Pada TB Abdominal :
Penelitian Retrospektif di
India
Disusun oleh :
LESTARI
111001157
Pembimbing
Dr. Erina outry, Sp.B(K)BD
abstrak
Latar belakang
TB abdominal merupakan diagnostik dan
terapeutik yang masih menjadi hambatan di
negara-negara yang terbatas sumber daya.
Presentasi
klinisnya
jelas
merupakan
penghalang untuk diagnosis dini.
Penelitian ini bertujuan untuk menyoroti
peran operasi untuk penegakan diagnosis
dan pengobatan TB abdominal.
Latar belakang
TBC, terutama di negara-negara berkembang adalah
masalah kesehatan utama, dan menyebabkan morbiditas
dan kematian yang signifikan. Negara-negara ini
memiliki masalah kemiskinan, kepadatan penduduk, dan
sanitasi yang buruk.
Prevalensi populasi adalah orang dengan tingkat
pengetahuan yang rendah dan kekurangan gizi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan keadaan
darurat global berupa penyakit menular yang paling
penting di dunia.
Di India, tuberkulosis masih dianggap sebagai penyakit
sosial, yang mencerminkan standar hidup di masyarakat.
Umumnya penyakit
berjalan kronis dengan
gejala non-spesifik demam (40-70%), nyeri (8095%), diare (11-20%), sembelit, penurunan
berat badan (40-90%), anoreksia dan malaise.
Komplikasi sekunder seperti ileus obstruksi total
ataupun parsial karena pembentukan massa di
daerah ileosekal atau striktur di usus halus, dan
perforasi usus yang menyebabkan peritonitis
terutama ileum terminal.
Tetapi
bahkan
dengan
kemajuan
dalam
pencitraan medis, menegakkan diagnosa diawal
adalah hal yang sulit, dengan gejala klinis yang
menjadi tidak jelas dan ada yang tidak spesifik
untuk penegakkan diagnostik.
Dalam situasi seperti itu, operasi memainkan
peran penting dalam diagnosis dan pengobatan
TB abdominal.
Intervensi bedah adalah satu-satunya pilihan
terapi
untuk
pasien
dengan
komplikasi
tuberkulosis abdominal. Saat ini penelitian
bermaksud untuk menggambarkan demografi,
clinicopathological profil, berbagai pilihan bedah
dan berbagai hasil dalam pengelolaan TB
abdominal di pusat perawatan tersier besar di
India Tengah dan membandingkannya dengan
data yang diberikan dalam literatur.
METODE
Metode yang digunakan adalah retrospektif, penelitian
deskriptif yang dilakukan di Departemen Bedah,
People College of Medical Science & Research Centre,
Bhopal.
Persetujuan etis untuk melakukan studi ini diperoleh
dari rumah sakit yang berwenang.
Semua pasien tuberkulosis abdominal yang dioperasi
antara periode Agustus 2010 hingga Juli 2015 di
berbagai
unit
bedah
di
departemen
yang
dipertimbangkan untuk penelitian.
Dari sekian pasien, hanya kasus-kasus yang memiliki
histopatologi positif, atau temuan operatif, atau
keduanya
sesuai
dengan
diagnosis
TBC, yang dilibatkan dalam penelitian tersebut.
HASIL
DISKUSI
Di negara-negara berkembang TB abdomen
adalah penyebab signifikan untuk morbiditas
dan mortalitas. Ini adalah salah satu masalah
kesehatan yang utama.
Sebanyak 72 kasus yang dimiliki dianalisis
dalam penelitian ini.
Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah
3 : 2.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
penulis lainnya. Namun dari beberapa penulis
yang telah dikutip dari penelitian didapatkan
dominasi perempuan.
Pemeriksaan
darah
menunjukkan
nilai-nilai
hemoglobin kurang dari 9.6mg / dl di 44% dari pasien.
Ini menguatkan temuan Serum penulis lainnya.
Albumin kurang dari 2,5 g / dl pada 70,8% pasien,
sugestif status gizi rendah.
Tidak ada pasien ditemukan dengan positif HIV,
namun ulasan literature menyebutkan kemungkinan
co-eksistensi di sekitar 10% dari kasus.
Dalam beberapa tahun terakhir berbagai molekul dan
teknik imunologi digunakan sebagai pendekatan baru
untuk diagnosis cepat TB abdominal.
Komplikasi pasca operasi terjadi pada 33,3%
penderita. infeksi luka operasi adalah komplikasi
yang paling umum.
Hal ini sama dengan temuan peneliti lainnya.
Pasien pasca-operasi tidak memerlukan anastomosis
kebocoran (fistula) begitu juga dengan perbaikan
usus primer.
Komplikasi pada paru diterapi dengan antibiotik yang
tepat dan fisioterapi thorak intensif.
Satu pasien memerlukan drainase karena mengalami
efusi pleura berulang.
Semua pasien pulih kecuali satu pasien, yang mengalami
komplikasi gagal napas tipe II dengan MODS sekunder
severe sepsis dan meninggal.
Ada tiga kasus kehamilan. Dua yang pertama memiliki
peritonitis perforasi dan dilakukan laparotomy darurat :
reseksi segmental dan ileostomy dilakukan dalam kedua
kasus. Kedua pasien ini mengalami aborsi spontan dan tentu
saja pasca operasi dengan sepsis berat. Satu dari mereka
meninggal karena MODS. Kasus ketiga mengalami obstruksi
usus akut yang tidak begitu parah. Pasien ini ditingkatkan
pada manajemen konservatif; hamil 38 minggu dilakukan
operasi caesar elektif dan menjalani operasi pelepasan band
dan adhesiolisis untuk ileus daerah di ileum terminal.
Secara keseluruhan angka kematian pasca operasi
adalah 2,6% dalam penelitian kami yang
sebanding dengan yang dijelaskan oleh penulis
lainnya. Secara keseluruhan rata-rata durasi rawat
inap di rumah sakit adalah 14 hari yang sama
dengan temuan penulis lainnya. Penelitian bersifat
retrospektif, memiliki keterbatasan, tetapi tidak
mengganggu tujuan penelitian. Selain itu, tes PCR
tidak dilakukan karena biaya yang tinggi dan
ketersediaan alat yang terbatas hanya di pusat
saja.
KESIMPULAN