Oleh
Nasrulloh Zein Maksum
1414121162
Kelompok 5
I. PENDAHULUAN
dan lain-lain. Tanaman tidak akan pernah lepas dari pada suatu penyakit, penyakit
itu sendiri mempunyai bermacam-macam sifat dan dampak yang ditimbulkan.
Postulat Koch dikemukakan pertama kali oleh Robert Koch (1843-1910). Koch
memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang harus dipenuhi sebelum salah
satu faktor biotik (organisme) dianggap sebagai penyebab penyakit. Dalam
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengenalan tanda dan gejala penyakit tanaman
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui morfologi patogen yang merupakan penyebab suatu penyakit.
2. Mengetahui cara-cara isolasi patogen.
3. Mengetahui dan mempelajari cara-cara penularan penyakit (inokulasi buatan
).
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanaman yang
terdapat gejala penyakit, kloroks, aquades, alkohol, media PDA, dan tanaman cabai
yang sehat.
1.
2.
Lakukan disinfeksi pada permukaan bagian tanaman yang akan diambil, untuk
jaringan tebal dilap dengan alkohol 70%, lakukan pemotongan pada pebatasan
daerah yang sakit dan sehat.
3.
Untuk jaringan tipis, disediakan tiga cawan petri steril, caawan 1 diisi air,
cawan 2 diisi larutan klorok 0,5%, caawan 3 diisi air. Potong bagian tanaman pada
perbatasan daerah yang sakit dan sehat, kemudian dimasukkan ke dalam cawan 1
selama 30 detik, lalu dimasukkan ke cawan 2 selama 2 menit, lalu dimasukkan ke
cawan 3 selama 30 detik. Setelah itu dikeringkan di atas tisu.
4. Penyakit yang disebabkan jamur, potongan langsung dimasukkan ke dalam
media PDA (inkubasi).
4.
Penyakit yang disebabkan bakteri, potongan dimasukkan ke dalam air steril 10
ml, dihomogenkan lalu suspensinya digoreskan pada media PDA dengan
menggunakan jarum ose.
5.
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat mulai tumbuhnya jamur
ataupun bakteri yang diisolasi, warna koloni, gambar/foto bentuk koloni.
b.
Pengamatan mikroskopis
1.
2.
Jamur diambil dengan menggunakan jarum pentul, diletakkan di atas kaca
preparat yang sudah ditetesi air kemudian ditutup dengan menggunakan kaca
preparat.
3.
c.
Inokulasi penempelan
1.
2.
3.
Buah uji (cabai) disiapkan, disusun sedotan di dalam nampan yang telah
dimasukkan tisu basah lalu letakkan buah cabai diatas sedotan.
4.
Cuplikan jamur diambil yang telah dibor dengan menggunakan jarum ose, lalu
taruh diatas buah cabai, kemudian ditutup sengan selotip agar cuplikan biakan
tidak terjatuh.
5.
6.
I.
Adapun hasil pengamatan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Isolasi patogen
No
Gambar
Keterangan
1.
Hari ke 4 pengamatan terlihat adanya warna hijau dan hitam pada cabai isolasi.
4.
Hari ke 5 pengamatan warna hitam terlihat lebih jelas lagi dan menambah lebar
penyebarannya.
5.
Hari ke 6 pengamatan terlihat warna hitam sebelumnya terlihat lebih luas lagi
sampai potongan tertutupi.
6.
Hari ke 7 pengamatan warna hitam tersebut semakin banyak dan semakin tebal.
b. Inokulasi patogen
No
Gambar
Keterangan
1.
Hari ke 3 pengamatan belum adanya perubahan yang jelas terhadap cabai yang
diinokulasi.
3.
Hari ke 4 pengamatan juga belum nampak gejala, akan tetapi cabai mulai
mengkeriting dan melengkung.
4.
Hari ke 7 pengamatan terlihat jelas bahwa yang menunjukkan gejala akibat patogen
inokulasi pada cabai yang diberi perlakuan dilukai saja.
3.2 Pembahasan
Apabila buah yang masih berwarna hijau terinfeksi, maka gejalanya akan muncul
sampai buah tersebut matang. Infeksi ini disebut dengan istilah laten. Pada biji
dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah
dapat menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan
mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang
menimbulkan busuk kering berwarna coklat kehitaman(Agrios,1996).
Patogen timbul dari semenjak pembibitan dan bertahan pada tanaman inang yang
lain, seperti tomat, kentang, terong, mentimun ataupun gulma disekitar
pertanaman. Patogen akan bertambah jumlahnya apabila dilakukan penanaman
secara terus menerus tanpa berganti jenis tanaman. Penyakit muncul dari spora
yang dihasilkan pada buah atau daun tanaman yang sakit. Guyuran air menjadi
faktor pendorong penyebaran spora jamur pada partikel tanah. Suhu optimum agar
terjadi infeksi pada buah yaitu 20-24C dengan kondisi kelembaban permukaan
buah yang cukup. Semakin lama periode kelembaban permukaan buah, maka
semakin besar keparahan penyakit antraknosa. Buah yang berada dekat dengan
permukaan tanah adalah yang paling mungkin terkena infeksi melalui kontak tanah
akibat guyuran hujan atau secara langsung. Agen hayati yang sering digunakan
untuk mengendalikan antraknosa adalah Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium
Amorphospongarium, athrobacter dll(Martoredjo,1989).
Penyakit yang disebabkan oleh virus gemini tidak ditularkan karena tanaman
bersinggungan atau terbawa benih. Di lapangan virus ditularkan oleh kutu kebul
Bemisia tabaci atau Bemisia argentifolia. Kutu kebul dewasa yang mengandung
virus dapat menularkan virus selama hidupnya pada waktu dia makan pada
tanaman sehat. Satu kutu kebul cukup untuk menularkan virus. Efisiensi penularan
meningkat dengan bertambahnya jumlah serangga per tanaman. Sifat kutu kebul
yang mampu makan pada banyak jenis tanaman (polifagus) menyebabkan virus ini
menyebar dan menular lebih luas berbagai jenis tanaman. Selain itu, virus gemini
memiliki tanaman inang yang luas dari berbagai tanaman seperti: ageratum,
kacang buncis, kedelai, tomat, tembakau, dll(Sinaga,2006).
Tanaman ini sangat rentan terhadap penyakit baru karena begitu banyak propagul
datang dari situs lepas pantai. Ketika dikirim ke Amerika Serikat tanaman ini bisa
menyimpan patogen tumbuhan berbahaya, seperti Colletotrichum sansevieriae,
atau Sansevieria antraknosa. Patogen ini lebih spesifik untuk Sansevieria dan tidak
akan menginfeksi tanaman lainnya. Penyakit ini pertama kali muncul sebagai
bintik-bintik cokelat kecil yang sering tampak direndam air. Sebagai penyakit
berlangsung bintik-bintik coklat tersebut akan menjadi semakin lebih besar dan
memiliki kemampuan untuk benar-benar meregangkan di seluruh daun. Infeksi
dimulai dari ujung dan berkembang kebawah daun. Kedua daun muda dan dewasa
ditemukan terpengaruh. Pengeringan lengkap daun diamati ketika gejala lanjut
penyakit. Pemeriksaan lebih dekat dari lesi matang mengungkapkan adanya
acervuli hitam kecoklatan yang menjadi karakteristik Colletotrichum sp. Penelitian
lebih lanjut dari karakteristik morfologi mengidentifikasi penyebabnya adalah
Colletotrichum sansevieriae(Tjahjadi,1989).
4. Kerdil Pada Pisang
Penyakit kerdil pisang disebabkan oleh Banana Bunchy Top Virus (BBTV). Gejala
awal ditandai oleh adanya gejala hijau gelap bergaris pada tangkai dan tulang daun
menyerupai sandi morse. Pada lembaran daun di dekat ibu tulang daun terdapat
bercak/garis bengkok hijau gelap. Ketika tanaman semakin tua, pertumbuhan daun
menjadi terhambat, berukuran kecil, kaku dan mengarah ke atas, tanaman menjadi
kerdil. Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui vektor Pentalonia
negronervosacoq. Gejalanya adalah daun muda tampak lebih tegak, pendek, lebih
sempit dan tangkainya lebih pendek dari yang normal, daun menguning sepanjang
tepi lalu mengering, daun menjadi rapuh dan mudah patah, Tanaman terlambat
pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsunya.
Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun
dengan membersihkan tanaman inang seperti abaca (Musa textiles),Heliconia spp
danCanna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada
tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik untuk
mengendalikan vektor terutama di pesemaian.
Penyakit secara lokal ditularkan oleh kutu daun (Pentalonia negronervosa) yang
tersebar pada tanaman sakit maupun pada tanaman sehat. Kutu ini biasanya
tampak pada pangkal batang semu di permukaan tanah, diantara pelepah daun,
juga pada anakan muda yang baru muncul di permukaan tanah. Pada kondisi
lingkungan yang cocok, kutu daun juga ditemukan pada puncakbatang semu,
berkelompok di sekitar leher daun dan pangkal tangkai daun. Embun madu yang
dihasilkan kutu akan menarik semut untuk datang, sehingga kehadiran semut
merupakan awal terdapatnya kutu daun. Penyebaran jarak jauh biasanya terjadi
melalui
perpindahan bibit.
Gejala bervariasi dan timbul pada bermacam-macam umur tanaman. Pada pangkal
daun kedua atau ketiga, apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya
tembus, akan tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus.
Pada punggung tangkai daun sering terdapat garir-garis hijau tua. Kadang-kadang
tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi.
Selanjutnya daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih
pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun
menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daundaun membentuk roset pada ujung batang palsu.
Morfologi dan daur hidup dikenal sebagai Bunchy Top Virus atau Banana Virus 1.
Sampai sekarang sifat virus tersebut belum diketahui dan belum dapat dimurnikan.
Mudah disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun. Tidak dapat ditularkan
melalui alat pertanian atau cairan tanaman sakit.
Perkembangan pernyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan
keadaan yang terlindung. Di dataran tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih
baik. Di Indonesia penyakit ini tersebar di Lampung, Jawa, Bali, Kalimantan Barat,
Jayapura, dan semua negara penghasil pisang(Tjahjadi,1989).
Gejala serangan dapat dilihat secara fisiologis, tanaman mati serentak secara
cepat. Serangan awal ditandai adanya gejala bercak putih pada daun, selanjutnya
akan terbentuk lekukan ke dalam (invaginasi), berlubang dan patah karena terkuai
tepat pada bercak tersebut. Jika serangan berlanjut akan membentuk koloni konidia
berwarna merah muda, lalu berubah menjadi cokelat tua, dan akhirnya menjadi
kehitaman. Umbi akan membusuk serta daun mengering (Sumartini,2010).
Penyakit kudis pada tanaman jeruk umumnya disebabkan oleh jamur Sphaceloma
fawceti, penyakit ini menyerang pada bagian yg diserang adalah daun, tangkai atau
buah. Gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini adalah bercak kecil jernih yg
berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Penyakit kudis pada tanaman
jeruk dapat dikendalikan dengan cara pemangkasan teratur untuk memperlancar
masuknya sinar matahari pada bagia-bagia buah yang tertutupi oleh
daun(Semangun, 1996).
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.Penyakit tanaman sangat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman budidaya
sehingga menyebabkan hasil yang tidak maksimal.
2. Gejala penyakit tanaman bermacam-macam jika tidak paham akan mengira
gejala awal suatu penyakit akan sama dengan penyakit yang lain.
3.Jika diketahui penyakit maka akan diketahui pestisida dengan bahan aktif yang
tepat dalam pengendalian.
4.Penyakit disebabkan oleh virus,jamur dan bakteri.
5.Patogen suatu penyakit dapat dicegah dengan metode tertentu sebelum terjadi
serangan.
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, Meity Suradji. 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
NZM CHANNEL at 10:50
Share
No comments:
Post a Comment
Home
View web version
About Me
My photo
NZM CHANNEL