Anda di halaman 1dari 2

Memahami Fikih Zakat

Pertama: Hewan ternak.


Yaitu: onta, sapi, kerbau, dan kambing. Para ulama telah sepakat dengan jenis hewan ini. Hal ini
dikuatkan dengan hadits Abu Bakr dalam permasalahan sedekah yang diriwayatkan oleh alBukhari dan selainnya. Harta tidak wajib dizakatkan hingga masuk hitungan satu haul.
Pada onta yang digembalakan dari setiap 40 ekor, (zakatnya berupa) ibnatu labun (Onta yang
telah genap berumur dua tahun dan masuk tahun ke tiga). Tidak boleh onta dipisahkan dari
hitungannya. Barangsiapa memberikannya (zakat) untuk mencari pahala, maka dia mendapatkan
pahalanya. Dan barangsiapa menahannya, maka sesungguhnya kami akan mengambilnya dan
separuh hartanya, sebagai kewajiban dari kewajiban-kewajiban Rabb kami. Tidak halal bagi
keluarga Muhammad sesuatu darinya (zakat). (HR Abu Dawud; Nasai; Ahmad; dihasankan oleh
Syaikh al-Albani dalam Shahih Al Jamius Shaghir, no. 4265.)
Hitungan minimal untuk kambing adalah 40 ekor. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Abu
Bakr yang telah khotib sebutkan.
Hitungan minimal untuk sapi adalah 30 ekor. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi dari
sahabat Ali bin Abi Thalib. Dan disepakati oleh para ulama jumlahnya. Dan kerbau sama dengan
sapi.
Kedua: Zakat hasil bumi.
Tidak ada zakat (pada harta) yang tidak mencapai lima wasaq; Juga pada harta yang tidak
mencapai lima ekor onta; Serta yang tidak mencapai lima auqiyah. (Muttafaqun alaihi).
Yakni setara dengan 900 Kg.
Jumlah zakat bagi kebun yang diari dengan hujan adalah seper sepuluh. Dan yang diari dengan
pengairan adalah seper duapuluh.
Ketiga: Barang berharga.
Seperti emas dan perak. Juga termasuk uang di zaman kita sekarang.
Batas minimal perak atau nishab perak adalah 200 dirham setara dengan 595 gr. Jika hanya 190
dirham, tidak wajib atasnya zakat kecuali bila pemiliknya menghendaki.
Nishab emas adalah 20 dinar setara dengan 85 gr.
Apabila engkau memiliki 200 dirham dan telah lewat satu tahun, maka zakatnya sebanyak 5
dirham. Tidak wajib atasmu zakat (emas) kecuali engkau memiliki 20 dinar, jika engkau
memiliki 20 dinar dan telah lewat satu tahun, maka zakatnya setengah dinar. (HR. Abu Dawud).

Cara zakat emas adalah nishab emas sebanyak 20 dinar. 1 dinar = 4,25 gr emas. Jadi, 20 dinar =
85 gr emas. Misalnya: seseorang memiliki 87 gr emas yang disimpan. Jika telah sampai setahun,
wajib baginya mengerluarkan zakat. Yaitu 87 gr x 1/40 (2,5%) = 2,175 gr atau uang seharga
tersebut.
Keempat: Barang dagangan.
Dalilnya adalah fatwa dari para sahabat. Seperti Umar bin al-Khattab, Abdullah bin Umar, dan
Abdullah bin al-Abbas. Dan juga disepakati oleh para ulama. Barang apapun yang dijadikan
komoditi dagang, maka ada zakatnya. Yang dihitung adalah nilai barang dagangan ditambah
denga untung kemudian 2,5% darinya.
Pertama: zakat hewan ternak dan barang perdagangan tidak disyaratkan haul satu tahun.
Barangsiapa yang memiliki barang dagang senilai 5 juta misalnya, kemudian mendapat
keuntungan 3 juta, maka ia mengeluarkan zakat 2,5% dari 8 juta.
Kedua: Bersegera dalam menunaikan zakat dan tidak boleh menundanya. Siapa yang sudah
mendapatkan kewajiban zakat, maka segeralah mengeluarkan zakatnya. Betapa banyak kaum
muslimin yang bermudah-mudahan dalam hal ini. Mereka malas-malasan atau bersikap tamak.
Ketiga: Orang yang memiliki hutang, maka baginya tiga keadaan:
Satu: hutang tidak menghalangi kewajiban zakat harta yang tampak. Seperti panen dan hewan
ternak.
Dua: orang yang memiliki hutang tidak wajib zakat. Dengan syarat, apabila ia membayar zakat,
maka membuatnya menangguhkan pembayaran hutang. Atau ia mengeluarkan hartanya yang
bukan bagian dari hutang. Sebagaimana termaktub dalam al-Muwatta bahwasanya Utsman bin
Affan radhiallahu anhu mengatakan, Ini adalah bulan ditunaikannya zakat kalian. Barangsiapa
yang memiliki hutang, maka lunasilah hutangnya. Hingga hartanya benar-benar milikinya, lalu ia
keluarkan zakat dari harta itu.
Tiga: orang yang memberikan hutang. Ia tidak mengeluarkan zakat. Namun setelah hutangnya
dibayar, ia membayar zakat untuk dua tahun sebelumnya. Sebagaimana terdapat atsar dari Ali bin
Abi Thalib dari Abi Ubaid di Gharibul Hadits.

Anda mungkin juga menyukai