Anda di halaman 1dari 3

3.

Hubungan sindroma nefrotik dengan infeksi saluran kemih


Meningkatnya

kejadian

infeksi

pada

penderita

sindroma

nefrotik

disebabkan karena penyakitnya sendiri dan juga oleh karena pemakaian


kortikosteroid dosis tinggi yang lama sehingga terjadi imunocompromised atau
melemahnya sistem imun sehingga memudahkan terjadinya berbagai macam
infeksi. Selain itu, beberapa penyebab meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi

pada

pasien

sindroma

nefrotik

adalah

kadar

penurunan

kadar

imunoglobin, defisiensi protein, gangguan opsonisasi (pelapisan antigen oleh


antibodi), dan terjadinya imunosupresi karenan obat. Infeksi yang paling banyak
ditemukan pada penderita sindroma nefrotik adalah infeksi saluran kemih (ISK).
Pasien sindroma nefrotik yang mengalami penyulit ISK adalah yang tidak sensitif
terhadap terapi kortikosteroid atau sering kambuh. Selain itu, faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya ISK pada pasien sindroma nefrotik adalah karena
adanya penekanan collecting duct system (duktus kolektivus) karena adanya
edema pada piramida ginjal sehingga menyebabkan terjadinya penyumbatan
pada saluran pembuangan urin. Karena terjadinya penyumbatan tersebut maka
akan menimbulkan statis urin sehingga dapat meningkatkan kesempatan bakteri
untuk berkembang biak karena urin merupakan medium biakan yang sangat baik
bagi bakteri. (Arcana, 2010 ; Siburian, 2013 ; Susanto, 2016)
4. Jenis Sindroma Nefrotik
Sindroma Nefrotik Primer/Idiopatik
Sindroma nefrotik ini terjadi secara primer akibat adanya kelainan pada
glomerulus tanpa adanya penyebab lain. Tipe ini apling sering terjadi pada
anak-anak. (Gilda, 2014)
Kemungkinan Anak A ini mengalami sindroma nefrotik primer/idiopatik
karena berdasarkan tanda gejalanya menunjukkan adanya kerusakan
glomerulus yaitu hasil pemeriksaan protein urin +3 yang berarti dalam
urin pasien terdapat protein. Hal itu menunjukkan bahwa protein dalam
plasma tidak dapat tersaring dengan baik oleh glomerulus sehingga lolos
ke urin.
5. Assessment
Perhitungan status gizi Anak A
Karena pasien masih anak-anak maka perhitungan status gizi pasien
menggunakan indikator IMT menurut umur dengan menghitung nilai zscorenya.
Rumus Z-Score

Z Score=

Nilai Individu SubjekNilai Median Baku Rujukan


Nilai Simpang Baku Rujukan

Nilai simpang baku rujukan disini maksudnya adalah selisih kasus dengan
standar +1 SD atau -1 SD. Jadi apabila nilai IMT/U subjek lebih besar

daripada median, maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan


mengurangi +1 SD dengan median. Tetapi jika nilai IMT/U subjek lebih
kecil daripada median, maka nilai simpang baku rujukannya menjadi
median dikurangi dengan -1 SD.
Cut off Kategori IMT/U :
a)
b)
c)
d)
e)

Kategori
Kategori
Kategori
Kategori
Kategori

Sangat Kurus, jika Z-score < -3 SD


Kurus, jika Z-score >= -3 SD s/d Z-score < -2 SD
Normal, jika Z-score >= -2 SD s/d Z-score <= 1
Gemuk, jika Z-score > 1 s/d <= 2
Obesitas, jika Z-score > 2 SD

(Kemenkes RI, 2010)


Perhitungan Z-score IMT/U:

Z Score=

Nilai Individu SubjekNilai Median Baku Rujukan


Nilai Simpang Baku Rujukan

16,115,2
16,915,2

0,9
1,7
0,5 S D

Interpretasi:
Berdasarkan perhitungan Z-score IMT/U status gizi Anak saat ini adalah
Normal
(Handayani, 2015)
6. Biokimia
Hubungan data lab dengan pato
Kreatinin
Kreatinin pasien: 0,38 mg/dL
Nilai normal: 0,4-12,2 mg/dL
Interpretasi: Kreatinin pasien rendah disebabkan karena defisiensi protein
akibat adanya proteinuria
7. Fisisk Klinis
Cut off tekanan darah anak usia 5 tahun
sistolik : 107-113 mmHg
diastolik : 69-73 mmHg
(American Heart Association dan American Academy of Pediatrics)
Nyeri ulu hati karena danya peningkatan produksi lipoprotein di dalam
hati sehingga kerja hati jadi berat maka menyebabkan nyeri
Pemeriksaan Urin
1. Protein: +3

Cut off: Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2 = 300


mg/dL, +4 = 1000 mg/dL. Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300
mg/hari.
Interpretasi: pasien mengalami proteinuria
2. Leukosit: 2-3/LPB
Nilai normal leukosit adalah 2-4/LPB. Jika ditemukan jumlahnya melebihi
nilai normal, kemungkinan adanya infeksi maupun peradarang.
Interpretasi: nilai leukosit dalam urin normal jadi tidak terjadi peradangan
atau infeksi
3. Eritrosit: 2-3/LPB
Nilai normal: 1-3/LPB. Jika melebihi nilai normal maka terjadi pendarahan
pada saluran kemih
Interpretasi: tidak ada pendarahan pada saluran kemih
4. Epitel: 5-6/LPB
Nilai normal: 10/LPB. Jika melebihi nilai normal maka menunjukkan adanya
infeksi saluran kemih dan glomerulonefritis.
Interpretasi: sel epitel dalam urin normal

DAFTAR PUSTAKA
Siburian, A. 2013. Analisis Praktek Klinik keprawatan Anak Kesehatan
Masyarakat pada Pasien Sindroma Nefrotik. Depok: Universitas Indonesia
Effendi, dkk. 2006. Pemeriksaan penunjang pada penyakit ginjal. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : FKUI. p505-119
Handayani, Dian., et al. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Yogyakarta: Graha
Ilmu

Anda mungkin juga menyukai