Anda di halaman 1dari 13

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/271967081

POTENSI SERAT DAN PULP BAMBU UNTUK


KOMPOSIT PEREDAM SUARA

Article June 2014

CITATIONS READS

0 1,741

5 authors, including:

Theresia Mutia Teddy Kardiansyah


Center for Textile Bandung, Indonesia Independent Researcher
1 PUBLICATION 0 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE SEE PROFILE

Hendro Risdianto
Center for Pulp and Paper, Indonesia
10 PUBLICATIONS 8 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hendro Risdianto on 09 February 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Potensi Serat dan Pulp Bambu untuk
Komposit Peredam Suara : Theresia Mutia, dkk.
POTENSI SERAT DAN PULP BAMBU
UNTUK KOMPOSIT PEREDAM SUARA

Theresia Mutia1, Susi Sugesty, Henggar Hardiani, Teddy Kardiansyah, Hendro Risdianto
Balai Besar Pulp dan Kertas, Jl. Raya Dayeuhkolot No. 132, Bandung
1
theresia.mutia@yahoo.com

Diterima : 10 Maret 2014, Revisi akhir : 21 Mei 2014, Disetujui terbit : 30 Mei 2014

POTENCY OF FIBER AND PULP FROM BAMBOO FOR SOUND ABSORBER COMPOSITE

ABSTRACT

Natural fiber-reinforced composites can reduce the use of synthetic fibers and resins, making them
more environmentally friendly. Bamboo fiber is a long fiber from non woody plant with a shorter growing
season than wood. A study has been conducted to investigate the potential of bamboos, which are endemic in
West Java, namely Tali bamboo (G. apus), Temen bamboo (G. pseudoarundinacea) and Haur bamboo/Green
ampel (B. vulgaris v. Green), as sound absorber composite materials. Bamboo contains 21% - 22 % lignin,
44% - 53% alpha cellulose, 21% - 23% hemicelluloses, which makes it a potential pulp feedstock. Because
of the adhesive nature of lignin, it is necessary to produce a pulp with a Kappa number of about 30 (+ 5%
lignin). In accordance with bamboo characteristics, Tali bamboo requires less amount of cooking chemicals
due to its lower contents of extractive substances and lignin, whereas Temen bamboo and especially Haur
bamboo require more chemicals. Therefore, tali bamboo was chosen to produce pulp by Kraft cooking
process. Subsequently, bamboo fiber was prepared by soda cooking process at the same conditions. Later
on, some trial experiments with epoxy resin were performed to make sound absorber composites. The results
show that at the reference frequency (5000 Hz) the pulp and bamboo fiber composites provide the maximum
sound absorption coefficients () of 0.28 and 0.77, respectively. Hence, the composite meets the minimum
standard of sound absorption coefficient of ISO 11654:1997 ( = 0.25). Moreover, the composite of epoxy and
bamboo fiber is light (specific gravity <1) with an ability to reduce 97% of the sound at 2500 Hz.

Keywords: fiber and pulp bamboo, nonwood, sound absorber composite, sound absorption coefficien

ABSTRAK

Komposit berpenguat serat alam, dapat mengurangi pemakaian serat sintetis dan resin, sehingga
lebih ramah lingkungan. Serat bambu termasuk serat panjang non kayu dengan masa tanam lebih singkat
dibanding kayu. Penelitian terhadap bambu endemik Jawa Barat, yaitu bambu Tali (G. apus), Temen (G.
pseudoarundinacea) dan Haur/Ampel hijau (B. vulgaris v. green), dilakukan untuk mengetahui potensinya
sebagai komposit peredam suara. Dari hasil uji diketahui bahwa bambu tersebut mengandung lignin 21% - 22%,
selulosa alfa 44% - 53% dan hemiselulosa 21% - 23%, serta merupakan serat panjang yang berpotensi untuk
menghasilkan pulp yang baik. Lignin pada pulp untuk bahan komposit masih diperlukan, sehubungan dengan
sifatnya sebagai perekat, sehingga dilakukan penelitian untuk menghasilkan pulp bambu dengan bilangan
Kappa sekitar 30 (lignin + 5%). Atas dasar karakteristiknya, pemasakan bambu Tali akan memerlukan zat
kimia yang terendah karena kandungan zat ekstraktif dan lignin yang lebih rendah, sedangkan bambu Temen
dan terutama Haur sebaliknya memerlukan zat kimia yang lebih tinggi. Oleh karenanya dipilih bambu Tali
untuk dilanjutkan pada pembuatan pulp dengan pemasakan proses Kraft dan untuk mendapatkan seratnya
dilakukan pemasakan dengan proses soda pada kondisi sama, yang kemudian dilakukan uji coba pembuatan
komposit peredam suara dengan resin epoksi. Dari hasil uji diketahui bahwa pada frekuensi acuan (5000 Hz)
komposit pulp dan serat bambu memberikan koefisien serap bunyi maksimum () sebesar 0,28 dan 0,77,
berarti dapat memenuhi standar minimal koefisien serap bunyi sesuai ISO 11654:1997 ( = 0,25), terutama
komposit epoksi/serat bambu, karena mampu meredam suara sampai 97% pada frekuensi 2500 Hz, dan
lebih ringan (berat jenisnya < 1).

Kata kunci: serat dan pulp bambu, non kayu, komposit peredam suara, koefisien serap bunyi

25
Jurnal Selulosa, Vol. 4, No. 1, Juni 2014 : 25 - 36

PENDAHULUAN Pada industri tekstil pertenunan yang


menggunakan mesin-mesin modern, umumnya
Dewasa ini produk berbahan baku kayu tingkat kebisingannya melebihi nilai ambang
mengalami kendala, karena ketersediaan bahan batas (NAB) 85 dBA. Kebisingan yang melebihi
baku yang semakin terbatas. Bahan baku alternatif NAB dapat menyebabkan kelelahan bagi tenaga
non kayu banyak pilihannya, antara lain bambu. kerja yang terpapar 8 jam/hari (40 jam/minggu).
Serat bambu adalah serat panjang dengan masa Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata
tanam yang cukup singkat dibandingkan dengan kebisingan di bagian weaving pada industri tekstil
kayu, yaitu sekitar 3-5 tahun. Bambu banyak tertentu adalah sebesar 128,74 dBA (melebihi
digunakan sebagai bahan bangunan rumah, NAB) (Airna, 2011). Untuk mengendalikan
peralatan rumah tangga, dan lain-lain dan juga kebisingan tersebut, maka perlu memanfaatkan
pulp kertas serta komposit (Tampobolon, 2010). bahan peredam suara yang dapat menyerap energi
Komposit adalah bahan yang terbentuk suara dari suatu sumber suara (Khuriati dkk.,
apabila dua atau lebih komponen yang berlainan 2006; Miasa dkk., 2004; Sabri, 2005). Bahan
digabungkan, misalnya resin/plastik dan bahan tersebut pada umumnya dapat diletakkan pada
penguat berupa serat/anyaman atau lainnya lantai, dinding atau langit-langit ruangan.
(Pramono, 2012; Chen dkk., 2007; Setyanto Fungsi serat secara umum pada komposit
dkk., 2011; Mazumdar, 2002). Produk komposit adalah untuk memperkuat, sehingga akan
menghasilkan antara lain tekstil teknik, yaitu diperoleh produk yang lebih kuat dan kokoh.
tekstil yang dibuat untuk fungsi tertentu, Selain itu juga untuk mengurangi pemakaian
dengan lebih mengutamakan sifat-sifat teknik resin (Judawisastra dkk., 2006; Mazumdar, 2002;
maupun unjuk kerjanya daripada menampilkan Eriningsih dkk., 2011; Tampobolon, 2010). Serat
karakteristik estetika dan dekoratif. Bahan alam pada umumnya memiliki kemampuan
bakunya antara lain logam, mineral (asbes, serat menyerap suara khususnya dalam mengendalikan
gelas/karbon), serat alam/sintetik. Salah satu kebisingan, karena mempunyai sifat porositas dan
kelompok tekstil teknik adalah tekstil bangunan struktur amorf yang lebih tinggi dibandingkan
yang termasuk di dalamnya adalah bahan serat sintetik. Hasil penelitian menunjukkan
konstruksi dan arsitektural seperti penguat beton, bahwa serat kelapa dan rami dapat menyerap
konstruksi atap, peredam suara, dan lain-lain suara dengan baik pada frekuensi tinggi (Khuriati
(Eriningsih dkk., 2011). dkk., 2006; Franck, 2005; Merve dkk., 2010).
Suara yang keras dapat berdampak Berbagai macam bahan telah digunakan untuk
psikologis dan biologis pada manusia, antara bahan baku komposit dalam upaya mendapatkan
lain menurunnya kenyamanan dan konsentrasi, bahan yang tepat guna. Pulp atau serat bambu
stres pada sistem kerja jantung, peredaran darah sampai saat ini belum secara optimal digunakan
atau pada sistem sirkulasi udara/pernapasan, sebagai substitusi serat sintetis, material gelas,
dan mengganggu komunikasi verbal, bahkan plastik, logam atau bahan konvensional lainnya;
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan yang umum digunakan untuk pembuatan berbagai
pendengaran secara temporer, atau rusaknya produk oleh industri. Selain itu, komposit dengan
indera pendengaran secara permanen (Khuriati penguat serat bambu, seperti juga komposit
dkk., 2006; Beranek dkk., 1992; Merve dkk., berbahan dasar serat alam diharapkan memiliki
2010). Ada sekitar 500 jenis pekerjaan pada karakteristik yang lebih baik, yaitu mudah didapat,
industri yang berpotensi merusak pendengaran (> lebih murah, lebih ringan, ramah lingkungan dan
85 dBA), antara lain pada kebisingan antara 85 dapat mengurangi penggunaan serat sintetis dan
- 100 dBA (industri tekstil dan garmen, industri resin.
yang menggunakan mesin bor listrik dan mesin Oleh karenanya telah dilakukan penelitian
penggilingan); pekerjaan pada kebisingan antara terhadap tiga jenis bambu endemik Jawa Barat,
100 -115 dBA yang terdapat pada industri alat yaitu bambu Tali (G. apus), bambu Temen (G.
berat (mesin ketel uap, industri logam); pekerjaan pseudoarundinacea) dan bambu Haur/Ampel
kebisingan antara 115-130 dBA (industri kapal hijau (B. vulgaris v. green) agar dapat diketahui
terbang, mesin turbo, mesin kompres dan mesin karakteristik dari pulp dan serat bambu yang
turbin diesel); pekerjaan pada kebisingan antara nantinya dapat digunakan sebagai bahan baku
130-160 (industri mesin turbo, pesawat terbang komposit. Penelitian awal ini difokuskan untuk
besar dan mesin jet). mendapatkan metode pembuatan pulp dan serat

26
Potensi Serat dan Pulp Bambu untuk
Komposit Peredam Suara : Theresia Mutia, dkk.

dari beberapa jenis bambu untuk kemudian dipilih yang digunakan dalam penelitian ini adalah pulp
jenis bambu dengan penggunaan bahan kimia dan serat bambu dari bambu yang terpilih.
minimal. Selanjutnya, pulp dan serat bambu dari Pembuatan komposit untuk absorpsi suara
bambu yang terpilih diuji coba sebagai bahan diawali dengan percobaan awal untuk menentukan
baku komposit untuk produk peredam suara. komposisi komposit agar mendapatkan kondisi
proses yang optimal. Percobaan dilakukan dengan
BAHAN DAN METODE menggunakan resin epoksi dan dilakukan dengan
perbandingan fraksi pulp atau serat terhadap
Bahan fraksi resin yaitu 1 : 1; 1: 1,25; 1 : 1,5; 1 : 1,75
dan 1 : 2.
Bahan baku yang digunakan adalah bambu
yang berumur sekitar tiga tahun, yaitu bambu Pencetakan dan Pengeringan
Tali, bambu Temen dan bambu Haur. Bahan
kimia yang digunakan yaitu soda kostik dan Setelah komposisi komposit dibuat, bahan
natrium sulfida. dicampur dan diaduk. Campuran tersebut
dimasukan ke dalam cetakan, kemudian dipres
Peralatan dengan tekanan 60 kg/cm2 selama 2 jam.
Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan
Alat penyerpih kayu, peralatan gelas lengkap, menggunakan oven pada suhu 70C selama satu
Rotary Digester, Mechanical Softening & jam. Adapun untuk keperluan uji absorpsi suara,
Brushing, Hot Press maka diperlukan contoh uji berdiameter sekitar
. 30 mm, maka pembuatan komposit dilakukan
Cara Kerja dengan bantuan alat khusus, sesuai dengan ISO
10534-2:2001.
Pembuatan Pulp
Menimbang dan Mengukur Sampel
Bambu dipotong kecil-kecil menjadi chip
kemudian dibuat pulp proses Kraft dengan rasio Contoh uji (komposit) yang sudah jadi
1:5, alkali aktif 14% sampai dengan 24% (interval kemudian ditimbang dan diukur tinggi dan
2%), sulfiditas 25% dan 32%, suhu 165C diameternya untuk mengetahui volumenya.
selama 120 menit dan direfiner dua kali. Target Penentuan berat dan volume sampel ini digunakan
kandungan lignin yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui massa jenisnya.
sekitar 5% agar serat tidak regas/mudah putus.
Pengujian
Penguraian Serat Bambu
Pengujian dilakukan untuk menentukan
Untuk mendapatkan serat bambu sebagai bahan a). diameter dan tebal bambu (menggunakan
komposit, maka bambu dipotong-potong terlebih jangka sorong); b). morfologi serat bambu
dahulu dengan panjang sekitar 25 cm, kemudian (menggunakan mikroskop); c). besaran nilai
dilakukan pemasakan untuk menghilangkan turunan dimensi serat (Syafii dan Siregar, 2006;
sebagian kadar ligninnya, kemudian disisir dan Fitriasari dan Hermiati, 2008); d). skor dimensi
diratakan melalui alat Mechanical Softening & serat (Syafii dan Siregar, 2006; Fitriasari dan
Brushing. Pemasakan dilakukan dengan rasio Hermiati, 2008); e). Analisis komponen kimia
1:5, soda kostik 12%, suhu 165C selama 120 yang terdiri dari:
menit Kadar air, sesuai dengan SNI 08-7070-
2005, Cara uji kadar air pulp dan kayu
Pembuatan Komposit dengan metode pemanasan dalam oven
Kadar abu dan kadar silikat, sesuai dengan
Penentuan Komposisi Komposit SNI ISO 776:2010, Pulp-Cara uji kadar
abu tidak larut asam
Dalam penelitian ini dilakukan proses Lignin, sesuai dengan SNI 0492-2008,
pembuatan komposit dengan matriks resin Cara uji kadar lignin kayu dan pulp
epoksi. Serat alam sebagai penguat komposit (Metode Klason)

27
Jurnal Selulosa, Vol. 4, No. 1, Juni 2014 : 25 - 36

Pentosan, sesuai dengan SNI 14-1304-


1989, Cara uji kadar pentosan dalam 180
pulp kayu 160

Ekstraktif (Ekstrak Alkohol-Benzena), 140


120 Bilangan Runkel (x 100)
sesuai dengan SNI 14-1032-1989, Cara 100

Nilai
Kekakuan (x 100)
uji kadar sari (Ekstrak Alkohol-Benzen) 80
60
Fleksibilitas (x 100)

dalam kayu dan pulp 40 Daya Tenun


20 Perbandingan Muhlstep (%)
Holoselulosa, sesuai dengan SNI 01- 0
1303-1989, Cara uji holoselulosa dalam Tali Temen
Jenis Bambu
Haur

kayu
Selulosa alfa, sesuai dengan dengan SNI
0444:2009, Cara uji kadar selulosa alfa, Gambar 1.b. Morfologi Serat Bambu
beta dan gamma
Kelarutan air dingin dan air panas dan
dingin, sesuai dengan SNI 01-1305-1989, 90
80
Cara uji kelarutan kayu dan pulp dalam 70
air dingin dan air panas, 60
Lignin
Pentosan
dan f). Absorpsi suara sesuai dengan ISO Kadar, %
50
Selulosa alfa
40
10534-2:2001, Acoustics Determination of 30 Holoselulosa

sound absorption coefficient and impedance in 20

impedance tubes Part 2: Transfer-Function 10


0
Method. 1998. International Standardization Tali Temen Haur

Organization Jenis Bambu

Gambar 2.a. Komponen Kimia


HASIL DAN PEMBAHASAN
Serat Bambu
Bahan Baku

Pada penelitian ini digunakan 3 jenis


3,5

3,0
bambu, yaitu bambu Tali, bambu Temen dan 2,5
bambu Haur (Ampel hijau). Untuk mengetahui
Kadar, %

2,0

karakteristiknya, maka dilakukan serangkaian 1,5 abu


ekstraktif alkohol-benzena
pengujian, meliputi uji diameter dan tebal batang, 1,0

morfologi serta komponen kimianya. Adapun 0,5

0,0
hasilnya disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2, Tali Temen Haur
Jenis Bambu
serta Tabel 1 dan Tabel 2.

Jenis Bambu
Gambar 2.b. Komponen Kimia Serat Bambu
Haur Temen Tali
30 3,9
Tabel 1. Besaran Nilai Turunan Dimensi Serat
2,8 0
30 3,9
Diameter dan tebal dinding (m)
Diameter dan tebal dinding (m)

Diameter dan tebal dinding (m)

3,8
2,9
3,8
25
Bambu
5
panjang serat, mm

25
3,7
3,0
Panjang serat (L) 3,7 Panjang serat (L)
3,6
3,1
3,6
20
Tebal dinding (w) 10
20
panjang serat, mm

3,5
3,2
Diameter luar (D)
panjang serat, mm

3,5 Diameter luar (D)


3,4
3,3
Diameter dalam (l)
15
15 3,4
3,4 15
3,3 Diameter dalam (l)
3,3 Diameter dalam (l) Jenis Bambu
3,2
Parameter
Diameter luar (D) 3,5
10
20
10 Tebal dinding (w) 3,2
Tebal dinding (w)
3,1
Haur Tali Temen
3,6
Panjang serat (L) 3,1
3,0
3,7
5 3,0
25
5
2,9
3,8
2,9
0
3,9
2,8
30
0 Bilangan Runkel, 2w/l
2,8 0,83 0,87 0,79
Tali Temen Haur Tali Temen Haur
Jenis Bambu Jenis Bambu Kekakuan, w/D 0,23 0,23 0,22
Fleksibilitas, l/D 0,55 0,54 0,56
Daya Tenun, L/D 159,45 122,56 136,33

Gambar 1.a. Morfologi Serat Bambu Perbandingan Muhlstep (%) 70 71,36 68,70

28
Potensi Serat dan Pulp Bambu untuk
Komposit Peredam Suara : Theresia Mutia, dkk.

Tabel 2. Penetapan Skor Dimensi Serat dan sehingga menghasilkan lembaran pulp dan kertas
Nilai Turunannya pada 3 Jenis Bambu untuk yang lebih padat dan ketahanan retak lebih baik
Penentuan Klasifikasi Seratnya dibandingkan dengan serat berdinding tebal.
Sebaliknya, serat berdinding tebal menghasilkan
Jenis Bambu lembaran yang mempunyai kekuatan ketahanan
Parameter sobek yang tinggi, tetapi ketahanan retaknya
Haur Tali Temen
Panjang Serat 100 100 100 rendah. Untuk memperoleh ketahanan retak
50 50 50
dan sobek yang tinggi, serat yang berdinding
Bilangan Runkel, 2w/l
tebal perlu dicampur dengan serat yang panjang
Kekakuan, w/D 25 25 25
dan berdinding tipis (Syafii dan Siregar, 2006;
Fleksibilitas, l/D 50 50 50
Fitriasari dan Hermiati, 2008)
Daya Tenun, L/D 100 100 100
Perbandingan Muhlstep (%) 50 50 50 Turunan Dimensi Serat
Skor Total 375 375 375
Selain panjang serat, persyaratan serat untuk
Diameter dan Tebal Bambu bahan baku pulp dan kertas juga ditentukan oleh
nilai turunan dimensi serat. Nilai turunan dimensi
Dari hasil uji diketahui bahwa diameter serat (bilangan Runkel, perbandingan Muhlsteph,
ketiga bambu tersebut berkisar antara 5,85 cm fleksibilitas, koefisien kekakuan) dan nilai kelas
6,6 cm, sedangkan tebalnya berkisar antara 0,95 serat untuk serat bambu dapat dilihat pada Tabel 1
cm 1,1 cm. dan Tabel 2. Tabel 1 menunjukkan bahwa bilangan
Runkel untuk bambu Tali adalah 0,87 lebih besar
Dimensi Serat dari bambu Haur dan bambu Tali. Bilangan
Runkel adalah perbandingan 2 kali tebal dinding
Dimensi serat merupakan salah satu sifat sel dengan diameter lumen. Berarti bilangan
penting bahan baku yang dapat digunakan sebagai Runkel berbanding lurus dengan tebal dinding sel
dasar memilih bahan baku untuk produksi pulp dan berbanding terbalik dengan diameter lumen.
dan kertas. Dari Tabel diketahui bahwa panjang Menurut Anonim (1976) bilangan Runkel yang
serat bambu secara umum di atas 3 milimeter. kecil atau sama 0,25 termasuk kelas I, ketiga
Menurut klasifikasi IAWA, Serat bambu jenis bambu termasuk ke dalam kelas III. Bahan
termasuk kelas serat panjang, yaitu minimal 1,9 baku untuk pembuatan pulp serat yang baik
mm (Khakifirooz, dkk., 2013). yaitu memiliki bilangan Runkel kecil atau sama
Menurut Tamolang dan Wangaard (1961) dalam dengan 0,25 karena memiliki dinding sel yang
Pasaribu dan Tampubolon (2007), bahwa semakin tipis dan diameter lumen lebar sehingga serat
panjang serat kayu maka pulp yang dihasilkan dalam lembaran pulp dapat pipih seluruhnya dan
memiliki kekuatan yang tinggi. Hal ini disebabkan ikatan antar serat baik (Syafii dan Siregar, 2006;
serat panjang memberikan bidang persentuhan Fitriasari dan Hermiati, 2008).
yang lebih luas dan anyaman lebih baik antara satu Nilai daya tenun yang dihasilkan dari
serat dengan lainnya, yang memungkinkan lebih bambu berkisar antara 122-159 (Tabel 1). Nilai
banyak terjadi ikatan hidrogen antar serat-serat daya tenun merupakan perbandingan panjang
tersebut. Lebih lanjut, pulp serat panjang lebih serat dengan diameter serat. Semakin besar
sulit lolos saringan, sehingga lebih mudah dicuci. perbandingan tersebut maka semakin tinggi
Panjang serat mempengaruhi sifat-sifat tertentu kekuatan sobek dan semakin baik daya tenun
pulp dan kertas, termasuk ketahanan sobek, seratnya. Dengan kekuatan sobek yang tinggi itu
kekuatan tarik dan daya lipat. juga berarti panjang serat juga semakin panjang
Diameter serat bambu Haur lebih kecil dari karena dalam menjalin antara serat semakin
bambu Temen dan bambu Tali. Demikian pula panjang dan gaya sobek akan terbagi dalam
diameter lumen bambu Haur lebih kecil dari luasan yang lebih besar (Syafii dan Siregar,
bambu Temen dan bambu Tali. Tebal dinding 2006). Menurut Anonim (1976), nilai daya tenun
serat bambu Haur sebesar 4,60 m lebih tipis ketiga jenis bambu tersebut termasuk ke dalam
daripada bambu Tali yaitu 5,96 m dan bambu kelas I karena berkisar dari 122 sampai dengan
Temen yaitu 6,08 m. Serat yang berdinding 159. Perbandingan Muhlsteph serat dari bambu
tipis mengakibatkan serat tersebut mudah pipih tersebut berkisar antara 6871 (Tabel 2). Menurut

29
Jurnal Selulosa, Vol. 4, No. 1, Juni 2014 : 25 - 36

Anonim (1976), maka dari ketiga bambu tersebut panjang yang berpotensi untuk menghasilkan pulp
termasuk ke dalam kelas perbandingan Muhlsteph yang baik. Hasil analisis komponen kimia serat
Kelas III, dengan perbandingan Muhlsteph 60-80. memperlihatkan bahwa serat yang digunakan
Besarnya perbandingan Muhlstep berpengaruh mengandung lignin sekitar 21% - 23%, selulosa
terhadap kerapatan lembaran pulp yang pada alfa 44% - 53% dan hemiselulosa 21% - 23%.
akhirnya berpengaruh pula pada kekuatan pulp Kadar lignin dan ekstraktif dari bambu Tali
yang dihasilkan. Semakin kecil perbandingan relatif lebih rendah dari kedua bambu lainnya.
Muhlsteph maka kerapatan lembaran pulp yang Sedangkan untuk kadar selulosa, bambu Temen
dihasilkan akan semakin tinggi dengan sifat memiliki kadar tertinggi, sedangkan bambu Haur
kekuatan tinggi pula. Sebaliknya, perbandingan yang terendah.
Muhlsteph yang tinggi menghasilkan lembaran
pulp dengan kerapatan yang rendah dan kekuatan Pulp Bambu
rendah pula.
Koefisien kekakuan ketiga jenis bambu Proses pemasakan dilakukan dengan proses
berkisar antara 0,22-0,23 (Tabel 1). Nilai kraft dengan rasio 1:5, pada suhu 165oC selama
koefisien kekakuan adalah perbandingan tebal 2 jam, dan dengan memvariasikan konsentrasi
dinding sel dengan diameter serat. Perbandingan alkali aktif dan sulfiditas, dengan tujuan untuk
ini menunjukkan korelasi negatif terhadap mengetahui pengaruh variasi proses tersebut
kekuatan panjang putus (kekuatan tarik), terhadap bilangan Kappa dan yield dari pulp
artinya semakin tinggi koefisien kekakuan bambu tersebut. Adapun hasil analisis terhadap
maka semakin rendah kekuatan tarik dari kertas pulp bambu disajikan pada Gambar 3 dan
tersebut. Sebaliknya semakin rendah koefisien Gambar 4.
kekakuan maka semakin tinggi kekuatan tarik
kertas bersangakutan. Maka untuk pembuatan
pulp sebaiknya mempunyai nilai koefisien 70

kekakuan yang rendah (Syafii dan Siregar, 2006). 60

Kekakuan ketiga jenis bambu masuk ke dalam 50


AA. 14%, Sulf. 25%
Bilangan Kappa

kelas IV. Perbandingan fleksibilitas dari ketiga 40 AA. 16%, Sulf. 25%

jenis bambu adalah 0,54 sampai 0,56 (Tabel 1) 30 AA. 18%, Sulf. 25%

sehingga masuk ke dalam kelas III. Perbandingan 20


AA. 20%, Sulf. 25%
AA. 22%, Sulf. 32%
fleksibilitas adalah perbandingan diameter lumen 10 AA. 24%, Sulf. 32%

dengan diameter serat, dimana perbandingan 0


Tali Temen Haur
tersebut mempunyai hubungan parabolis dengan Jenis Bambu
kekuatan tarik, artinya serat dengan perbandingan
fleksibilitas tinggi berarti serat tersebut
mempunyai tebal dinding yang tipis dan mudah Gambar 3. Pengaruh Alkali Aktif dan
berubah bentuk. Kemampuan berubah bentuk ini Sulfiditas terhadap Bilangan Kappa
menyebabkan persinggungan antara permukaan
serat lebih leluasa sehingga terjadi ikatan serat
yang lebih baik dan akan menghasilkan lembaran 70

pulp dengan kekuatan baik (Syafii dan Siregar, 60

2006; Fitriasari dan Hermiati, 2008). 50


Rendemen Total, %

AA. 14%, Sulf. 25%


Jumlah nilai panjang serat dengan nilai 40 AA. 16%, Sulf. 25%
turunan dimensi serat menghasilkan nilai 30 AA. 18%, Sulf. 25%
kualitas serat untuk ketiga jenis bambu tersebut AA. 20%, Sulf. 25%
20
berdasarkan Tabel 2, menurut klasifikasi dari AA. 22%, Sulf. 32%
10 AA. 24%, Sulf. 32%
Anonim (1976) termasuk ke dalam kelas II. Dari
data tersebut maka ketiga jenis bambu tersebut 0
Tali Temen Haur
dapat diinformasikan mempunyai potensi untuk Jenis Bambu

menghasilkan pulp yang baik.


Adapun dari Gambar 1 dan 2 dan dari hasil
evaluasi terhadap dimensi serat diketahui bahwa Gambar 4. Pengaruh Alkali Aktif dan Sulfiditas
ketiga jenis bambu tersebut merupakan serat terhadap Rendemen

30
Potensi Serat dan Pulp Bambu untuk
Komposit Peredam Suara : Theresia Mutia, dkk.

Gambar 3 menunjukkan bahwa variasi kondisi


proses pemasakan bambu Tali menghasilkan 6

bilangan Kappa yang lebih rendah dibandingkan 5

dengan bambu Temen dan Haur. Hal tersebut 4

kemungkinan besar disebabkan karena kadar

Kadar, %
3 Abu
lignin dan ekstraktif dari bambu Tali adalah yang Ekstraktif Alkohol-Benzena
2
paling rendah. Adapun dari Gambar 4 diketahui Lignin

bahwa rendemen (total yield) dari bambu Temen 1

adalah relatif lebih tinggi dibanding dengan 0


Tali Temen Haur
bambu Tali dan Haur. Hal tersebut kemungkinan Jenis Bambu

besar disebabkan karena kadar selulosa alfa dari


bambu Temen adalah yang paling tinggi daripada
bambu Tali dan Haur. Pada pembuatan komposit, Gambar 7.a. Komponen Kimia Pulp pada
kandungan lignin dalam serat alam yang Bilangan Kappa sekitar 30
berfungsi sebagai penguat masih diperlukan,
sehubungan dengan sifatnya sebagai perekat, 90
sehingga serat tidak mudah putus/regas atau
kekuatan tariknya sangat rendah, begitu halnya
untuk pulp bambu. Oleh karena itu, percobaan Kadar, % 60

dilanjutkan untuk memperoleh pulp dengan kadar Hemiselulosa

lignin sekitar 5% (bilangan Kappa sekitar 30), 30


Selulosa alfa

dengan menggunakan konsentrasi alkali aktif dan


sulfiditas yang berbeda-beda, berdasarkan hasil 0
pemasakan tersebut di atas. Adapun hasil ujinya Tali Temen
Jenis Bambu
Haur

disajikan pada Gambar 5 sampai dengan 7.

60 60
Gambar 7.b. Komponen Kimia Pulp pada
Bilangan Kappa sekitar 30
50 50

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk


BIlangan Kappa

40 40

30 30
Bilangan Kappa menghasilkan pulp dengan kandungan lignin
20 20 Rendemen Total
sekitar 5% atau bilangan Kappa sekitar 30, maka
10 10 diperlukan alkali aktif dan sulfiditas dengan
0 0 konsentrasi yang berbeda-beda. Pemasakan
Tali Temen Haur
Jenis Bambu bambu Tali, Temen dan Haur memerlukan
alkali aktif dan sulfiditas berturut-turut yaitu,
16% dan 25%, 18% dan 25% serta 22% dan
Gambar 5. Hasil Pemasakan untuk 32%. Dengan demikian diketahui bahwa bambu
Mendapatkan Bilangan Kappa sekitar 30 Tali memerlukan konsentrasi zat kimia yang
paling rendah, sedangkan bambu Temen dan
terutama bambu Haur memerlukan alkali aktif
22,5
dan sulfiditas yang relatif lebih tinggi. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh kadar lignin
15,0 dan ekstraktif dari bambu Tali adalah yang paling
hkcgjcgjcgjcgjc

Panjang serat, mm
Diameter serat, m
rendah. Penggunaan bahan kimia yang lebih
7,5 Fines, % tinggi pada pemasakan bambu Haur disebabkan
karena beberapa hal, antara lain kandungan abu,
0,0
ekstraktif dan lignin.
Tali Temen
Jenis Bambu
Haur
Dari Gambar 5 diketahui bahwa pada kondisi
pemasakan seperti di atas akan dihasilkan pulp
dengan lignin dan rendemen berkisar antara
Gambar 6. Morfologi Pulp pada 30,43% 32,71% dan 44,13% 53,82%. Dari
Bilangan Kappa sekitar 30 Gambar tersebut diketahui pula bahwa kualitas

31
Jurnal Selulosa, Vol. 4, No. 1, Juni 2014 : 25 - 36

pulp bambu Tali relatif lebih baik dari kedua spesimen serat bambu tampak lebih rapat atau
bambu lainnya. Dari Gambar 6 dan 7 diketahui lebih kompak dibanding pulp.
bahwa, pada kondisi tersebut dihasilkan pulp
dengan panjang serat antara 2 mm - 2,3 mm, Pulp Bambu
diameter 18,9 m - 20,8 m dan fines antara
5,1% 6,65%, sedangkan kadar lignin sekitar
4,21% 4,89%; selulosa alfa 83,86% - 84,82%;
dan hemiselulosa antara 14,07% - 15,59%.
Oleh karena proses pemasakan bambu Tali
memerlukan konsentrasi bahan kimia yang
paling rendah, maka bambu tersebut dipilih Serat Bambu (setelah dimasak)
untuk menjadi bahan penguat komposit dengan
mencampurkannya dengan suatu resin.

Pembuatan Komposit

Karakteristik Pulp dan Serat Bambu Tali


Posisi Vertikal Posisi Horizontal
Untuk pembuatan komposit digunakan bambu
yang terpilih, yaitu bambu Tali. Hasil analisis Gambar 8. Struktur Mikro Bambu, Pulp dan
komponen kimia pulp dan serat bambu setelah Serat Bambu Tali (SEM, 500 X)
proses pemasakan tersebut disajikan pada Tabel 3,
sedangkan hasil uji struktur mikro pulp dan serat Komposit Bambu
bambu dengan Scanning Electron Microscope
(SEM) disajikan pada Gambar 8. Dari studi literatur dan percobaan awal
diketahui bahwa untuk mendapatkan kondisi
Tabel 3. Komponen Kimia Pulp dan Serat pembuatan komposit yang optimal, maka
Bambu perbandingan yang dianggap cukup baik untuk
pulp atau serat bambu dan matriks epoksi, yaitu
Bambu sekitar 1 : 1,5. Hasil uji terhadap komposit yang
No. Parameter
Pulp Serat dihasilkan disajikan pada Tabel 4.
1. Kadar abu, % 0,54 4,79
Ekstraktif alkohol Tabel 4. Karakteristik Komposit Epoksi/Pulp
2. 0,15 2,30
bensena, % dan Serat Bambu
3. Lignin, % 4,21 14,16
4. Hemiselulosa, % 11,38 15,90 Bambu
5. Selulosa alfa, % 83,86 66,05 No. Parameter
Pulp Serat
6. Kadar air 5,55 4,46
1. Ketebalan, mm 9,50 22,00
2. Kadar air, % 28,58 11,17
Tabel 3 memperlihatkan bahwa kadar lignin,
abu dan ekstraktif pulp bambu adalah lebih 3. Volume, cm3 7,01 16,18
kecil dibandingkan serat bambu, sedangkan 4. Volume/berat, cm3/g 0,785 1,458
kadar selulosanya lebih tinggi. Seperti telah 5. Berat jenis, g/cm3 1,273 0,686
diuraikan di atas, bahwa hal tersebut disebabkan
karena proses pemasakan serat bambu hanya Tabel 4 menunjukkan bahwa volume komposit
menggunakan soda kostik dengan konsentrasi serat bambu adalah lebih besar dibandingkan
yang lebih rendah dibanding pemasakan komposit pulp bambu. Hal ini sesuai dengan
pulp, sehingga lignin, abu dan ekstraktif yang ketebalan komposit yang dihasilkan, yaitu lebih
terkandung di dalamnya tidak semuanya dapat tebal, namun berat jenisnya lebih kecil/ringan.
didegradasi/dilarutkan. Adapun kadar air pulp Diketahui pula bahwa tebal dan volume komposit
dan serat tersebut masih di bawah 7%, sehingga epoksi/serat bambu pada diameter yang sama
diharapkan tidak berpengaruh pada pembuatan adalah sekitar dua kali lebih besar dibanding
komposit. Gambar 8 memperlihatkan bahwa epoksi/pulp bambu. Hal ini kemungkinan besar

32
Potensi Serat dan Pulp Bambu untuk
Komposit Peredam Suara : Theresia Mutia, dkk.

terjadi karena bentuk fisik pulp yang lebih 3150 Hz 4000 Hz, yaitu 0,29. Adapun komposit
kompak dibandingkan serat yang lebih bulky, serat bambu pada rentang frekuensi yang sama
sehingga kemungkinan terjadinya rongga udara koefisien absorpsinya adalah 0,83 0,80.
pada komposit epoksi/serat menjadi lebih besar.
Selain hal di atas, kemungkinan besar hal
tersebut disebabkan karena struktur mikro pulp 1,0

dan serat bambu yang berbeda (Gambar 8). Dari


0,8
hasil uji dengan SEM tersebut diketahui bahwa,
material penyusun spesimen pulp pada posisi

Koefisien Absorpsi
0,6
vertikal terlihat adanya rongga udara diantara Pulp Bambu
serat dalam pulp tersebut, sedangkan spesimen 0,4 Serat Bambu
serat bambu pada posisi tersebut tampak lebih
rapat atau kompak dibanding pulp. 0,2

0,0
Koefisien Absorpsi Suara 1000 1250 1500 2000 2500 3150 4000 5000 6300
Frekuensi (Hz)

Pendengaran manusia standar tanggap terhadap


bunyi antara jangkauan frekuensi audio sekitar 20
sampai 20.000 Hz. Pada Umumnya bunyi terdiri Gambar 9. Koefisien Absorpsi Suara Komposit
dari banyak frekuensi, yaitu komponen frekuensi Epoksi/Pulp dan Serat Bambu
rendah, tengah, medium. Frekuensi standar yang
dapat dipilih secara bebas sebagai wakil yang Dari hasil uji koefisien absorpsi suara
penting dalam akustik lingkungan adalah 125, tersebut diperoleh rata-rata koefisien absorbsi
250, 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz atau 128, 256, pada frekuensi standar (1000 Hz 4000 Hz)
512, 1024, 2048, dan 4096 Hz. Adapun peredam dan frekuensi tinggi (5000 Hz 6300 Hz),
suara adalah suatu bahan yang dapat menyerap seperti terlihat pada Tabel 5. Dari Tabel tersebut
energi suara dari suatu sumber suara (Khuriati diketahui bahwa komposit berpenguat serat
dkk., 2006; Beranek dkk., 1992; Setyanto dkk., bambu pada frekuensi standar memberikan
2011; Merve dkk., 2010). koefisien absorpsi suara relatif tinggi dengan
Untuk mengetahui kemampuan material dalam kondisi maksimum = 0,97 pada frekuensi 2500
menyerap suara dilakukan pengukuran dengan Hz (rentang frekuensi berdasarkan kemampuan
menggunakan Tabung Impedansi, pada frekuensi dari sound system atau speaker yang umum
1000 Hz sampai dengan 6300 Hz sesuai kapasitas digunakan adalah 0 2800 Hz). Demikian juga
alat uji. Dengan alat tersebut dapat dihitung pada frekuensi tinggi komposit pulp dan serat
koefisien absorbsi suara normal, yaitu dengan bambu memberikan kondisi maksimum dengan
cara mengukur tekanan suara () yang datang = 0,28 dan 0,77 pada frekuensi 5000 Hz. Dengan
pada permukaan bahan dan dipantulkan. Adapun demikian komposit tersebut telah memenuhi
hasil pengujian dari contoh uji ditampilkan dalam standar minimal koefisien serap bunyi, yaitu
bentuk grafik atau kurva. Grafik grafik ini = 0,25 pada frekuensi acuan (5000 Hz) berdasar
menyatakan hubungan antara parameter akustik ISO 11654:1997 (Setyanto dkk., 2011).
dari material uji, yaitu koefisien absorbsi suara, Serat bambu merupakan serat selulosa dan
dengan parameter fisik dari material uji, yaitu apabila ditinjau dari segi komposisi kimianya,
ukuran dan konfigurasi yang digunakan, disajikan kandungan selulosa alfa bambu untuk pulp
pada Gambar 9. (83,86%) adalah lebih besar dari seratnya
Dari Gambar 9 diketahui bahwa koefisien (66,05%) (Tabel 4). Hal ini memungkinkan
absorpsi komposit pulp bambu cenderung naik rantai molekul polimer selulosa pada pulp bambu
seiring naiknya frekuensi tinggi, yaitu sampai 3150 lebih panjang yang dihubungkan oleh ikatan-
Hz - 5000 Hz, kemudian menurun; sedangkan ikatan hidrogen. Rantai selulosa ini merupakan
untuk komposit serat bambu cenderung naik struktur kristalin yang ditunjang dengan ikatan-
seiring naiknya frekuensi tinggi, yaitu sampai 2500 ikatan kovalen antar unsur-unsurnya. Adanya
Hz, kemudian menurun. Diketahui pula bahwa gugus-gugus hidrogen pada polimer resin Epoksi
komposit pulp bambu memberikan koefisien akan berikatan dengan gugus-gugus aktif pada
absorpsi terbesar pada rentang frekuensi antara selulosa yaitu gugus OH dan CH2OH membentuk

33
Jurnal Selulosa, Vol. 4, No. 1, Juni 2014 : 25 - 36

ikatan hidrogen. Semakin panjang rantai molekul seperti lignin dan hemiselulosa yang merupakan
selulosa maka semakin banyak ikatan kimia pembentuk non kristalin, sehingga serat tidak
yang terjadi dengan polimer resin, sehingga terisi polimer resin atau tidak terdapat ikatan
komposit akan lebih padat dan memungkinkan kimia dengan resin atau ikatan mekanik, maka
pada area macroporous maupun microporous udara dalam serat akan lebih banyak terkandung
terisi penuh oleh ikatan-ikatan kimia. Secara dalam komposit yang memungkinkan volume
visual komposit pulp bambu menunjukkan sifat void dalam komposit serat bambu relatif besar.
yang lebih kompak dan padat, karena derajat Besarnya volume void menunjukkan bahwa sifat
kristalinitas bahan pengisinya lebih tinggi dan porositasnya lebih besar dibandingkan komposit
dimungkinkan beban matriks yang ditransfer ke pulp bambu, sehingga koefisen absorpsi
bahan pengisi melalui antar muka lebih besar, komposit tersebut lebih tinggi. Selain itu, untuk
sehingga ikatan kimia dan ikatan mekanik material yang berpori kemampuan absorbsi suara
antara serat dengan matriks polimer yang bergantung pada volume dan ketebalan, semakin
terjadi lebih kuat. Pada komposit serat bambu, besar volumenya dan semakin tebal material
dimungkinkan ikatan antar muka dengan matriks akan semakin tinggi koefisien absorbsi suara
resin kurang sempurna dibandingkan komposit yang terjadi, sehingga memungkinkan komposit
pulp bambu, karena kandungan selulosanya dengan penguat serat bambu, pada frekuensi
relatif lebih rendah, sehingga resin sebagian standar maupun tinggi memberikan koefisien
menumpuk dan berpolimerisasi pada permukaan absorpsi suara relatif tinggi atau mempunyai
serat, menyebabkan komposit yang dihasilkan daya peredam suara lebih baik daripada komposit
jauh lebih tebal. Oleh karena itu, dari hasil pulp bambu.
pengukuran diperoleh volume komposit serat Secara umum absorber suara dapat
bambu yang lebih besar (Tabel 4), walaupun diklasifikasikan ke dalam 3 golongan, yaitu
komponen berat pulp atau serat bambu dan resin Porous Absorber, Membran Absorber dan Cavity
yang digunakan sama. Absorber, dan komposit serat bambu ini termasuk
Volume tertinggi diperoleh pada komposit Porous Absorber atau bahan yang memiliki
serat bambu, dengan demikian kemungkinan pori-pori dan volumenya adalah jauh lebih besar
porositas komposit serat bambu menjadi lebih dibanding komposit pulp bambu. Melalui pori-
besar dibandingkan komposit pulp bambu. pori ini gelombang suara masuk dan menggetarkan
Porositas tersebut merupakan udara yang molekul udara dalam pori-pori tersebut. Molekul
terperangkap dalam komposit (void). Void dalam udara yang bergetar akan bergesekan dengan
material komposit dapat disebabkan tekanan permukaan bahan dan menghasilkan panas.
yang tidak rata, resin yang menguap, udara yang Absorber ini lebih efektif pada gelombang suara
terperangkap dalam resin pada saat pengadukan, dengan frekuensi tinggi dan panjang gelombang
atau pencampuran yang tidak homogen. pendek (Shoshani, 2011).
Serat bambu sebagai penguat komposit Dari studi pustaka diketahui bahwa koefisien
tersebut masih mengandung senyawa lain absorbsi suara glasswool pada frekuensi suara

Tabel 5. Koefisien Absorpsi Suara Komposit Pulp dan Serat Bambu

Koefisien absopsi suara ()


Komposit Frekuensi (Hz)
Rata-rata Optimum
Standar (1000 4000) 0,18 0,29 (a)
Pulp bambu
Tinggi (5000 6300) 0,22 0,28 (b)
Standar (1000 4000) 0,62 0,97 (c)
Serat bambu
Tinggi (5000 6300) 0,76 0,77 (b)
Keterangan :
a. Pada 3150 4000 Hz
b. Pada 5000 Hz
c. Pada 2500 Hz

34
Potensi Serat dan Pulp Bambu untuk
Komposit Peredam Suara : Theresia Mutia, dkk.

antara 250 Hz sampai 2000 Hz rata-rata adalah koefisien serap bunyi ( = 0,25) pada frekuensi
antara 0,4 sampai dengan 0,8, sedangkan acuan berdasarkan ISO 11654:1997, dengan
koefisien absorbsi suara pada bahan kayu, ubin menggunakan serat dan pulp bambu serta resin
dan dinding pada frekuensi suara antara 125 Hz epoksi. Dengan demikian produk tersebut dapat
sampai dengan 4000 Hz, rata-rata berturut-turut digunakan sebagai peredam suara, terutama
antara 0,06 0,15; 0,4 0,8; dan 0,3 0,7) (Erlina komposit epoksi/serat bambu, karena mampu
Rusmawati; Mediastika, 2005; Shoshani, 2011). meredam suara sampai 97% (pada frekuensi 2500
Adapun gambaran mengenai koefisien absorbsi Hz) dan lebih ringan (berat jenis 0,686 g/cm3).
suara komposit bambu, kayu dan dinding dapat Selain itu, komposit yang dihasilkan lebih ramah
dilihat pada Gambar 10. lingkungan, karena dapat mengurangi pemakaian
Dengan membandingkan koefisien absorpsi serat sintetis dan resin.
suara komposit bambu hasil percobaan di atas
dengan koefisien absorpsi glasswool, kayu DAFTAR PUSTAKA
dan dinding (Gambar 10), diketahui bahwa
komposit serat bambu dengan ketebalan 22 Airna, S., 2011. Hubungan Kebisingan dan
mm menunjukkan yang lebih tinggi daripada Kelelahan Tenaga Kerja Shift Pagi
glasswool, yaitu 0,97 atau mampu menyerap 97% di Bagian Weaving II PT. Dan Liris
suara pada frekuensi 2500 Hz; dan mempunyai Sukoharjo. UNS Digital Library, 2005-2011
nilai yang relatif mendekati koefisien absorpsi UPT.Puskom - UPT. Perpustakaan (diunduh
Oktober 2013)
glasswool pada frekuensi sekitar 2000 Hz. Selain
Anonim, 1976, Vademecum Kehutanan
itu kemampuan untuk mengabsorpsi suara,
Indonesia, Departemen Pertanian, Direktorat
terutama komposit serat bambu adalah lebih Jenderal Kehutanan, Jakarta.
besar daripada kayu dan dinding. Beranek, Leo L., Ver, Istvan L., 1992. Noise and
Vibration Control Engineering: Principle
1,0
and Application, John Wiley and Sons Inc.,
New York
0,8 Chen, W., Y. Yu, P. Li, C. Wang, 2007, Effect
of New Epoxy Matrix for T800 Carbon
Pulp Bambu
Fiber/Epoxy Filament Wound Composites,
Koefisien Absorpsi

0,6
Serat Bambu
Kayu Composite Science and Technology, Vol. 67,
0,4 Dinding 2261 - 2270
Eriningsih, R., Mutia, T., Judawisastra, H., 2011,
0,2
Komposit Sunvisor Tahan Api dari Bahan
0
Baku Serat Nanas, Jurnal Riset Industri, Vol.
1000 2000 4000
V., No. 2,191203
Frekuensi (Hz)
Fitriasari, W., Hermiati, E., 2008, Analisis
Morfologi Serat dan Sifat Fisis-Kimia Enam
Jenis Bambu Sebagai Bahan Baku Pulp dan
Gambar 10. Koefisien Absorbsi Suara Komposit
Kertas, Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Epoksi/Pulp dan Serat Bambu Hutan, 1(2), 67-72
Franck, R. R., 2005, Bast and Other Plant Fibers,
Dari uraian di atas diharapkan serat bambu The Textile Institute, Woodhead Publishing
dapat dimanfaatkan sebagai bahan peredam Ltd., Cambridge England
suara, karena mampu meredam suara sampai Judawisastra, H., Abdulah, A. H. D.,
Ariewahjoedi, B., 2006, Pengaruh Perlakuan
97% dan produknya relatif ringan. Selain itu
Silana Terhadap Kekuatan Geser Komposit
dapat mengurangi pemakaian serat sintetis dan
Serat AlamPoliester, Prosiding Simposium
resin, sehingga lebih ramah lingkungan Nasional Polimer VI, 71-75
ISO 10534-2: Acoustics Determination of sound
KESIMPULAN absorption coefficient and impedance in
impedance tubes Part 2: Transfer-Function
Penelitian ini telah berhasil membuat Method. 1998. International Standardization
komposit yang memenuhi standar minimal Organization

35
Jurnal Selulosa, Vol. 4, No. 1, Juni 2014 : 25 - 36

Khakifirooz, A., Ravanbakhsh, F., Samariha, A., Rusmawati, E., 2010. Penentuan Koefisien
Kiaei, M., 2013. Investigating the Possibility Absorbsi Dengan Metode Dua Mikrofon
of Chemi-mechanical Pulping of Bagasse. pada Tabung Impedansi. Skripsi. Institut
Bioresource, 8(1), 21-30 Teknologi Sepuluh Nopember
Mazumdar, S. K., 2002, Composites Sabri, 2005. Evaluasi Kinerja Akustik Serat
Manufacturing: Material, Product and Alam Sebagai Material Alternatif Pengendali
Processing Engineering, CRC Press, Taylor Kebisingan, Tesis, Institut Teknologi
& Francis Group Bandung
Mediastika, E. C., 2005, Akustika Bangunan: Setyanto, R. H., Priyadithama, I., Maharani,
Prinsip-prinsip dan Penerapannya di N. 2011, Pengaruh Faktor Jenis Kertas,
Indonesia, Erlangga, Jakarta Kerapatan dan Persentase Perekat Terhadap
Merve, K. O., Bunu, U. N., Cevza, C., 2010. Kekuatan Bending Komposit Panel Serap
A Study on the Influence of Fabric Structure Bunyi Berbahan Dasar Limbah Kertas dan
on Sound Absorption Behavior of Spacer Serabut Kelapa, Performa,Vol. 10, No. 2,
Knitted Structures. International Conference 89-94
TEXSCI, September 6-8, Liberec, Czech Shoshani, Y. Z., 2011, Effect of Nonwoven
Republic, Istanbul Technical University, Bacing on the Noise Absorption Capacity
Department of Textile Engineering, Istanbul, of Tufted Carpets. Textile Research Journal,
Turkey 60, 452-456
Miasa, I. M., Sriwijaya, R., 2004, Penelitian Syafii, W., Siregar, I.Z., 2006. Sifat Kimia dan
Sifat Akustik dari Bahan Kertas dan Plastik Dimensi Serat Kayu Mangium (Acacia
Sebagai Penghalang Kebisingan, Media mangium Wild) dari Tiga Provenans, Jurnal
Teknik, No.1, Tahun XXVI, 68-71 Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, Vol. 4. No.
Pasaribu, R. A., Tampubolon, A.P., 2007, Status 1, 29-32
Teknologi Pemanfaatan Serat Kayu Untuk Tampobolon, E., 2010, Pembuatan dan
Bahan Baku Pulp. Workshop Sosialisasi Karakterisasi Papan Serat yang dibuat
Program dan Kegiatan BPHPS Guna dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit-
Mendukung Kebutuhan Riset Hutan Urea Formaldehida, Skripsi. Universitas
Tananam Kayu Pulp dan Jejaring Kerja Sumatera Utara
(tidak dipublikasikan)
Pramono, A. E., 2012, Karakteristik Komposit
Karbon Berbasis Limbah Organik Hasil
Proses Tekan Panas, Disertasi, Universitas
Indonesia

36

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover TRP
    Cover TRP
    Dokumen2 halaman
    Cover TRP
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen2 halaman
    PPT
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Susu Kental Manis Frisian Flag
    Susu Kental Manis Frisian Flag
    Dokumen3 halaman
    Susu Kental Manis Frisian Flag
    debby azhari nasution
    0% (1)
  • Obat Nyamuk Baygon
    Obat Nyamuk Baygon
    Dokumen2 halaman
    Obat Nyamuk Baygon
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen2 halaman
    Bab Iv
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Fransiska PDF
    BAB 2 Fransiska PDF
    Dokumen13 halaman
    BAB 2 Fransiska PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • PAP
    PAP
    Dokumen6 halaman
    PAP
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    Dokumen13 halaman
    Potensi Serat Dan Pulp Bambu PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • PAP
    PAP
    Dokumen6 halaman
    PAP
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Essay
    Essay
    Dokumen5 halaman
    Essay
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • S1 2015 305448 Conclusion PDF
    S1 2015 305448 Conclusion PDF
    Dokumen3 halaman
    S1 2015 305448 Conclusion PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Revisi Proposal Medco 1
    Revisi Proposal Medco 1
    Dokumen15 halaman
    Revisi Proposal Medco 1
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Dafpus
    Dafpus
    Dokumen2 halaman
    Dafpus
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Lampiran A
    Lampiran A
    Dokumen5 halaman
    Lampiran A
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Atk Kelompok 1 GNGL
    Atk Kelompok 1 GNGL
    Dokumen6 halaman
    Atk Kelompok 1 GNGL
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • BAB I KH
    BAB I KH
    Dokumen2 halaman
    BAB I KH
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Daftar Lampiran
    Daftar Lampiran
    Dokumen1 halaman
    Daftar Lampiran
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • BAB IVs
    BAB IVs
    Dokumen20 halaman
    BAB IVs
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen3 halaman
    Bab Iv
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Lampiran B
    Lampiran B
    Dokumen3 halaman
    Lampiran B
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • 1 1 1 SM PDF
    1 1 1 SM PDF
    Dokumen10 halaman
    1 1 1 SM PDF
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • 09e02454 2
    09e02454 2
    Dokumen49 halaman
    09e02454 2
    Sya'roni Imam
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi
    debby azhari nasution
    Belum ada peringkat