Thiessen (1947)
Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri
dari bermacam-macam unsur mewakili banyak komponen
kimia, dimana hanya sedikit dari komponen kimia tersebut
yang dapat diketahui. Pada umumnya homogen, tetapi
hamper semua berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang sangat
kompleks, terdiri dari bermacam-macam serat dimana
sertiap serat terdiri dari beberapa sel. Dengan sendirinya
bahan-bahan tersebut akan berkomposisi sejumlah
komponen kimia dalam perbandingan yang sangat
bervariasi.
Spackman (1958):
Batubara adalah suatu benda padat karbonan berkomposisi
maseral. Pengertian batubara disini berarti termasuk semua
batubara dari berbagai derajat batubara (coal rank) yang
diawali dari gambut, lignit, batubara sub-bituminus, batubara
bituminus, semi antrasit, antrasit, dan meta antrasit.
The International Hand Book of Coal Petrography (1963)
Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar,
terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan dalam variasi tingkat
pengawetan, diikuti oleh proses kompaksi dan terkubur
dalam cekungan-cekungan yang diawali pada kedalaman
yang tidak terlalu dangkal. Cekungan-cekungan ini pada
garis besarnya dibagi atas cekungan limnik (intra
continental) dan cekungan paralis yang berhubungan
dengan air laut. Segera setelah lapisan-lapisan dasar turun
terus-menerus, sisa-sisa tanaman yang terkubur tersebut
dipengaruhi oleh proses normal metamorfosis terutama oleh
temperatur dan tekanan.
Pengertian Batubara
(Menurut SNI, 1997) batubara adalah: endapan yang
Mengandung hasil akumulasi material organik yang Berasal
dari sisa-sisa tumbuhan yang telah mengalami litifikasi,
kompaksi, dan proses metamorfosis.
(Ward, 1984) batubara adalah: batuan sedimen yang
mudah terbakar, yang berasal dari tumbuhan (dgn komposisi
karbon, hidrogen, dan oksigen), warna coklat sampai hitam,
proses pengkayaan karbon terjadi pada saat proses
pengendapan berlangsung.
Geologi batubara
Adalah: ilmu yang mempelajari tentang batubara Dengan
pengaplikasian
ilmu
dasar
geologi
untuk
kepentingan keilmuan dan terapan dilapangan.
Proses-proses geologi yang mempengaruhi Terbentuknya
serta dampak batubara:
1. Pendistribusian sedimentasi dan cekungan Sedimentasi.
2. Struktur geologi
3. Coal Seam Gas
3. Jenis dan karakter sedimen interbaden
4. Air tanah dan pelapukan ( Curah Hujan/Cuaca)
5. Potensi bahaya geologi.
Batubara berdasarkan tempat terjadinya
Berdasarkan tempat terjadinya, maka pembentukan
batubara dapat dibagi menjadi batubara yang terbentuk
secara in-situ dan batubara yang bahan pembentuknya
sudah mengalami transportasi (drift) atau disebut juga
CEKUNGAN PALEOGEN
Ditandai oleh blok sesar, endapan sedimen
umumnya non-marin, pada awal Eosen
mengalami transgresi.
Endapan batubara berselingan dengan endapan sedimen
lakustrin, endapan sungai, dan endapan pantai.
Sebaran batubara arah horisontal umumnya terbatas
dibandingkan kearah vertikal.
CEKUNGAN PALEOGEN
1. Sumatera: Cekungan Ombilin
2. Jawa: Cekungan Bayah dan Cimandiri
3. Kalimantan: Cekungan Pasir dan Barito
4. Sulawesi: Cekungan Kasama dan Enrekang
CEKUNGAN NEOGEN
Cekungan berkembang bersebelahan dengan busur
volkanik dalam (back deep basin).
Pengendapan sedimen klastik menutupi cekungan
intramontana yang berumur paleogen.
Berkembang rawa-rawa yang merupakan tempat subur
untuk tumbuhan bahan pembentuk batubara.
CEKUNGAN NEOGEN
1. Back Arc Basin, Sumatera Utara Batubara relatif sedikit
(Formasi Keutapang, Formasi Julurayue).
2. Fore Arc Basin, Batubara yg berkembang dicekungan
Bengkulu (Formasi Lemau), Cekungan Meulaboh (Formasi
Tutut).
3. Suture Related Basin, Batubara berkembang dgn baik di
cekungan Barito (Formasi Warukin).
4. Passive Margin, Batubara berkembang baik di cekungan
Tarakan (Formasi Latih), di Cekungan Kutai (Formasi
Balikpapan dan Formasi Pulubalang)
PERKEMBANGAN CEKUNGAN DI INDONESIA BAGIAN
TIMUR BERBEDA DENGAN DI BAGIAN BARAT:
1. Bagian utara paparan Sahul padamasa Paleogen
menunjukkan kondisi laut, ditandai oleh adanya endapan
karbonat.
2. Cekungan-cekungan kecil baru berkembang pada akhir
Tersier, seperti di Cekungan Salawati, Iwoer, Akimeugah dan
Bintuni. Batubara diendapkan padamasa Pliosen sampai
Plestosen.
DATA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGANALISA
SUATU CENGKUNGAN BATUBARA
1. Data geologi permukaan
2. Data geokimia dan petrokimia
3. Data geologi bawah permukaan
4. Data Petrologi dan petrologi organik.
PETROLOGI BATUBARA
Meskipun batubara terbentuk dari material yang berbeda,
secara kimia maupun petrografi dari batuan sedimen
lainnya. Lapisan batubara merupakan suatu bagian dari
suatu pengendapan batuan sedimen yang bermacammacam. Beberapa lapisan batubara dapat ditemukan
sebagai lapisan yang melampar luas dengan kualitas dan
ketebalan.
Pendiskripsian batubara berdasarkan megaskopis Dapat
dilakukan dengan beberapa ketentuan:
1. Color (warna)
Warna berperan penting dlm mengidentifikasi Nama batuan,
di dlm batubara ada beberapa pemerian untuk warna; coklat,
hitam, hitam terang
2. Luster (Kilap)
Kilap kusam umumnya berderajat rendah (Low Rank),
sedangkan batubara berderajat tinggi Umumnya mengkilap
(high rank) ; kusam (dull), Terang (bright), mainly briht
(terang dgn sedikit Kusama)
3. Streak (Gores)
Warana gores bervariasi dari hitam samapai Coklat.
4. Brightness (dearajat kecerahanya)
Kecerahan ini di lihat berdasarkan kenampakan Batubara yg
di dlm (biasanya batubara di belah untuk mendapatkan
warna kecerahanya).
5. Hardnes (kekerasan)
Kekerasan batubara berhubungan dengan Komposisi dan
jenis batubaranya; bagaimana Batubara tersebut dapat
menahan dr pukulan, Mudah pecah atau tidak).
6. Pecahan
Pecahan memperlihatkan bentuk dari potongan Batubara
dalam sifat memecahnya; lunak, konkoidal, brittle, tidak
teratur.
7. Mineral Pengotor
Mineral pengotor dapat berpengaruh pada kualitas batubara;
pyrite, resin (getah damar), atau terdapat parting.
8. Cleat ( struktur pd batubara)
Merupakan rekahan didalam lapisan batubara. Pada cleat
biasanya sering terisi material klastik Seperti batulempung
atau pasir.
9. Roof
Merupakan lapisan penutup pada batubara di bagian atas.
10. Floor
Lapisan dasar/ alas dari batuabara yang Biasanya batuan
berbutir halus.
11. Ketebalan batubara
Ketebalan ini akan mempengaruhi hasil dari eksplorasi yang
akan di naikkan jenis kegiatanya dari sebuah eksplorasi
tersebut dengan berbagai Pertimbangan dan faktor
pendukung lainya.
12. Arah strike dan dip
Arah strike dan dip merupakan pokok dari kelayakan suatu
area dapat di tindak lajuti samapai menghasilkan kesimpulan
layak atau tidaknya suatu daerah dapat di tambang.