Anda di halaman 1dari 34

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengendalian lepasan radionukida ke lingkungan atmosferik dan akuatik
merupakan kegiatan pengelolaan limbah yang sah (legal) dalam industri nuklir
dan fasilitas terkait. Pada umumnya pengendalian lepasan gas dan partikulat
yang mengandung radonuklida dibuat lewat cerobong, meskipun fasilitas yang
lebih kecil ada yang menggunakan lubang angin (vents) atau working hoods.
Pengendalian lepasan cair umumnya dibuat melalui saluran pembu-angan ke
sungai, danau atau laut, tapi lepasan bisa juga dibuang melewati selokan air
kotor (sewer) untuk fasilitas yang kecil. Unsur penting dan utama dalam
pengendalian lepasan adalah pemantauan rutin pada sumber lepas-an dan
lingkungan penerima untuk menjamin proteksi masyarakat dan lingkungan.
Materi ajar ini berisi pedoman internasional dalam pemantauan pada sumber
pelepasan dan pemantauan di lingkungan dari suatu fasilitas nuklir pada
operasi normal untuk maksud proteksi radiasi. Ia merupakan bagian dari
rekomendasi International Atomic Energy Agency (IAEA) pada tahun 2005
dalam Environmental and Source Monitoring for Purposes of Radiation
Protection [1]. Prinsip, konsep dan tujuan untuk proteksi masyarakat dan
lingkungan terhadap pengelolaan limbah radioaktif ditetapkan dalam publikasi
IAEA, yakni The Principles of Radioactive Waste Management [2]. Pada 1996,
IAEA bekerja sama dengan 5 badan internasional mengeluarkan The
International Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation
and for the Safety of Radiation Sources (BSS) [3]. Publikasi ini menetapkan
persyaratan kegiatan pemantauan lingkungan dalam hubungannya dengan
pengendalian lepasan untuk memeriksa kepatuhan terhadap batas pelepasan
yang diizinkan dan untuk memungkinkan estimasi paparan kelompok kritis.

Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti mata pelajaran ini setiap peserta pelatihan akan mampu
untuk menguraikan program pemantauan sumber dan lingkungan fasilitas nuklir
pada operasi normal dan secara khusus mampu untuk:
1. Menguraikan pengertian dari pemantauan sumber dan pemantauan
lingkungan serta jenis pemantauan pada umumnya;
2. Menjelaskan tujuan utama dan penunjang pemantauan rutin;
3. Menjelaskan tanggungjawab operator dalam pemantauan lepasan ke
lingkungan;
4. Menjelaskan urutan program pemantauan;
5. Menjelaskan ketentuan pelaporan pemantauan rutin;
6. Menerangkan jalur utama paparan manusia dan kelompok paparan;
7. Menjelaskan struktur jenis pemantauan untuk proteksi radiasi masyarakat;
8. Menjelaskan pengertian program pemantauan penunjang dalam sistem
program pemantauan untuk proteksi masyarakat dan lingkungan;
9.

Menguraikan

teknik

dalam

prosedur

pemantauan

rutin

(sampling,

pengukuran dan ketidakpastian data);


10. Menjelaskan konsep pengkajian dosis dan penafsiran pemantauan sumber
dan pemantauan lingkungan.

Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

BAB II
PEMANTAUAN, TANGGUNGJAWAB DAN PELAPORAN
A. Kondisi Umum Dalam Pemantauan Rutin
Jenis, skala dan ekstensi suatu program pemantauan harus sepadan dengan
karakteristik sumber pada perkiraan atau nilai aktual laju dosis, komposisi
radionuklidanya, keberartian berbagai laju paparan, dan besarnya ekspektasi
dan potensi dosis individu. Pada beberapa kegiatan (seperti rumah sakit atau
penelitian di perguruan tinggi yang menggunakan radionuklida umur pendek)
mungkin tidak memerlukan program pemantauan lingkungan; beberapa
instalasi nuklir kecil atau institusi kedokteran nuklir mungkin memerlukan
pemantauan rutin pada sumber tetapi hanya pemeriksaan tidak berkala pada
lingkungan; pada instalasi lainnya diharuskan (seperti kebanyakan instalasi
nuklir, instalasi kedokteran nuklir yang besar) mengharuskan pemantauan
kontinu dan menyeluruh baik pada sumber maupun lingkungan.
Persyaratan untuk pemantauan pelepasan dalam operasi normal harus
langsung terkait ke peraturan yang berlaku ke sumber dimaksud. Persyaratan
internasional terkait tindakan dalam pemantauan rutin diuraikan berikut ini.
Pemantauan tidak diperlukan pada sumber atau lingkungan untuk sumber yang
mengakibatkan paparan dikeluarkan (excluded) dari pengawasan (regulatory
control) karena besarnya atau kemungkinannya pada dasarnya tidak dapat
dikendalikan melalui persyaratan BSS [3]. Sebagai contoh adalah lepasan gas
radon dan turunannya melalui sistem ventilasi gedung yang berasal dari tanah
di bawahnya.
Kegiatan dan sumber dapat dikecualikan (exempted) atau bahan dapat
dibebaskan (cleared) dari pengawasan bila risiko radiasinya kepada individu
dan

populasi

sedemikian

rendahnya

sehingga

tidak

dikeluarkan

dari

pengawasan dan kegiatan, sumber atau bahan tersebut secara inherent aman
(safe) bagi kesehatan dan lingkungan [3]. Pelepasan ke lingkungan yang hanya
Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


melibatkan kegiatan atau sumber yang dikecualikan, atau bahan yang
dibebaskan, tidak memerlukan pemantauan. Contoh pengecualian adalah
laboratorium kecil yang menggunakan sejumlah radionuklida yang baik aktivitas
total

radionuklidanya

atau

konsentrasi

aktivitasnya

di

bawah

tingkat

pengecualian [3].
Sumber atau kegiatan yang tidak mungkin tergolong exclusion (dikeluarkan)
atau exemption (dikecualikan) disyaratkan memperoleh izin dari badan
pengawas. Persyaratan perizinan disesuaikan dengan besar kecilnya kegiatan
atau sumber yang diajukan. Pemantauan di lingkungan biasanya tidak
diperlukan untuk kegiatan yang tergolong kecil, misalnya rumah sakit kecil yang
hanya menggunakan radionuklida berumur pendek dan pelepasannya ke
lingkungan dalam jumlah yang sedikit, walaupun pada tingkatan tertentu
pengukuran pada sumber mungkin dipersyaratkan.
Akhirnya, ada beberapa jenis sumber yang memerlukan program pemantau-an
rutin. Hampir semua instalasi dalam daur bahan bakar nuklir, beberapa institusi
riset besar dan fasilitas produksi radioisotop masuk dalam kategori ini. Instalasi
jenis ini memerlukan izin, memiliki persyaratan dan kondisi terkait keselamatan
yang harus dipenuhi oleh pemohon izin dan selalu disyaratkan menerapkan
pemantauan, baik pada sumber maupun di lingkungan, termasuk penilaian
dosis penduduk. Program pemantauan rutin dapat menjadi dasar untuk
program pemantauan kedarurratan pada fasilitas jenis ini, meskipun tidak
semuanya diharuskan menerapkan kemampuan pemantauan kedaruratan
secara penuh.
B. Tanggungjawab dalam Pemantauan Rutin
Dalam hubungannya dengan kegiatan pelepasan, operator 1 harus mengemban
tanggungjawab umum berikut:
(a) Mencegah bahaya radiasi atau kontaminasi yang tidak akseptabel kepada
masyarakat akibat kegiatan pelepasan;
1

Operator adalah organisasi atau orang yang menerapkan perizinan dan/atau bertanggungjawab atas keselamatan nuklir, radiasi, limbah radioaktif atau pengangkutan.

Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


(b) Memenuhi persyaratan peraturan yang berlaku;
(c) Melaporkan ke badan pengawas terhadap perubahan dalam kegiatan
pelepasan.
Dalam hal tanggungjawab spesifik dalam bidang pemantauan, operator:
(a) harus melaksanakan semua penyelidikan preoperasional yang diperlukan
(termasuk pemantauan preoperasional);
(b) harus menyediakan sarana dan melaksanakan program pemantau-an
sumber dan lingkungan yang memadai selama dan sesudah operasi yang
memungkinkan deteksi seketika lepasan tak diduga-duga dan menyediakan
data untuk menunjukkan bahwa dosis kepada masyarakat di bawah kriteria
dosis yang ditetapkan oleh badan pengawas;
(c) harus melaporkan kepada badan pengawas terhadap perubahan signifikan
dalam pelepasan atau peningkatan medan radiasi atau kontaminasi lingkungan
akibat dari lepasan dari sumber di bawah tanggungjawabnya;
(d) harus memeriksa secara berkala asumsi yang dibuat sebelum melakukan
pengkajian dampak radiologi lepasan.
C. Pelaporan Hasil Pemantauan
Pemegang izin harus melaporkan ringkasan hasil pemantauan kepada badan
pengawas dalam selang waktu yang disetujui; dan pemegang izin melaporkan
dengan segera (kepada badan pengawas) perubahan signifikan dalam
peningkatan medan radiasi atau kontaminasi lingkungan akibat dari lepasan
dari sumber di bawah tanggungjawabnya. Di samping itu, pemegang izin harus
segera melaporkan adanya lepasan yang melebihi batas yang diizinkan dalam
pelepasan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh badan pengawas.
Laporan ringkas berkala hasil pemantauan lingkungan harus mencakup hasil
program pemantauan sumber dan program pemantauan lingkungan. Hasil yang
dilaporkan dibuat sedemikan sehingga memungkinkan verifikasi kepa-tuhan
terhadap batasan pelepasan yang diizinkan oleh badan pengawas. Hasil yang
dilaporkan harus terkait tujuan program pemantauan sebagaimana yang

Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


ditetapkan oleh badan pengawas. Dalam keadaan tertentu, pembandingan laju
dosis dan konsentrasi aktivitas yang diukur sudah cukup memadai untuk
dibandingkan dengan tingkat-tingkat turunan (derived levels); dalam keadaan
lain, mungkin perlu evaluasi dosis kepada kelompok kritis. Sebagaimana
ditetapkan oleh badan pengawas, dosis ini harus dibandingkan dengan dosis
konstrain yang melekat pada nilai lepasan yang diizinkan; hasil perbandingan
dan penafsirannya harus dilaporkan ke badan pengawas.
Laporan ringkas berkala juga harus mencakup penafsiran hasil dan penjelasan
yang memadai keberartiannya (contoh dengan acuan ke model atau standar
atau ke ketidakpastian hasil), khususnya untuk hasil yang menunjukkan variasi
yang berarti dalam pelepasan atau dalam kontaminasi lingkungan. Ringkasan
juga harus memasukkan informasi berguna lainnya seperti kondisi cuaca
selama masa pelaporan dan produksi energi atau yang setara dalam masa
tersebut.
Pemegang izin harus menayangkan data pemantauan sumber dan lingkungan
kepada badan pengawas setidaknya setahun sekali, tetapi faktor lain mungkin
mengharuskan laporan yang lebih sering. Faktor ini meliputi jenis operasi
(contoh izin sumber atau kegiatan yang kecil atau besar) dan keragaman waktu
jumlah dan laju pelepasan. Kegiatan berizin seperti fasilitas daur bahan bakar
nuklir harus merinci dalam laporannya jumlah radionuklida yang dilepaskan ke
lingkungan berkenaan dengan batas yang diizinkan yang ditetapkan oleh badan
pengawas.
Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkung-an,
badan pengawas bersama dengan pemegang izin harus membuat ringkasan
informasi pemantauan lingkungan tersedia bagi masyarakat.
Laporan tersebut secara memadai menguraikan keberartiannya (misalnya
dengan acuan ke satndar atau ke ketidakpastian hasil.

Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

BAB III
ASPEK GENERIK PROGRAM PEMANTAUAN RUTIN
Tujuan umum program pemantauan rutin dalam proteksi terhadap masyarakat
dan lingkungan adalah untuk :
(a) Menguji kepatuhan terhadap batas lepasan yang diizinkan dan persyaratan
peraturan lainnnya menyangkut dampak kepada masyarakat dan lingkungan
akibat operasi normal suatu kegiatan atau suatu sumber dalam kegiatan;
(b) Menyediakan informasi dan data untuk maksud pengkajian dosis dan untuk
mengkaji paparan atau potensi paparan kelompok kritis dan penduduk akibat
keberadaan zat radioaktif atau medan radiasi di lingkungan dari operasi normal;
(c) Memeriksa kondisi operasi dan kelayakan pengendalian pelepasan dari
sumber dan untuk menyediakan peringatan kondisi tidak biasa atau tidak
diduga-duga dan memicu program pemantauan lingkungan khusus.
Beberapa tujuan penunjang pemantauan rutin meliputi:
(a) menyediakan informasi untuk masyarakat;
(b) memelihara catatan yang kontinu tentang dampak instalasi atau suatu
kegiatan dalam tingkatan radionuklida lingkungan;
(c)

memeriksa

prediksi

model

lingkungan

sehingga

memungkinkan

mengubahnya agar mengurangi ketidakpastian dalam penilaian dosis.


Program

pemantauan

harus

memasukkan

pengukuran

radiasi

dan

pengumpulan informasi penunjang yang relevan serta pengkajian dosis kepada


kelompok kritis dan penduduk akibat keberadaan zat radioaktif di lingkungan
dari operasi normal dan menunjukkan kepatuhan terhadap batas pelepasan
yang diizinkan.
A. Jalur Paparan Manusia
Salah satu tujuan utama dari pemantauan adalah menyediakan data yang
memungkinkan analisis dan evaluasi paparan radiasi manusia. Untuk maksud
itu, program untuk pemantauan radionuklida di lingkungan harus berfokuskan
Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


jalur paparan manusia. Jalur paparan didefinisikan sebagai rute dari sumber
radionuklida dan/atau radiasi kepada sasaran individu atau suatu populasi
melalui media di lingkungan. Ada dua kategori utama jalur paparan: jalur
paparan eksterna (sumber paparan tetap di luar tubuh) dan jalur paparan
interna (sumber paparan masuk ke dalam tubuh).
Jalur paparan eksterna yang utama meliputi:
(a) Sumber radiasi manusia: paparan langsung dari sumber radiasi mengion;
(b) Sumber radionuklida atmosfer atau badan air manusia: paparan akibat plume radionuklida di atmosfer (cloud shine) atau air;
(c) Sumber radionuklida atmosfer atau badan air kulit manusia: paparan
kontak radionuklida pada kulit;
(d) Sumber radionuklida atmosfer atau badan air tanah atau sedimen atau
permukaan bangunan atau tanaman manusia: paparan dari radio-nuklida
yang terdeposit pada tanah (ground) atau pada tanaman (pohon, semak dan
rumput);
Jalur paparan interna yang utama meliputi:
(a) Sumber radionuklida atmosfer atau badan air manusia: inhalasi
radionuklida dalam plume;
(b) Sumber radionuklida atmosfer atau badan air (tanah atau sedimen)
tanaman dan/atau daging, susu, telur atau makanan laut manusia: injesi
radionuklida dalam makanan atau minuman;
(c) Sumber tritium atmosfer manusia: untuk tritium oksid dalam plume,
absorpsi melalui kulit;
(d) Tanah atau sedimen manusia: inhalasi radionuklida melayang (resuspended).
Gambar 1 menerangkan jalur seseorang yang terpapari akibat pelepasan
radionuklida ke atmosfer dan permukaan air atau air tanah, secara berturutan.
Pentingnya suatu jalur paparan bergantung pada:
(a) sifat radiologi lepasan bahan (contoh pemancar gama, pemancar beta atau
Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


pemancar alfa; waktu paro fisik);
(b) Sifat fisika (contoh gas, cair atau padat) dan kimia (contoh bentuk organik
atau inorganik, keadaan oksidasi, spesiasi, dst.) bahan dan karakteristik
migrasinya;
(c) mekanisme penyebaran dan faktor yang mempengaruhinya (contoh tinggi
cerobong, kondisi meteorologi, dst.) dan karakteristik lingkungan (contoh iklim,
jenis biota, produksi pertanian, dst.);
(d) Lokasi, umur, diet, dan kebiasaan individu atau penduduk yang terpapari.

Pusdiklat Batan

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


B. Kelompok Paparan
Salah satu tujuan utama pemantauan dalam hubungannya dengan pelepasan
normal adalah penyediaan informasi dan data untuk memprakirakan paparan
anggota masyarakat dan verifikasi dosis yang diduga terjadi pada tahap izin
sebagai konsekuensi pelepasan ke lingkungan selama operasi normal.
Konsep penting dalam tujuan ini adalah kelompok kritis. Kelompok kritis
didefinisikan sebagai suatu kelompok anggota masyarakat yang relatif
homogen terpapari oleh sumber radiasi tertentu dan merupakan tipikal individu
yang menerima dosis efektif atau dosis ekivalen yang terbesar dari sumber
tersebut karena lokasinya, umur, diet atau kebiasaan [3]. Dosis konstrain atau,
dalam beberapa keadaan, batas dosis yang ditetapkan badan pengawas
umumnya diterapkan terhadap dosis rata-rata kelompok kritis.
Dapat terjadi beberapa kelompok yang terpapari maksimum melalui jalur yang
berbeda dan ada beberapa individu yang merupakan anggota lebih dari satu
kelompok. Dalam keadaan ini kelompok kritis harus ditentukan berdasarkan
perhitungan jumlah dosis melalui semua jalur paparan yang harus dibandingkan
dengan dosis konstrain atau batas dosis (dalam hal sumber ganda).
C. Jenis Pemantauan Radiasi
Pemantauan untuk proteksi radiasi masyarakat dapat dibagi menjadi tiga jenis:
pemantauan pada sumber (pemantauan sumber), pemantauan di lingkungan
(pemantauan lingkungan) dan, pemantauan individu anggota masyarakat.
Pemantauan sumbermencakup pengukuran tingkatan radiasi dan radionuklida
dari sumber radiasi tertentu atau dari suatu kegiatan, pemantauan lingkungan
dijalankan di luar tapak yang meningkat paparannya, dan pemantauan individu
berhubungan dengan pengukuran langsung pada orangnya.
Pemantauan lingkungan dapat dibagi lagi menjadi dua macam: pemantauan
lingkungan terkait sumber dan pemantauan lingkungan terkait orang (lihat
Gambar 2). Pemantauan lingkungan terkait sumber menyangkut pengukuran
laju dosis serap di udara atau konsentrasi aktivitas hasil lepasan sumber atau
kegiatan; pengukuran komparatif mungkin diperlukan untuk membedakan andil
Pusdiklat Batan

10

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


sumber atau kegiatan tertentu yang dalam penyelidikan. Pemantauan
lingkungan terkait orang adalah pemantauan lingkungan dalam situasi
beberapa sumber mengiradiasi kelompok orang yang sama; tujuan utamanya
adalah untuk memperkirakan dosis turunan dari semua sumber ini.
Bila kedua pemantauan sumber dan lingkungan atau pemantauan lingkungan
dan individu diperlukan, harus ada hubungan yang baik di antara program
pemantauan masing-masing, sebab informasi yang diperoleh dari satu program
mungkin membantu ke pemahaman yang lebih baik dari yang lain. Pada
dasarnya, lebih disukai mendasarkan perhitungan dosis pada hasil pemantauan
individu daripada pemantauan lingkungan, dan pada pemantauan lingkungan
daripada pemantauan sumber. Pendekatan ini mempunyai keuntungan
memperkecil ketidakpastian modelling yang dilibatkan dalam perhitungan dosis
dan dapat memberikan indikasi yang lebih kuat dosis yang sebenarnya diterima
oleh kelompok kritis. Walaupun demikian, tingkatan aktivitas dan dosis yang
rendah membuat pemanataun individu dan terkadang pemantauan lingkungan
tidak dapat dilaksanakan untuk maksud pengkajian dosis.

Pusdiklat Batan

11

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Kondisi berikut harus diperhitungkan dalam merancang program pemantauan:
- Inventaris radioaktif dan komposisi radionuklida pada sumber;
- Fitur ruang dan waktu medan radiasi sekitar sumber;
- Nilai pelepasan dan laju pelepasan yang diizinkan;
- Kemungkinan andil dari kegiatan atau sumber yang berdekatan, jalur
pelepasan, jalur paparan, fitur lingkungan pada tapak, dan fitur dan kebiasaan
penduduk yang terlibat;
- Pentingnya dosis rata-rata tahunan kelompok kritis (-kritis) dan tingkat-an
radiasi

lingkungan

dari

pelepasan

radioaktif

yang

direncanakan

dan

kemungkinan pelepasan.
Pemantauan sumber
Pemantauan sumber adalah pemantauan sumber radiasi atau pelepasan
radionuklida tertentu yang timbul dari suatu kegiatan. Dasar pertimbangan
dalam perancangan program pemantauan sumber adalah sama untuk semua
sumber, tetapi skala dan kekrapan pemantauan akan berbeda. Prgram
pemantauan sumber biasanya dirancang untuk mengukur laju dosis pada
sumber dan/atau laju lepasan radionuklida. Laju dosis akan beragam
bergantung pada sifat dan kondisi sumber. Mode pelepasan juga akan
beragam: efluen airborne sering kali dilepaskan secara kontinu selama operasi, tetapi operasinya itu sendiri dapat tidak kontinu, sedangkan efluen cair dapat
dilepaskan secara kontinu atau disimpan dan kemudian dilepas dari bak atau
tangki secara batch.
Untuk tiap jenis smber dan untuk tiap jalur paparan potensial perlu
diperhitungkan lokasi titik pengukuran, apakah eprlu pemantauan kontinu,
kekerapan sampling dan/atau pengukuran dan kebutuhan informasi tambah-an.
Untuk pelepasan radionuklida mungkin diperlukan informasi bentuk kimia,
kerapatan dan laju alir lepasan, termasuk data meteorologi dan hidrologi dan
informasi terkait lingkungan penerima.

Pusdiklat Batan

12

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Pemantauan lingkungan
Pemantauan lingkungan dilaksanakan di dalam dan lepas kawasan yang
diperkirakan meningkatkan paparan masyarakat dan radionuklida di lingkungan.
Program pemantauan lingkungan mencakup pengukuran medan radiasi dan
konsentrasi aktivitas radionuklida di sampel lingkungan yang relevan dengan
paparan manusia, terutama di udara, air minum, hasil pertanian dan bahan
makanan alam, termasuk bioindikator yang memusatkan radionuklida dan
memberikan ukuran trend pada tingkatan aktivitas.
Pemantauan lingkungan terkait sumber dilakukan untuk memperkirakan
dampak sumber radiasi tertentu dan lepasan radionuklida. Untuk menentukan
dampak lingkungan sumber tertentu, titik pengukuran dan titk sampling harus
dipilih dan metode analitik harus diterapkan agar dapat mendeteksi radiasi dan
kontaminasi radioaktif yang timbul dari sumber yang perhatikan.
Meskipun banyak sumber yang menimbulkan lepasan radionuklida atau laju
dosis yang terlokalisir dan program pemantauan lingkungan dapat difokuskan
ke situ, ada juga sumber yang terbagi-bagi, tersebar luas atau menyebar
sehingga tidak bisa diperlakukan dengan cara ini. Radionuklida yang terlepas
dari sumber tersebut bercampur di lingkungan, dan perlu memantau andil total
dari sumber ganda atau yang tersebar luas. Pemantauan lingkungan terkait
orang yang diterapkan untuk kondisi ini sering dicirikan oleh cakupan geografis
yang luas dan oleh kemampuan mendeteksi radionuklida yang ditemukan di
lingkungan.
Pemantauan lingkungan selalu bergantung pada fitur spesifik tapak lingkungan
yang dipantau. Pemantauan harus dikerjakan untuk mendeteksi perubahan
pada trend jangka panjang dalam konsentrasi aktivitas atau laju dosis di
lingkungan. Tujuan lain pemantauan lingkungan adalah untuk membuktikan
hasil pemantauan sumber, dan untuk mempertegas prediksi perpindahan
radionuklida di lingkungan. Program pemantauan lingkungan harus menyeluruh
dan memadai untuk area lokal, cepat menanggapi dan mampu sampling dan
mengukur laju dosis atau tingkat aktivitas dalam kedaruratan.
Pusdiklat Batan

13

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Pemantauan individu
Pemantauan individu berkepentingan dengan pengukuran yang dikenakan
langsung pada orang. Hal ini biasanya tidak dilakukan dalam program
pemantauan rutin untuk paparan masyarakat tapi dapat digunakan setelah
kecelakaan terjadi untuk memperkirakan dosis sebenarnya pada individu dan
untuk

menyediakan

informasi

kepada

masyarakat.

Program

khusus

pemantauan individu dapat diadakan untuk maksud ilmiah seperti validasi


model atau penyediaan informasi untuk penentraman hati masyarakat.
Pemantauan individu mencakup pengukuran dosis eksterna dengan dosimeter
dipakai oleh individu anggota masyarakat dan/atau pengukuran jumlah zat
radioaktif pada tubuh atau pada ekskreta, dan penafsiran pengukuran tersebut
dalam kerangka dosis individu.

Pusdiklat Batan

14

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

BAB IV
PROGRAM PEMANTAUAN RUTIN
A. Umum
Program pemantauan radiasi meliputi pengukuran medan radiasi pada sumber
dan di lingkungan, kandungan radionuklida di media lepasan dan di sampel
lingkungan dan pada tubuh manusia (kasus yang sangat jarang). Selain itu ada
program pemantauan penunjang yang berguna untuk menentukan karakteristik
lingkungan (meteorologi, hidrologi, tipe tanah dst.), karakteristik penduduk
(distribusi umur, pola makan, okupaasi, dst.) dan karakteristik ekonomi
(tataguna tanah dan air, teknologi pertanian, dst.).
Penetapan program pemantauan merupakan hasil proses optimisasi yang
mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya pengukuran, relatif pentingnya
jalur paparan yang beragam, dan tingkatan aktivitas dan dosis dalam kaitannya
dengan peraturan konstrain. Kegiatan program pemantauan harus di-review
secara berkala untuk memastikan dapat dicapainya tujuan secara kontinu.
Sifat program pemantauan akan berubah pada tahapan operasi yang berbeda
dari suatu fasilitas. Pada tahap preoperasi, pemantauan lingkungan diran-cang
untuk menetapkan adanya konsentrasi aktivitas dan laju dosis radiasi di
lingkungan. Pada tahap ini perlu diteliti faktor lokal (seperti meteorologi, hidrologi, karakteristik hidrobiologis di lingkungan akuatik, distribusi populasi, laju
konsumsi makanan, faktor okupansi dan tataguna tanah) yang berpotensi
mempengaruhi penerimaan dosis individu dalam populasi. Jaringan pemantauan dan rezim sampling lingkungan harus ditetapkan berdasar pada informasi ini.
Pada tahap awal operasi suatu fasilitas, pengukuran lingkungan yang sering
dan rinci perlu untuk memprediksi kelakuan dan perpindahan radionuklida di
lingkungan. Seiring dengan bertambah pengalaman, adalah memungkinkan
untuk mengurangi skala pemantauan sumber dan pemantauan lingkungan.
Pusdiklat Batan

15

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Pada pelepasan normal biasanya tidak dapat dideteksi radiasi dan radionuklida
di lingkungan bahkan mungkin setelah pengoperasian bertahun-tahun.
Walaupun demikian, segala keputusan untuk mereduksi kekerapan sampling
atau lingkup program pemantauan lingkungan harus direview secara cermat
dan harus memperhatikan potensi perubahan rezim lepasan atau lepasan takterduga, atau keprihatinan yang diajukan masyarakat.
Pada umumnya, semua program pemantauan harus menjalani review berkala
untuk memastikan bahwa pengukuran sesuai dengan tujuan dan bahwa tidak
ada rute lepasan atau perpindahan lingkungan atau jalur paparan yang berarti
yang terabaikan. Bila ada perubahan cara pengoperasian instalasi sumber atau
sifat pelepasan, program pemantauan harus dikaji kembali untuk memastikan
validitasnya. Perubahan yang berarti di lingkungan lokal mungkin terjadi selama
masa operasi instalasi (seperti perubahan biologis dalam eko-sistem akuatik
akibat lepasan termal atau eutrofikasi seluruh badan air, redistribusi penduduk
sekitar atau perubahan kebiasaan), dan perubahan ini dapat mempengaruhi
rute perpindahan lingkungan dan jalur paparan secara berarti.
Studi Preoperasi
Studi preoperasi harus dilaksanakan untuk menetapkan baseline tingkatan
radiasi dan konsentrasi aktivitas lingkungan untuk maksud selanjutnya
menentukan dampak sumber. Pengkajian preoperasi memerlukan data perkiraan inventori radionuklida selama operasi fasilitas, kemungkinan jalur lepasan, estimasi jumlah yang akan dilepaskan ke lingkungan, dengan mempertimbangkan sistem pengolahan efluen yang akan dipasang. Studi preoperasi
juga harus menyediakan data lingkungan dasar untuk memperkirakan dosis
penduduk dan lepasan ke lingkungan. Pada tahap ini ditetapkan batas lepasan
yang diizinkan dan kondisi pelepasan ke lingkungan sebagai dasar program
pemantauan yang dirancang.

Pusdiklat Batan

16

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Suatu program preoperasi bila perlu mengidentifikasi organisme indikator 2 yang
cocok atau bahan indikator untuk radionuklida tertentu. Program preoperasi
dapat juga dimanfaatkan untuk melatih dan menguji peralatan, instrumen dan
organisasi program pemantauan operasi. Program preoperasi harus dimulai 2-3
tahun sebelum operasi dimulai sehingga memungkinkan studi variabilitas
tahunan di lingkungan lokal.
Selama masa preoperasi, perencanaan untuk kesiapsiagaan kedaruratan harus
dipertimbangkan dengan cermat terkait sumber, pemantauan lingkungan dan
pemantauan individu yang mungkin diperlukan dalam setiap kemungkinan
kedaruratan. Tingkat intervensi dasar [2] harus difahami oleh semua orang dan
organisasi yang bertanggungjawab, dan tingkat intervensi operasi (TIO) 3 harus
ditetapkan berbasis kekhasan tapak. TIO harus mengacu pada parameter yang
dapat diukur denga mudah (contoh laju dosis di udara atau kerapatan deposisi
radionuklida) sedemikian sehingga dapat dibuat penafsiran yang cepat bila
intervensi diperlukan.
Pemantauan pada Tahap Operasi
Pemantauan sumber
Pemantauan sumber mengacu pada pengukuran pelepasan berizin dan medan
radiasi di sekitar sumber itu sendiri. Lepasan ke lingkungan dapat berupa gas,
aerosol atau cairan. Aktivitas relatif lepasan dapat berubah pada situasi
abnormal dan medan radiasi eksterna di sekitar sumber mungkin meningkat.
Tujuan khusus pemantauan sumber dalam operasi normal adalah:
(a) untuk verifikasi informasi yang diperlukan terkait batas yang diizinkan pada
pelepasan airborne dan cairan;
(b) untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk pemeriksaan apakah
2

Indikator organisme adalah biota yang mungkin tidak berarti dalam jalur paparan sehingga
tidak digunakan untuk maksud penilaian dosis, tetapi memekatkan radionuklida secara
efektif dan juga dapat digunakan sebagai indikator sensitif untuk mengkaji kecenderungan
tingkat radiasi dan konsentrasi aktivitas lingkungan radionuklida di lingkungan.
3
TIO umumnya dinyatakan dalam laju dosis, aktivitas zat radioaktif yang lepas, konsentrasi
aktivitas udara terintegrasi waktu, konsentrasi aktivitas alas (ground) atau permukaan, atau
konsentrasi aktivitas radionuklida di lingkungan, sampel makanan atau air.

Pusdiklat Batan

17

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


sistem untuk pengolahan dan pengendalian efluen berlangsung semestinya;
(c) untuk memberikan peringatan dini atas penyimpangan dari operasi normal;
(d) untuk menyediakan data lepasan radionuklida ke lingkungan, sebagai dasar
untuk estimasi dengan model prediktif tingkat radiasi dan konsentrasi aktivitas
lingkungan dan paparan penduduk (contoh laju lepasan dan komposisi
radionuklida.
Rancangan program pemantauan sumber harus dibuat memungkinkan
verifikasi kepatuhan terhadap batas yang diizinkan pada lepasan dan kriteria
pelepasan yang ditetapkan Badan Pengawas. Pemantauan lepasan zat
radioaktif dapat melibatkan pengukuran untuk radionuklida tertentu atau
pengukuran aktivitas gross. Pengukuran umumnya harus dilakukan sebelum
terjadi pengenceran atau pada titik lepasan (contoh pada cerobong untuk 18
pelepasan atmosferik atau saluran pipa untuk pelepasan akuatik. Dalam hal
pelepasan batch, bahan untuk pelepasan dicirikan (characterized) dengan
memadai berdasarkan volume batch dan komposisi radionuklida suatu sampel
yang diambil di reservoir dari batch yang homogen sebelum pelepasan.
Untuk kedua efluen airborne dan cair, ada tiga jenis pengukuran yang mungkin:
(a) Pemantauan lepasan on-line;
(b) Sampling kontinu dan pengukuran laboratorium konsentrasi aktivitas di
sampel;
(c) Sampling berselang (intermittent) dan pengukuran laboratorium konsentra-si
aktivitas di sampel;
Pilihan prosedur sampling dan pengukuran akan bergantung pada:
(a) Karakteristik dan jumlah radionulida yang lepas dan sensitivitas sistem
pengukuran;
(b) Perkiraan variasi terhadap waktu dalam laju pelepasan radionuklida;
(c) Kemungkinan pelepasan tak-terencana memerlukan deteksi seketika dan
notifikasi.
Pada semua situasi, perlu penetapan cara akurat menentukan volume bahan
Pusdiklat Batan

18

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


yang terlepas sebagai fungsi waktu sehingga aktivitas total lepasan selama
kurun waktu dapat dihitung sebagai dasar pengukuran konsentrasi aktivitas.
Perhitungan dosis radiasi kepada kelompok kritis dari lepasan memerlukan data
dispersi meteorologi dan hidrologi. Parameter lain yang diperlukan untuk
mengevaluasi dampak pelepasan meliputi:
(a) Formasi fisika dan kimia dan solubilitas radionuklida lepasan;
(b) Distribusi ukuran partikel lepasan airborne;
(c) pH dalam hal lepasan cair ke badan air.
Program pemantauan sumber dan pemantauan lingkungan harus terkoordina-si
dengan baik. Pada pelepasan normal, konsentrasi aktivitas yang dideteksi
dalam pemantauan lingkungan biasanya sangat rendah, dan akibatnya
perhitungan dosis umumnya didasarkan pada pemantauan sumber dan
modelling yang sesuai.
Dalam penetapan persyaratan instrumen dan penanganan data untuk pemantauan pelepasan normal, kemungkinan pelepasan abnormal dan pelepasan
kecelakaan harus juga dipertimbangkan untuk menjamin bahwa kisaran pengukuran instrumen mencukupi, bahwa fasilitas alarm memadai dan bahwa analisis data untuk kecelakaan dapat dilaksanakan cukup cepat untuk menyo-kong
dalam memandu pemantauan lingkungan dan implementasi penanggu-langan.
Dalam suatu kecelakaan, komposisi dan karakteristik fiika dan kimia suatu
lepasan kemungkinan berbeda dari situasi normal, untuk itu perlu fleksi-bilitas
tanggap (response) dalam merncang sistem pemantauan.
Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan mencakup pengukuran laju dosis eksterna di lingkungan dan konsentrasi aktivitas radionuklida di udara, air, tanah, sediment
dasar, tumbuhan, hewan dan bahan maknanan. Pemantauan ini dapat dibagi
menjadi dua macam: pemantauan lingkungan terkait sumber dan terkait orang.
Fitur utama dalam merancang program pemantauan lingkungan untuk sumber
yang besar adalah identifikasi radionuklida, jalur dan kelompok kritis yang
potensial. Atas dasar identifikasi dan pengkajian dalam rancangan ini dapat
Pusdiklat Batan

19

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


ditentukan radionuklida dan jalur yang memberikan andil besar terha-dap dosis
individu sehingga program pemantauan dapat diarahkan ke per-soalan yang
lebih penting.
Tujuan khusus pemantauan lingkungan pada operasi normal adalah:
(a) verifikasi hasil pemantauan sumber dan model terkait untuk menjamin
bahwa prediksi konsisten dan bahwa batas paparan tidak terlampaui;
(b) memeriksa kondisi radiasi lingkungan untuk kepatuhan terhadap batas
lingkungan yang diizinkan;
(c) memasok data untuk penilaian dosis sesungguhnya atau prospektif pada
anggota kelompok kritis akibat dari pengoperasian rutin tersebut;
(d) mendeteksi perubahan yang tidak diprediksikan dalam konsentrasi aktivi-tas
dan mengevaluasi trend jangka panjang tingkat radiasi lingkungan aki-bat
lepasan normal;
(e) menyediakan informasi kepada masyarakat.
Rancangan program pemantauan lingkungan harus konsisten dengan tujuan
pemantauan. Tingkat kepentingan dan skala program pemantauan lingkung-an
terutama ditentukan oleh besarnya estimasi dosis pada kelompok kritis.
Pengukuran harus dibuat dan sampling dilaksanakan pada lokasi yang sesuai
yang didatangi penduduk di luar kawasan operasi instalasi. Pengukuran harus
meliputi pengukuran tingkatan radiasi eksterna dan tingkatan konsentrasi
radionuklida di semua sampel lingkungan, produk makanan dan air minum yang
relevan. Lokasi pengukuran dan sampling harus ditentukan spesifik tapak
dengan maksud menentukan dosis radiasi tertinggi pada masyarakat dan
mengidentifikasi area yang paling terkotaminasi radionuklida.
Hasil program pemantauan lingkungan harus mampu untuk memverifikasi
prediksi yang dibuat berdasarkan hasil pemantauan sumber dan penilaian dosis
penduduk. Untuk maksud ini, sampel harus diambil dan pengukuran harus
dibuat pada beberapa pilihan lokasi berdasarkan pola dispersi pelepasan,
termasuk area latar sebagai kontrol. Selain itu, prosedur sampling yang paling
tepat harus ditetapkan berdasarkan pengetahuan kebiasaan dan pola konsumsi
Pusdiklat Batan

20

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


kelompok kritis dalam populasi.
Di samping pengukuran jalur langsung ke manusia, perlu dipertimbangkan
pengukuran aktivitas konsentrasi pada organisme atau bahan indikator yang
alamiah atau artifisial seperti rumput laut, lichen atau bahan partikulat
tersuspensi yang tidak harus selalu bagian langsung rantai makanan. Bahanbahan indikator dipilih bukan karena mereka mewakili komponen makanan
manusia tetapi karena mereka memekatkan radionuklida dan memberikan
ukuran trend pada tingkat aktivitas. Mekanisme pemekatan menyebabkan
kemudahan deteksi radionuklida pada indikator dibandingkan dalam makanan,
sehingga organisme atau bahan indikator merupakan kontaminan lingkungan
yang lebih sensitif [4].
Pemantauan lingkungan yang dilaksanakan untuk mengkaji dampak pengoperasian atau sumber tergolong pemantauan lingkungan terkait sumber. Suatu
pemantauan lingkungan terkait sumber harus mampu memverifikasi hasil
pemantauan sumber dengan cara pengambilan sampel dan pengukuran yang
dibuat secara cermat di lokasi yang telah ditentukan di dekat kawasan instalasi.
Pemantauan ini juga harus mampu memperkirakan dosis akibat paparan
eksterna anggota masyarakat di luar kawasan.
Pemantauan

lingkungan

terkait

orang

harus

dilakukan

bila

beberapa

pengoperasian atau sumber-sumber memberikan potensi paparan kepada


kelompok individu yang sama. Contoh jenis pemantauan ini adalah beberapa
pemegang izin yang berdekatan satu sama lain diberi kewenangan membuang
efluen cair ke badan air yang sama.
Prinsip rancangan untuk pemantauan lingkungan terkait orang serupa dengan
pemantauan lingkungan terkait sumber. Pada pemantauan lingkungan terkait
orang perlu memilih lokasi sampling dengan efek agregat semua lepasan yang
akan dikaji; misal, pertemuan air permukaan atau fasilitas pengolahan air
minum. Untuk rancangan program pemantauan ini perlu informasi radiasi yang
dipancarkan dan radionuklida yang dibuang dari tiap sumber, formasi fisika dan
kimia

dan

selang

Pusdiklat Batan

pembuangan,

sedemikian

dapat

ditemukan

teknik
21

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


pengumpulan dan pengukuran yang akurat.
B. Program Pemantauan Penunjang
Program pemantauan penunjang berupa pengumpulan data sebagaimana
pemantauan lingkungan umum seperti pemantauan karakteristik penduduk.
Kondisi keikliman (termasuk kecepatan angin, arah angin, stabilitas lapisan
campuran atmosfer, statistik curah hujan, suhu dan kelembaban) harus
dipantau, baik pada studi preoperasional maupun selama operasi fasilitas.
Karakteristik hidrologi sungai (seperti keragaman pada fluks dan karakteristik
campuran efluen) tempat efluen cair dilepaskan harus juga dipantau pada
tahapan studi preoperasi dan operasi. Studi preoperasioanl harus juga
mencakup pemantauan hidrogeologidan tanah lokal dan fitur topografis yang
mungkin mempengaruhi penyebaran efluen airborne. Studi perunut (tracer)
mungkin diperlukan dalam situasi penyebaran yang rumit.
Distribusi dan karakteristik (terutama distribusi umur) penduduk di sekitar
instalasi dan okupasi dan kebiasaan, termasuk laju konsumsi makanan dan
asal makanan yang dikonsumsi serta kegiatan dan alokasi waktunya, harus
dipantau pada studi preoperasional dan secara berkala diuji selama tahap
operasi.
Penyelidikan lokal berkala harus dilakukan untuk mempelajari kebiasaan
penduduk sekitar sumber-sumber utama. Karakteristik pertanian dan pertanian
akuatik (termasuk spesies yang terlibat dan kebiasaan dan kegiatan pertanian)
serta pertamanan di dalamnya harus dipantau pada studi preoperasional dan
secara berkala diuji selama masa tahap operasi. Penggunaan air sungai harus
dipantau di dekat sumber dan sepanjang hilir yang diperkirakan terkontaminasi
secara berarti.

Pusdiklat Batan

22

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

BAB V
KONDISI TEKNIS, KAJIAN DOSIS DAN PENAFSIRAN
PEMANTAUAN
A. Strategi Sampling
Strategi sampling harus diselaraskan dengan situasi yang dipantau dan harus
konsisten dengan tujuan dan maksud khusus pemantauan. Lokasi, kekerapan
dan teknik sampling akan bergantung pada tugas, jenis pelepasan, komposisi
radionuklida yang diperhatikan dan paparan yang diperkirakan sebagai
konsekuensi pelepasan.
Sampling selama pelepasan normal
Sampling sumber
Kebanyakan data pelepasan radionuklida dari fasilitas nuklir biasanya diperoleh
dengan cara pengukuran on-line laju dosis, konsentrasi aktivitas atau aktivitas
total di titik pelepasan. Sampling dan pengukuran susulan udara dan air yang
dilepaskan, kontinu maupun terputus-putus, harus digunakan terutama untuk
menentukan komposisi radionuklida lepasan.
Kekerapan
pemantauan

sampling
fasilitas

harus

ditentukan

bersangkutan

dengan

atau

memperhitungkan

fasilitas

serupa

hasil

sebelumnya

sedemikian sehingga tidak kehilangan perubahan berarti pada komposisi


radionuklida yang dilepaskan.
Sampling lingkungan
Sampling dan pengukuran lingkungan terutama ditujukan untuk membuktikan
pemenuhan nilai-nilai yang diukur terhadap batasan yang ditetapkan atau nilainilai prediksi konsentrasi radionuklida di sampel lingkungan. Lokasi sampling
harus dipilih dekat titik dengan paparan atau deposisi maksimum, terutama
pada arah angin lepasan airborne atau hilir dari titik lepasan untuk lepasan
akuatik dan perbatasan tapak untuk radiasi langsung dari sumber.

Pusdiklat Batan

23

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Sampling dan pengukuran lingkungan juga dilakukan ke arah melawan arah
angin dan arah sungai (ke hulu) untuk membandingkan hasilnya dengan hasil
program pemantauan lingkungan yang utama.
Hasil makanan pertanian yang diproduksi secara kontinu seperti sayuran
berdaun banyak harus disampel beberapa kali per tahun, atau lebih sering bila
lepasan berupa radionuklida umur pendek seperti radioiodin. Tanah dan hasil
panen tahunan harus dipantau sekali setahun.
Pada Table 3 dari acuan [1] diringkaskan unsur yang dipantau dan kekerapan
sampling dan pengukuran.
Teknik sampling
Untuk memperoleh sampel yang representatif, prosedur kusus untuk sampling
dianjurkan

oleh

International

Commission

on

Radiation

Units

and

Measurements (ICRU) [5]. Table 5 pada acuan [1], yang dikutip dari acuan [5],
mengikhtisarkan teknik sampling utama dan fiturnya.
B. Strategi dalam Pengukuran
Dalam kerangka program pemantauan, pengukuran radiasi dilakukan pada
sumber, di lingkungan dan di laboratorium, pada kondisi pelepasan normal dan
kedaruratan atau pada situasi paparan kronis. Persyaratan teknis pengukuran
radiasi adalah: pemilihan media, lokasi dan kekerapan pengukuran; pemilihan
peralatan untuk deteksi jenis radiasi dan energi tertentu; dan persyaratan untuk
tingkatan deteksi minimum dan maksimum untuk radiasi dan aktivitas.

Pusdiklat Batan

24

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

Pusdiklat Batan

25

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

Table 6 dari acuan [1] mengikhtisarkan prosedur sampling dan pengukuran


untuk menentukan berbagai kuantitas yang mungkin berguna untuk berbagai
konteks pemantauan. Secara umum, tingkatan aktivitas spesifik radionuklida
tertentu di media lingkungan harus diukur. Bila batas pelepasan suatu kegiatan
diberikan dalam aktivitas alfa total dan/atau aktivitas beta total, dan tidak untuk
aktivitas spesifik, pengukuran spesifik radionuklida pada basis rutin mungkin
tidak diperlukan.
Untuk pengukuran tingkatan rendah pada kondisi kegiatan dan paparan kronik,
aktivitas yang dapat dideteksi minimum peralatan dan metode yang diterapkan
harus memungkinkan pengukuran tingkat radionuklida yang sangat rendah,
dengan satu hingga dua orde, dari batas yang ditetapkan atau tingkatan
tindakan (action levels) untuk radionuklida pada media yang sesuai. Bila batas
yang ditetapkan lebih rendah daripada tingkatan latar, maka aktivitas yang
dapat dideteksi minimum yang memungkinkan pengukuran tingkat radiasi atau
konsentrasi aktivitas lebih rendah dari radiasi latar adalah cukup.
Pusdiklat Batan

26

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

Pusdiklat Batan

27

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


C. Ketidakpastian Dalam Data Pemantauan
Kegiatan pemantauan harus dapat menyediakan data yang diperlukan untuk
analisis dan evaluasi kontaminasi lingkungan. Pemantauan merupakan sumber
informasi penting untuk pembuatan keputusan dan untuk justifikasi tindakan
penaggulangan dalam kedaruratan. Walaupun demikian, data pemantauan
memiliki unsur ketidakpastian yang timbul dari ketidakpastian teknis, ketidakrepresentativan sampel dan/atau pengukuran, dan kesalahan manusia.
Ketidakpastian teknis dalam pemantauan terutama berasal dari:
- Keberagaman spasial dan temporal besaran yang diukur (seperti laju dosis
dan konsentrasi aktivitas);
- Keberagaman prosedur sampling, pemroesan dan pengukuran;
- Statistik pencacahan dalam ahal aktivitas radionuklida tingkat rendah
Salah satu cara mengurangi ketidakpastian ini melalui prosedur jaminan mutu.
Pendidikan dan latihan reguler harus dilaksanakan pada staf untuk memelihara
pengalaman personel sebagai prekondisi yang penting untuk mutu kerja yang
tinggi, terutama di bawah stress dalam kedaruratan.
Ketidak-representativan dalam sampling dan/atau dalam pengukuran medan
dapat dioptimasikan dengan cara skema sampling dan pengukuran yang
memadai sebagaimana dijelaskan di atas dengan meningkatkan kegiatan
pemantauan.
Kesalahan manusia sulit dikuantifikasikan. Stress dan bebankerja berat,
terutama dalm kedaruratan, dapat menimbulkan kesalahan manusiawi yang
menyebabkan, misalnya, pencatatan yang tidak benar, kehilangan sampel,
pelabelan yang keliru dst. Pelatihan personel yang memadai dan prosedur
jaminan mutu harus digunakan untuk mengurangi kesalahan ini.
Ketidakpastian dalam hasil pemantauan harus diperhitungkan dalam prosedur
pengkajian dosis dan dalm penafsiran data pemantauan.

Pusdiklat Batan

28

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

BAB VI
KONDISI TEKNIS, PENGKAJIAN DOSIS DAN PENAFSIRAN
PEMANTAUAN RUTIN
A. Konsep Pengkajian Dosis
Informasi dari program pemanatuan harus digunakan untuk memperkirakan
dosis radiasi kepada anggota masyarakat untuk membandingkan dengan
kriteria dosis yang ditetapkan oleh badan pengawas. Dalam operasi normal,
kriteria tersebut dinyatakan dalam batas dosis radiasi tahunan. Hal ini dilakukan
dengan menghitung dosis yang diterima (atau potensial diterima) anggota
kelompok kritis. Hasil dari pemantauan sumber, pemantauan lingkungan atau
pemantauan individu, atau dari kombinasinya, digunakan dalam perhitungan ini.
Tidak satu pun metode pemantauan yang disebut di atas secara langsung
memberikan dosis yang diterima oleh anggota kelompok kritis; model
matematik diperlukan untuk mengkonversi hasil dari program pemantauan
menjadi prediksi dosis. Model yang digunakan untuk menghitung dosis harus
menirukan (simulate) jalur utama yang berarti andilnya terhadap paparan
kepada kelompok penduduk yang diperhitungkan. Berbagai model untuk
pengkajian radiologi tersedia untuk beragam derajat kerumitan. Tingkat
kerincian dan kerumitan mode yang diperlukan harus mencerminkan besarnya
dosis yang diprediksi [6].
B. Pengkajian Dosis pada Pelepasan Normal
Paparan eksterna
Pengkajian iradiasi eksterna dari suatu sumber relatif sederhana. Bila
sumbernya diskrit (tersendiri), medan radiasi di dekatnya dapat diukur (radiasi
latar harus diperkirakan dan dikurangkan dari hasil pengukuran) atau dihitung
dengan menggunakan teknik sederhana. Untuk menentukan dosis kepada
kelompok kritis, perhitungan harus dibuat dengan melibatkan efek jarak,
shielding dan hamburan, dan proporsi tahun tersebutanggota kelompok kritis
melewatkan waktunya di area yang dihitung.
Pusdiklat Batan

29

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Paparan eksterna akibat keberadaan radionuklida dalam plume atau di
permukaan bumi umunya sulit diperkirakan dari pengukuran radiasi langsung
karena keragaman dalam radiasi latar biasanya besar. Walaupun demikian,
dalam banyak kejadian paparan eksterna dari radionuklida tersebut dapat
diturunkan dari pengukuran spektrometrik kontaminasi udara dan deposisi
permukan bumidengan menggunakan model konversi kontaminasi ke dosis
yang ditetapkan dengan memasukkan faktor okupansi dan shielding bangunan.
Paparan interna
Jalur yang diperhatikan dalam perhitungan dosis internal akan bergantung pada
maksud perhitungan (contoh untuk maksud screening vs. membuat kajian rinci,
atau mengadopsi pendekatan konservatif untuk menjamin pemenuhan batasan
vs. pendekatan realistik untuk studi optimisasi) dan besarnya dosis. Jalur
paparan

utama

yang

umumnya

harus

diperhatikan:

inhalasi

udara

terkontaminasi oleh lepasan airborne, injesi bahan makanan dan minuman


(sayuran, buah, daging dan susu) yang terkontaminasi oleh lepasan airborne,
dan injesi produk ikan, kerang-kerangan dan rumput laut yang terkontaminasi
oleh lepasan cair.
Perhitungan dosis dari hasil pemantauan lingkungan memerlukan pemrosesan
yang memadai. Radiasi latar harus diidentifikasi; untuk perhitungan dosis akibat
pelepasan dari suatu sumber, tingkatan radiasi latar ini perlu dikurangkan dari
hasil pemantauan. Bila kontaminasi hasil pengurangan ini merupakan akibat
dari beberapa sumber, dosis total harus dihitung berdasarkan pengukuran
pemantauan lingkungan, tetapi umumnya sulit untuk membedakan fraksi dosis
tiap sumber.
Perhitungan dosis berdasarkan hasil pemantauan lingkungan menjadi pilihan
utama bila kontaminansi udara, air dan bahan makanan telah diukur. Umumnya
hanya beberapa radionuklida lepasan dapat diukur di atas batas deteksi di
media lingkungan dan bahan makanan yang relevan. Untuk itu perhitungan
dosis perlu dilengkapi dengan data hasil pemantauan sumber. Sebagai
tambahan, pemantauan lingkungan selama operasi normal memungkinkan
Pusdiklat Batan

30

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


verifikasi asumsi-asumsi, model dan parameter yang digunakan dalam proses
perizinan apakah konsisten dengan kondisi khas tapak.
Ketidakpastian pengkajian dosis
Ketidakpastian dalam pengkajian dosis yang dibuat berdasarkan hasil
pemantauan memasukkan ketidakpastian dalam data pemantauan dan
ketidakpastian dalam model dosimetri. Ketidakpastian terbesar biasanya terkait
pemodelan yang dijalankan dengan menggunakan data pemantauan sumber
sebagai masukan karena dalam hal ini pemodelan mencakup penyebaran
radionuklida di lingkungan, yang hanya dapat diprediksi denganketidakpastian
yang berarti. Ketidakpastian dalam pengkajian dosis rendah bila digunakan
data pemantauan lingkungan yang lengkap dan sangat rendah bila data
pemantauan individu tersedia.
C. Penafsiran Hasil Pemantauan Rutin
Pertimbangan umum
Hasil program pemantauan, baik untuk pemantauan sumber, lingkungan
dan/atau individu disampaikan dalam:
- Tingkat radiasi pada sumber lepasan dan konsentrasi radionuklida pada
bahan yang dilepaskan;
- Tingkat radiasi dan konsentrasi radionuklida di lingkungan;
- Dosis yang sedang diterima oleh individu kelompok kritis atau penduduk
tertentu;
- Dosis proyeksi untuk individu kelompok kritis (pada kedaruratan).
Dalam operasi normal, hasil program pemantauan untuk sumber, lingkungan
dan/atau individu harus digunakan untuk memeriksa pemenuhan kondisi radiasi
sebenarnya terhadap batas yang diizinkan dengan membandingkan hasil
tersebut dengan:
- Batas pelepasan;
- Batas lingkungan;
- Dosis konstrain untuk pemantauan terkait sumber;
- Batas dosis untuk pemanatauan terkait individu.
Pusdiklat Batan

31

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


Program pemantauan lingkungan umumnya mencakup pengukuran rutin
parameter terintegrasi (contoh pengukuran alfa bruto) yang tidak mahal dan
pengukuran berkala konsentrasi individu radionuklida pada sumber dan/atau
beberapa kompartemen lingkungan. Untuk penafsiran pengukuran, tiap jenis
korelasi di antara jenis pemantauan yang berbeda harus dipelajari:
- Hasil pemantauan sumber dan pemantauan lingkungan;
- Pengukuran tingkat radiasi dan konsentrasi radionuklida;
- Pengukuran parameter yang terintegrasi dan individu radionuklida;
- Survei gama in situ dan pengukuran sampel;
- Pengukuran rutin dan berkala;
- Pengukuran radionuklida dan parameter lain (seperti kondisi cuaca).
Pemenuhan tingkat acuan dan kriteria untuk paparan masyarakat
Tingkat acuan dan kriteria paparan masyarakat yang digunakan dalam panduan
ini mengacu pada standar internasional, regional dan nasional. Standar yang
diterima secara internasional ditetapkan oleh IAEA [2] mengharuskan dosis
rata-rata kepada kelompok kritis anggota masyarakat yang berasal dari
pengoperasian tidak melebihi batas dosis efektif 1 mSv dalam setahun. Standar
regional dinyatakan, sebagai contoh, pada 1996 European Directive yang
berlaku untuk negara anggota Uni Eropa. Standar nasional ada yang
menetapkan tingkat acuan dosis terkait sumber (berupa dosis konstrain) yang
tidak boleh dilebihi. Tipikal nilai dosis konstrain nasional di berbagai negara
berkisar dari puluhan mikrosievert hingga 0,5 millisievert dalam setahun.
Pemenuhan tingkat acuan
Batasan pelepasan diberikan pada operator dalam perizinan. Pemantauan
sumber harus dibuat untuk menjamin pelepasan sebenarnya di bawah batas-an
ini. Biasanya, pengukuran terintegrasi waktu didasarkan pada pengukuran
radiasi kontinu atau sampling kontinu harus dilakukan untuk menjamin tidak ada
lepasan yang tidak terpantau. Untuk pelepasan radionuklida yang tidak
dilepaskan dalam jumlah yang besar dan tidak berarti secara radiologi, nilai
rata-rata dari sampling atau pengukuran berkala dapat diterapkan asalkan tidak
Pusdiklat Batan

32

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan


terantisipasi keragaman yang luas dalam pelepasan.
Izin lepasan juga mencakup batasan lingkungan, seperti tingkat radiasi pada
perbatasan tapak atau batasan pada konsentrasi radionuklida atau kategori
tertentu radionuklida dalam suatu kompartemen lingkungan. Data dari
pemantauan lingkungan harus digunakan untuk menjamin tingkat radiasi
sebenarnya dan konsentrasi radionuklida di bawah batasan ini.
Data dari pemantauan lingkungan dapat juga digunakan untuk memastikan
apakah model yang dipakai untuk memprediksi tingkat kontaminasi lingkungan
dan paparan manusia cukup konservatif dengan membandingkan hasil dari
pemantauan terhadap hasil pemodelan. Bila prediksi yang dibuat sangat
berbeda terhadap data pemantauan lingkungan, perlu pertimbangan untuk
menggunakan struktur spesifik tapak dan/atau parameter spesifik untuk model
yang digunakan.
Pemenuhan kriteria untuk paparan masyarakat
Hasil pemantauan sumber dan pemantauan lingkungan dalam pengoperasian
harus digunakan untuk mempertegas bahwa dosis sebenarnya sebagai hasil
kegiatan normal memenuhi kriteria untuk paparan masyarakat.
Bila batasan lepasan ditetapkan dengan pemodelan dosis untuk kelompok
kritis, pemenuhan data pemantauan sumber dengan batasan lepasan menjamin
pemenuhan perkiraan dosis berdasarkan data pemantauan sumber dengan
kriteria paparan bila model yang sama atau serupa digunakan. Hasil dari
pemantauan sumber harus digunakan untuk secara spesifik membukti-kan
pemenuhan dosis konstrain.
Bila data pemantauan lingkungan yang lengkap terkait jalur utama paparan
manusia tersedia, data itu harus digunakan untuk memperkirakan dosis kepada
kelompok kritis dan untuk menjamin bahwa level lepasan dan radiasi
sebenarnya dalam operasi normal memenuhi kritria paparan masyarakat.
Dalam hal sumber tunggal pelepasan lingkungan, dosis yang diperkirakan
harus dibandingkan dengan dosis konstrain, dan dalam hal sumber ganda dosis
akibat pelepasan radionuklida harus memenuhi batasan 1 mSv per tahun.
Pusdiklat Batan

33

Keselamatan Lingkungan dan Kesehatan

DAFTAR PUSTAKA
1. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Environmental and Source
Monitoring for Purposes of Radiation Protection, Safety Standards Series No.
RS-G-1.8, IAEA, Vienna (2005)
2.

INTERNATIONAL ATOMIC

ENERGY AGENCY, The

Principles

of

Radioactive Waste Management, Safety Series No. 111-F, IAEA, Vienna


(1995).
3. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NA-TIONS,
INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, INTERNA-TIONAL LABOUR
ORGANISATION, OECD NUCLEAR ENERGY AGENCY, PAN AMERICAN
HEALTH ORGANIZATION, WORLD HEALTH ORGANIZATION, International
Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for the
Safety of Radiation Sources, Safety Series No. 115, IAEA, Vienna (1996).
4. INTERNATIONAL COMMISSION ON RADIOLOGICAL PROTECTION,
Principles of Monitoring for the Radiation Protection of the Population,
Publication 43, Pergamon Press, Oxford and New York (1985).
5.

INTERNATIONAL

COMMISSION

ON

RADIATION

UNITS

AND

MEASUREMENTS, Sampling for Radionuclides in the Environment, Draft ICRU


Report (in preparation).
6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Generic Models for Use in
Assessing the Impact of Discharges of Radioactive Substances to the
Environment, Safety Reports Series No. 19, IAEA, Vienna (2001).

Pusdiklat Batan

34

Anda mungkin juga menyukai