Anda di halaman 1dari 7

Pemungut Pajak

N
O

Objek Pajak

Pemungut Pajak

Bunga dan diskonto obligasi


yang diperdagangkan dan atau
dilaporkan perdagangannya di
bursa efek

Penghasilan
dari
transaksi
penjualan saham di bursa efek

Bunga deposito dan tabungan


serta diskonto SBI

Penghasilan
atas undian

berupa

hadiah

Penghasilan atas sewa tanah


dan atau bangunan

Penghasilan dari usaha jasa


konstruksi

8
9

Penghasilan dari pengalihan


harta berupa tanah dan atau
bangunan
Dividen yang diterima atau
diperoleh wajib pajak pribadi
dalam negeri
Bunga
simpanan
yang
dibayarkan
oleh
koperasi

Penerbit Obligasi atau kustodian


selaku
agen
pembayaran
yang
ditunjuk
Perusahaan efek, dealer, atau bank,
selaku pedagang perantara dan /
atau
pembeli,
atas
bunga
dandiskonto yang diterima penjual
obligasi pada saat transaksi
Penyelenggara bursa efek
Bank yang didirikan atau bertempat
kedudukan di indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia dan
Bank Indonesia
Penyelenggara undian
Penyewa
yang
bertindak
atau
ditunjuk sebagai pemotong pajak
Hal
penyewa
bukan
sebagai
pemotong
pajak
maka
pajak
penghasilan yang terutang wajib
dibayar sendiri oleh orang pribadi
atau badan yang menerima atau
memperoleh penghasilan
Dipotong oleh pengguna jasa pada
saat
pembayaran,
dalam
hal
pengguna jasa merupakan pemotong
pajak
Disetor sendiri oleh penyedia jasa,
dalam hal pengguna jasa bukan
merupakan pemotong pajak
Membayar sendiri pajak penghasilan
yang terutang
Dipungut oleh bendaharawan atau
pejabat yang melakukan pembayaran
atau pejabat yang menyetujui tukar
menukar
Pihak yang membayar atau pihak lain
yang ditunjuk selaku pembayar
deviden
Koperasi
yang
melakukan
pembayaran bunga simpanan kepada

kepada
anggota
orang pribadi

koperasi

anggota koperasi orang pribadi

Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak


N
O

Objek Pajak

Tarif

DPP

15%

Jumlah bruto bunga


sesuai dengan masa
kepemilikan obligasi
Selisih lebih harga
jual
atau
nilai
nominal
di
atas
harga
perolehan
obligasi,
tidak
termasuk
bunga
berjalan
Selisih lebih harga
jual
atau
nilai
nominal
di
atas
harga
perolehan
obligasi

Keterangan

Bunga dan diskonto obligasi


yang diperdagangkan dan
atau
dilaporkan
perdagangannya di bursa
efek
Bunga dari obligasi dengan
kupon

20%
15%

Diskonto
dari
dengan kupon

obligasi
20%

15%
Diskonto
dari
tanppa bunga

obligasi
20%

0%

Bunga dan / atau diskonto


dari obligasi

5%

15%
2

Penghasilan dari transaksi

Jumlah yang diterima


dan / atau diperoleh
wajib
pajak
reksadana
yang
terdaftar pada badan
pengawas
pasar
modal dan lembaga
keuangan

WPDN
WPLN
BUT
WPDN

WPLN
BUT

selain

selain

WPDN
WPLN
BUT

selain

Untuk
tahun
2009
sampai
dengan
tahun
2010
Untuk
tahun
2011
sampai
dengan
tahun
2013
Untuk
tahun
2014
dan
seterusnya

penjualan saham di bursa


efek
Atas
penghasilan
yang
diterima atau
diperoleh
orang pribadi atau badan

Pemilik
saham
pendiri
dikenakan tambahan pajak
penghasilan

3
4

Bunga
deposito
dan
tabungan serta diskonto
SBI
Penghasilan berupa hadiah
atas undian
Penghasilan
atas
sewa
tanah dan atau bangunan

0,1%

0,5%

Jumlah bruto nilai


transaksi penjualan

Dari
nilai
saham
perusahaan
pada
saat
penutupan
bursa di akhir tahun
1996

20%
20%
25%

10%

Dari jumlah bruto

Dalam
hal
saham
perusahaan
diperdagangkan
di bursa efek
setelah
1
januari
1997,
maka
nilai
saham
ditetapkan
sebesar
harga
saham
pada
saat penawaran
umum perdana
WPDN dan BUT
WPLN

Dari Jumlah bruto


hadiah undian
Dari jumlah bruto
nilai
persewaan
tanah dan / atau
bangunan

Penghasilan dari usaha jasa


konstruksi

Pelaksanaan konstruksi (a)

2%

Pelaksanaan konstruksi (b)

4%

Pelaksanaan
kontruksi
selain (huruf a dan b)

3%

Perencanaan
konstruksi
atau
pengawasan
konstruksi
Perencanaan
konstruksi
atau
pengawasan
konstruksi
Penghasilan
dari
pengalihan harta berupa
tanah dan atau bangunan

4%

Jumlah pembayaran
atau
jumlah
penerimaan
pembayaran
atau
jumlah
yang
merupakan
bagian
dari nilai kontrak jasa
konstruksi

Memiliki
kualifikasi usaha
Tidak memiliki
kualifikasi usaha

6%
5%

Kualifikasi usaha
kecil
Tidak memiliki
kualifikasi usaha
Kualifikasi usaha
menengah dan
besar

Jumlah bruto nilai


pengalihan hak atas
tanah dan / atau
bangunan

Dividen yang diterima atau


diperoleh
wajib
pajak
pribadi dalam negeri

Bunga
simpanan
yang
dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi
orang pribadi

1%

Jumlah bruto
pengalihan

nilai

10%

Jumlah penghasilan
berupa dividen

0%
Jumlah bruto bunga
10%

Atas pengalihan
hak atas rumah
sederhana dan
rumah
susun
sederhana yang
dilakukan oleh
wajib
pajak
yang
usaha
pokoknya
melakukan
pengalihan hak
atas tanah dan /
atau bangunan

Bunga
simpanan
sampai dengan
Rp 240.000 per
bulan
Bunga
simpanan lebih
dari Rp 240.000
per bulan

Saat Terutangnya PPh potong pungut

PPh 23 dan PPh 26 saat terutangnya pajak adalah pada saat dibayarkan,
disediakan untuk dibayar atau telah jatuh tempo pembayarannya
PPh Pasal 4 ayat (2) saat terutangnya pajak adalah saat pembayaran atau
saat terutang, mana yang lebih dulu
PPh 22 saat terutangnya pajak antara lain adalah, saat pembayaran bea
masuk atau saat penyelesaian dokumen PIB (untuk impor), saat pembayaran,
saat penjualan, saat penerbitan delivery order, saat pembelian, tergantung
objeknya masing masing

Saat penyetoran dan pelaporan PPh Potong pungut


1. Penyetoran PPh potong pungut dilakukan ke kas paling lambat tanggal 10
bulan berikut dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP)
2. Pelaporan PPh dilakukan ke KPP tempat pemotong / pemungut terdaftar
paling lambat tanggal 2 bulan berikut dengan menggunakan surat
pemberitahuan masa (SPM)
Sanksi sanksi pajak terkait

Sanksi kurang potong (2% dari pajak kurang dipotong)

Sanksi terlambat potong ( 2% perbulan dari pajak yang terlambat dipotong)

Perencanaan pajak pada PPh potong pungut


Karena sistem withholding tax (dalam hal ini PPh potong pungut) melibatkan dua
pihak, yakni pihak pemberi penghasilan sebagai pihak pemotong / pemungut dan
pihak penerima penghasilan sebagai pihak yang dipotong / dipungut, maka untuk
mencapai efisiensi yang maksimal, perencanaan pajak pada PPh potong pungut
harus difokuskan pada dua sisi, yakni sisi sebagai wajib potong manakala
perusahaan melakukan pembayaran atas objek PPh potong pungut dan sisi sebagai
pihak yang dipotong manakala perusahaan menerima / memperoleh penghasilan
yang merupakan objek PPh potong pungut.
Perencanaan pajak pada posisi sebagai pemotong
Pada posisi sebagai pemotong, perusahaan memiliki kewajiban yang wajib
dilaksanakan dan apabila perusahaan tidak atau lalai melaksanakan kewajiban
tersebut, maka secara otomatis perusahaan akan terkena sanksi pajak. Adapun
kewajiban perusahaan sebagai wajib potong PPh potong pungut adalah:
1. Kewajiban untuk memotong PPh atas objek PPh potong pungut, dilakukan
dengan menggunakan sarana bukti potong
2. Kewajiban menyetorkan PPh yang telah dipotong ke kas negara dengan
menggunakan sarana surat setoran pajak (SSP)
3. Kewajiban melaporkan PPh yang telah dipotong dan disetor tersebut ke
kantor pelayanan pajak tempat perusahaan terdaftar dengan menggunakan
sarana SPT Masa (SPM)
Adapun tujuan dari perencanaan pajak pada posisi sebagai wajib potong
adalah untuk mencapai efisiensi dengan cara menghindari sanksi sanksi
pajak terkait dengan pelaksanaan tiga kewajiban di atas.
Untuk menghindari sanksi pajak terkait dengan kewajiban perpajakan di atas, maka
perusahaan harus memperhatikan hal hal berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Kapan saat terutangnya PPh potong pungut tersebut


Apa saja yang merupakan objek PPh potong pungut dan berapa tarif pajaknya
Kapan PPh potong pungut harus dibayarkan ke kas negara
Kapan PPh yang telah dipotong tersebut harus dilaporkan ke KPP
Apa saja sanksi terkait dengan ketiga kewajiban tersebut

Perencanaan pajak pada posisi sebagai pihak yang dipotong


Pada posisi sebagai pihak yang dipotong, perusahaan memiliki hak pengkreditan
atas PPh yang telah dipotong oleh pihak ketiga terhadap PPh badan perusahaan
(sepanjang PPh yang dipotong tidak tergolong PPh final). Hak pengkreditan tersebut
tidak bersifat otomatis, karena untuk dapat mengkreditkan perusahaan harus
memenuhi persyaratan persyaratan tertentu yakni:

Harus didukung oleh bukti potong asli (atau legalisir sesuai asli)

Tahun pengkreditan harus sesuai dengan tahun yang tertera pada bukti
potong
Jenis pajak yang tercantum pada bukti potong dan SSP harus benar (atau
didukung oleh surat pemindah bukuan yang diterbitkan oleh KPP jika terjadi
kesalahan jenis PPh yang dipotong)

Adapun tujuan dari perencanaan pajak p


ada posisi sebagai pihak yang dipotong adalah untuk mencapai efisiensi
dengan cara memaksimalkan pemanfaatan hak pengkreditan tersebut.
Untuk itu perusahaan harus selalu memperhatikan persyaratan untuk dapat
melakukan pengkreditan PPh potong pungut di atas.
Hal lain yang harus diperhatikan terkait dengan perencanaan pajak pada PPh
potong pungut
1. Jika terjadi kesalahan potong
Bagi pihak pemotong / pemungut pajak, jika terjadi kesalahan pemotongan
yang mengakibatkan timbulnya sanksi pajak maka langkah yang harus
segera diambil adalah dengan mengajukan permohonan pemindah bukuan ke
KPP tempat pemotong terdaftar. Agar pajak yang telah dipotong tersebut
dapat dijadikan kredit pajak oleh pihak yang dipotong, maka pihak yang
dipotong harus diberikan bukti SK pemindah bukuan tersebut. Jadi dengan
adanya surat keputusan pemindah bukuan (SK PBK), maka pihak pemotong
akan terhindar dari sanksi dianggap tidak memotong, sedangkan pihak yang
dipotong terhindar dari sanksi tidak dapat mengkreditkan pajak yang telah
dipotong.
2. Jika pihak penerima penghasilan tidak mau dipotong pajak (kontrak net of
tax)
Jika pihak penerima penghasilan akan menerima penghasilan tanpa dipotong
pajak, maka kewajiban menyetorkan pajak yang terutang tetap harus
dilakukan, namun kewajiban menanggung beban pajak tersebut beralih
kepada pihak pemberi penghasilan (pihak pemotong) ada 2 cara yang dapat
dilakukan, yakni :
a. Pihak pemberi pemberi penghasilan menanggung sendiri pajak yang
terutang sebesar tarif yang terutang. Jika pihak pemberi penghasilan
memilih cara ini, maka jumlah pajak yang ditanggung sendiri tersebut
tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto
perusahaan dalam menghitung penghasilan kena pajak
b. Meng-gross up pajak yang terutang. Dengan melakukan gross up maka
konsekwensi pajak yang dibayar ke kas negara menjadi lebih besar
dari seharusnya. Namun dengan cara ini, pihak pemberi penghasilan
dapat membebankan pajak yang dibayarnya tersebut sebagai
pengurang penghasilan bruto
Pemilihan cara (a) atau (b) didasarkan atas seberapa besar
perusahaan (pemberi penghasilan) berkepentingan terhadap
pembebanan biaya. Jika perusahaan ingin membebankan pajaknya
sebagai biaya maka pilihan (b) lebih efisien

Pembayaran kepada WPLN, passive income (bunga, deviden, royalti) atau active
income (penghasilan dari jasa atau kegiatan) , tax treaty partner dan non treaty
partner.
1. Jika WPLN merupakan treaty partner
a. Passive income
Pihak pembayar di indonesia wajib memotong PPh pasal 26 dengan
menggunakan tarif tax treaty
b. Active income
2. Jika WPLN merupakan non treaty partner
a. Passive income
b. Active income

Anda mungkin juga menyukai