjaannya sebagai petani. Teks BHS
menyebutkan

abeY"w:

hw")hyl;( hx'n>mi hm'd"a]h' yrIP.mi !yIq;


(wayyb qayin miPPer h|dm minkH layhwh (laa|

dny))3, Maka Kain membawa persembahan dari hasil tanah itu kepada Tuhan.
Memang bobot dan kualitas persembahan tersebut tidak diterangkan lebih lanjut dalam teks
BHS. Tidak dijelaskan secara harafiah apakah Kain memberikan keseluruhan hasil
pekerjaannya, atau bagian yang terbaik sebagai persembahan. Namun, agaknya kalimat
membawa persembahan dari

hasil tanah

itu mengindikasikan tindakan Kain

mempersembahkan secara keseluruhan persembahannya kepada Tuhan. Kalimat dari


hasil tanah menunjukan Apa-apa yang dihasilkan tanah, dan hal tersebut agaknya
menunjukan bahwa perihal apa-apa tersebut, sudah mewakili dan mencakup konteks
keseluruhan hasil persembahan Kain.
Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing
dombanya dan dari lemak-lemaknya. Lalu Tuhan bereaksi memandang Habel dan korban
persembahannya itu.

h['v'

(syaah),memandang, adalah suatu kata dengan konotasi

2 Yakub Tri Handoko, Pemahaman Alkitab Gkri Exodus Eksposisi Kitab Kejadian (pdf file)
3 BibleWorksTM Program Version 6.0. 005y. Copyright 2003 BibleWorks LCC. (This program is
producted by: US and International copyright law) BHS (Biblia Hebraica Stuttgartensia) merupakan perbaikan
dan penyederhanaan (terutama dalam apparatus criticus) dari BHK (Biblia Hebraica Kittel) yang didasarkan
atas Leningrad Codex (1009 M), dan terdapat dalam teks Masoret (Masoretic Text) (500-900 M). Teks Masoret
(MT) menjadi salinan teks yang paling dekat dengan teks asli terdahulu, dan lebih dapat dipercaya karena
ketelitiannya. Karena itu, teks Ibrani Perjanjian Lama masa kini didasarkan atas teks Masoret. Para Mazoret
(cendekiawan dan ahli kitab Yahudi) memperbaiki pembagian kata-kata dan menambahkan huruf hidup atau
tanda huruf hidup, tanda baca, tanda vocal dan pembagian ayat pada Perjanjian Lama Ibrani secara teliti dan
mendetail.

positif (Qal imperfect). Sedangkan Kain dan korban persembahannya tidak dipandang Tuhan
(ayat 5).4 Pernyataan ini telah menimbulkan banyak penafsiran. Ada yang menafsirkan bahwa
persembahan Habel diindahkan karena persembahan Habel dari kambing dan domba pilihan,
sedang persembahan Kain diambil dari hasil pertanian yang tidak bagus. Ada juga yang
mengatakan karena asap api dari persembahan Habel naik tegak lurus ke atas sedang asap
persembahan Kain hanya menyebar di bumi. Ada yang mengatakan karena Habel
mempersembahkan korban persembahan dengan tulus dan hati sungguh-sungguh, sedang
Kain tidak. Bahkan di dalam teks BHS tidak disebutkan mereka berdua melakukan
persembahan korban bakaran. Ada pula sebagian orang Yahudi menganggap bahwa ada api
dari langit membakar persembahan Habel, sedang Kain tidak (bdk. I Raj. 18:38, I Taw. 21:
26). Di sisi lain ada orang yang memberikan alasan lain, yaitu: Habel memberikan korban
yang berdarah, sedang Kain tidak (Bdk. Ibr 9:22). Tetapi banyak juga orang yang menolak
alasan ini, karena pada saat itu mereka belum mengerti hal itu.5
Ada pendapat yang memandang penerimaan Tuhan karena Habel mempersembahkan
persembahannya berdasarkan kualitas persembahan, bukan perihal jenis persembahan.
Persembahan Kain tidak diberi penjelasan tambahan apapun (4:3) hanya disebutkan Kain
juga memberikan persembahan dari hasil pekerjaannya. Sedangkan Habel disebutkan
mempersembahkan anak sulung dari kambing dombanya dan lemak-lemaknya (4:4a). Dalam
kehidupan masyarakat Israel kemudian, terdapat ketentuan bahwa bagian yang sulung hanya
diperuntukkan bagi Tuhan, sehingga demikian menunjukkan kualitas dari bagian ini, baik itu
mencakup buah sulung (Kel. 23:16) maupun anak sulung (Kel. 13:2, 15; Im. 27:26; Ul.
15:19). Israel bahkan disebut sebagai buah sulung (Yer. 2:3) dan anak sulung (Kel. 4:22)
Tuhan. Ungkapan ini selanjutnya juga dikenakan pada orang-orang percaya (Ibr 12:23; Yak
1:18). Semua ini mengindikasikan keutamaan. Demikian pula dengan bagian yang berlemak.
Bagian ini dianggap sebagai yang terbaik untuk Tuhan dan tidak boleh dikonsumsi oleh
manusia (Kel. 29:13; Im. 3:3-5, 9-11, 14-16; 4:8-10, 26, 31; 7:23-25; 1 Sam. 2:15-16; Yeh.
44:7, 15). Dalam konteks di luar ibadah di tabernakel pun bagian yang berlemak tetap
dipandang sebagai bagian terbaik (Ul. 32:38). Ketika Tuhan ingin mengajarkan bahwa
4 Bob Utley, Gensesis 1-11Bible Commentary (Indonesian Version) (East Texas Baptist
University,1996),68(pdf.file).http://www.archive.org/stream/genesis1.11BibleCommentaryIndonesian
Version/VOL01AOT_indonesian_djvu.txt Diunduh pada tgl 3 Oktober 2016, pukul. 18.19 WIB.
5 Bdk. Barnabas Ludji, Tafsiran Beberapa Teks Perjanjian Lama I, (Bandung: Bina Media Informasi,
2009), 13-14

ketaatan lebih penting dari pada korban, ia membandingkannya dengan korban yang berupa
lemak binatang (1 Sam. 15:22; Yes. 1:11).6
Pendapat tersebut menurut penulis sudah dipengaruhi oleh pengertian yang tercipta
dikemudian hari dalam kehidupan bangsa Israel mengenai aturan atau ketentuan tentang
persembahan kepada Tuhan, bahwa persembahan yang baik apabila merupakan korban
binatang seharusnya diberikan dari hasil pertama dan lemak-lemaknya. rkoB (Bekr), hasil
pertama, merupakan (yang pertama) anak pertama/sulung, kelahiran pertama.

tArkoB.i

(BBekrt), adalah bentuk kata benda feminin jamak dari DX]Kd (BBekra).7 bl,j
(kHelev), lemak, lemak-lemak, kegemukan, yang terbaik dari apapun.8 Lemak-lemak
menggambarkan bagian yang terbaik dari korban persembahan tersebut. Konteks Kain dan
Habel dalam cerita adalah konteks dimana belum ada perintah dan ketentuan yang mengatur
kegiatan mempersembahkan korban. Jadi, menurut kisah Kain dan Habel mereka belum
mengetahui akan hal tersebut.
Dalam Perjanjian Baru (PB), nampaknya terdapat penjelasan mengapa Habel dan
korban persembahannya diterima, sedang Kain sebaliknya. Surat Ibrani agaknya menafsirkan
penerimaan Habel dan kurban persembahannya karena Habel mempersembahkan
persembahannya dengan iman, dan merujuk kepada darah Habel dalam ayat yang sama yang
juga merujuk kepada darah Tuhan Yesus Kristus (Ibrani 11:4, 12:24). Ibrani 11:4
menyebutkan "Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Tuhan korban yang
lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya,
bahwa ia benar, karena Tuhan berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih
berbicara, sesudah ia mati." Sedangkan dalam Matius 23:35 Habel disebut Orang benar
itu dan dalam Yohanes 3:12, dikatakan "Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan
yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala
perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar." Nampaknya menurut PB Kain adalah
orang jahat dan Habel sebaliknya. Kitab

Deuterokanonika (Apokripa), misalnya

Kebijaksanaan Salomo 10:3, kendati tidak menyebutkan nama secara eksplisit, menyebutkan
...ketika seseorang yang lalim dengan amarahnya meninggalkan kebijaksanaan maka ia
6 Yakub Tri Handoko, Pemahaman Alkitab Gkri Exodus Eksposisi Kitab Kejadian
7 Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion, (Grand Rapids, Michigan:
Zondervan Publishing House, 1970), 84-85
8 Ibid, 285

jatuh binasa karena geramnya yang membunuh saudaranya.9 Namun, contoh-contoh


penafsiran dalam teks-teks di atas tidak didukung oleh Kejadian 4. Akan tetapi dari hal itu,
teks-teks tersebut menjadi contoh bagaimana para penulis Alkitab pada periode berikutnya
mencoba mengartikan dan menafsirkan suatu teks yang lebih kuno.10 Dengan demikian,
kegiatan penafsiran sebenarnya sudah dimulai dan terjadi sejak dahulu, bahkan sampai
sekarang ini.
Bob Utley, berpendapat mengenai bagaimana cara Tuhan memandang Habel dan
persembahannya adalah tidak pasti, walaupun ada banyak spekulasi. Tampaknya adalah hal
yang nyata bahwa Tuhan mengkomunikasikan sukacita-Nya kepada seseorang dan
ketidaksukaan-Nya kepada yang lain. Telah dicatat oleh para komentator, baik dari zaman
kuno dan moderen, bahwa Tuhan menerima Habel lebih dulu dan baru persembahannya.
Masalahnya dengan Kain adalah sikapnya. Ada kemungkinan Tuhan menunjukkan
kedaulatan-Nya dengan mengasihi yang lebih muda dan bukan yang lebih tua, dan hal ini
tampak di seluruh kitab Kejadian.11 Menurut Walter Lempp, alasan penerimaan korban Habel
tidak terletak pada keadaan atau sikap manusia, melainkan semata-mata bergantung pada
kemauan bebas Tuhan menerima atau menolak korban persembahan manusia. Kehendak
bebas Tuhan didasarkan atas kasih-Nya. Penolakan Tuhan terhadap korban manusia misalnya
dalam pemberitaan nabi-nabi, seperti Amos 4, Yesaya 1 dan sebagainya. Namun penolakan
Tuhan tersebut mempunyai dasar, misalnya dalam sikap hidup yang korup, penuh dengan
kelaliman dan sebagainya.12 Gerhard von Rad, menilai bahwa hal di atas tidak didasarkan
oleh sikap, kelakuan Kain atau ritual yang dilakukan Kain dan Habel. Tidak ada petunjuk
mengapa Tuhan menerima yang satu dan menolak yang lain. Satu-satunya petunjuk adalah
bahwa persembahan darah lebih menyenangkan hati Tuhan. Namun, tekanannya tetaplah
pada kehendak bebas Tuhan, lebih dari keunggulan Habel.13 Pendapat von Rad ini tampak
dogmatis. Ia melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu pola tertentu. Tuhan bebas
9 Bdk. V. Indra Sanjaya, Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab I (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 96
10 Ibid
11 Ibid, Bob Utley, Gensesis 1-11 Bible Commentary
12 Barnabas Ludji, Tafsiran Beberapa Teks Perjanjian Lama, 13-14
13 Daniel K. Listijabudi, Tragedi Kekerasan-Menelusuri Akar dan Dampaknya dari Balada KainHabel (Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1997), 31-32

berkehendak, sedang manusia harus senantiasa berusaha hidup berhadapan dengan kehendak
Tuhan yang bebas itu.
Menurut Bruce Vawter, hal tersebut harus dilihat dari persepsi penulis sumber Y,
bahwa kisah Kain dan Habel mempunyai suatu pola one is favored over another or the
anothers (ada seseorang yang lebih dikasihi dari yang lainnya). Pola-pola ini juga dapat
dilihat dalam kisah-kisah lain, Abraham lebih mengasihi Ishak daripada Ismael, Yakub lebih
dikasihi daripada Esau. Demikian juga dalam kisah ini, Habel lebih dikasihi daripada Kain,
sedangan alasan dari seleksi Ilahi ini memang tersembunyi bagi manusia. 14 Sementara U.
Cassuto, berpendapat korban persembahan akan diterima bila dinspirasikan oleh an
acceptable spirit (namun selanjutnya ia tidak memaparkan lebih jauh mengenai an
acceptable spirit tersebut). Dengan demikian ia menolak segala penjelasan yang bermuara
pada kelebihan korban Habel (korban dari gembala daripada korban dari etani, sebab tanah
telah dikutuk didalam Kejadian 3; maupun karena Habel mempersembahkan lemaklemaknya).15 Sedangkan John Gibson, berpendapat persembahan Kain ditolak karena Tuhan
memutuskan untuk menolaknya, sedang persembahan Habel diterima karena Tuhan
memutuskan untuk menerimanya.16 Pandangan Gibson tampaknya berwarna dogmatis. Ia
membaca kesulitan kisah Kejadian 4 lewat pandangan-pandangan dari kitab lain, bahkan dari
PB yang jelas-jelas berbeda dari kisah Kain dan Habel. Agaknya Gibson hendak memberi
bobot pada argumentasinya dalam rangka menonjolkan unsur ketidakbersyaratan dan
kebebasan anugerah dari Tuhan terhadap Habel. Padahal justru dalam surat Roma, anugerah
yang dimaksud adalah anugerah keselamatan lewat karya Kristus yang memang dilimpahkan
kepada semua orang. Namun hanya akan berdaya pada saat mereka yang punya iman saja
(sola gratia, sola fide). Sedang dalam Kejadian 4 tidak ada petunjuk tentang iman. Apabila
petunjuk mengenai esensi iman dilihat sebagai sesuatu yang terwujud lewat penghaturan
korban persembahan pada Tuhan, baik Habel yang diindahkan Tuhan, maupun Kain yang
ditolak, adalah beriman. Itu berarti konsep anugerah dalam kisah Kejadian 4 dalam ayat-ayat
yang disitir Gibson (terutama surat Roma), berbeda. Jadi usaha penyejajaran ini sebenarnya
lebih merupakan usaha menambah bobot argumentasi dalam suatu kerangka pikir tertentu. 17
Donald Gowan, berpendapat masalah penolakan dan penerimaan di atas adalah masalah
14 Ibid, 32
15 Ibid, 32-33
16 Ibid, 33

ketidaksamaan yang tak terterangkan, analoginya ialah tentang dua orang yang mempunyai
kualitas sama tetapi memiliki nasib berbeda, yang satu mendapatkan pekerjaan yang lain
tidak, yang satu harus bersusah-payah dalam menghadapi kerasnya hidup sedang yang lain
dengan gampang dapat menikmati kasih sayang orang lain. Ketika ketidaksamaan yang tak
terterangkan ini terjadi ada alternatif yang bisa muncul kemudian yaitu perasaan mengalami
nasib buruk dan ketidakadilan.18 Ch. Abineno, berpendapat bahwa penerimaan Tuhan
didasarkan kepada pandangan dan ukuran Tuhan sendiri, Ia bebas dalam kasih-Nya: Ia
mengasihi siapa yang Ia kasihi dan Ia menunjukan rahmat-Nya kepada siapa yang Ia
berkenan manusia tidak dapat menghampiri Tuhan berdasarkan hak dan berdasarkan hak
sebagai umat Tuhan. Manusia hanya dapat menghampiri Tuhan berdasarkan anugerah.
Namun Kain ingin hidup berdasarkan kebenarannya sendiri, bukan berdasarkan anugerah itu,
tetapi berdasarkan hak-haknya sebagai anak sulung.19 Sedangkan Daniel K. Listiajabudi,
berpendapat bahwa ketiadaan informasi tentang alasan Tuhan dalam mengindahkan yang satu
dan tidak mengindahkan yang lain menunjukan bahwa perihal sebab agaknya memang
bukan menjadi penekanan penulis sumber Y. Agaknya fokus yang ingin disampaiannya
adalah seperti yang ia kisahkan, yakni bagaimana Kain menanggapi respon Tuhan yang tidak
menerima korban persembahan yang dihaturkan kepada-Nya, Sehingga terjadi ketegangan
(suspens) antara Kain dengan Tuhan, dan bukan pada pengemukaan alasan dan respon Tuhan
atas persembahan Kain (dan Habel).20
Penafsiran lain berdasarkan konteks sosial budaya bangsa Israel setelah menjadi
kerajaan, yang melahirkan bentuk-bentuk ibadah yang diwarnai oleh latar belakang agama
pertanian tradisi Kanaan dan Baalnya, seperti lembu emas dan praktek-praktek ibadah yang
dipengaruhi oleh cara berpikir agama pertanian Kanaan. Jika dilihat dari latar belakang di
atas, maka kemungkinan teks ini mau menegakan kembali iman bangsa Israel yang tidak
tercemar oleh agama pertanian ketika mereka masih sebagai bangsa pengembara. Pandangan
nabi Hosea dan Yeremia yang sangat menjujung tinggi iman padang gurun dapat menjadi
acuan terhadap penafsiran ini. Bentuk agama pertanian yang diwakili oleh korban
17 Ibid, 33-34
18 Ibid, 34-35
19 J. L. Ch. Abineno, Kesaksian Kejadian 1-11, 46-48
20 Bdk. Daniel K. Listiajabudi, Tragedi Kekerasan, 97-98

persembahan Kain, tidak berkenan kepada Tuhan, karena persembahan-persembahan bangsa


Israel yang kemudian sudah banyak dipengaruhi cara dan praktek agama Kanaan.21
Ada banyak spekulasi jawaban yang telah dikutip maupun dilontarkan para ahli untuk
mencari jawab tersebut. Namun teks BHS sendiri agaknya tidak memaparkan alasan untuk
hal ini. Alasan yang mencoba meruntut kecacatan korban dari Kain lewat kisah sebelumnya
(sebab Kain telah mempersembahkan hasil dari tanah, yang telah dikutuk Tuhan dalam
Kejadian 3) juga tidak tepat. Tanah dikutuk bukan supaya apa saja yang keluar darinya adalah
najis, tidak bersih di mata Tuhan, namun tanah dikutuk supaya tidak lagi memberikan hasil
yang sepenuhnya bagi manusia, agar manusia berjerih lelah mengusahakan tanah itu (Kej.
3:17-19). Bila mengacu pada teks Kejadian 4, maka tidak didapati alasan penerimaan dan
penolakan Tuhan.
Penulis mengikuti Daniel K. Listiajabudi, berpendapat bahwa ketiadaan informasi
tentang alasan Tuhan dalam mengindahkan yang satu dan tidak mengindahkan yang lain
menunjukan bahwa perihal sebab agaknya memang bukan menjadi penekanan penulis
sumber Y, sekalipun agaknya terdapat kesan pengajaran oleh penulis sumber Y dalam rangka
mempersembahkan korban yang baik. Pengajaran tersebut sengaja ditempatkan di dalam
cerita sejarah manusia pertama-tama, yakni cerita Kain dan Habel, agar dari kisah tersebut
dimulailah suatu pemahaman tentang bagaiman mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Namun, menurut penulis, agaknya fokus yang ingin disampaiannya adalah seperti yang ia
kisahkan, yakni bagaimana Kain menanggapi respon Tuhan yang tidak menerima korban
persembahan yang dihaturkan kepada-Nya, dan bukan pada pengemukaan alasan dan respon
Tuhan atas persembahan Kain (dan Habel). Dosa Kain agaknya ditentukan karena
tanggapannya, dan bukan karena persembahannya. Respon Tuhan yang berbeda terhadap
persembahan Kain dan Habel (4:4b-5a) bukanlah akhir dari kisah di bagian ini. Berdasarkan
perbandingan porsi dalam kisah ini terdapat kesan bahwa inti dalam kisah ini bukanlah
perihal persembahan Kain (4:2-5a). Porsi terbesar tampaknya diberikan untuk respon Kain
terhadap penolakan Ilahi (5:5b-8) dan bagaimana Tuhan memberikan respon terhadap hal itu
(4:9-16). Respon Kain dikisahkan secara berkelanjutan, bagaimana kemudian tanggapantanggapan yang diberikan Kain kepada Tuhan dan juga tanggapan Tuhan atas Kain.
Kemungkinan itulah sebabnya mengapa teks BHS tidak memberikan penjelasan detail
tentang alasan di balik penolakan Tuhan atas persembahan Kain. Bermula dari penolakkan
tersebut memunculkan rentetan penolakkan selanjutnya.
21 Barnabas Ludji, Tafsiran Beberapa Teks Perjanjian Lama, 14-15

Adapun wujud penolakkan dan pemberontakan tersebut pertama-tama, diindikasikan


melalui

sikap

Kain

menolak

penolakan

Tuhan

terhadap

dirinya

(dan

korban

persembahannya), dengan respon menjadi marah dan wajahnya jatuh (reaksi fisik dan
psikis)

rx;YIw:

(wayyKHar), menjadi marah (Qal imperfect ditambah dengan

adverb (kata keterangan)

daom.

(med), sangat).22 Menurut Daniel K. Listijabudi,

Secara tata bahasa, kata wayyihar yang mempunyai kata dasar hara, menjadi marah,
merupakan kata kerja impersonal, yaitu kata kerja tanpa subjek. Sedang kata leqayin adalah
pelengkapnya. Jadi secara harafiah berarti ada marah yang sangat besar pada Kain. Marah
menjadi sesuatu yang berada dan timbul pada Kain. Reaksi pertama yang timbul pada Kain
adalah kemarahan yang sangat, lalu

wyn")P' WlP.YIw:)

(wayiPPel Pnw),

wajahnya jatuh.23 Kain telah menolak Tuhan, dengan menolak keputusan Tuhan. Kedua,
sehubungan dengan respon Kain tadi, Tuhan memperingatkan dan menggugahnya agar
menjadi lebih baik: mengapa kamu menjadi marah dan mengapa wajahmu jatuh?

^yn<)p' Wlp.n" hM'l'w> %l' hr"x' hM'l'


kHr lk welmm npl pnk). Disusul

(lamm

AB*-lv'm.Ti hT'a;w>

Atq'WvT. ^yl,aew> #be_ro taJ'x; xt;P,l; byjiyte


al{ ~aiw> taef. byjiyTe-~ aAlh] (hl im-Tb Set we
im l tb laPPetaH Hat rbtc welk Teqt weaTT
Timol-B). Bukankah jika kamu berbuat baik akan mengangkat (mengangkat wajahmu)?
dan jika tidak berbuat baik dosa adalah roh jahat di pintu dan begitu berhasrat kepadamu,
namun engkau harus berkuasa atasnya (menguasainya). Kata
jahat, personifikasi

taJ'x

#be_ro

(rbtc) roh

(Hat), perbuatan dosa.24 Peringatan Tuhan kemudian

22 Ibid, Bob Utley, Gensesis 1-11 Bible Commentary


23 Bdk. Daniel K. Listiajabudi, Tragedi Kekerasan, 101-102
24 roh jahat (#be_ro (rbtc) terkait dengan kata kerja #b'r' (rabats), mempunyai hubungan
dengan kata rabisu, dalam bahasa Akkadia, yaitu sebutan untuk salah satu jenis roh jahat (demon). Rbiu,
adalah kata yang merujuk kepada salah satu jenis roh jahat dalam mitologi Mesopotamia, yang bertugas sebagai
penunggu pintu sebuah bangunan, baik untuk melindungi atau mengganggu penghuninya. Bdk. Daniel K.
Listijabudi, Tragedi Kekerasan, 38, 104-105

bahwa kekuatan dosa tersebut begitu berhasrat terhadap Kain. Kata

hq'WvT.

(tesuqa)

berhasrat/mengingini, merupakan bentuk feminin deklenasi, berasal dari kata Wh[ (suq).25
Kata ini digunakan untuk manusia, yaitu ketertarikan antara laki-laki terhadap perempuan,
dan sebaliknya serta untuk hasrat pada binatang untuk menelan/memangsa binatang lain. 26
Kata kerja L[N (masyal) (Qal imperfect). Kata

-lv'm.Ti

(timal), adalah bentuk

Qal future orang ke-2 maskulin tunggal, dari kata L[N (masyal).

-lv'm.Ti

(timal), engkau harus berkuasa, memerintah, mengatur, mendominasi.27


Namun, Kain kembali menolak peringatan dan gugahan Tuhan itu, dengan tidak
mengindahkan hal itu, tetapi Kain justru melakukan perbuatan jahat terhadap saudaranya
Habel, bangkit atas Habel, saudaranya dan membunuh Habel; bangkit atas

~q'Y"w:

(wayyqm) Habel, saudaranya dan membunuhnya

BXD (|harag),

membunuh, Ketiga, setelah peristiwa pembunuhan atas Habel tersebut, Tuhan


mempertanyakan keberadaan Habel dan tanggung jawab Kain terhadap perbuatan jahatnya
serta terhadap relasinya bersama saudaranya Habel. Namun, dari jawabannya melalui
pernyataan sekaligus pertanyaannya justru memperlihatkan suatu bentuk pengingkaran atas
apa yang diperbuatnya, disambung dengan mempertanyakan fungsi dirinya atas Habel, aku
tidak tahu, apakah aku penjaga saudaraku?

ykinO*a' yxia' rmEvoh]

(hymr kH nk), apakah aku penjaga/pemelihara saudaraku? merupakan


hapax legomena (kata-kata yang hanya satu kali di gunakan dan terdapat dalam Perjanjian
Lama). Meskipun memang ada bermacam-macam jenis jabatan penjagaan/pemeliharaan (Yes.
21:11-12; Yer. 4:17; Est. 2:3; 2:8, 14, 15; Neh. 2:8; Bil. 3:28, 32; 31:30, 47; Neh. 3:29). 28
Kain kembali menolak tanggung jawabnya atas perbuatan jahatnya dan atas relasinya
tersebut. Akibatnya, Kain dihukum Tuhan, ia dikutuk tidak akan mendapatkan hasil maksimal
dari tanah dengan pekerjaannya sebagi petani, serta akan menjadi pelarian dan pengembara di
25 Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion,707
26 Josef Planela, Davar3 Version 3.0.2.319 (Kamus Bahasa Ibrani-Inggris) 1999-2009,
Lelekovice, Chezch Republic
27 Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion, 764, 521
28 Bdk. Walter Lempp, Tafsiran Kejadian 1:1-4:26 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 111, 143

bumi. Keempat, akan tetapi Kain kembali menolak hukuman Tuhan tersebut, karena
menurutnya terlampau berat;

afo)N>mi ynIwO[] lAdG"

(Gdl `wn

minneS) hukumanku terlalu besar untuk aku tanggung. Kata O]R (`wn), dapat
diterjemahkan

sebagai

yaic.mo-lk'

dosa,

atau

hy"h'w>

hukuman.29

Selanjutnya

#r<a'B'

ynIgE)r>h;y:
dn"w"

[n"

ytiyyIh'w> rtE+S'a, ^yn<P'miW hm'd"a]h' ynEP.


l[;me ~AYh; ytiao T'v.r:GE !he

(hn GrayT t

hayym m`al Pn h|dm miPPnk esstr whyt n`


wnd Bretc why kol-mc ya|hargn), lihatlah! (sesungguhnya)
sekarang Engkau mengusir aku dari tanah ini dan dari hadapan wajah-Mu tersembunyi
serta menjadi pelarian dan pengembara di bumi. Siapapun yang menemukanku
membunuhku. DID (hya), menjadi, akan terjadi; Lm (kol), siapapun; @VN
(matca), mendapati, menemui; I- (y), aku; BXD (harag), membunuh; IP(ny), aku.30
Kain takut dibunuh orang lain dalam pelarian dan pengembaraannya. Atas hal
tersebut, Tuhan merespon Kain dengan memberikan anugerah tanda perlindungan agar ia
tidak dibunuh orang lain yang bertemu dengannya. Kelima, ternyata sekali lagi Kain kembali
menolak tanda perlindungan Tuhan dan menolak status hukumannya sebagai pelarian dan
pengembara yang mengenakan tanda perlindungan Tuhan itu, dengan jalan mendirikan kota
Henokh, di tanah Nod.

%An*x] AnB. ~veK. ry[ih' ~ve

ar"q.YIw: ry[i hn<Bo yhiy>w:) (wa|yeh Bn `r wayyiqr


ym h`r Keym Ben kHnk), lalu terjadilah (kemudian) ia membangun
kota dan menamai nama kota itu seperti nama anaknya (putranya) Henokh. Kata

aceYEw:

(wayyTc), dan pergilah ia (Qal imperfect orang ke-3 maskulin

jamak), dari kata @VI (yaTca), keluar, berangkat, pergi31

29 Bdk. Daniel K. Listijabudi, Tragedi Kekerasan, 44


30 BHS to Goodrick/ kohlenburger Number Definitions Copyright Pradis Application Version 6.0.Bdk.
David L. Baker & A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 20, 33, 39, _, 22, _

w>

(we), dan; DID (hya), menjadi, terjadi; DPd (bana), membangun,

mendirikan; XIR (iyr), kota; w> (we), dan; @XW (qara), menyebut, memanggil;

M[ (syem), nama; D (h), itu; XIR (iyr), kota; -m (ke), seperti, menurut; M
[ (syem), nama; OA (ben), putra, anak laki-laki; ]- (wo), nya, dia (kata ganti orang
ke-3 tunggal); %Anx (kHnk), Henokh.32 %Anx (kHnk), Henokh
pemula atau pendahulu.33 Suatu kota dapat berarti tempat kediaman yang dilindungi
banguan-bangunan tertentu terhadap dunia sekitarnya. 34 Suatu kota dalam Perjanjian Lama
terbagi atas dua jenis kota, yakni kota yang berkubu dan kota yang terbuka. Bilangan
13:19, 28 menyinggung kota yang berkubu, sedangkan Ulangan 1:28 menyinggung kota
berkubu yang sangat besar. Yeremia 34:7 juga menyinggung tentang suatu kota yang
dipertahankan oleh bangunan-bangunan yang kuat, dengan kata

rc")b.mi yrE['

(`r mibtcr). Kata XIR (iyr), dalam Kejadian 4:17, agaknya mengisyaratkan suatu
kota yang berkubu. Untuk membedakan hal tersebut dipakailah kata khatser untuk kota yang
terbuka.35
Pendirian kota Henokh menggambarkan tindakan Kain melindungi dirinya (dan
keluarganya) dari keadaan-keadaan tidak selamat yang datang dari luar, dengan
kekuatannya sendiri. Kain menolak keberadaan sesama dengan segala kecenderungan
perbuatan jahatnya. Agaknya Kain tidak yakin atas anugerah tanda perlindungan yang Tuhan
berikan atasnya tadi. Tindakan Kain tersebut juga mengindikasikan bahwa Kain menolak
status hukumannya sebagai pelarian dan pengembara yang mengenakan tanda perlindungan
Tuhan itu, karena Kain lebih memilih hidup menetap di tanah Nod, dalam kota Henokh,
daripada harus memikul dan menjalani status hukumannya sebagai pelarian dan pengembara.
Penulis juga hendak memaparkan pendapat Daniel K. Listijabudi, yang mengutip dan
mengkritisi teori Ren Girard, dalam bukunya Violence and the Sacred dan The
Scapegoat dalam rangka mencari sumbangan ide dan pikiran untuk lebih memahami sebab
31 Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion, 336
32 BHS to Goodrick/ kohlenburger Number Definitions Copyright Pradis Application Version
6.0David L. Baker & A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, 23, 20, 16, 47, 23, 54, 32, 62, 15, _, _

33 Benjamin Davidson, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion, 266


34 _,Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 (Jakarta, Yayasan Bina Kasih/OMF, 2002), 89
35 Bdk. _, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, 58

dan akibat penolakan Kain yang menghantar pada perbuatan jahat terhadap sesama (Habel).
Ren Girard, sebagaimana Daniel K. Listiajabudi uraikan, mengakui bahwa manusia yang
sedang dilanda nafsu kemarahan, berada dalam pengungkapan diri yang tidak dalam keadaan
normal. Semua kesalahan, kejahatan diletakkan kepada lawan atau musuhnya, ia
menumpahkan kemarahannya terhadap sasarannya. Sehingga tanpa disadari, luapan
kemarahan merupakan kemampuan untuk melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut.
Pertama, menciptakan musuh-musuh, kedua, melampiaskan kesalahan seluruhnya pada
orang lain tanpa sebab yang jelas, dan ketiga, melepaskan dirinya sendiri terhadap objek
kemarahan tersebut. Tidak ada mekanisme yang pasti untuk menghentikan kemarahan
seseorang dari dalam dirinya, bahkan dalam kemarahan yang paling serius, manusia bisa
membunuh. Kemarahan yang membuat orang buta seperti itu, justru akan sangat mudah
dipengaruhi, dibelokkan ke jalur lain.36 Kemarahan buta dan mengandung monstrous
duality, (monster yang menduplikasi) kemudian berpotensi menjadi monster (makhluk
asing yang berbahaya) bagi Habel. Hal tersebut disebabkan selain adanya kemarahan yang
begitu besar pada Kain sendiri, juga karena adanya peran roh jahat yang berkarakter
destruktif dan sangat berhasrat pada Kain. Kemarahan yang begitu besar itu kemudian
ditunggangi oleh roh jahat (#be_ro (rbtc) terkait dengan kata kerja

#b'r'

(rabats), mempunyai hubungan dengan kata rabisu, dalam bahasa Akkadia, yaitu sebutan
untuk salah satu jenis roh jahat (demon),37 maka Kain menjadi seperti binatang buas bagi
Habel.
Hipotesa Girard, yang terkait dengan reaksi dan motif di balik kemarahan Kain
adalah ide korban pengganti (the surrogate victim) dalam teori mekanisme kambing
hitam (scapegoat). Namun perlu dicatat, bentuk kemarahan Kain kepada Habel tersebut
bukan bersifat kolektif sebagaimana teori Girard, tetapi bentuk transfer kemarahan individual.
Selain itu, Habel juga menjadi subjek mimies Kain; subjek yang ingin ditiru Kain, sebab
Habel mempunyai sesuatu yang diingini Kain. Habel tidak memulai dan tidak menyebabkan
kemarahan Kain, namun posisi Habel adalah posisi yang diingini Kain sekaligus tidak
dimilikinya. Habel menjadi model-musuh Kain; Habel menjadi model yang ingin ditiru
Kain, sekaligus menjadi musuh Kain, karena apa-apa yang ada pada Habel begitu

36 Daniel K. Listijabudi, Tragedi Kekerasan, 60-70


37 Ibid, 38, 104-105

menggoda Kain. Habel yang tidak tahu-menahu menjadi kambing hitam, tumbal kemarahan
Kain, bukan saja semata-mata karena kelemahannya tetapi juga karena kelebihannya.
Kain kemudian membunuh Habel, saudarnya. Hal ini menunjukan betapa berbahaya
dan mengerikannya akibat dari kemarahan manusia yang ditunggangi roh jahat. Habel juga
menjadi korban (sacrifice) kemarahan Kain dalam setting cerita, selain korban yang
dipersembahkan oleh Kain dan Habel kepada Tuhan. Kain yang membunuh Habel itu
ternyata kemudian takut dibunuh orang lain. Menurut Listijabudi, dari ucapan ketakutan
Kain, mengindikasikan suasana pembalasan yang dirasa, dipahami Kain sebagai yang pasti
berlaku atas dirinya. Ketakutan tersebut merupakan tanda kesadaran lingkaran balas dendam.
Dari reaksi Tuhan pun nampak bahwa ketakutan Kain bukan omong kosong, tetapi realistis,
sehingga Tuhan kemudian mengancam. Jadi, pembunuhan atas manusia berdampingan erat
dengan momok pembalasan. Menurutnya, teori Girard yang berhubungan dengan hal ini
adalah kebiasaan balas dendam.38
Berdasarkan sumbangan teori ilmu sosial Ren Girard, dan hubungannya dengan
kisah Kain dan Habel, dalam kehidupan masa kini didapati pesan bahwa sering terjadi konflik
dan perbuatan jahat dalam relasi dengan sesama, sebagai akibat penolakan manusia lainnya.
Terdapat permasalahan bahwa ada sesama manusia yang menjadi standart inspirasi berubah
menjadi musuh, karena sesama tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki sekaligus
ingin dimiliki oleh manusia lain. Sesama manusia itu kemudian dapat menjadi subjek mimies
(yang ingin ditiru oleh manusia lain), bukan saja menjadi model-musuh, namun juga
menjadi kambing-hitam, korban tindakan jahat manusia lainnya tadi. Sesama menjadi
kambing hitam tidak saja karena ketidaktahuannya terhadap apa-apa yang ada, namun juga
karena ketahuannya dan terlibat banyak bersama manusia lainnya. Dengan korban kambing
hitam ini, manusia lainnya merasa lega dan puas, dan tidak jarang kemudian menggantikan
kedudukan model-musuh, sekaligus korban (sesama manusia) tadi. Untuk menjadi korban
kambing hitam tidak mesti dicari manusia yang tidak terkait dengan suatu urusan. Justru
kisah Kain dan Habel ini sering terulang kembali dalam bentuk yang beragam, namun
memiliki pesan yang sama, yang menjadi model-musuh justru yang paling efektif untuk
meredam tindakan jahat terhadap sesama manusia. Dalam kenyataannya, kerapkali bila
seseorang bermasalah dengan orang lain, kecenderungan untuk mengorbankan yang menjadi

38 Ibid, 84-85, 135-138

model-musuh tampak lebih dominan. Sasaran tindakan jahat adalah terhadap sesama yang
dimodel-musuhkan, tidak kepada sesama yang tidak dikenal.39
Menurut penulis, dari hal-hal di atas, penolakan Kain agaknya memuat nilai-nilai
yang sangat manusiawi. Keadaan yang manusiawi tadi harus berhadapan dengan kenyataan
hidup yang terkadang sulit diterima karena tidak sesuai harapan, pada akhirnya tetap saja
manusiawi. Dari kisah ini terkandung sebabakibat permasalahan manusia yang mengalami
dan melakukan penolakan terhadap kenyataan hidup yang tidak sesuai harapan (dan terhadap
Tuhan). Kisah penolakan Kain ini menyimpan hikmat yang mengajak manusia melihat ke
dalam dirinya sendiri.
Teks Kejadian 4:1-17 yang menjadi media penafsiran adalah teks yang hendak
menyaksikan iman penulis sumber Y dalam konteks tantangan, misi, visi yang ada pada
penulis tersebut. Oleh sebab itu, apa yang disaksikan dalam teks Kejadian 4:1-17 pada
hakikatnya adalah dialog kehidupan itu sendiri. Antara kehidupan yang harus disikapi,
dihayati, dan dipahami dengan kehidupan iman yang hendak di pesankan kepada umat.
Dalam rangka inilah, teks Kejadian 4:1-17 itu bukan saja menjadi kitab iman, tetapi juga
menjadi kitab yang menyaksikan pergumulan kehidupan manusia apa adanya, yang ditulis
dalam perspektif dan tujuan teologis tertentu.40 Cerita Kain dan Habel bukan semata-mata
cerita kriminal, cerita tentang pembunuhan karena kemarahan yang sangat besar, namun juga
cerita tentang manusia dari segala waktu dan di segala tempat; manusia saat ini.41 Kisah
penolakan Kain tidak hanya terbatas pada diri Kain dan keturunannya saja (suku Keni), tetapi
mengandung pesan universal bagi semua manusia, karena semua manusia memiliki hubungan
persaudaraan. Dari pengalaman kegagalan Kain menerima kenyataan hidup yang tidak sesuai
dengan harapan menyediakan banyak pesan dalam menjalani hidup masa kini, yakni dalam
rangka menjalani dan memaknai hidup di tengah situasi yang tidak sesuai harapan.
Kisah Kejadian 4:1-17 adalah kisah yang bersifat mitologis (berasal dari tradisi lisan
suku Keni yang disunting penulis sumber Y). Oleh karenanya maka kisah ini mengandung
kebenaran kekal bagi dunia dan manusia. Suatu mite bukanlah serta-merta sebatas dongeng
belaka. Tetapi hendak menyampaikan kebenaran-kebenaran hari ini, dengan demikian mite

39 Ibid, 144-149
40 Ibid, 140
41 J. L. Ch. Abineno, Kesaksian Kejadian 1-11, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,_), 49

itu menolong manusia melihat ke dalam dirinya sendiri.42 Sebagai kisah mitologis yang
berkandungan teologis, kisah penolakan Kain dan sebab-akibatnya ini walaupun diceritakan
secara selektif, memiliki makna yang dalam dan menarik. Kisah ini bukan saja
menggambarkan penolakan Kain, tetapi juga sebab-akibatnya yang berkelanjutan, tidak saja
antara manusia dengan manusia, tetapi juga manusia dengan Tuhan. Manusia yang sampai
hari ini meskipun sudah berusaha namun cenderung diperhadapkan pada kenyataan hidup
yang tidak selalu sesuai harapan. Akan tetapi melalui kisah ini juga memberikan banyak
makna dan pesan dalam rangka menjalani hidup yang demikian.

DAFTAR PUSTAKA
Buku, Karangan, Tafsiran
Abineno, J. L. Ch. Kesaksian Kejadian 1-11. Jakarta: BPK Gunung Mulia,_.
Atkinson, Robert, Alkitab Berbicara. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Lempp, Walter, Tafsiran Kejadian 1:1-4:26. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974.
Listijabudi, Daniel K. Tragedi Kekerasan - Menelusuri Akar dan Dampaknya dari Balada KainHabel. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1997.
Ludji, Barnabas, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 1. Bandung: Bina Media Informasi, 2009.
________. Tafsiran Beberapa Teks Perjanjian Lama. Bandung: Bina Media Informasi, 2009.
Sanjaya, V. Indra Membaca Lima Kitab Pertama Alkitab I. Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Singgih, Emmanuel Gerrit, Dunia Yang Bermakna. Jakarta: Persetia, 1999.
_,Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 - Kejadian-Ester. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 2002.
Alkitab, Kamus, Ensiklopedi
Alkitab Terjemahan Baru (TB) Lembaga Alkitab Indonesia 1974
Davidson, Benjamin, The Analytical Hebrew And Chaldee Lexion (Kamus Perjanjian Lama Analitis
Bahasa Ibrani dan Kaldean (Kasdim). Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1970.
Baker, David L. & A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Shadily, Hassan dan John. M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1996.
42 Robert Atkinson, Alkitab Berbicara (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 16, 19

_, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF, 1994.
Aplikasi PC
BibleWorksTM Program Version 6.0. 005y. Copyright 2003 BibleWorks LCC. (This program is
producted by: US and International copyright law). (aplikasi PC).
Planela, Josef, Davar 3 Version 3.0.2.319 (Kamus Bahasa Ibrani-Inggris) 1999-2009, Lelekovice,
Chezch Republic. (aplikasi PC).
Pradis Bible Study Software. (Aplikasi PC Studi Alkitab). Application Version 6.01.0024,
Copyright 2006-2007 The Zondervan Corporation All Rights Reserved, (Zondervan, Zondervan
Bible Study Library, 2006).
Internet, PDF
Handoko, Yakub Tri, Pemahaman Alkitab Gkri Exodus Eksposisi Kitab Kejadian (pdf. file) Diunduh
pada tgl 3 Oktober 2016, pukul. 19.35 WIB.
Utley, Bob, Gensesis 1-11 Bible Commentary, East Texas Baptist University,1996.(pdf
file).http://www.archive.org/stream/Kejadian1.11genesis1.11BibleCommentaryIndonesianVersion/VO
L01AOT_indonesian_djvu.txt Diunduh pada tgl 3 Oktober 2016, pukul. 18.19 WIB.

Anda mungkin juga menyukai