Seminar Kelas
Disusun Oleh :
Ardika Ageng Samudera
19/448830/PPN/04445
MAGISTER AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN SEMINAR KELAS
Oleh
Ardika Ageng Samudera
19/448830/PPN/04445
Laporan seminar kelas ini telah diperiksa dan disahkan sebagai kelengkapan mata
kuliah Seminar Kelas
Mengetahui,
Ketua Program Pasca Sarjana Agronomi
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui pengaruh media dalam wujud
cair dan padat terhadap laju multiplikasi tebu in vitro.
BAB 2
PEMBAHASAN
1
lain; 2) metode ini digunakan untuk perbanyakan tanaman yang sulit diperbanyak
dengan metode konvensional; 3) tanaman hasil kultur jaringan mempunyai jaringan
yang lebih kuat dibandingkan metode yang lain; 4) dapat digunakan untuk
memperoleh tanaman yang bebas penyakit; dan 5) tidak terbatas oleh musim dalam
pelaksanaanya.
Kultur jaringan mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, atau jaringan tanaman) tumbuh menjadi
tanaman utuh (sempurna) di kondisi in vitro. Jadi kultur in vitro dapat diartikan
sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri
dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Prinsip dasar kultur jaringan
adalah teori totipotensi menurut Schwann dan Schleiden (1838) yang menyatakan
bahwa setiap sel mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru jika
berada pada lingkungan yang sesuai. Kondisi lingkungan untuk kultur jaringan
harus terkontrol baik dari segi suhu, kelembaban, dan cahaya. Selain kondisi
lingkungan yang terkontrol, suplai nutrisi dan penambahan zat pengatur tumbuh
juga sangat penting (Campbell, et al., 2008).
Teknik kultur jaringan memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung
kehidupan jaringan yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan
media tumbuh yang steril. Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan
mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan. Media tumbuh
menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan
memperbanyak dirinya. Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan
dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan
perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in
vitro.
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang
pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak.
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
2
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber
kontaminan pada waktu dikulturkan secara in vitro (Andini, 2001).
Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak tanaman
tertentu yang sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional, dalam
waktu singkat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih besar, perbanyakannya
tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa
mengenal musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan dapat memanipulasi genetik
dan biaya pengangkutan bibit lebih murah. Sedangkan kelemahannya adalah
dibutuhkannya biaya yang relatif lebih besar untuk pengadaan laboratorium,
dibutuhkan keahlian khusus untuk mengerjakannya dan tanaman yang dihasilkan
berukuran kecil dengan kondisi aseptik, terbiasa di lingkungan hidup dengan
kelembaban tinggi dan relatif stabil sehingga perlu perlakuaan khusus setelah
aklimatisasi dan perlu penyesuaian lagi untuk ke lingkungan eksternal (Pramono,
2007).
2.2 Multiplikasi
Menurut Gunawan (1984), jika kultur aseptik telah berhasil diperoleh,
langkah berikutnya adalah multiplikasi tunas. Pada beberapa spesies, eksplan
mungkin akan membentuk akar pada tahap awal pertumbuhan di media yang
sederhana. Spesies lain menghasilkan banyak tunas tanpa perlakuan khusus. Dalam
hal ini kebutuhan akan media yang lebih kompleks bergantung pada tingkat
multiplikasi yang diperlukan.
Tunas yang sudah ada mungkin tidak akan dapat tumbuh pada kondisi normal
karena dihalangi oleh daun atau dominasi apikal. Pembuangan ujung tunas dapat
dilakukan untuk mengatasi dominasi apikal, tetapi seringkali dapat diatasi dengan
perlakuan hormon yang dipilih. Produksi tunas yang banyak pada media yang kaya
sitokinin akan mengatasi dominasi apikal (Taiz and Zeiger, 1991).
Jika multiplikasi sudah didapat, kultur perlu diberi kondisi khusus untuk
pemanjangan tunas. Biasanya pemindahan kultur ke media tanpa hormon setelah
tahap multiplikasi cukup untuk merangsang pertumbuhan tunas. Pemberian
3
gibberelin acid (GA) juga dapat menginduksi pertumbuhan memanjang (Richard
dan Conover, 1989).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA