Anda di halaman 1dari 29

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi nuklir sudah terbukti bermanfaat besar bagi kehidupan manusia.
Di mancanegara, proporsi daya listrik yang dihasilkan PLTN tidaklah sedikit
dibandingkan dari pembangkit jenis lainnya. Kecenderungan ke depan terus
akan meningkat pemakaiannya, seiring dengan keterbatasan cadangan minyak
bumi,

gas

alam

dan

semakin

meningkatnya

dampak

polusi

yang

ditimbulkannya. Energi nuklir menjadi salah satu komponen energy mix yang
semakin diminati oleh banyak negara untuk mendorong percepatan industri dan
peningkatan devisa. Disamping tersebut di atas, pemanfaatan energi radiasi
juga semakin bertambah jenis dan jumlahnya. Beberapa diantaranya adalah : di
bidang kedokteran, dipakai untuk radioterapi medik dan diagnosa fungsi organ
(ginjal) juga semakin meningkat kuantitas pemakaiannya karena efisien dan
murah. Sedangkan di bidang industri ; seperti semen, perminyakan dan industri
logam/metal, intensitas pancaran radiasi dari inti atom dimanfaatkan untuk
mengontrol kualitas bahan produk sehingga meningkatkan produktivitas dan
kualitas hasilnya. Riset pengembangan aplikasi nuklir dan radiasi juga semakin
meningkat jumlahnya untuk kesejahteraan manusia.
Keselamatan radiasi adalah prioritas utama yang selalu diperhatikan di
kegiatan

yang

melibatkan

penggunaan

bahan

radioaktif.

Sistematika

penahanan radiasi (barrier) dirancang dan dikontruksi untuk membatasi radiasi


dibuat se-optimal kecil mungkin volumenya untuk memudahkan pengawasan
(monitoring) dan dekontaminasi. Pemilihan bahan dan
yang

berkualitas

tinggi

untuk

mendapatkan

peralatannya selalu

performance

keselamatan optimal serta panjang umur pemakaiannya.

dan

tingkat

Prosedur operasi

sistem dirinci secara sistimatik dan diuraikan ke dalam JUKLAK (Petunjuk


Pelaksanaan) dan JUKNIS (Petunjuk Teknis) sebagai upaya menghindari
Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


kesalahan pengoperasian.

Kemudian dokumen-dokumen tersebut .selalu

direview dan diaudit oleh petugas berwenang sehingga batasan pengoperasian


sistem selalu di jangkauan aman sesuai kapabilitas yang diijinkan. Perawatan
peralatan instrumentasi dan prosesnya selalu dilakukan sesuai prosedur dan
jadwal yang telah ditentukan. Semua tahapan tersebut dilakukan oleh personel
ahlinya sehingga tingkat keselamatannya terjamin.
Kegiatan pelaksanaan penggantian suku cadang, perbaikan dan
modifikasi

perangkat

nuklir

adakalanya

memerlukan

operator

harus

berhubungan langsung dengan perangkat yang terkontaminasi. Prinsip ALARA


(as soon as acheapment reasonable) selalu diterapkan dengan memperhatikan
waktu dan jarak serta menggunakan alat pelindung radiasi di kegiatan diatas.
Kemudian untuk meningkatkan keselamatan pekerja dan lingkungannya dari
radiasi kontaminan di peralatan tersebut, diperlukan dekontaminasi awal. Yaitu,
pengambilan sumber/kontaminan dari bahan/peralatan sehingga paparan
radiasinya berada di batas aman. Jika

tingkat kesulitan handling alat

terkontaminasi ke fasilitas dekontaminasi besar, maka dapat dilakukan


dekontaminasi setempat (in situ) dan jika diperlukan dapat dilanjutkan di
fasilitas dekontaminasi. Oleh karena bahan peralatan instalasi nuklir berkualitas
tinggi dan bermacam-macam jenis dan ukurannya, maka tingkat kesulitan
dekontaminasinya menjadi berbeda. Jenis kontaminan dan spesifikasi bahan
peralatan yang terkontaminasi harus diketahui terlebih dahulu untuk memilih
metode dan teknik dekontaminasi yang akan dipakai. Tingkat keberhasilan
proses

dekontaminasi

dinyatakan

dengan

faktor

dekontaminasi

yang

merupakan hasil pembagian paparan radiasi sebelum proses dengan sesudah


proses dekontaminasi. Karena berhubungan dengan keselamatan, maka
sampai sekarang terus dilakukan LITBANG metode dan teknik-teknik
dekontaminasi sehingga prosesnya ekonomis dalam waktu dan minim jumlah
limbah sekunder ditimbulkan.
Berbagai metode dan teknik dekontaminasi telah teruji keberhasilan nya
untuk mendekontaminasi peralatan/bahan yang terkontaminasi di laboratorium
Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


dan dikembangkan dipakai di dismantling reaktor riset dan fasilitas nuklir
lainnya. Teknik dan metode tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan
berdasarkan mekanisme prosesnya, yaitu : dekontaminasi secara kimia dan
dekontaminasi secara fisika-mekanika. Untuk mengembangkannya diperlukan
pemahaman mekanisme transfer massa dan mobilitas ion dalam larutan dan
interaksi energi pada material.
Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti mata pelajaran ini setiap peserta pelatihan akan mampu
untuk menguraikan dan memahami pentingnya keselamatan radiasi di kegiatan
yang menggunakan bahan radioaktif. Memahami proses terjadinya kontaminasi
dan cara dekontaminasinya sehingga tingkat keselamatan radiasinya selalu
terpelihara aman tidak berbahaya bagi pekerja dan lingkungannya.

Secara

khusus mampu untuk :


1.Menguraikan

pengertian

tentang

kontaminasi,

dekontaminasi

dan

pemilihan metode yang sesuai untuk disiapkan di lingkungan pekerjaannya.


2.Menjelaskan

sistem

keselamatan

radiasi

untuk

pekerja

dan

lingkungannya, sehingga didapatkan tingkat keselamatan kerja dan radiasi


yang optimal.
3.Mengembangkan sistem dekontaminasi yang lebih efisien dan tepat guna
untuk

mendukung

pelaksanaan

keselamatan kerja dan radiasi.

Pusdiklat Batan

pekerjaan

berdasarkan

ketentuan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir

BAB II
KRITERIA DEKONTAMINASI
Semua peralatan/bahan yang bersinggungan dengan zat radioaktif atau
teriradiasi neutron dan yang terdeteksi menjadi aktif dikelompokkan sebagai
peralatan/bahan yang terkontaminasi. Peralatan/bahan tersebut jika akan
dipakai ulang harus didekontaminasi terlebih dahulu untuk keselamatan di
kegiatan selanjutnya. Dekontaminasi juga diperlukan di kegiatan dismantling
fasilitas nuklir yang didekomisioning, yaitu untuk menurunkan tingkat paparan
radiasi

kontaminan

sehingga

meningkatkan

keselamatan

pekerja

lingkungan sekitarnya. Keselamatan pekerja yang melaksanakan

dan

proses

dekontaminasi juga harus memenuhi ketentuan keselamatan radiasi. Prinsip


ALARA, yaitu pengendalian waktu, jarak dan penggunaan bahan pelindung
radiasi

di

pelaksanaan

dikembangkan

dekontaminasi

teknik-teknik

pelaksanaan

harus

juga

dipenuhi

dekontaminasi

sehingga

yang

optimal.

Kecepatan proses dekontaminasi tergantung dari besarnya paparan radiasi dan


tingkat kesulitan (sifat, bentuk, ukuran dan keberadaan ) dari bahan yang
didekontaminasi. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan dekontaminasi, maka
harus dipilih metode yang tepat dengan mempertimbangkan nilai-nilai
keselamatan, ekonomis dan cara pengelolaan limbah sekunder yang akan
ditimbulkan. Berdasarkan mekanisme cara pelepasan kontaminan dari
permukaan bahan/peralatan terkontaminasi, proses dekontaminasi digolongkan
kedalam

metode,

yaitu

metoda

dekontaminasi

kimia

dan

metoda

dekontaminasi fisika-mekanik yang penjelasnnya sebagai berikut :


A. Dekontaminasi secara kimia (chemical decontamination)
Proses pengikisan kontaminan yang menempel di bahan/peralatan
dilakukan dengan mekanisme kimia. Parameter pH dan waktu dibutuhkan untuk
mendapatkan efisiensi proses yang optimum. Pemilihan jenis bahan kimia
dilakukan berdasarkan dari jenis kontaminan dan bahan yang dikontaminasi.
Untuk mempercepat laju
Pusdiklat Batan

proses sering

dilakukan

dengan

menaikkan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


temperatur dan mengalirkan decontaminazer. Pengambilan hasil pengikisan
dari decontaminazer secara kontinu juga dapat dilakukan untuk menghindari
tingkat kejenuhan logam dalam larutan (mengurangi jumlah logam terlarut di
decontaminazer). Metoda terakhir terus dikembangkan sehingga jumlah limbah
sekundernya kecil. Pemakaian penukar ion jenis resin dan mineral alam
membantu proses di atas. Dasar daripada proses secara kimia adalah
pelarutan kontaminan dengan menggunakan berbagai
Jenis pelarut (asam, basa, dan garam) seperti pada Tabel 1. Teknik yang
terakhir dikembangkan

adalah

secara

elektrokimia

yang

memudahkan

pengelolaan limbah sekundernya. Metoda terakhir tersebut dikenal dengan


electropolishing untuk mengikis kontaminan dan electrodeposing untuk
mengambil logam hasil pengikisannya. Skema peralatan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1. Metoda pelarutan dengan larutan kimia secara umum adalah
lebih efektif dipakai untuk mendekontaminasi bahan yang permukaannya nonporous. Pemilihan bahan dekontaminasi didasarkan pada sifat kimia dari
kontaminan, sifat kimia bahan yang akan didekontaminasi, dan kemampuan
pengolahan limbah sekunder yang ditimbulkan.
Tabel 1. Berbagai metode dekontaminasi secara kimia yang banyak digunakan
Volume besar
No

Teknik

dan
tertutup

sistem

Lokalisir

Dinding

permukaan

struktur

Pelarutan secara kimia

Multi treatment process

Foam decontamination

Chemical gel

Decon. by paste

Pusdiklat Batan

X
X

dan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


6

Decon. by chemical fog

Gas phase decontamination

Off gas

Off gas

Fe2SO4

Membran

Fe+

Elektrolis
H2SO4

Elektropolising

Elektrodeposisi

Gambar 1. Sistematika peralatan elektropolising

B.

Dekontaminasi

secara

fisika-mekanik

(physical-mechanical

decontamination)
Proses pengikisan kontaminan yang menempel di bahan/peralatan
dilakukan dengan mekanisme abrasive. Berbagai macam bahan pengikis yang
biasa digunakan diantaranya adalah alumina, silikat dan boron karbida dalam
bentuk

serbuk

Pusdiklat Batan

dengan

berbagai

ukuran

sesuai

dengan

ukuran

dari

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


bahan/peralatan yang didekontaminasi (khususnya untuk dekontaminasi
bahan/peralatan berbentuk pipa), seperti terlihat pada Tabel 2. Kualitas
daripada serbuk ditentukan berdasarkan kekerasan sehingga tidak mudah
mengalami penyusutan pada saat proses berlangsung. Seperti diketahui bahwa
peralatan instalasi nuklir banyak terbuat dari bahan stainless steel yang
kekuatan mekaniknya besar, dengan berbagai komposisi yang terlihat pada
Tabel 3.
Tabel 2. Berbagai jenis bahan pengikis dekontaminasi secara fisika
Boron karbida

Properti

Alumina (Al2O3)

Density (g.cm-3)

3.78

2.45

2.2

Tensile strength

350

48

1750-2500

1400-3400

1100

1500-1600

3200

1000

(B4C)

Silika (SiO2)

(Mpa)
Compressive
strength (Mpa)
Hardness
-2

(kgf.mm )

Tabel 3. Berbagai jenis stainless steel dengan komposisi kandungannya


Chemical
No alloy

compotitio

Condition

n, wt%
304

19 Cr, 10 Ni

Annealed

Tensile

Yield

strength

strength

Elongatio
n

ksi

Mpa

ksi

Mpa

84

580

42

290

55

Aplikasi

Peralatan
proses kimia

304L

19 Cr, 10

Annealed

81

559

39

269

55

Ni, 0.03 C

Perbaikan
pengelasan,
tangki bahan
kimia

321

18 Cr, 10

Pusdiklat Batan

Annealed

90

621

35

241

45

Perbaikan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Ni,

Ti=5x

pengelasan,

%C min

peralatan
proses,
tangki tahan
teknan

347

18 Cr, 10

Annealed

95

665

40

276

45

Perbaikan

Ni, Nb=10x

pengelasan,

%C

tangki bahan
kimia

Untuk mendapatkan efisiensi proses yang tinggi, perlu dilakukan pemilihan


metoda pengikisan berdasarkan dari jenis bahan dan volume yang akan
didekontaminasi. Kriteria hasil pemilihannya dapat terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria pemilihan metoda pengikisan
Volume
No

Teknik

besar
sistem

dan

Lokalisir

Dinding

permukaan

struktur

tertutup
1

Dusting/vacuuming/wiping/scrubbin
g

X
Strippable coatings

3
Steam cleaning
4
Sponge blasting
5
CO2 blasting
6
High pressure liquid nitrogen
blasting
7
Freon jetting
8
Wet ice blasting

Pusdiklat Batan

dan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


9

High

pressure

and

ultra

high

pressure water jets


10
11

Grinding/shaving
Scarifing/scabbling/planing
X

12

Milling
X

13

Drilling ang spaling


X

14

Paving

breaker

and

chipping
X

hammer

Tabel 5.

Teknik dekontaminasi secara mekanik untuk berbagai permukaan


material

Teknik mekanik
Flushing with water
Dusting/vacuuming/wiping/scrubbing

Aplikasi
Area luas
Permukaan

Strippable coating

sejenisnya
Permukaan
yang

Catatan
beton

dan

Paling sering digunakan


untuk pra-treatment

non-porous

luas,

mudah

Steam cleaning

dijangkau
Bentuk
komplek

Spong blasting

permukaan luas
Cat, lapisan pelindung,

CO2 blasting

permukaan logam
Plastik, keramik, komposit,

Dapat

High

SS, CS, beton, cat


Logam, beton

lunak
Variasi grit blasting

blasting
Freon jetting

Pemisahan bagian dalam

Sebaiknya dihindari untuk


alasan lingkungan

Wet ice blasting


High pressure

glovebox
Pelapis, permukaan beton
Permukaan tidak dapat
dijangkau,

kontaminasi

pressure

liquid

and

pressure water jets

Pusdiklat Batan

nitrogen

ultra

high

dan

merusak

Dapat

bahan

membawa
ke

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir

Grinding/shaving

permukaan porous
Digunakan
untuk

Lantai dan dinding

mengambil lapisan tebal


kontaminasi
Scarifying/scabbling/planing

Permukaan

Drilling & spalling

steel
Beton

beton

dan
Digunakan

untuk

mengambil beberapa cms


kontaminasi beton
Paving breaker & chipping hammer

Lantai dan dinding

Pada keadaan tertentu ditemukan kendala untuk melakukan dekontaminasi dan


selanjutnya dikembangkan cara penanggulangannya seperti yang terlihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Teknik alternatif dekontaminasi untuk berbagai macam bahan
Teknik mekanik

Aplikasi

Ultrasonic cleaning

Kontaminan

Catatan
yang

mudah

lepas

Tidak

direkomendasikan

untuk beton dan material yang


dapat

meng-absorb

energi

ultrasonik dan pelarut


Melting

Logam

Light ablation

Cat

epoxi,

Tersedia secara komersial


lem,

produk

Perlakuan darurat

korosi, beton
Microwave scabbling

Lapisan permukaan beton

Perlakuan darurat

Thermal degradation

Pelapis organik pada benda-

Perlakuan darurat

benda yang tidak terbakar


Microbial degradation

Lantai dan dinding dengan


residu-residu

Perlakuan darurat

yang

berbahaya
Exothermic, highly metallized

Memindahkan

powders

permukaan beton dan logam

Pusdiklat Batan

lapisan

dari

Perlakuan darurat

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Supercritical fluid extraction

Memindahkan

kontaminasi

dari permukaan dan tanah

Pusdiklat Batan

Perlakuan darurat

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir

BAB III
METODA DEKONTAMINASI
Pemilihan metode dekontaminasi tergantung dari spesifikasi bahan
peralatan, geometri/bentuk dan tingkat aktivitas/paparan radiasi awal. Limbah
sekunder yang ditimbulkan harus diprediksi terlebih dahulu jumlah dan cara
pengolahannya. Demikian juga cara handling dan penyimpanannya harus
memenuhi ketentuan keselamatan radiasi. Sebagai dasar pemilihan harus
dipahami mekanisme terjadinya pengikisan. Ketentuan-ketentuan lainnya yang
juga harus diperhatikan dalam pemilihan metoda adalah spesifikasi keberadaan
bahan yang akan didekontaminasi, yaitu :

Sistem tertutup bervolume besar

Bagian bersegmen

Permukaan gedung dan tanah


Ketentuan tersebut khususnya untuk pekerjaan dismantling pada

decomisioning fasilitas nuklir. Berdasarkan tujuan kegiatannya, dekontaminasi


dibedakan ke dalam dua golongan yaitu: dekontaminasi awal untuk
perbaikan/perawatan dan dekontaminasi total untuk decomisioning. Kemudian
berdasarkan mekanisme proses pengikisannya, dekontaminasi dibagi ke dalam
dua metoda, yaitu: metoda kimia dan fisika-mekanika.
Sebagai orientasi umum, dapat dilihat tabel teknik dan metoda yang
dipakai seperti pada Tabel 5 dan Tabel 6 di atas. Perlu juga diketahui bahwa
untuk dekontaminasi yang juga merupakan bagian dari pembongkaran beton
yang sangat besar dapat digunakan metoda peledakan atau jackhammers.
A. Dekontaminasi secara kimia
Hampir sebagian besar keberadaan kontaminan di bahan/peralatan
berada di permukaan bagian luar, berupa lapisan film oksida atau endapan
sehingga

efektif

Pusdiklat Batan

dilakukan

dengan

mekanisme

pelarutan.

Yang

perlu

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


diperhatikan adalah jumlah limbah sekunder baik berupa cairan maupun gas
hasil reaksi logam dengan dekontaminizer. Untuk meningkatkan keselamatan
maka perlakuan dikondisikan di dalam ruangan khusus. Ruangan tersebut
difasilitasi dengan sistem penahan radiasi dan off-gas. Geometri kontaminan
berada

harus

ditentukan

terlebih

dahulu

sehingga

memudahkan

pelaksanaannya dan limbah sekunder yang ditimbulkan menjadi kecil. Teknik


dan metoda yang kompetitif atas dasar jenis kontaminan dan bahan yang akan
didekontaminasi dapat dirinci sebagai berikut :

Pelarutan dengan asam-asam mineral kuat (Strong mineral acids)


Tujuan utamanya adalah melarutkan film logam oksida dengan
mekanisme menurunkan pH larutan sehingga menaikkan derajat kelarutan
logam. Pada keadaan tersebut terjadi mobilisasi kontaminan dari permukaan ke
dalam larutan dekontamiser yang juga adalah limbah sekunder. Berbagai jenis
asam mineral yang biasa dipakai adalah :

Asam Nitrat (HNO3)


Asam nitrat banyak digunakan untuk melarutkan film oksida logam dari

permukaan stainlees steel dan inconel. Bagaimanapun juga, berbagai kesulitan


sering timbul pada spesifik penggunaannya. Sebagai contoh, asam nitrat baik
digunakan untuk mendekontaminasi alat pertukaran kalor di Windscale
advance gas cooled reactor (WAGR), UK, dan juga untuk pipa boiler. Tetapi jika
digunakan untuk sistem isolasi internal reaktor, hasilnya tidak sebaik seperti di
atas.
Aplikasi lain telah sukses dilakukan oleh Federasi Rusia di Cheljabinsk
dan Krasnojark menggunakan proses submerging (perendaman) untuk baja
molibdenum dan alloy EP-630.

Asam Sulfat (H2SO4)


Asam sulfat adalah zat pengoksidasi yang dapat digunakan untuk

menghilangkan endapan yang tidak mengandung senyawa kalsium. Untuk


Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


meningkatkan reaktivitas pengoksidasian dapat ditambahkan ion Cerium (IV)
sebagai oksidator metal menjadi Ce (III) dan garam sulfat.
M + Ce (IV) M+ + Ce (III)

Pelarutan dengan asam-asam lemah (Weak acids)

Asam Phospat (H3PO4)


Asam phospat efektif dipakai untuk mendekontaminasi baja karbon

dengan cara melarutkan lapisan film. Kendala yang muncul adalah cara
pengolahan limbah sekunder yang dihasilkan berupa besi phospat.
Fe3+ + HPO42- FePO4 + H+
Reaksi tersebut adalah reversibel tergantung pada adanya senyawa pembentuk
buffer (contohnya asam asetat).

Flouroboric acid (BF4-)


Teknologi asam floroborat dibuat khusus untuk D&D. Asam ini

menyerang hampir semua permukan jenis logam dan logam oksida. Hasil
prosesnya tidak merusak bahan yang didekontaminasi dan limbah yang
dihasilkan volumenya relatif kecil.
Proses DfD (Decontamination for Decommisioning) telah dites sebelumnya
pada pertengahan tahun 1990 dengan tujuan untuk melepaskan komponen
utama. Penggunaannya dilakukan pada kondisi :
-

pada konsentrasi rendah dan temperatur sampai 90 C

dikombinasikan dengan permanganate untuk mendapatkan potensial


oksidasi maksimum

diperlukan

pencucian

secara

kontinu

untuk

mendapatkan

faktor

dekontaminasi yang optimum


-

dibutuhkan untuk pencuciannya resin penukar ion


Perolehan utama berupa pelepasan untuk daur ulang pada April 1997

dari pembersihan air penukar kalor reactor di Quad Cities NPP.

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir

Pelarutan dengan garam asam (Acid salts)


Garam dari berbagai jenis asam lemah dan kuat dapat digunakan
menggantikan asam itu sendiri, bahkan dapat lebih efektif, melalui kombinasi
dengan berbagai asam lain untuk mendekontaminasi permukaan logam. Garam
yang memungkinkan seperti :

Sodium phosphate (NaPO4) dan polyphosphate

Sodium bisulphate (Na2SO4)

Ammonium oxalate (NH4)2C2O4

Ammonium citrate (NH4)C6H8O7

Sodium fluoride (NaF)

Ammonium biflouride (NH4)2F

Pelarutan dengan asam organik (Organic acids)


Asam-asam

organik

banyak

digunakan

untuk

mendekontaminasi

permukaan logam, plastik dan bahan polimer lainnya. Asam-asam tersebut


adalah:

Asam formiat (HCOOH)


Metoda dekontaminasi dengan senyawa ini dipakai di Slovakia untuk

dekomisioning reaktor PLTN-nya. Mekanisme prosesnya kompleks dengan


melibatkan asam formiat, senyawa pengkompleks dan inhibitor korosi serta
perlakuan pengkocokan secara ultrasonik. Kemampuan proses tersebut dapat
dilakukan secara cepat untuk menghilangkan kontaminan dari level 10 3-104
Bq/cm2 sampai batas aman.
6HCOO- + 3Fe3+ [Fe(HCOO)6]3+

Asam oksalat (COO)22Asam oksalat dapat membentuk kompleks dengan niobium dan fission

product yang ada di besi. Setelah perlakuan pencucian, dihasilkan limbah


Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


sekunder berupa endapan feri oksalat yang berisi radionuklida yang terkandung
di permukaan.
COO22- + Nb3+ Nb2(COO2)3
COO22- + Fe3+ Fe2(COO2)3

Asam sitrat (C6H5O7)3Penggabungan reaksi reduksi dengan asam sitrat dan oksidasi dengan

kalium permanganat, sangat efektif untuk dekontaminasi stainless steel.


Tahapan prosesnya :
Fe3+ + asam sitrat Fe2+
5 Fe2+ + MnO4- + H+ 5 Fe3+ + Mn2+ + 2 H2O
Proses tersebut telah digunakan di Capenhurst UK.

Pelarutan dengan basa dan garam alkali (Bases and Alkaline salt)
Senyawa soda : kalium hidroksida, natrium hidroksida, natrium karbonat,
trinatrium phospat dan ammonium karbonat, adalah baik dipakai sebagai
pendekontaminasi grease, lapisan minyak, cat, dan bahan pelapis lainnya yang
biasa dipakai sebagai bahan pencegah kontaminasi. Senyawa-senyawa
tersebut pada pH tinggi berperan sebagai pelarut. Metoda tersebut dipakai di
Jerman untuk mendekontaminasi material yang terkontaminasi rendah.

Pelarutan dengan senyawa pengkompleks (Complexing Agents)


Senyawa-senyawa pengkompleks ion besi seperti :

Oxyethylidenediphosphonic acid (OEDPA)

Diethylenetriaminepentaacetic acid (DTPA)

Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

Hydroxyethylenediaminetetraacetic acid (HEDTA)

Asam organik

Akan terbentuk kompleks besi sebagai limbah sekunder yang relatif sulit
pengolahannya.
penggunaanya.
Pusdiklat Batan

Pada

dekontaminasi

beton

dan

resin

tidak

efektif

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Bleaching
Bahwa pasca dekontaminasi dengan pelarutan, maka permukaan harus
dibersihkan dari bahan-bahan hasil pengikisannya. Untuk itu diperlukan
kegiatan pencucian permukan dari bahan kimia pelarut yang mengandung
kontaminan. Secara konvensional dapat dilakukan menggunakan kalsium
hipokhlorit (CaOCl2).
Detergen
Fungsi utama penggunaan detergen adalah menurunkan tegangan
permukaan larutan hasil dekontaminasi yang masih tertinggal di pori-pori atau
bagian yang sempit. Dengan menurunnya tegangan permukaan maka larutan
dapat keluar secara gravitasi atau dengan bantuan vibration microwave. Yang
harus diperhatikan adalah timbulnya buih di pengolahan limbah sekunder.
Detergen efektif, lembut, pembersih untuk semua fasilitas permukaan,
perlengkapan, oakaian dan barang pecah belah. Tetapi tidak efektif untuk
membersihkan korosi logm dan kontaminasi jangka lama.
Pelarut organik
Penggunaan pelarut organik bertujuan untuk melarutkan bahan-bahan
organik yang menempel di permukaan (like disolve like). Bahan-bahan organik
yang biasa ditemukan adalah grease, wax, minyak dan cat. Untuk
dekontaminasi pakaian kerja dapat digunakan kerosin atau lainnya.
Perlakuan proses multifasa
Proses dekontaminasi yang menggunakan penggabungan mekanisme
dikembangkan untuk meningkatkan pengikisa, disamping memudahkan cara
pengolahan limbah sekundernya. Beberapa contoh proses yang sudah teruji
adalah :

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir

Redox agent
Senyawa redoks dapat meningkatkan reaktivitas kelarutan oksida logam

penyusun bahan sehingga mengakibatkan terlepasnya kontaminan yang


menempel di permukaan. Limbah sekunder yang ditimbulkan juga mengandung
ion-ion logam komponen bahan sehingga relatif mudah diambil kembali dengan
cara pengendapan. Proses ini dikembangkan di negara Jepang dan Cina.

Alkali permanganat
Digunakan untuk mengoksidasi Cr (III) oksida yang tidak larut dalam

asam dan basa menjadi anion CrO4-2 yang larut dalam range pH yang lebar.
Efektif digunakan untuk mendekontaminasi stainless steel seperti yang
dilakukan di Tarapur Atomic Power Station India dan Parks NPP Hungaria.
Penggabungan proses alkali permanganat dengan metoda ultrasonik telah
diaplikasikan untuk mendekontaminasi stainless steel fasilitas reaktor Junta
Energia Spanyol.

Alkali permanganat diikuti amonium sitrat


Penggabungan dekontaminasi stainless steel menggunakan alkali

permanganat sebagai perlakuan awal dan dilanjutkan dengan penambahan


amonium sitrat akan lebih efektif. Disela proses tersebut perlu dilakukan
pencucian alkali permanganat dengan air sehingga tidak mempengaruhi
reaktivitas amonium sitrat.

Alkali permanganat diikuti amonium sitrat dengan EDTA


Penggunaan pengkompleks EDTA adalah untuk membuat ion besi tetap

berada sabagai larutan. Fungsi EDTA adalah menghambat pengendapan besi


hasil pengikisan. Salah satu contoh pemakaiannya adalah untuk dekontaminasi
kapal selam bertenaga nuklir milik Inggris.

Alkali permanganat diikuti asam sitrat dan asam oksalat


Campuran antara asam oksalat dan asam sitrat menggunakan inhibitor

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


tertentu merupakan dekontaminaser yang efektif untuk mendekontaminasi
stainless steel setelah diperlakukan dengan alkali permanganat. Proses
tersebut dapat menghilangkan lapisan film di permukaan stainless steel yang
terbentuk

karena

temperatur

tinggi.

Adapun

kelemahannya

adalah

kemungkinan pembentukan endapan oksalat yang dapat diatasi dengan


penambahan asam. Teknik tersebut telah diaplikasikan di Rusia untuk
mendekontaminasi Novovoronezh NPP (WWER-440), Belojark NPP (AMB-00
BWR). Untuk mencegah terjadinya pengendapan oksalat dipakai hidrogen
peroksida (H2O2) sebagai oksidator. Kekurangan utama dari proses ini (seperti
teknologi multistage lainnya) ialah besarnya jumlah senyawa pengkondisi dan
air bekas pencuciannya yang mengakibatkan jumlah limbah sekunder
meningkat.

Proses dekontaminasi dengan pengoksidasi kuat


Dekontaminasi dengan senyawa pengoksidasi kuat, diantaranya dengan

ozon dan larutan Ce(IV) efektif dipakai untuk mendekontaminasi steam


generator. Juga dikembangkan efektivitasnya dengan penambahan asam nitrat
yang dipakai untuk mendekontaminasi inconel bahan dari steam generator jenis
yang sama di Perancis. Metoda dekontaminasi dengan oksidasi kuat juga
dipakai untuk bahan stainless steel dan menghasilkan pengikisan sampai
clerance level yang ditentukan.
Dekontaminasi busa (Foam decontamination)
Busa yang dihasilkan dari detergen dapat mengemban (carrier) senyawa
pendekotaminasi. Sifat busa adalah mudah mengembang mengisi ruangan
penampung. Proses tersebut dimanfaatkan dengan menambahkan senyawa
pendekontaminasi sehingga terdispersi bersama busa dan menempel di
permukaan bahan terkontaminasi. Setelah beberapa saat busa akan hilang dan
cairan pendekontaminasi mengandung logam hasil pengikisan. Interaksi
pengikisan dipengaruhi waktu pembantukan busa. Metoda ini sangat efektif
Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


untuk ruangan yang besar dan berbentuk kompleks. Limbah sekunder yang
ditimbulkan kecil dan murah operasionalnya. Selain itu juga perlengkapannya
sederhana dan dapat dioperasikan baik secara manual maupun dengan remote
kontrol. Alat penyemprot busa otomatis dikembangkan di Prancis untuk
mendekontaminasi pipa berdiameter 0,5 1,6 m dan panjang 2 3,5 m.
Metoda ini juga dipakai untuk mendekontaminasi valve baja karbon yang besar
dengan konfigurasi internal yang kompleks, menghasilkan residu dengan level
kontaminasi yang sangat rendah.
Gel Kimia
Gel kimia digunakan sebagai carrier senyawa pendekontaminasi. Proses
kontak dengan permukaan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan atau
pemolesan (pengecatan). Proses selanjutnya dapat dilakukan penggosokan,
pengusapan dan pencucian. Efektivitas pengikisannya tergantung waktu lama
kontak senyawa pendekontaminasi pada permukaan bahan. Limbah sekunder
yang ditimbulkan relatif kecil karena dapat diarahkan penggunaannya sesuai
hasil identifikasi keberadaan kontaminan. Jenis senyawa pendekontaminasi
yang biasa dipakai adalah asam sulfat, asam phospat dan Ce (IV).
Dekontaminasi dengan pasta
Pasta adalah salah satu bentuk suspensi padat dalam cair. Sebagai
bahan pendekontaminasi komposisi pasta terdiri dari bahan pengisi (filler),
bahan pembawa (carrier) dan asam atau campuran senyawa pedekontaminasi.
Untuk meningkatkan proses dapat diberikan perlakuan secara mekanik:
penggosokan, pengusapan dan pencucian. Limbah sekunder yang ditimbulkan
relatif kecil tergantung dari luasan permukaan yang terkontaminasi.
Dekontaminasi fas gas
Sifat daripada gas adalah menempati ruangan yang ada. Sifat tersebut
dimanfaatkan untuk mendekontaminasi ruangan yang kompleks dan sulit
Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


dijangkau dengan metoda lain. Sebagai contoh adalah pengikisan endapan
uranium dengan campuran gas yang diinjeksikan ke dalam pipa-pipa/sekatsekat tempat endapan berada. Waktu penghembusannya lama untuk
mendapatkan tingkat keselamatan yang tinggi.
B. Dekontaminasi secara fisika-mekanika
Secara umum, metoda dekontaminasi fisika-mekanik dapat digunakan
efektif pada semua permukaan yang kontaminasinya di permukaan bahan.
Alasan tersebut sesuai dengan ketentuan spesifikasi bahan yang dipakai di
fasilitas nuklir adalah yang berkualitas tinggi. Proses pengambilan kontaminan
terjadi karena pengikisan bahan/peralatan, sehingga kontaminan akan lepas
bersama dengan lapisan permukaan bahan. Dengan proses ini maka
permukaan bahan terdekontaminasi akan menjadi berkurang (tipis) sehingga
perlu diperhatikan untuk penggunaan kembali. Metoda ini cocok untuk
digunakan dikegiatan dismantling fasilitas nuklir, yaitu pembongkaran fasilitas
untuk selamanya atau pengalihan fungsi lahan. Rata-rata kecepatan proses
dekontaminasi ini lebih cepat dibandingkan dengan metoda kimia. Berbagai
contoh metoda dekontaminasi fisika-mekanik antara lain :
Flushing dengan air
Metoda ini merupakan dekontaminasi awal menggunakan air bertekanan
yang disemprotkan ke permukaan peralatan/bahan. Air bekas dekontaminasi
disirkulasi sebagai bahan pendekontaminasi. Mekanisme proses yang terjadi
adalah pelarutan dan transfer massa kontaminan dari permukaan bahan ke
dalam air. Penggunaan air panas dapat meningkatkan proses pelepasan
kontaminan. Metoda ini efektif digunakan untuk bidang permukaan yang luas
dan mampu menjangkau tempat-tempat tersembunyi. Limbah sekunder yang
dihasilkan dapat diolah dengan metoda evaporasi.

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Penghembusan, penghisapan, pengusapan, penggosokan
Perlakuan dekontaminasi untuk kontaminan debu yang menempel di
permukaan peralatan/bahan dengan tingkat pengikisan sangat rendah.
Tindakan ini sangat umum dan selalu dipakai pada kegiatan perawatan
perbaikan sistem di instalasi nuklir. Pada perlakuan penghembusan dan
penghisapan, dibutuhkan sistem filtrasi untuk mengumpulkan kontaminan hasil
dekontaminasi. Sedangkan untuk metoda pengusapan dan penggosokan,
dibutuhkan peralatan pembersihan (kain lap, dll) dan zat kimia pelarut,
pengoksidasi/pereduksi. Limbah sekunder yang dihasilkan berupa padatan
yang

dapat diolah dengan insenerasi atau kompaksi.

Pelaksanaan

dekontaminasi dapat dilakukan baik dengan bantuan alat ataupun tidak.


Strippable coatings
Teknik ini menggunakan bantuan polimer untuk melepaskan kontaminan
dari permukaan peralatan/bahan. Prosesnya dilakukan dengan cara melapiskan
sejenis polimer tertentu pada permukaan terkontaminasi kemudian polimer
diambil kembali dengan membawa kontaminan di lapisannya. Teknik ini cocok
dipakai untuk mengambil kontaminan berupa padatan. Salah satu contoh
polimer yang digunakan adalah karet (rubber) untuk pendekontaminasian
dinding hot cell fasilitas produksi radioisotop.
Pembersihan dengan uap panas (Steam cleaning)
Teknik ini merupakan pemanfaatan tenaga kinetik pelarut air panas
bertekanan yang disemprotkan ke permukaan peralatan/bahan terkontaminasi,
sehingga kontaminan terlepas. Kelebihan teknik ini adalah dapat diaplikasikan
pada permukaan yang luas, bentuk ruang yang kompleks dan mengandung oli
dan grease. Limbah sekunder yang dihasilkan relatif kecil dan dapat dikelola
dengan ekstraksi vacum atau sejenisnya (pengembunan).

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Sponge blasting
Pembentukan sponge dari bahan air dengan uretan yang disemprotkan
ke permukaan terkontaminasi (plastik dan cat) akan menimbulkan terjadinya
gelembung diantara permukaan bahan terkontaminasi, sehingga menyebabkan
terlepasnya plastik dan cat dari permukaan. Plastik epoxi dan cat biasa dipakai
sebagai bahan proteksi dekontaminasi.
CO2 blasting
CO2 padat (dry ice) dalam bentuk granular yang disemprotkan
mempunyai tenaga kinetik yang mampu melepaskan kontaminan dari
permukaan terkontaminasi. Besarnya energi kinetik yang dihasilkan tergantung
dari kemampuan pompa penggerak, jarak sprayer terhadap permukaan dan
waktu penyemprotan. Limbah sekunder yang dihasilkan berupa aerosol (gas
CO2 tercampur kontaminan) yang dapat dikelola dengan cara filtrasi. Teknik ini
telah terbukti efektif untuk dekontaminasi plastik, keramik, komposit dan
stainless

steel.

Untuk

meningkatkan

energi

kinetiknya

dapat

dipakai

penambahan dengan alkohol dan air, sehingga densitasnya meningkat.


Freon jetting
Dekontaminasi ini adalah efek langsung dari penyemprotan freon
dengan tekanan tinggi ke arah permukaan terkontaminasi. Karena tingkat
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh freon sangat besar, maka teknik ini
tidak dipakai kecuali untuk tujuan yang mendesak. Dekontaminasi dapat
dilakukan di ruangan hot cell yang berfasilitas filtrasi.
Wet ice blasting
Teknik ini menggunakan campuran es dan udara bertekanan tinggi untuk
melepas

lapisan

pelindung

(coating)

yang

terkontaminasi.

Efektivitas

dekontaminasinya relatif rendah dan limbah sekunder yang dihasilkan cukup


Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


banyak. Teknik ini tidak cocok untuk dekontaminasi beton.
Semprotan air bertekanan sangat tinggi (High pressure and ultra high
pressure water jets)
Proses pengkikisan kontaminan terjadi karena terinteraksi oleh gaya
kinetik dari semprotan air bertekanan 105 pa sampai 108 pa. Untuk
meningkatkan laju dekontaminasi dapat dilakukan pengaturan jarak sprayer
terhadap permukaan dan sudut tumbukannya. Untuk menurunkan jumlah
limbah

sekundernya

dapat

dilakukan

teknik

resirkulasi.

Efektivitas

penggunaanya besar yaitu dapat dipakai untuk bagian dalam pipa, kerangka
struktur kerja baja dan hot cell.
Gerinda (Grinding)
Pengikisan dilakukan dengan keping gerinda yang terbuat dari bahan
yang kekerasannya tinggi seperti : intan, alumina, B 4C dan silikat. Untuk
menanggulangi limbah sekundernya berupa debu maka dapat disemprotkan air
ke sistem penangkap debunya yang sekaligus untuk menjaga temperatur akibat
pergesekannya. Teknik ini efektif untuk dekontaminasi lantai dan dinding beton.
Pengkasaran (scabbling)
Digunakan untuk mengkasarkan permukaan beton sehingga mudah
dikikis dan proses dekontaminasi dapat berjalan semakin cepat. Perangkat
yang dipakai biasanya berpermukaan runcing (berbentuk jarum atau piramid)
dan untuk menggerakkan dapat dilakukan dengan hidrolik atau dengan per
pengejut. Untuk menghindari penyebaran debu yang dihasilkan dapat
disemprotkan air yang berfungsi juga sebagai pendingin. Penambahan sistem
penghisap

debu

juga

biasa

dipakai.

Dapat

diaplikasikan

menghilangkan cat pelapis dan timah pelindung radiasi.

Pusdiklat Batan

juga

untuk

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Penggerusan (Miling)
Bertujuan untuk mereduksi ukuran padatan sehingga diharapkan mudah
dikelola lebih lanjut. Perangkatnya terdiri dari dua buah silinder baja yang saling
berhadapan dengan jarak tertentu dan berputar secara berlawanan, sehingga
ketika padatan melewatinya akan tergerus menjadi kecil. Efektif apabila dipakai
untuk menggerus benda yang berukuran sama dan dalam jumlah besar.
Pengeboran (Drilling)
Teknik ini dipakai untuk mengambil kotaminan yang keberadaanya di dalam
struktur beton. Prosesnya dilakukan dengan cara melubangi permukaan beton
hingga berdiameter 25 - 40 mm dengan kedalaman sampai 75 mm, yaitu sesuai
dengan spesifikasi peralatan pengeboran. Hasil pengeboran adalah limbah
sekunder yang dapat diolah dengan sementasi.
Paving breaker dan chipping hammer
Digunakan untuk menghancurkan, disebut juga jackhammer. Secara
umum digunakan untuk menghilangkan lapisan terkontaminasi dan lapisan
yang tertinggal kemungkinan menjadi kasar. Teknik ini sudah banyak dipakai
untuk mendekotaminasi dan dismantling beton lantai reaktor.
Ultrasonic cleaning
Energi

berfrekuensi

tinggi

dikonversi

menjadi

energi

mekanik

beramplitudo. Teknik ini biasanya dipakai untuk melepaskan partikel kecil hasil
dekontaminasi awal yang belum terlepas dari permukaan. Untuk menghindari
penyebaran hasil kerontokan dapat dilakukan dengan media larutan kimia atau
air.
Pelelehan (Melting)
Tujuan utama dari proses ini adalah mendaur ulang logam, secara

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


simultan dekontaminasi dari logam muncul selama melting karena banyak dari
isotop radioaktif terpisah karena logam mencair dan konsentrasi di slag. Melting
juga meyebabkan pengurangan volum dan aspek ini meningkat seiring biaya
pembuangan limbah meningkat.
C. Emerging technologies
Daftar di bawah ini merupakan beberapa teknologi dekontaminasi bru
yang telah dikembangkan 10 tahun terakhir. Bagaimanapun juga, karena belum
teruji di lapangan maka masih terdapat ketidakpastian dalam menentukan
keefektifannya.
Light ablation
Menggunakan absorpsi dari energi cahaya dan mengkonversikan ke
kalor untuk dapat menghilangkan kontaminan pada bagian tertentu dari
permukaan coating. Permukaan lapisan seperti cat epoxy, perekat, karat, polusi
airborne yang terakumulasi hingga ketebalan lapisan 6 mm dapat dihilangkan
dengan teknik ini. Sumber laser dan xenon flaslight untuk aplikasi ini
diperjualbelikan secara komersil dan lampu pembangkit plasma sedang
dikembangkan.
Laser etching dan ablasi serta pembersihan dengan

flashlamp

memerlukan demonstrasi, tes dan evaluasi. Dekontaminasi dengan light


ablation telah dites di USDOE dan ICPP. Tiga macam dari laser, yaitu
gelombang kontinu CO2, Q-switched Nd:YAG dan Excimer dengan gas kripton
flourine telah dites. Daya tinggi, tingkat pengulangan tinggi dari laser industri
untuk mengontrol ablasi dari coating pada logam dan permukaan beton sedang
dikembangkan USDOE.
Mungkin memiliki 2 kelebihan dibanding teknologi lain:
1. produksi limbah sekunder berkurang karena merupakan dry process
2. proses dekontaminasi dapat dikendalikan dengan remote kontrol, karena
berkas laser dapat ditransmisikan melalui fiber optik.

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Microwave scabbling
Metode dengan menggunakan energi gelombang mikro untuk memanaskan air
(moisture) yang berada di beton. Pemanasan yang berkelanjutan akan
mengakibatkan pembentukan uap air dan akan menekan permukaan beton
sehingga mengalami perubahan (thermal stress action). Hasil analisis
menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perubahan permukaan
beton adalah porositas dan kandungan air pada semen yang teruapkan
(evaporable).

Pengujian

yang

dilakukan

di

reaktor

LIDO

UK

untuk

mendekontaminasi lantai beton belum berhasil karena kandungan air di


dalamnya terlalu kecil (kering) sehingga tidak dapat menghasilkan uap yang
cukup untuk penghancuran.
Thermal degradation
Menggunakan temperatur tinggi yang diperoleh dari pembakaran batu
tahan api. Pada proses dekontaminasi beton dengan metoda ini maka panas
akan terserap secara spontan yang mengakibatkan pembesaran pori-pori dan
terjadi

perengkahan.

Perubahannya

tersebut

menyebabkan

keluarnya

kontaminan dari permukaan beton.


Microbiological degradation
Metoda biodekontaminasi ini dapat terjadi karena pertumbuhan mikrobial
yang ditempatkan di media terkontaminasi. Mikroba semakin banyak akan
masuk

ke

permukaan

terkontaminasi

dan

mengkonsumsi

kontaminan

mengakibatkan terjadinya reduksi kandungan kontaminan yang ada di


dalamnya. Metoda ini dapat digunakan untuk mendegradasi/mengurai detergen
dan pelarut yang telah dipakai untuk dekontaminasi dan mendegradasi residu
berbahaya yang berada di dinding, lantai dan peralatan yang sudah tidak
dipakai.

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir


Exothermic, highly metallized powders
Teknik ini menggunakan pembakaran dengan bubuk yang mengandung
Al, Mg, NaNO3 dan minyak. Bubuk tersebut diaplikasikan pada lapisan datar,
dengan ketebalan 10 mm untuk menghilangkan pelapis (coating) permukaan
dari beton seperti aspal. Pengujian semi-industri berhasil dilakukan di federasi
rusia.
Supercritical fluid extraction
Mekanisme yang terjadi adalah perpindahan kontaminan di permukaan
karena terinteraksi oleh perubahan temperatur secara mendadak. CO 2 cair
menguap pada T -80 C sehingga pada saat kontak dengan permukaan akan
menyerap panas. Tes labratorium menunjukkan 95-99% radionuklida dapat
dihilangkan dari permukaan dengan CO2 cair yang menguap. Limbah sekunder
yang ditimbulkan berupa aerosol yang dapat diproses filtrasi menggunakan
HEPA filter. Metoda tersebut menghasilkan limbah sekuder yang relatif kecil.

Pusdiklat Batan

Dekontaminasi Komponen Instalasi Nuklir

DAFTAR PUSTAKA
1.IAEA, State of the Art Technology foe Decontamination and Dismantling of
Nuclear Facilities , Technical Report Series No. 395, Vienna, 1999.
2.BRADBURY D., G. R. ELDER, C. J. WOOD,

Decontamination and

Provenance Tracking, International Conference on Safe Decommissioning for


Nuclear Activities, IAEA-CN-93, Berlin (2002).
3.SANTIAGO J. L., F. MADRID, The Decontamination and Decommissioning of
the Graphite Silos at Vandellos 1, International Conference on Safe
Decommissioning for Nuclear Activities, IAEA-CN-93, Berlin (2002).
4.CASTILLO R., FLORES J., SALGADO M., MADRAZO S., MARCOS J.,
Decontamination Activities at the National Institute of Oncology and
Radiobiology

in

Havana,

Cuba,

International

Conference

on

Safe

Decommissioning for Nuclear Activities, IAEA-CN-93, Berlin (2002).


5.SMITH W. F., Principles of Materials Science and Engineering, McGraw-Hill
Inc, US America (1996).

Pusdiklat Batan

Anda mungkin juga menyukai