Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Percobaan untuk Pola Aliran Dengan dan Tanpa Sekat
Ada jenis impeller yang membentuk pola aliran aksial dan ada juga jenis
impeller lain yang membentuk pola aliran radial. Gambar di bawah ini akan
menunjukkan pola aliran yang terbentuk untuk jenis impeller propeller, turbin dan
paddle sederhana dalam tangki memakai sekat ataupun tidak memakai sekat.
Tabel 4.1 Tabel Pola Aliran untuk Variasi Jenis Impeller
Jenis
Impeller

Kecepatan

Propeller

Turbin

Paddle

Gambar Pola Aliran


Tanpa Sekat
Dengan Sekat

Tabel 4.1 memaparkan gambar pola aliran yang terbentuk untuk variasi jenis
impeller dan pemasangan sekat. Untuk jenis propeller dengan sekat dan tanpa sekat
terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah aliran aksial karena pelet-pelet
plastik bergerak secara vertikal.
Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan
laju volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya. Rancangan
pengaduk sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau turbulen. Profil aliran
dan derajat turbulensi penting mempengaruhi kualitas pencampuran (Riyanto, 2013).
Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk untuk jenis impeller propeller
yang merupakan impeller berbentuk kipas menghasilkan aliran aksial. Propeller
memiliki tingkat efisiensi yang baik bila digunakan oada fluida yang berviskositas
rendah (Dimyati, dkk., 2012).

Gambar 4.1 Pola Aliran Aksial untuk Propeller


(PPLI, 2009)
Berdasarkan teori yang ada hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk
pada impeller jenis propeller tanpa sekat dan dengan sekat sesuai dengan teori yang
ada, yaitu aliran aksial untuk tanpa sekat dan dengan sekat.
Untuk jenis turbin dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan
adalah aliran radial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara horizontal
menuju ke pusat turbin lalu turun ke bawah setelah mencapai dinding lalu ke atas dan
ke bawah.
Berdasarkan teori, impeller turbin biasanya efektif untuk fluida dengan
viskositas sedang yaitu 2000-50.000 Cp. Arus yang ditimbulkan bersifat radial dan
tangensial (Dimyati, dkk., 2012).
Untuk tangki dengan sekat, pola alirannya adalah aliran radial, seperti yang
ditunjukkan pada gambar :

Gambar 4.2 Pola Aliran Radial untuk Turbin


(PPLI, 2009)
Berdasarkan teori yang ada hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk
pada impeller jenis turbin tanpa sekat dan dengan sekat telah sesuai dengan teori
yang ada, yaitu aliran radial.
Untuk jenis paddle dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan
adalah aliran radial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara horizontal
menuju ke pusat paddle lalu turun ke bawah setelah mencapai dinding lalu ke atas
dan ke bawah. Sedangkan untuk tanpa sekat terbentuk aliran aksial karena pelet-pelet
plastik bergerak secara vertikal.
Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk untuk impeller jenis paddle,
adalah radial dan tangensial dimana arus yang terjadi bergerak keluar kearah dinding,
lalu membentuk kearah atas atau bawah (Dimyati, dkk., 2012).

Gambar 4.3 Pola Aliran Radial untuk Paddle


(Riyanto, 2013)
Berdasarkan teori yang ada hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk
pada impeller jenis paddle dengan sekat sesuai dengan teori yang ada, yaitu paddle
akan menghasilkan aliran tangensial atau radial, sedangkan untuk tangki tanpa sekat
juga telah sesuai dengan teori yang ada yaitu, membentuk aliran aksial.

Pada percobaan yang tidak menggunakan sekat, terdapat vorteks pada saat
impeller mulai dijalankan, yaitu dengan tinggi vorteks masing-masing untuk
propeller 2,7 cm, turbin 3,2 cm, dan paddle 3,5 cm dan yang mengunakan sekat pada
saat impeller jenis turbin vorteksnya 0,4.
Pembentukan vorteks dikarenakan oleh gaya mekanik suatu fluida.
Pembentukan vorteks hampir menyeluruh pada aliran turbulen (Shadden, dkk.,
2007). Pemasangan sekat memiliki hampir beberapa pengaruh seperti menekan
pembentukan vorteks, meningkatkan power input dan menambah kestabilan mekanis
(Myers, dkk.,2002).
Jadi, hasil percobaan tidak sesuai dengan teori, yaitu pada impeller jenis turbin
dengan sekat membentuk vorteks sebesar 0,4 cm. Hal tersebut dikarenakan :
1. Pelet-pelet plastik hanya bergerak secara paralel terhadap dinding tangki.
2. Faktor geometri impeller seperti bentuk-bentuk impeller yang berbeda.

4.2
4.3.1

Percobaan untuk Dispersi Padatan


Pengaruh Kecepatan Impeller Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap
Waktu Pencampuran

14
12
10
8
Waktu Pencampuran (detik)
Propeller

6
4

Turbin

Paddle

2
0
200

250

300

350

Kecepatan Impeller (rpm)


Gambar 4.4 Pengaruh Kecepatan Impeller Terhadap Waktu Pencampuran untuk
Tangki Tanpa Sekat
Gambar 4.4 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran kacang hijau dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan
adalah propeller, turbin dan paddle dengan level kecepatan 4, 5, dan 6 untuk masingmasing impeller. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa kecepatan impeller
berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik
setiap kenaikan kecepatan.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada level kecepatan 4, 5 dan 6, waktu
yang diperlukan adalah 9,09 detik, 7,47 detik, dan 5,62 detik sedangkan untuk turbin
pada level kecepatan yang sama adalah 7,48 detik, 5,62 detik dan 5,56 detik. Untuk
paddle pada level kecepatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 11,5 detik,
9,2detik, dan 6,1 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan.
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan (Riyanto, 2013). Waktu pencampuran adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi seragam dan
lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu reaksi (Albright, 2009).
Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variabel proses dan operasi yang
ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
Qm= (,, N, D, g. Dimensi geometri sistem)
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka

m=f

N D
=f ( )

(Ling ling, dkk., 2004)

Vorteks merupakan bentuk impulsif yang panjang pada piringan datar sebuah
tangki yang berisi air. Vorteks menyebabkan adanya perbedaan konsentrasi kedua
fluida ketika dalam pengadukan dan vorteks sangat dapat mengidentifikasi ada atau
tidaknya kawasan mati (Meunier dan Villemaux, 2002).
Jadi, hasil yang didapat telah sesuai dengan teori dimana waktu pencampuran
berbanding terbalik dengan kecepatan impeller.

4.3.2

Pengaruh Kecepatan Impeller Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap


Waktu Pencampuran

16
14
12
10
8
Waktu Pencampuran (detik)
6
Propeller
Turbin
4
2
0
200

Paddle

250

300

350

Kecepatan Impeller (rpm)


Gamb
ar 4.5 Pengaruh Kecepatan Impeller Propeller Terhadap Waktu
Pencampuran untuk Tangki Dengan Sekat
Gambar 4.5 menunjukkan grafik pengaruh kecepatan impeller propeller
terhadap waktu pencampuran kacang hijau dan air untuk tangki dengan sekat. Level
kecepatan yang digunakan adalah 4, 5, dan 6 untuk masing-masing impeller. Dapat
dilihat dari gambar di atas bahwa kecepatan impeller berbanding terbalik dengan
waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik setiap kenaikan kecepatan.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada level kecepatan 4, 5,dan 6, waktu
yang diperlukan adalah 11,27 detik, 8,81 detik, dan 7,63 detik, sedangkan untuk
turbin pada level kecepatan yang sama adalah, 10,51 detik, 7,09 detik, 6,49 detik.
Untuk paddle pada level kecepatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 14,2
detik, 7,76 detik, dan 6,09 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan pada
jenis impeller turbin.
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan (Riyanto, 2013). Waktu pencampuran adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi seragam dan
lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu reaksi (Albright, 2009).

Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variabel proses dan operasi yang
ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
Qm= (,, N, D, g. Dimensi geometri sistem)
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka
m=f

N D
=f ( )

(Ling ling, dkk., 2004)

Pemakaian sekat memiliki tujuan utama untuk mengkonversikan gerakan


putaran menjadi suatu pola aliran yang lebih baik untuk menyempurnakan sasaran
dari proses. Pemasangan sekat memiliki beberapa pengaruh, seperti menekan
pembentukan vorteks, meningkatkan power input dan menambah kestabilan mekanis
(Myers, dkk., 2002).
Jadi, hasil percobaan telah sesuai dengan teori yaitu kecepatan impeller
berbanding terbalik dengan waktu pencampuran dan pemakaian sekat akan
mempercepat pencampuran.

4.3.3

Pengaruh Fraksi Padatan Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap Waktu


Pencampuran

16
14
12
10
8
Waktu Pencampuran (detik)
6
4
2
0

Propeller
Turbin
Paddle
25

30

35

40

Fraksi Padatan (gram)

Gambar 4.6 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
tanpa Sekat
Gambar

4.6 menunjukkan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu

pencampuran kacang hijau dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan
adalah propeller, turbin dan paddle dengan fraksi padatan 28 gram, 32 gram dan 39
gram . Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa fraksi padatan berbanding terbalik
dengan waktu pencampuran yang terlihat dari kenaikan grafik setiap kenaikan fraksi
padatan.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada fraksi padatan 28 gram,32 gram dan
39 gram, waktu yang diperlukan adalah

detik, 9,53 detik 7,47 dan 8,8 detik,

sedangkan untuk turbin pada fraksi padatan yang sama adalah, 13,53 detik, 5,62
detik, 11,82 detik. Untuk paddle pada fraksi padatan yang sama, waktu yang
diperlukan adalah 8,38 detik, 9,2 detik, dan 6,88 detik. Selain itu juga terbentuk
vorteks pada cairan.
Kecepatan transfer massa meningkat dengan meningkatnya kecepatan impeller.
Namun, dua kecenderungannya yang kontras dapat diamati, pada impeller kecepatan
lebih rendah dan kondisi hanya tersuspensi, perpindahan massa jelas meningkat
dengan kecepatan impeller yang lebih tinggi (Jafari, dkk., 2012).
Vorteks merupakan bentuk impulsif yang panjang pada piringan datar sebuah
tangki yang berisi air. Vorteks menyebabkan adanya perbedaan konsentrasi kedua
fluida ketika dalam pengadukan dan vorteks sangat dapat mengidentifikasi ada atau
tidaknya kawasan mati (Meunier dan Villemaux, 2002).

Berdasarkan perbandingan teori dan hasil percobaan didapatkan bahwa hasil


tidak sesuai dengan teori. Dimana pada saat fraksi padatan meningkat terjadi
fluktuasi pada fraksi padatan 28, 32 dan 29 gram seiring kenaikan waktu pengadukan
pada impeller propeller, turbin dan paddle. Hal tersebut dikarenakan :
1. Faktor geometri dari impeller seperti bentuk-bentuk impeller yang berbeda.
2. Keruhnya cairan akibat dari kulit ari kacang hijau yang terkelupas dan telah
bercampur

dengan

pencampuran.
3.

air

sehingga

sulit

untuk

menentukan

waktu

4.3.4

Pengaruh Fraksi Padatan Untuk Tangki dengan Sekat Terhadap Waktu


Pencampuran
12
10
8
Waktu Pencampuran (detik)

Propeller
Turbin
Paddle

4
2
0
25

30

35

40

Fraksi Padatan (gram)


Gambar 4.7 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran
Gambar 4.7 menunjukkan pengaruh fraksi padatan untuk tangki dengan sekat.
Level kecepatan yang digunakan adalah 4, 5, dan 6 untuk tangki tanpa dan dengan
sekat. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa fraksi padatan berbanding terbalik
dengan waktu pencampuran yang terlihat dari kenaikan grafik setiap kenaikan fraksi
padatan.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada fraksi padatan 28 gram, 32 gram dan
39 gram, waktu yang diperlukan adalah 13,5 detik, 8,81 detik, dan 8 detik, sedangkan
untuk turbin pada fraksi padatan yang sama adalah, 7,4 detik, 7,09 detik, 6,94 detik.
Untuk paddle pada fraksi padatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 11,42
detik, 7,76 detik, dan 7,05 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan.
Kecepatan transfer massa meningkat dengan meningkatnya kecepatan impeller.
Namun, dua kecenderungannya yang kontras dapat diamati, pada impeller kecepatan
lebih rendah dan kondisi hanya tersuspensi, perpindahan massa jelas meningkat
dengan kecepatan impeller yang lebih tinggi (Jafari, dkk., 2012).
Pemakaian sekat memiliki tujuan utama untuk mengkonversikan gerakan
putaran menjadi suatu pola aliran yang lebih baik untuk menyempurnakan sasaran
dari proses. Pemasangan sekat memiliki beberapa pengaruh, seperti menekan
pembentukan vorteks, meningkatkan power input dan menambah kestabilan mekanis
(Myers, dkk., 2002).
Berdasarkan perbandingan teori dan hasil percobaan didapatkan bahwa hasil
tidak sesuai dengan teori. Dimana pada saat fraksi padatan meningkat terjadi

fluktuasi pada fraksi padatan 28, 32 dan 39 gram seiring kenaikan waktu pengadukan
pada impeller propeller, turbin dan paddle. Hal tersebut dikarenakan :
1. Faktor geometri dari impeller seperti bentuk-bentuk impeller yang berbeda.
2. Keruhnya cairan akibat dari kulit ari kacang hijau yang terkelupas dan telah
bercampur

dengan

pencampuran.

air

sehingga

sulit

untuk

menentukan

waktu

4.3.5

Pengaruh Posisi Pengaduk Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap Waktu


Pencampuran
10
9
8
7
6
5
Waktu Pencampuran (detik)
4
Propeller
Turbin
3
2
1
0
1/ 5
3/10

Paddle

2/ 5

1/ 2

3/ 5

Posisi Pengaduk (C/H)

Gambar 4.8 Pengaruh Posisi Pengaduk Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Tanpa Sekat
Gambar 4.8 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu
pencampuran kacang hijau dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan
adalah propeller, turbin dan paddle dengan posisi pengaduk 1/2 C/H, 1/3 C/H, dan
1/4 C/H. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa posisi pengaduk berbanding lurus
dengan waktu pencampuran yang terlihat dari kenaikan grafik setiap kenaikan posisi
pengaduk.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada posisi pengaduk 1/2 C/H, 1/3 C/H,
dan 1/4 C/H, waktu yang diperlukan adalah 7,09 detik, 7,47 detik, dan 5,52 detik,
sedangkan untuk turbin pada posisi pengaduk yang sama adalah, 7,99 detik, 5,62
detik, 6,09 detik. Untuk paddle pada posisi pengaduk yang sama, waktu yang
diperlukan adalah 6,4 detik, 9,2 detik, dan 5,2 detik. Selain itu juga terbentuk
vorteks pada cairan.
Pada saat pencampuran berlangsung terjadi vorteks dimana tidak semua
padatan yang terdispersi pada cairan. Berdasarkan teori, formasi vorteks
menyebabkan penurunan cukup besar dalam efisiensi pencampuran dan harus
dihambat (Chereminishoff, 2000).

Dari teori, jarak impeller yang lebih besar pembentukan waktu pencampuran
yang lebih rendah dibandingkan dengan jarak impeller yang lebih kecil. Penempatan
impeller terbaik adalah 1/3 dan ujung impeller kedasar tangki (Shadden, dkk., 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat belum sesuai dengan teori
yang ada dimana waktu tercapainya pencampuran yang homogen semakin lama
apabila impeller dipasang dipusat tangki dengan kecepatan yang tinggi dan tanpa
sekat. Hasil percobaan yang didapatkan belum sesuai dengan teori yang ada. Hal
tersebut dikarenakan :
1. Faktor geometri dari impeller seperti bentuk-bentuk impeller yang berbeda.
2. Keruhnya cairan akibat dari kulit ari kacang hijau yang terkelupas dan telah
bercampur

dengan

pencampuran.

air

sehingga

sulit

untuk

menentukan

waktu

4.3.6

Pengaruh Posisi Pengaduk Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu


Pencampuran

Waktu Pencampuran (detik)


Propeller

Turbin

1/ 5

3/10

Paddle

2/ 5

1/ 2

3/ 5

Posisi Pengaduk (C/H)

Gambar 4.9 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Dengan Sekat
Gambar 4.9

menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu

pencampuran kacang hijau dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan
adalah propeller, turbin dan paddle dengan posisi pengaduk 1/2 C/H, 1/3 C/H, dan
1/4 C/H. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa posisi pengaduk berbanding lurus
dengan waktu pencampuran yang terlihat dari kenaikan grafik setiap kenaikan posisi
pengaduk.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada posisi pengaduk 1/2 C/H, 1/3 C/H,
dan 1/4 C/H, waktu yang diperlukan adalah 6,11 detik, 8,81detik, dan 5,36 detik,
sedangkan untuk turbin pada posisi pengaduk yang sama adalah, 11,2 detik, 7,09
detik, 7,16 detik. Untuk paddle pada fraksi padatan yang sama, waktu yang
diperlukan adalah 11,5 detik, 9,2 detik, dan 6,1 detik. Selain itu juga terbentuk
vorteks pada cairan.
Pemakaian sekat memiliki tujuan utama untuk mengkonversikan gerakan
putaran menjadi suatu pola aliran yang lebih baik untuk menyempurnakan sasaran
dari proses. Pemasangan sekat memiliki beberapa pengaruh, seperti menekan
pembentukan vorteks, meningkatkan power input dan menambah kestabilan mekanis
(Myers, dkk., 2002).

Dari teori, jarak impeller yang lebih besar pembentukan waktu pencampuran
yang lebih rendah dibandingkan dengan jarak impeller yang lebih kecil. Penempatan
impeller terbaik adalah 1/3 dan ujung impeller kedasar tangki (Shadden, dkk., 2007).
Hasil percobaan yang didapatkan belum sesuai dengan teori yang ada. Hal ini
disebabkan:
1. Faktor geometri dari impeller seperti bentuk-bentuk impeller yang berbeda.
2. Keruhnya cairan akibat dari kulit ari kacang hijau yang terkelupas dan telah
bercampur

dengan

pencampuran.

air

sehingga

sulit

untuk

menentukan

waktu

4.3.7

Dispersi Campuran yang tidak Saling Melarut tanpa Sekat dengan


Variasi Kecepatan

Waktu Pencampuran (detik)


Propeller

Turbin

200

Paddle

250

300

350

Kecepatan Impeller (rpm)

Gambar 4.10 Pengaruh Kecepatan Impeller Terhadap Waktu Pencampuran


yang tidak saling Melarut untuk Tangki Tanpa Sekat
Gambar 4.10 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran minyak jagung dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang
digunakan adalah propeller, turbin dan paddle dengan level kecepatan 4, 5, dan 6
untuk masing-masing impeller. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa kecepatan
impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari
penurunan grafik setiap kenaikan kecepatan.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada level kecepatan 4, 5 dan 6, waktu
yang diperlukan adalah 8,54 detik, 6,37 detik, dan 5,2 detik sedangkan untuk turbin
pada level kecepatan yang sama adalah 9,01 detik, 7,51 detik dan 4,29 detik. Untuk
paddle pada level kecepatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 8,06 detik,
6,47 detik, dan 9,34 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan.
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan (Riyanto, 2013). Waktu pencampuran adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi seragam dan
lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu reaksi (Albright, 2009).

Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variabel proses dan operasi yang
ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
Qm= (,, N, D, g. Dimensi geometri sistem)
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka
m=f

N D
=f ( )

(Ling ling, dkk., 2004)

Vorteks merupakan bentuk impulsif yang panjang pada piringan datar sebuah
tangki yang berisi air. Vorteks menyebabkan adanya perbedaan konsentrasi kedua
fluida ketika dalam pengadukan dan vorteks sangat dapat mengidentifikasi ada atau
tidaknya kawasan mati (Meunier dan Villemaux, 2002).
Hasil percobaan yang didapatkan belum sesuai dengan teori yang ada karena
waktu pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan. Hal ini disebabkan:
1. Faktor geometri dari impeller seperti bentuk-bentuk impeller yang berbeda.
2. Keruhnya cairan akibat dari kulit ari kacang hijau yang terkelupas dan telah
bercampur

dengan

pencampuran.

air

sehingga

sulit

untuk

menentukan

waktu

4.3.8

Dispersi Campuran yang tidak Saling Melarut dengan Sekat pada


Variasi Kecepatan
8
7
6
5
4
Waktu Pencampuran (detik)
3
Propeller
Turbin
2
1
0
200
250

Paddle

300

350

Kecepatan Impeller (rpm)


Gambar 4.11 Pengaruh Kecepatan Impeller Propeller Terhadap Waktu
Pencampuran untuk Tangki Dengan Sekat
Gambar 4.11 menunjukkan grafik pengaruh kecepatan impeller propeller
terhadap waktu pencampuran kacang hijau dan air untuk tangki dengan sekat. Level
kecepatan yang digunakan adalah 4, 5, dan 6 untuk masing-masing impeller. Dapat
dilihat dari gambar di atas bahwa kecepatan impeller berbanding terbalik dengan
waktu pencampuran yang terlihat dari penurunan grafik setiap kenaikan kecepatan.
Hal ini dibuktikan dengan propeller pada level kecepatan 4, 5 dan 6, waktu
yang diperlukan adalah 7,47 detik, 6,5 detik, dan 5,2 detik, sedangkan untuk turbin
pada level kecepatan yang sama adalah, 7,39 detik, 6,09 detik, 5,01 detik. Untuk
paddle pada level kecepatan yang sama, waktu yang diperlukan adalah 7,4 detik,
6,47 detik, dan 5,42 detik. Selain itu juga terbentuk vorteks pada cairan.
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan (Riyanto, 2013). Waktu pencampuran adalah
waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan bahan-bahan menjadi seragam dan
lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu reaksi (Albright, 2009).

Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variabel proses dan operasi yang
ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
Qm= (,, N, D, g. Dimensi geometri sistem)
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka
m=f

N D
=f ( )

(Ling ling, dkk., 2004)

Pemakaian sekat memiliki tujuan utama untuk mengkonversikan gerakan


putaran menjadi suatu pola aliran yang lebih baik untuk menyempurnakan sasaran
dari proses. Pemasangan sekat memiliki beberapa pengaruh, seperti menekan
pembentukan vorteks, meningkatkan power input dan menambah kestabilan mekanis
(Myers, dkk., 2002).
Jadi, hasil percobaan telah sesuai dengan teori yaitu kecepatan impeller
berbanding terbalik dengan waktu pencampuran dan pemakaian sekat akan
mempercepat pencampuran.

Anda mungkin juga menyukai

  • Susu Kental Manis Frisian Flag
    Susu Kental Manis Frisian Flag
    Dokumen3 halaman
    Susu Kental Manis Frisian Flag
    debby azhari nasution
    0% (1)
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Fransiska PDF
    BAB 2 Fransiska PDF
    Dokumen13 halaman
    BAB 2 Fransiska PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Obat Nyamuk Baygon
    Obat Nyamuk Baygon
    Dokumen2 halaman
    Obat Nyamuk Baygon
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Cover TRP
    Cover TRP
    Dokumen2 halaman
    Cover TRP
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen2 halaman
    PPT
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    Dokumen13 halaman
    Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • PAP
    PAP
    Dokumen6 halaman
    PAP
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    Dokumen13 halaman
    Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • BAB I KH
    BAB I KH
    Dokumen2 halaman
    BAB I KH
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • S1 2015 305448 Conclusion PDF
    S1 2015 305448 Conclusion PDF
    Dokumen3 halaman
    S1 2015 305448 Conclusion PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Essay
    Essay
    Dokumen5 halaman
    Essay
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • PAP
    PAP
    Dokumen6 halaman
    PAP
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Revisi Proposal Medco 1
    Revisi Proposal Medco 1
    Dokumen15 halaman
    Revisi Proposal Medco 1
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • 09e02454 2
    09e02454 2
    Dokumen49 halaman
    09e02454 2
    Sya'roni Imam
    Belum ada peringkat
  • Atk Kelompok 1 GNGL
    Atk Kelompok 1 GNGL
    Dokumen6 halaman
    Atk Kelompok 1 GNGL
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Dafpus
    Dafpus
    Dokumen2 halaman
    Dafpus
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Daftar Lampiran
    Daftar Lampiran
    Dokumen1 halaman
    Daftar Lampiran
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Lampiran A
    Lampiran A
    Dokumen5 halaman
    Lampiran A
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • 1 1 1 SM PDF
    1 1 1 SM PDF
    Dokumen10 halaman
    1 1 1 SM PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Lampiran B
    Lampiran B
    Dokumen3 halaman
    Lampiran B
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat