Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KUNJUNGAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT TANAMAN


AGENS HAYATI DAN PENGAMATAN PENYAKIT TANAMAN

Disusun Oleh :
Ardika Ageng Samudera

1410401074

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jenis-jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit
yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur,
bakteri dan virus. Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme dalam dunia
tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat
dibedakan menjadi parasit dan saprofit.
Pemanfaatan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri saat ini sangat banyak
dikembangkan oleh balai-balai penelitian dalam rangka mengatasi permasalahan penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme pada tumbuhan. Beberapa diantaranya seperti PGPR,
mikoriza dan cendawan Trichoderma spp. Masing-masing mikroorganisme tersebut
memiliki keunggulan tersendiri yang cara kerjanya berbeda-beda.
Identifikasi penyakit tanaman merupakan bagian dari pemeriksan penyakit tanaman.
Selain identifikasi penyakit masih ada deteksi, diagnosis, serta karakterisasi penyakit pada
tanaman. Deteksi penyakit bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit pada
tanaman, sedangkan diagnosis bertujuan untuk mengetahui penyebab penyakit tanaman, lalu
identifikasi bertujuan untuk mengetahui jenis dan sifat umum dari mikroorganisme
penyebab penyakit tanaman, sedangkan karakterisasi ditujukan untuk mengetahui sifat-sifat
khusus dari mikroorganisme penyebab penyakit tanaman.
Seiring dengan peningkatan peran di sektor pertanian dalam pembangunan nasional,
penggunaan pestisida kimia yang tidak bijaksana untuk pengendalian hama dan penyakit
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan pun semakin meningkat akibat begitu
seriusnya permasalahan hama dan penyakit yang sering melanda sektor pertanian. Oleh
karena itu diperlukan solusi alternatif terhadap permasalahan tersebut sehingga kelestarian
lingkungan dapat sekaligus terpelihara sehingga dapat sesuai dengan konsep Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu (PHPT). Kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai
konsep PHPT yang menekankan pada pengendalian alami/hayati menjadi dasar
dilaksakannya praktikum kunjungan ini agar mahasiswa dapat lebih memahami lebih jauh
dan mampu menerapkan konsep tersebut di bidang pertanian.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami cara pembuatan dan
perbanyakan PGPR, mikoriza dan cendawan antagonis Trichoderma spp. Dapat menentukan
atau mendiagnosa penyakit tanaman serta cara menanggulangi penyakit tersebut.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu melakukan
perbanyakan PGPR, mikoriza dan cendawan antagonis Trichoderma spp. dengan cara
sederhana dan dapat mendiagnosa serta menanggulangi penyakit tanaman.

D. Waktu dan Tempat Praktikum


Waktu pelaksanaan kunjungan praktikum Ilmu Penyakit Tanaman dilaksanakan pada
hari Jumat, 4 November 2016 yang bertempat di Laboratorium Pengamatan dan Peramalan
Hama dan Penyakit Tanaman Pangan (PHP) Temanggung.

BAB 2
HASIL KUNJUNGAN
A. Lokasi PHP Temanggung
Laboratorium PHP Temanggung terletak di Jl. Raya Kedu, Temanggung Tromol Pos
1. Laboratorium PHP Temanggung sebagai salah satu institusi Balai Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Tengah di tingkat wilayah eks
Karesidenan Kedu merupakan pusat pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT dan
upaya pengembangan, pemasyarakatan dan penerapan PHT. Di samping melaksanakan
kegiatan tugas pokok dan fungsinya, juga melayani pelayanan publik berupa poliklinik
tanaman (klinik tanaman), pelatihan dan pengembangan agens pengendali baik hayati /
nabati bagi masyarakat yang membutuhkan serta kegiatan sinergisme sistem perlindungan
tanaman hortikultura
B. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) atau rizobakteri pemacu pertumbuhan
tanaman adalah kelompok bakteri menguntungkan yang dimanfaatkan untuk membantu
petani dalam pemeliharaan tanaman karena bakteri ini telah teruji mampu meningkatkan
jumlah perakaran halus, menambah luas permukaan akar dan meningkatkan kemampuan
menyerap nutrisi dan air yang menjadikan tanaman lebih bugar sehingga lebih tahan
terhadap gangguan OPT atau mampu mengkompensasi kerusakan. Cara pembuatan PGPR
relatif mudah dan murah dengan bahan-bahan yang ada di sekitar.
Pengembangan PGPR dari perakaran bambu (Lab. PHP Temanggung)
Pencarian calon bibit /biang PGPR
- Ambil perakaran bambu beserta tanah yang menempel di perakaran.
- Cincang atau rajang akar yang didapatkan tersebut dengan panjang 1 cm, kemudian
tambahkan air bersih (diusahakan air yang berasal dari sumber mata air / sumur dan bukan
air PAM), dengan perbandingan 100 gram akar beserta tanah : 1 liter air, direndam pada
wadah tertutup
- Rendaman akar beserta tanah tersebut digojog / digoyang-goyangkan selama 15 menit
- Selanjutnya rendaman disimpan / diperam selama minimal 24 jam
- Indikasi adanya calon mikroba yang diharapkan sebagai bibit yaitu timbulnya
gelembung-gelembung udara / titik air pada dinding wadah / tutup.
- Jika sudah dijumpai hal tersebut maka dilakukan penyaringan air rendaman (diperoleh
biang / bibit PGPR).
- Untuk meyakinkan bahwa biang yang diperoleh benar-benar calon bibit PGPR yang
diharapkan, maka perlu dilakukan uji pada tanaman yaitu dengan menyiramkan sedikit
air rendaman (setengah gelas) ke tanaman uji, ditunggu selama 5 hari, apabila tanaman
tidak menunjukkan gejala negatif, maka biang tersebut dapat dikembangkan massal pada
media cair (kaldu terasi).

Pengembangan massal PGPR pada media kaldu terasi


Bahan :
-

Terasi udang (20 g)


Gula merah / gula pasir 20 g
Air kapur (injet) 1 sendok teh
Air bersih (diusahakan dari sumber air tanah/bukan PAM) 1 liter

Proses Pembuatan :
- Air dididihkan, lalu terasi udang dan gula dimasukkan, diaduk-aduk rata ( 10 menit)
- Selanjutnya larutan tersebut diangkat, disaring dan diambil ekstraknya
- Ekstrak yang sudah diperoleh disterilkan dengan cara memanaskannya di atas nyala api
kurang lebih 30 menit (untuk bahan 1 liter air), jika volume air banyak (> 10 liter) maka
waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi minimal 1 jam. Jika menggunakan autoclave,
membutuhkan waktu 15 menit pada suhu 115C pada tekanan 1 atm. Selanjutnya media
didinginkan
- Setelah dingin, media dimasukkan ke dalam wadah tertutup, diberi biang / bibit PGPR
dengan konsentrasi 50 cc biang / liter media, difermentasikan selama 7 hari menggunakan
alat fermentor sederhana
C. Mikoriza
Mikoriza merupakan suatu hubungan simbiotik mutualisme antara jamur tertentu
dengan perakaran tanaman tingkat tinggi. Jamur membantu penyerapan unsur-unsur hara
yang diperlukan tanaman, khususnya unsur P dan N, sedangkan tanaman menyediakan unsur
karbon yang dibutuhkan jamur untuk kelangsungan hidupnya.
Mikoriza terdapat hampir di semua tanaman inang, baik tanaman pangan, hortikultura
maupun perkebunan. Penyebaran mikoriza sangat luas dan dapat ditemukan di berbagai
areal pertanaman di Indonesia, mulai dari daerah pegunungan sampai daerah pantai.
Mikoriza berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan bertambahnya
kemampuan akar dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu
mikoriza juga berperan dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen
akar, ketahanan terhadap kekeringan atau kondisi ekstrim lainnya.
Bahan :
- Media tanam (zeolit)
- Starter mikoriza (akar yang bermikoriza)
- Benih jagung
- Pupuk cair daun
- Air bersih (diusahakan dari sumber air tanah/bukan PAM)
- Pot/bak plastik/bak kayu/
- Kantong plastik
Cara perbanyakan :

Produksi MVA
1. Produksi MVA yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan metode pot kultur,
yaitu menanam benih jagung dalam pot-pot atau bak-bak plastik. Tahap produksi MVA
diawali dengan sterilisasi media. Media perbanyakan MVA yang berupa
pasir/tanah/arang sekam dipanaskan dengan menggunakan dandang sabluk selama 1 2
jam. Tujuannya adalah untuk membunuh mikroorganisme yang hidup pada media tanam,
sehingga diharapkan kompetisi antara MVA dan mikroorganisme lain menjadi
berkurang.
2. Selanjutnya media dimasukkan ke dalam pot/polibag/bak plastik sampai volumenya.
Tanam benih jagung yang telah dikecambahkan terlebih dahulu. Benih jagung yang telah
berkecambah akan meningkatkan persentase pertumbuhannya karena media tanam yang
digunakan miskin unsur hara. Biarkan benih tumbuh sampai berumur 2 minggu dengan
melakukan penyiraman secara teratur menggunakan hand sprayer.
3. Tahap selanjutnya adalah memasukkan starter mikoriza yang berupa akar yang
bermikoriza/spora MVA di sekitar perakaran sebanyak 0,5 1 gram. Starter MVA yang
dicampurkan minimal mengandung 10-20 spora.
Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan dilakukan sampai inang berumur 2 bulan. Tanaman jagung
diletakkan pada suatu tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari sambil sesekali
dilakukan penyiraman dan pemupukan. Penyiraman tidak perlu dilakukan secara teratur,
cukup dengan menjaga kelembapan media tanam. Pemupukan juga dilakukan secukupnya,
dengan memilih pupuk cair yang mengandung unsur P rendah. Pemeliharaan tanaman yang
telah tumbuh juga meliputi pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman
yang tampak terserang hama dan penyakit atau tumbuh abnormal segera dicabut dan diganti
dengan benih yang baru.
Stressing
Tahap stressing adalah suatu tahapan yang berupa usaha untuk menghambat atau
menekan pertumbuhan tanaman inang dengan kondisi tertentu. Tujuannya yaitu untuk
memacu MVA membentuk struktur tahan berupa spora. Spora inilah nantinya yang dapat
dipanen dan menjadi sumber inokulum (starter mikoriza).
Usaha-usaha stressing yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Penghentian penyiraman
Setelah selama 2 bulan tanaman inang dipelihara dengan sesekali dilakukan
penyiraman, maka pada bulan ketiga dilakukan stressing dengan menghentikan proses
penyiraman selama 1 (satu) bulan. Dalam kondisi seperti ini secara otomatis akar tanaman
inang akan berusaha keras untuk mendapatkan air. Pada saat inilah simbiosis antara MVA
dan akar tanaman inang berjalan optimal. Hifa-hifa MVA akan tumbuh memanjang untuk
membantu akar tanaman inang mencari sumber air.

2. Topping dan pemaparan sinar matahari


Topping atau pemotongan bagian atas tanaman inang dilakukan dengan hanya
menyisakan batang bawah 1/4nya. Kondisi ini dikombinasikan dengan melakukan
pemaparan tanaman inang di bawah bawah sinar matahari. Kondisi seperti ini akan semakin
menekan kondisi fisik tanaman inang dan MVA. Perlahan-lahan tanaman inang akan mati
sehingga akan mempengaruhi kondisi MVA. Dalam keadaan yang tidak menguntungkan
tersebut MVA akan membentuk struktur tahan berupa spora untuk mempertahankan
hidupnya.
Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman inang mengalami stressing selama 1
(satu) bulan atau 3 (tiga) bulan sejak tanam awal. Pemanenan dilakukan dengan cara
membongkar tanaman inang dan mengambil bagian akarnya. Akar lalu dipotong kecil-kecil
( 0,5 cm) dan dicampur dengan media tanamnya. Selanjutnya kemas mikoriza beserta
media tanamnya dalam kantong plastik dan siap untuk diaplikasikan sebagai pupuk hayati.
Bila tidak langsung digunakan maka sebaiknya disimpan dalam lemari es.

D. Agens Hayati (Trichoderma spp.)


Pengembangan pada Media PDA (Lab. PHP Temanggung). Media ini merupakan
media standar / umum yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang tidak
memerlukan perlakuan / media pertumbuhan khusus.
Bahan :
- Kentang
- Gula pasir / Dektrosa
- Agar agar
- Aquades

: 250 - 300 gram


: 20 gram
: 15 20 gram (2 bungkus)
: 1 liter

Proses pembuatan :
a. Kentang dikupas, lalu dipotong kecil (1 x 1 x 1 cm), kemudian dicuci sampai bersih.
b. Rebus potongan kentang selama kurang lebih 15 menit (tidak terlalu matang), lalu
disaring
c. Pada ekstrak kentang tersebut tambahkan agar, gula pasir dan aquades hingga volume
menjadi 1 liter dan aduk hingga larut di atas nyala api
d. Tuang ke dalam tabung reaksi (5 ml ) atau petridish (10 ml).
e. Sterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121C selama 15 menit pada
tekanan 1,5 Atm. Kalau menggunakan dandang memerlukan waktu 1 jam. Setelah itu
media dikeluarkan dari autoclave.
f. Media pada test tube dimiringkan (bagian atas diberi sandar), dibiarkan sampai beku. Jika
hendak menggunakan media pada cawan petri, maka media pada tabung reaksi dituang
pada cawan petri steril di ruang tertutup dan dilakukan di dekat nyala api

g. Media siap digunakan untuk perbanyakan isolat jamur/bakteri. Pengembangan jamur /


bakteri pada media PDA dilakukan di ruang tertutup (di kotak khusus/ enkas) yang sudah
disterilkan terlebih dahulu.
h. Bibit jamur/bakteri disiapkan, selanjutnya dengan menggunakan alat jarum bertangkai
panjang (jarum ose), bibit diambil sedikit (satu goresan), selanjutnya dipindahkan pada
media PDA steril
i. Proses penularan dilakukan di dekat nyala api (spiritus/Bunsen)
j. Selanjutnya hasil penularan disimpan di ruang yang bersih dan terhindar dari panas dan
cahaya matahari, dibiarkan selama 7 hari.
k. Hasil biakan selanjutnya dapat digunakan sebagai bibit / stater kembali untuk
pengembangan massal pada media padat (jagung atau beras) dan media cair (Ekstrak
Kentang Gula)

BAB 3
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kunjungan yang dilakukan di Laboratorium PHP Temanggung
dapat diambil kesimpulan :
1. Perbanyakan agensia hayati yang dilakuakn sangat sederhana sehingga sangat murah dan
mudah dilakukan perbanyakan dengan memanfaatkan potensi yang berada di lingkungan
sekeliling
2. PGPR dan mikoriza adalah agens hayati yang berperan sebagai agen yang mampu
meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman melalui mekanisme simbiosis mutualisme
(endofit)
3. Cendawa antagonis Trichoderma spp. berperan melindungi tanaman dari serangan
patogen utamanya jamur atau bakteri melalui mekanisme persaingan dan antibiosis
4. Pengenalan ciri-ciri penyakit sangat penting diketahui untuk mampu menentukan atau
mendiagnosa penyakit pada tanaman secara akurat

LAMPIRAN
A. Dokumentasi

a.

b.

c.
Keterangan : a) Isolat Trichoderma harzianum, b) Media perbanyakan Trichoderma
harzianum dari beras dan c) Alat yang dipergunakan dalam perbanyakan Trichoderma
harzianum

Anda mungkin juga menyukai