Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan pada telinga


tengah terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang
disebabkan oleh gangguan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba Eustachius,
enzim dan antibodi dimana ISPA disebut sebagai pemicu terjadinya.1,2,3
Penyakit otitis media akut (OMA) masih merupakan masalah kesehatan
khususnya pada anak-anak. Diperkirakan 70% anak mengalami satu atau lebih
episode otitis media menjelang usia 3 tahun. Dari hasil United States Statistic
menunjukan epidemiologi penyakit OMA memiliki prevalensi rata-rata 17-20%
dalam usia 2 tahun.
Umumnya gejala OMA timbul bergantung pada stadium dan usia pasien,
dimana diantaranya ada keluhan berupa rasa nyeri di telinga, demam, ada riwayat
ISPA, bisa pula disertai keluarnya cairan yang keluar dari telinga.4,5
Penatalaksanaan OMA tanpa komplikasi berupa observasi dengan
menghilangkan nyeri dan atau antibiotik. Pada tahun 2004, American Academy of
Family Physician mengeluarkan recomendasi diagnosis dan penatalaksanaan
OMA, dimana menurut petunjuk ini, observasi direkomendasikan tergantung
umur pasien, kepastian diagnosis dan berat ringannya penyakit. Sekitar 80% anak
sembuh tanpa antibiotik dalam waktu 3 hari1.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi telinga
Secara anatomis, telinga dibagi menjadi tiga bagian: luar, tengah, dan
dalam.6

Gambar 1. Anatomi Telinga


Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula/pinna) dan liang telinga
(meatus akustikus eksternus). Dimana telinga luar fungsi utamanya berperan
menstransmisikan suara ke telinga dalam. Aurikula tersususn dari tulang rawan
elastik irreguler dan dilapisi oleh lapisan kulit tipis yang berfungsi mengumpulkan
suara. Meatus akustikus eksternus adalah kanal yang terdapat pada bagian timpani
dari tulang temporal. Panjangnya 2-3 cm pada orang dewasa dan berfungsi
menghantarkan suara dari aurikula k emembran timpani.6.7

Pada sepertiga bagian luar meatus akustikus eksterna terdapat banyak


kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Pada dua pertiga badian dalam
hanya sedikit dijumpai kelenjar keringat.6
Telingah tengah adalah rongga berisi udara yang didalamnya terdapat
tulang-tulang pendengaran.7

Gambar 2. Anatomi Telinga Tengah


Telingah tenngah berbentuk kubus dengan :
-

Batas luar
: membran timpani
Batas depan
: tuba Eustachius
Batas bawah
: vena jugularis
Batas belakang
: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas
: tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam
: kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong , tingkap bundar dan promontorium

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran

propria). Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleolus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan, dan
bawah belakang, untuk men yatakan letak perforasi membran timpani.6
Tulang tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes menghubungkan
membran timpani dengan membran lain yang menutupi foramen ovale. Terdapat
dua otot di telingan tengah yaitu tensor timpani yang berfungsi mengurangi
getaran berlebihan dari membran timpani dan tulsng pendengaran untuk
mencegah kerusakan pada telinga tengah. Otot kedua stapedis yang juga berfungsi
mengurangi getaran berlebihan pada tulang pendengaran terutama stapes.6,7
Telingan dalam terdapat organ vestibulokoklear yang memiliki fungsi
penting dalam penerimaan suara dan pengaturan keseimbangan.6

Gambar 3. Permukaan Dalam Basis Cranii


Tampak pada gambar diatas organ vestibulokoklear yang disebut juga
labirin karena bentuknya yang kompleks didalam os pertrosus tulang temporal.
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis, ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani
dengan skala vestibuli.7

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas , skala timpani disebelah bawah dan skala media
(duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe,
sedangkan skala media berisi endolimfe. Ion dan garam yang terdapat di perilimfe
berbeda dengan endolimfe . hal ini penting untung pendengaran. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli ( Reisnners membran) sedangkan
dasar skala media adalah membran basals. Pada membran ini terletak organ corti.
Pada skala media terdapat bagian yang terbentuk lidah yang disebut membran
tektoria dan membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti yang membentuk organ Corti.6,7

Gambar 4. Potongan Oblik Tulang Petrosa Temporal


Tampak pada gambar 4 struktur telinga tengah dan dalam. Labirin tulang
merupakan salah satu terkeras dalam tubuh dan terdiri dari vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea.
Labirin tulang merupakan rongga yang dilapisi periosteum. Rongga ini
terbagi menjadi tiga bagia yaitu vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea.
Vestibulum adalah ruangan kecil berbentuk oval berukuran sekitar 3x5 mm
berisikan utrikulus dan sakulus. Ditengah labirin tulang, vestibulum memisahkan
koklea dan kanalis semisirkularis. Terdapat 10 lubang pada dinding tulang

vestibulum, yaitu 5 untuk kanalis semisirkularis dan masing-masing satu untuk


vestibular aqueduct, cochlear aqueduct, foramen oval, rotundum dan saraf.7
Persarafan Telinga dalam
Nervus koklearis tersususn oleh sekitar 30.000 sel-sel saraf eferen yang
mempersarafi 15.000 sel rambut pada spiral organ di setiap cochlea. Serabut saraf
dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus bersama
serabut saraf dari nervusvestibularis membentuk nervus nestibulokoklearis (CN
VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII menembus
lempengan tulang tipis bersama CN V (nervus fasialis) dan pembulu darah
menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di btang otak. Sebagian besar serabut
saraf dari kedua nuclei naik menuju inferior colliculuc secara kontralateral, dan
sebagian lainnya secara ipsilateral. Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf
pendengaran berjalan menuju medial geniculate body dan akhirnya menuji
korteks auditorius di lobus temporalis.7
Vaskularisasi Telinga Dalam
Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri
cerebellaris anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk
dua cabang yaitu arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan
sakulus bagian superior, serta bagian superior dan horizontal dari kanalis
semisirkularis. Cabang lain dari arteri auditori interna adalah arteri koklearis
komunis yang becabang menjadi arteri koklearis dan arteri vestibulokoklearis.
Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea ecuali sepertiga bagian basal
yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri vestibulokoklearis .
cabang lain dari arteri vestibulokolearis adalah arteri vestibular bagian posterior
yang memperdarahai utrikulus dan sakulus bagian inferior, serta kanalis
semusirkularis bagian posterior.7
Vena dialirkan ke vena auditori Yng di teruskan ke sinus sigmoideus atau
sinus petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan
bermuara di sinua petrosus inferior dan superior.7
2.2 fisiologi pendengaran
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara
adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan
tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselangseling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan (rarefaction)
molekul tersebut. Suara ditandai oleh nada (tone, tinggi-rendahnya suara),
intensitas (kekuatan, keoekaan,loudness) dan timbre (kualitas, warna nada)8
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengimflikasi getaran
6

melaui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplikasi ini akan
diteruskan ke staper yang memmgerakan tingkap lonjong sehingga perilimfe pada
skala vestibui bergerak. Getaran diteruskan melaui membran reissner yang
mendorong endolimf, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepas neurotransmitter
kedalam sinapsis sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus
temporalis.6,8

1.
2.

Gambar 5. Fisiologis pendengaran


Aliaran gelombang getaran melewati skala vestibuli dan skala timpani
yang berguna untuk meredam tekanan (bukan persepsi suara)8
Aliran gelombang yang berkaitan dengan persepsi suara akan melewati
shortcut menembus membran vestibularis lalu mencapai membran
basilaris yang di dalamnya terdapat organ korti sebagai stimulus area.8

2.3 Otitis Media Akut


2.3.1 Definisi

Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan pada telinga tengah
yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3 minggu) yang
disertai dengan gejala lokal dan sistemik.1

2.3.2 ETIOLOGI
1.

Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA tersering. Menurut penelitian,
65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melaui isolasi
bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Bakteri yang paling sering
ditemukan adalah streptococcu aureus. Haemophilus influenza, moraxella
cattahalis, streptococus grup A, dan staphylococus aureus. Haemophilus influenza
sering dijumpai pada anak balita. Staphylococcus aureus dan organism gram negatif
banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat ianp di rumah
sakit. Beberapa mikroorganisme yang jarang ditemukan adalah mycoplasma
pneumoniae, chlamydia pneumoniae dan chlamydia tracomatis.4,9
8

2.

Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus terdeteksi pada sekret
pernafasan pada 40-90% anak dengan OMA, dan terdeteksi pada 20-40% cairan
telinga tengah anak dengan OMA. Virus yang paling sering dijumpai pada ankanak yaitu respiratory synctial virus (RSV), influeza virus, atau adenovirus. Kirakira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan
membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba eustachius, mengganggu fungsi
imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba
dengan mengganggu farmakokinetiknya.1,4
2.3.3 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor
genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu
formula, lingkungan merokok, kontak debgan anak lain, status imunologis, infeksi
bakteri atau virus di saluran pernafasan atas, disfungsi tuba.5
Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insidens
OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi
tidak matang atau iamtur tuba Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau
status imunologi anak juga masih rendah, status sosieekonomi juga berpengaruh
seperti kemiskinan, kepadatan penduduk, fasilitas hygiene yang terbatas, status
nutrisi rendah dan pelayanan pengobatan terbatas. ASI dapat membantu dalam
pertahanan tubuh, oleh karena itu, anak-anak yang kurang asupan ASI banyak
menderita OMA. Dengan adanya riwayat kontak yang sering dengan anak-anak
lain seperti di pusat penitipan anak-anak, insiden OMA juga meningkat. Otitis
media ini merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat infeksi nafas atas. Baik
bakteri. Atau virus.4,5
2.3.4 Patofisiologi
Otitis media akut erjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh.
Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya
penyakit nini. Tuba eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga
telinga dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga kearah
nasofaring dan sepertiga terdiri atas tulang. Tuba eustachius biasanya dalam
keadaan steril serta tertutup dan baru terbuka apabila udara diperlukan masuk ke
telingah tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Tuba
Eustachius mempunyai tiga fungsi penting, yaitu ventilasi, proteksi dan drainase

sekret. Ventilasi berguna menjaga agar tekanan udara dala telinga tengah selalu
sama dengan tekanan udara luar. Proteksi yaitu melindungi telinga dari tekana
suara, dan menghalangi masuknya sekret atau cairan dari nasofaring ke telinga
tengah. Drainase bertujuan untuk mengalirkan hasil sekret cairan telinga tengah ke
nasofaring. Gangguan fungsi tuba Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekana
negatif ditelinga tengah yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi.
Pencetus terjdinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas ISPA.4
ISPA atau alergi ini menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa saluran
nafas atas, termasuk nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba eustachius menjadi
sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada telinga tengah. Bila
keadaan demikian berlangsung lama akan mneyebabkan refluks dan aspirasi virus
dan bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba eustachius.
Mukosa telinga tengah b ergantung pada tuba Eustachius untuk mengatur proses
ventilasi yang berkelnajutan dari nasofaring. Jika terjadi gangguan akibat
obstruksi tuba, akan mengaktivasi proses inflamasi kompleks dan terjadi efusi
cairan ke dalam telinga tengah. Ini merupakan pencetus terjadinya OMA dan otitis
media dengan efusi.4
Bila tuba eustachius tersumbat, drainase telinga tengah terganggu,
mengalami infeksi serta terjadi akumulasi sekret di telinga tengah, kemudina
terjadi proliferasi mikroba patogen pada sekret. Akibat dari infeksi saluran nafas
atas, sitokin dan mediator-mediator inflamasi yang dilepaskan akan menyebabkan
disfungsi tuba Eustachius. Virus respiratory juga dapat meningkatkan kolonisasi
dan adhesi bakteri , sehingga mengganggu pertahanan imun pasien terhadap
infeksi bakteri. Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi lokal,
pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang
pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran. Akumulasi cauran yang
terlalu banyak akhirnya dapat merobek membran timpani akibat tekanan yang
meninggi.1,4

2.3.5 Stadium Otitis Media Akut


Perubahan mukosa telinga tengah sebgai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium:
1. Stadium oklusi Tuba Eustachius
2. Stadium hieremis
3. Stadium supurasi
4. Stadium perforasi
5. Stadim resolusi

10

Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati


melalui liang telinga luat.6

Gambar 6. Membran timpani normal


Stadium oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi Tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran
timpani akitat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi
udra. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjdi, tetapi tidak dapat didetekdi.
Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus atau alergi.6
Stadium hiperemis (stadium pre supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar
terlihat.6

11

Gambar 7. Membran timpani hiperemis.


Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purupen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) kearah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dam suhu meningkat, serta rasa
nyeri ditelinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak
berkurang maka terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul
tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.
Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah lebih lembek dan
berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak dilakukan insisi
membran timpani (miringitomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar
membran timpani akan ruptur dan nanah keluar keliang telinga luar. Dengan
melakukan miringitomi., luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila

12

terjadi ruptur, maka lubang tembat ruptur (perforasi) tidak mudah menutup
kembali.6

Gambar 8. Membran Timpani bulging dengan pus purulen


Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang
menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini
disebut dengan otitis media akut stadium perforasi.6

13

Gambar 9.Mebran Timpani Perforasi


Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret
akan berkurang dan akhirnya kering. Bial daya tahan tubuh baik atau virulensi
kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA
berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus
menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequel) berupa
otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadi perforasi.6
2.3.6 Gejala Klinis
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien,
pada usia anak-anak umumnya keluhan berupa:
1. Rasa nyeri di telinga dan demam
2. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasam atas sebelumnya.
3. Pada remaja atau dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan
pendengaran dan telinga terasa perih
4. Pada bayi gejala khas Otitis Media Akut adalah pana yang tinggi, anak
gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering sering memegang
telinga yang sakit.5

14

2.3.7 Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:
1)Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2)Ditemukannya tanda efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda
berikut:
a. Menggembungnya gendang telinga
b.
Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d.
Cairan yang keluar dari telinga
3)Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan
adanya salah satu diantara tanda berikut:
a. Kemerahan pada gendang telinga
b.
Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.4
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menariknarik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah, serta rewel. Namun gejalagejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga) tida k spesifik untuk OMA
sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata. Efusi
telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan gendang
telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang
menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak
kuning atau suram, serta cairan di liang telinga.4,10
jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskop
pneumatic (pemeriksaan telinga dengan otoskip untuk melihat gendang telinga
yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga
terhadap perubahan tekana udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau
tidak adasama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Peeriksaan ini
meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA, namun umumnya diagnosis OMA
dapat ditegakkn debgan otoskop biasa. Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan
dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun
timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya
timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi dibawah enam minggu dengan
riwayat perawatan intensif di Rumah Sakit, anak dengan gangguan kekebalan
tubuh, anak yang tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau
dengan gejala sanagt berat dan komplikasi.4,10
2.3.8 Diagnosis Banding
- Otitis Ekterna
- Otitis Media Supuratif Kronis
-Otitis Media Efusi
OMA dibedakan dari Otitis Ekserna yaitu dimana otitis eksterna radang
telinga akut maupun kronis yang terjadi di telinga luar yaitu sepertiga luar liang
15

telinga dan dua pertiga dalam kulit liang telinga. Gejalanya berupa nyeri tekan
tragus, tampak kulit liang telinga hiperemis, sekret tidak mengandung lendir
(musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.6
OMA juga bisa dibedakan dengan OMSK diman OMSK ialah infeksi kronis
di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terusmenerus atau hilang timbul , dimana OMA berlanjut menjadi
OMSK apabial keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu bisa
karena terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
yang tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah, atau hygien buruk.6
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan Efusi, sebagai berikut:10
Gejala dan tanda

OMA

Nyeri telinga,demam,
rewel
Efusi telinga tengah
Gendang telinga suram
Gendang
telinga
menggembung
Gerakan
gendang
berkurang
Berkurangnya
pendengaran

Otitis
efusi
_

+
+
+/-

+
+/-

media

dengan

2.3.9 Penatalaksanaan
Antibiotik :
OMA umumnya adala penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya,1
1. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan
antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat terjadi, termasuk
berkurangnya pendengaran.
2. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala tidak
membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik
diberikan. American Academy of pediatrics (AAP) mengkategorikan
OMA yang dapat diobservasi dan yang harus segera diterapi dengan
antibiotik sebaga berikut.
Usia
<6bulan
6 bulan-2tahun

Diagnosis pasti
Antibiotik
Antibiotik

Diagnosis meraguka
antibiotik
Antibiotik jika gejala
berat, observasi jika

16

2 tahun

gejala ringan
Antibiotik jika gejala Observasi
berat, observasi jika
gejala ringan

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam
<39 c dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedangberat atau demam390c. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan
pada anak usia 6 bulan- 2tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau
diagnosis meragukan pada anak diatas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi,
follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesik tetap diberikan pada masa
obsernvasi.1
British Medical Journal memberikan kriteria yang sedikit berbeda untuk
menerapkan observasi ini. Menurut BMJ , pilihan observasi dapat dilakukan
terutama pada anak tanpa gejala umum seperti demam dan muntah. Jika
diputuskan untuk memberikan antibiotik, pilihan pertama untuk sebagian besar
abnak adalah amoxicillin.3
1 Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician)
menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/haripada anak dengan
resiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan resiko
tinggi
2 Resiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun,
dirawat sehari-hari di daycare, dan dad riwayat pemberian antibiotik dalam
tiga bulan terakhir. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemerian
dengan maksimumnya 500 mg.
3 AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari. Dosis ini terkait
dengan meningkatnya persentase bakteri yang dapat diatasi dengan dosis
standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di indonesia tidak ada data yang
mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah
menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang
rsisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi
terhadap antibiotik.
4 Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalm 48-72jam.
5 Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai
terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam,
kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak
memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini
kedua. Misalnya : pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang
kemungkinan disebabkan Haemophilus influenzae dan Moraxella
Cataahalis, antibiotik yang kemuian dipilih adalah amokicillin clavunate.
0

17

Sumber lain menyatakan emberian amoxicillin-clavulanate dilakukan jika


gejala tidak membaik dalam tujuh hari atau kembali muncul dalam 14
hari.1,4
Jika pasien alergi ringan terhadap amoxicillin, dapat diberikan
cephalosporin seperti cefdinir, cefpodoxime, atau cefuroxime. Pada alergi berat
terhadap amoxicillin. Yang diberikan adalah azithromycin atau clarithromycin.
Pilihan lainnya adalah erythromycin-sulfisoxazole atau sulfamethoxazoletrimethoprin. Namun kedua kombinasi ini bukan pilihan pada OMA yang tidak
membaik dengan amoxicillin. Jika pemberian amoxicilin-clavulanate juga tidak
memberikan hasil, pilihan yang diambil adalah ceftriaxine selama tiga hari. Perlu
diperhatikan bahwa cephalosporin yang digunakan pada Oma umumnya
merupakan generasi kedua atau generasi ketiga dengan spektrum luas. Demikian
juga azythromycin atau clarithromycin. Antibiotik dengan spektrum luas,
walaupun dapat membunuh lebih banyak jenis bakteri memiliki resiko yang lebih
besar. Bakteri normal di tubuh akan dapat terbunuh sehingga keseimbangan flora
di tubuh terganggu. Selain itu resiko terbentuknya bakteri yang resisten terhadap
antibiotik akan lebih besar. Karenanya, pilihan ini hanya digunakan pada kasuskasus dengan indikasi jelas penggunaan antibiotik lini kedua. Pemberian
antibiotik pada otitis mediadilakukan selamasepuluh hari pada anak berusia
dibawah dua tahun atau anak dengan gejala berat. Pada usia 6 tahun keatas,
pemberian antibiotik cukup 5-7 hari. Di inggris, anjuran pemberian antibiotik
adalah 3-7 hari atau lima hari. Tidak adanya perbedaan bermakna antara
pemberian antibiotik dalam jangka waktu kuramg dari tujuh hari dibandingkan
dengan pemberian lebih dari tujuh hari. Pemberian antibiotik dalam selama lima
hari dianggap sukup pada otitis media. Pemberian antibiotik dalam waktu yang
lebih lama meningkatkan resiko efek samping dan resistensi bakteri1,4
Analgesia/ pereda nyeri
1 Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia)
2 Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sedehana
seperti paracetamol atau ibu profen.
3 Namun perlu diperhatiakn bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus
dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan
seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah
iritasi saluran cerna.1,4
Pengobatan Lain
1 Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau
dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.
2 Pemberian kortikosteroid juga tidak dianjurkan.
3 Myringotomy : melubangi gengang telinga untuk mengeluarkan
cairan yang menumpuk di belakangnya, juga hanya dilakukan pada
18

4
5

kasus-kasus khusu dimana terjadi gejala yang sangat berat atau ada
komplikasi
Cairan yang keluar harus di kultur
Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah
berulangnya OMA tidak memiliki bukti yang cukup.1,4

2.3.10 Komplikasi
1
2
3

4
5
6

7
8
9
10

Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara


kronik dari satu atau dua telinga
Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, resiko infeksi
menjadi sangat umum
Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar
telinga tengah termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya
jarang terjadi.
Mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yang tidak diobati
Otitis media yang diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran permanen.
Cairan ditelinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi
anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan
bahasa
Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau
petrositis)
Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkularis)
Kelumpihan pada wajah
Abses otak.tanda-tanda terjdinya komplikasi:
- Sakit kepala
- Tuli yang secara mendadak
- Vertigo (perasaan berputas)
- Demam dan menggigil1

2.3.11 Pencegahan
1 Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak
2 Pemberian ASI minimal 6 bulan
3 Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring
4 Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.5

19

BAB III
KESIMPULAN
Penatalaksanaan OMA meliputi observasi, terapi simptomatik, antibiotik,
timpanosintesis, miringotomi dan pencegahan dengan mencegah terjadinya ISPA,
menyusui ASI minimal 6 bulan dan menghindari alergi diantaranya menghindari
paparan asap rokok
Observasi merupakan pilihan terapi pada anak usia diatas 6 bulan pada
penyakit yang tidak berat atau diagnostik tidak pasti. Terapi simptomatis terutama
untuk menangani nyeri nyeri telinga
Antibiotik diberikan pada anak dibawah 6 bulan, 6 bulan 2tahun jika
diagnosis pasti dan untuk semua anak besar dari dua tahun dengan infeksi berat
Miringitomi hanya dilakukam pada kasus-kasus terpilih dan dilakukanya
oleh ahlinya.

20

DAFTAR PUSTAKA
1.

Munilson, jacky. Yan edward, yolazenia. Penatalaksanaan Otitis


Media Akut. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas : Padang. 2012.
Hal :1-8

2.

Marcalena, risca. Alfian farid. Otitis Media Akut. Dalam : kapita


selekta kedokteran jilid II. Edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapis.
2014. Hal: 10-18

3.

Waseem, Muhammad. Otitis Media . updated feb 04, 2015. Available


from
:
http://emedicine.medscape.com/article/994656-overview.
diakses12 juli 2016
Donaldson, john D. Acute Otitis Media. Update feb 23, 2015.
Available from : http//emedicine.medscape.com/article/859316overview. Diakses 12 juli 2016
Medicastire, Otitis Media akut (infeksi telinga tengah). 2015. Available
from
:
http://medicastore.com/penyakit/52/Otitis
Media
Akut.html.diakses 12 juli 2016

4.

5.

21

6.

7.

8.
9.
10.
11.

Soetirto, indro. Hendarto Hendarmin, Jenny bashiruddin. Gangguan


Pendengaran dan Kelainan telinga. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi
ketujuh. Jakarta : Badan Penerbit FK UI.2012. hal :10-13: 59-62
Austin, David F, Telinga. Dalam : Penyakit Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Dan Leher Jilid II. Jakaryta : binarupa Aksara. 1997. Hal :105133
Sherwood, lauralee, Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi kedua.
Jakarta : EGC.2001 Hal :177-187
Adam, george L, Lawrance R Boies, Peter A Higler. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta: EGC. 1997. Hal: 95-105
Broek, P Van Den . L Feenstra. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok,
Hidung dan Teling. Edisi keduabelas. Jakarta : EGC. 2009. Hal :57-63
Helmi, otitis Media Supuratif Kronis. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
2005. Hal :43-50

\\\\\\\\\\\\\

22

Anda mungkin juga menyukai