Anda di halaman 1dari 4

Jika mereka menggunakan laba atau rugi akibat translasi di dalam mengevaluasi kinerja manajer

anak perusahaan, maka akan timbul beberapa masalah : (1) Hal ini akan membuat manajer anak
perusahaan bertanggungjawab terhadap faktor-faktor yang berada di luar kendali mereka; (2) hal
ini tidak akan menghilangkan adanya laba atau rugi akibat translasi; (30 hal ini tidak
memperhitungkan jenis eksposur nilai tukar lain yang dihadapi oleh anak perusahaan; dan (4) hal
ini akan mengacaukan kinerja manajer dan akan perusahaan.
Ketika perusahaan memberikan laporan kepada para pemegang saham, mereka harus
mengonsolidasikan angka-angka akuntansi dari anak perusahaan di Negara asing dengan angkaangka akuntansi dari induk perusahaan. Laba dan rugi akibat translasi yang ditimbulkan dari
konversi neraca dan laporan laba rugi anak perusahaan di luar negeri ke dalam unit moneter dari
induk perusahaan tidak seharusnya memengaruhi evaluasi kinerja dari manajer anak perusahaan.
Eksposur Ekonomi
Dalam hal eksposur ekonomi, merupakan suatu hal yang tepat bagi system pengendalian untuk
mengevaluasi

manajer

anak

perusahaan

atas

keputusan-keputusan

yang

seharusnya

memungkinkan anak perusahaan merespon perusahaan yang terjadi pada nila tukar riil.
Importir murni adalah anak perusahaan yang menjual sebagian besar produknya di dalam
negaranya sendiri, tetapi mengimpor sebagian besar barang mentahnya dari luar negeri; eksportir
murni adalah anak perusahaan yang menjual kebanyakan produknya keluar negeri, tetapi
membeli sebagian besar bahan mentahnya di dalam Negara tersebut.
Pada hakikatnya, seraya di satu sisi kita telah memperlihatkan bahwa tidaklah adil memberikan
imbalan atau menghukum para manajer anak perusahaan atas perubahan nilai tukar , dan pada
sisi yang lain adalah penting untuk mengevaluasi kinerja para manajer dalam hal kualitas
keputusan mereka ketika perubahan dalam nilai tukar riil menciptakan kesempatan strategis.
Efek Transaksi
Pendekatan mendasar dalam menangani eksposur transaksi adalah dengan menggunakan
strategi lindung nilai mata uang asing yang tepat. Lindung nilai (hedging) adalah transaksitransaksi yang dapat menurunkan kemungkinan risiko yang berhubungan dengan arus kas di
masa depan. Dalam prosesnya, perusahaan yang membeli instrument lindung nilai mengalihkan

risiko kepada entitas yang menjual instrument tersebut biasanya adalah bank komersial dalam
kasus untuk pasar valuta. Tentunya sudah pasti jasa semacam itu membutuhkan biaya.
Lindung nilai adalah praktik yang berlaku umum di banyak perusahaan sebagai contoh,
kapan saja perusahaan membeli asuransi, secara tidak langsung perusahaan tersebut tengah
melakukan transaksi lindung nilai internasional, dan hal itu dipergunakan sebagai cara untuk
mengatasi efek eksposur transaksi. Untung memberikan ilustrasi yang sederhana; jika sebuah
perusahaan Amerika menjual produknya kepada perusahaan Prancis dengan harga yang
dinyatakan dalam franc Prancis, ia dapat secara bersamaan membeli hak untuk membeli franc
Prancis dengan nilai tukar yang sama seperti jika terjadi pada tanggal di masa depan di mana
piutangnya akan jatuh tempo. Jika perusahaan tersebut mengalami rugi transaksi di dalam
penjualan, maka ia akan mendapatkan keuntungan pasar opsi dan menyamakan aktiva/pasiva dan
pendapatan/pengeluaran dengan mata uang yang sama. Teknik lindung nilai yang umum,
menggunakan pasar transaksi forward dan masa depan, juga pasar opsi valuta aisng. Dari
perspektif evaluasi kinerja, pertanyaan kuncinya adalah apakah para manjer anak perusahaan
bertanggung jawab atas eksposur dari transaki lindung nilai.
Kinerja Anak Perusahaan
Sejauh ini kita telah mengusulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara kinerja
ekonomi anak perusahaan dan kinerja para manajernya, dan pedoman-pedoman yang dibicarakan
di atas semata-mata hanya menangani pengisolasian dampak nilai tukar terhadap kinerja manajer
anak perusahaan. Adalah penting untuk menyadari bahwa kinerja ekonomi anak perusahaan itu
sendiri harus merefleksikan akibat-akibat negatif atau psositif atas eksposur translasi, transaksi,
dan ekonomi.
Jika kinerja ekonomi jangka panjang anak perusahaan (setelah memasukkan efek nilai
tukar) terus memburuk, meskipun kinerja manajernya memuaskan, maka induk perusahaan harus
mengeluarkan pertanyaan yang lebih mendasar : apakah hal itu memberikan artian ekonomis
secara berkelanjutan bagi perusahaan multinasional untuk meneruskan beroperasi di Negara
tersebut, atau apakah ia sebaiknya memindahkan bisnisnya ke tempat lain? Jawaban atas
pertanyaan ini akan kembali kepada keputusan lokasi bisnis, daripada keputusan evaluasi kinerja;
hal ini seharusnya merupakan sebuah keputusan independent.

Pertimbangan Manajemen
Dalam mendesain system evaluasi kinerja anak perusahaan multinasional, perusahaan dapat
mengunakan pedoman-pedoman berikut ini:

Para manajer anak perusahaan seharusnya tidak dianggap bertanggung jawab terhadap
efek translasi. Cara termudah untuk mencapai tujuan ini adalah membandingkan
anggaran dengan hasil actual dengan menggunakan metrik yang sama dan mengisolasi
efek yang berhubungan dengan inflasi melalui analisis varians. Tak ada gunanya bagi
para manajer untuk khawatir tentang metrik yang tepat. Perusahaan multinasional
hendaknya memilih metrik apa saja yang ia anggap lebih mudah untuk digunakan.

Efek transaksi paling baik ditangani melalui koordinisasi terpusat dari kebutuhan lindung
nilai perusahaan multinasional secara keseluruhan. Hal ini kemungkinan besar akan jauh
lebih murah dan sederhana, dan dapat mencegah manajer anak perusahaan menjadi
peramal dan spekulan nilai tukar.

Manajer anak perusahaan harus bertanggung jawab terhadap efek ketergantungan dari
nilai tukar yang diakibatkan oleh eksposur ekonomi.

Evaluasi anak perusahaan sebagai basis dari pengambilan keputusan untuk menentukan
lokasi operasi di sebuah Negara atau merelokasi operasi dari sebuah Negara seharusnya
merefleksikan konsekuensi-konsekuensi dari adanya eksposur translasi, transaksi, dan
ekonomi.

Pada survey yang dilakukan pada tahun 1982, Sapy-Mazella et al, menemukan dalam evaluasi
kinerja manajer anak perusahaan, 79% respondennya menggunakan metrik yang berbeda untuk
menyiapkan anggaran dan melaporkan kinerja; 66% mempergunakan beberapa peramalan atas
nilai tukar untuk menyiapkan anggaran dan menggunakan nilai tukar aktual pada akhir periode
untuk melaporkan kinerja anak perusahaan secara relative terhadap anggarannya; dan 13%
mempergunakan nilai tukar awal untuk mempersiapkan anggaran dan nilai tukar actual pada

akhir periode untuk melaporkan kinerja. Temuan-temuan ini tidak konsisten dengan pedoman
yang telah kita kembangkan di atas.
Terdapat dua kemungkinan penjelasan untuk ketidakkonsistenan ini. Pertama, kebanyakan
dari system pengendalian ini dikembangkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, ketika nilai tukar
adalah tetap; dimana nilai tukar fleksibel hanya baru-baru ini saja diperkenalkan, perusahaan
multinasional tidak boleh menyesuaikan system evaluasi kinerja mereka dengan kenyataan yang
baru. Kedua, banyak perusahaan tidak dapat membedakan antara kinerja keuangan manajer dan
kinerja keuangan anak perusahaan multinasional.
Apa pun alasannya, adalah penting untuk memahami perusahaan multinasional yang
memilih untuk menggunakan metrik yang berbeda untuk menyiapkan anggaran anak perusahaan
dan melaporkan kinerja aktualnya akan memiliki berbagai jenis risiko yang telah kita bahas
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai