Anda di halaman 1dari 30

laporan

Wednesday, 20 April 2016

Penyakit tanaman yang ada di Lampung

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada praktikum kali ini kita akan Pengenalan Penyakit Penting Tanaman Utama di
Lampung ini di maksudkan untuk melihat tanaman apa saja yang menjadi
komoditas penting yang terdapat di lampung. Mengetahui jenis penyakit yang
menyerang tanaman denagn cara melihat gejala, biologis, dan penyebab penyakit
tersebut.

Penyakit tanaman pengertian secara umum yaitu gangguan pada tanaman yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing
nematoda. Terjadinya penyakit dapat dilihat dari gejala yang tampak pada
tanaman. Ini membuat tata penamaan sesuai dengan gejala yang di timbulkan.

Oleh sebab itu, kita akan mempelajari lebih jauh tentang tanaman yang penting di
Lampung. Sehingga dapat di lakukan pengendalian yang tepat. Maka hasil
tanaman penting yang ada menghasilkan kualitas dan jumlah yang diinginkan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini ialah;


1. Mengetahui jenis penyakit penting tanaman utama di Lampung.
2. Mengetahui gejala, biologi, dan cara pengendaliannya.

II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ialah pisau, alat tulis, dan kamera.
Sedangkan bahan yang digunakan ialah spesimen tanaman yaitu Jamur Akar
Putih, Busuk Pangkal Batang, Layu Fusarium, Layu Bakteri, Kerdil, Busuk Buah
kako,Virus Tungro, Blast Padi, Bulai Jagung, Gosong Bengkak, Busuk Pangkal
Batang dan Karat Daun Kopi
.

2.2 Prosedur

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum ialah;


1. Diamati gejala penyakit tanaman yang ada.
2. Ditulis nama penyakit dan patogen penyebabnya.
3. Digambar gejala penyakit tanaman yang ada
4. Ditulis biologi dan cara pengendaliannya.
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan praktikum ini ialah;

NO. FOTO GAMBAR KETERANGAN


1.

Jamur Akar Putih


Rigidoporus
lignosus

2.
Busuk Pangkal
Batang
Ganoderma
boninensis
3.
Layu Fusarium
Fusarium
oxysporum

4.
Layu Bakteri
Ralstonia
solanacearum

5.
Kerdil
Bunchy top virus

6.
Busuk Buah
Phythophtora
palmivora

7.
Virus Tungro
Rice Tungro
Bacilliform Virus

8.
Blast Padi
Pyricularia grisea

9.

Bulai Jagung
Perenosclerospora
maydis

10.
Gosong Bengkak
Ustilago maydis
11.

Busuk Pangkal Batang


Phythophtora capsici

12.
Karat Daun Kopi
Hemileia vastatrix
3.2.Pembahasan

3.1.1 Jamur Akar Putih pada Karet

Kingdom : Fungi
Fillum :Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Subkelas : Agaricomycetidae
Ordo : Polyporales
Family : Meripilaceae
Genus : Rigidoporus
Spesies : Rigidoporus lignosus
Penyebab

1. Lahan yang dipenuhi oleh sisa-sisa tanaman hutan atau bekas tanaman karet
yang tidak dicabut dan dibakar yang menjadi sarang koloni JAP.
2. Tanaman yang telah terinfeksi tidak di isolasi sehingga akar yang terkena JAP
dapat kontak dengan akar tanaman karet yang sehat.
3. Spora jamur yang ada di sekitar perkebunan terbawa angin dan hewan yang
dapat menularkan tanaman lain.
4. Areal yang memang menjadi habitat JAP.
5. Klon karet yang tidak toleran terhadap JAP.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit JAP.

jamur akar putih Rigidoporus lignosus berjangkit dan mengakibatkan banyak


kematian pada pertanaman karet muda yang berumur 2-4 tahun. Masalah tersebut
umumnya timbul setelah suatu kebun karet diremajakan atau suatu hutan
dikonversikan menjadi kebun karet. Timbulnya penyakit akar R. lignosus erat
hubungannya dengan kebersihan lahan. Tunggul atau sisa tebangan pohon, perdu
dan semak yang tertinggal dalam tanah merupakan substrat R. lignosus. Potensi R.
lignosus sangat ditentukan oleh banyaknya tunggul di lahan yang bersangkutan.
Lama bertahan R. lignosus dalam tanah disamping ditentukan oleh hal tersebut
juga ditentukan oleh ikut sertanya organisme renik yang melapukkan tunggul.
Jamur akar putih berkembang dengan baik pada tanah posporus hingga di daerah.
Penularan penyakit terjadi karena adanya kontak antara akar sakit dan sehat atau
adanya miselium yang tumbuh dari food base di sekitar perakaran tanaman sehat.
Lama penularan penyakit pada tanah berpasir dapat bervariasi antara 1-2 tahun.

Gejala Serangan

1. Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka
maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih
kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit
dilepas.
2. Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat.
3. Tanaman yang terserang jamur akar putih daun-daunya terlihat kusam,
permukaan daun menelungkup, layu dan gugur, adakalanya tanaman membentuk
bunga/buah lebih awal.
4. Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup
waktunya berbuah dan bertajuk tipis. an.
5. Serangan lebih lanjut akan membentuk badan buah berbentuk setengah
lingkaran yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah berwarna pink dengan
tepi berwarna kuning muda atau keputihan.
6. Daun berwarna hijau gelap dan kusam serta keriput, dengan permukaan daun
menelungkup
7. Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya bukan waktu
yang tepat untuk berbuah dengan tajuk tipis

Pengendalian dapat dilakukan dengan;


1. Pembongkaran atau pemusnahan tunggul akar tanaman.
2. Penanaman bibit sehat.
3. Pemupukan yang rutin agar tanaman sehat.
4. Menanam klon yang tahan
5. Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.
6. Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat.
7. Membersikan sumber infeksi
8. Mencegah meluasnya penyakit dalam kebun

3.1.2 Busuk Pangkal Batang pada Kelapa Sawit

Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyparales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma boninense

Penyebab

Ganoderma boninense tergolong ke dalam filum Basidiomycota dan famili


Ganodermataceae .Jamur G. boninense mempunyai basidiokarp yang sangat
bervariasi ada yang dimidiate atau stipitate, ada yang bertangkai atau tidak,
tumbuh horizontal atau vertikal, ada yang rata atau mengembung, dan ada yang
terbentuk lingkaran konsentris. Basidiokarp dapat mencapai 17 cm, jari-jari 12 cm
dengan tebal 2 cm (Treu 1998). Konveks atau permukaan atas licin seperti pernis
dengan warna kehitaman sampai cokelat. Dalam pertumbuhannya daerah
perbatasan akan berwarna oranye kuning serta putih pada ujungnya. Permukaan
pori berwarna putih hingga krem dengan kerapatan 4-5/mm. Tebal kutis 0,07 mm,
biasanya dilapisi lapisan tipis oranye atau kuning. Kutis ini
mengandung hymenoderma dan pada ujung hymenoderma mengandung amyloid.

Gejala

Gejala awal penyakit sulit dideteksi karena perkembangannya yang lambat dan
dikarenakan gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk
mengidentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah,
konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan. Gejala utama
penyakit Ganoderma adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi
hijau pucat dan busuk pada batang tanaman. Pada tanaman belum menghasilkan,
gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti
dengan nekrosis yang menyebar ke seluruh daun. Pada tanaman dewasa, semua
pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak
membuka (terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati

Saat gejala pada tajuk muncul, biasanya setengah dari jaringan didalam pangkal
batang sudah mati oleh Ganoderma.Sebagai tambahan, gejala internal ditandai
dengan busuk pangkal batang muncul. Dalam jaringan yang busuk, luka terlihat
dari area berwarna coklat muda diikuti dengan area gelap seperti bayangan pita,
yang umumnya disebutzonareaksi

Secara mikroskopik, gejala internal dari akar yang terserang Ganoderma sama
dengan batang yang terinfeksi. Jaringan korteks dari akar yang terinfeksi berubah
menjadi coklat sampai putih. Pada serangan lanjutan, jaringan korteks menjadi
rapuh dan mudah hancur. Jaringan stele akar terinfeksi menjadi hitam pada
serangan berat. Hifa umumnya berada pada jaringan korteks, endodermis, perisel,
xilem dan floem. Tanda lain dari penyakit ialah munculnya tubuh buah atau
basidiokarp pada pangkal batang kelapa sawit. Tidak hanya di tanah mineral, di
tanah gambut perkembangan penyakit Ganoderma juga lebih cepat. Laju infeksi
yang lebih cepat ini diduga akibat peran mekanisme lain
penyebaran Ganoderma yang melalui basidiospora

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan antara lain:

a. Menggunakan tanah bebas Ganoderma


b. Sanitasi tanaman terinfeksi dengan cara membuang bole dan akar mencacah
dan membakar beserta bagian atas tanaman
c. Menyisip tanaman dengan lubang tanam
d. Pengendalian hayati yaitu perlakuan bibit dengan jamur antagonis
(Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.)
e. Pemanfaatan tanaman yang toleran terhadap serangan Ganoderma. 3.
Pembuatan parit isolasi untuk tanaman terinfeksi, dan
f. Pemusnahan inokulum dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan
tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar.
Tanaman inang jamur Ganoderma boninense ialah kelapa sawit, sedangkan
sebagai inang altenatifnya ialah manggis tetapi dengan spesies jamur berbeda
yaitu Ganoderma pseudoferreum.
1.2.3 Layu Fusarium pada Pisang

Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium oxysporum

Penyebab
Penyakit layu fusarium disebabkan jamur Fusarium Oxysporum f. Sp Cubense
(FOC). Penyakit ini menular melalui tanah (soil borne), menyerang akar dan
masuk ke dalam bonggol pisang. Di dalam bonggol ini jamur merusak pembuluh
sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati. merupakan salah satu
penyakit yang paling ditakuti terutama oleh petani hortikultura karena berpotensi
menimbulkan kerugian besar. Bahkan tidak jarang penyakit ini menjadi penyebab
kegagalan budidaya. Pada tingkat serangan tinggi, penyakit layu fusarium bisa
menghabisi seluruh tanaman, terutama terjadi pada musim hujan dan areal
pertanaman mudah tergenang air.

Gejala
Fusarium oxyporum yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi
pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi
antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut
tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat
bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke
lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang,
maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan
penyakit ini (Irzayanti, 2008)
Pengendalian
Pengendalian Teknis
Lakukan penggiliran tanaman dengan tanaman yang tidak rentan terhadap
serangan Fusarium oxysporum. Pengolahan lahan dengan pencangkulan dan
pembalikan tanah, agar bibit penyakit terkena sinar matahari. Pengapuran lahan
untuk meningkatkan pH tanah.

Pengendalian Mekanis
Sanitasi kebun untuk menjaga kelembaban areal pertanaman. Penyiangan secara
rutin terhadap gulma atau tanaman penggangu. Musnahkan tanaman terserang,
usahakan agar tanah pada tanaman terserang tidak tercecer. Masukkan tanaman
dalam wadah agar tanahnya tidak tercecer. Peri kapur pada bekas tanaman yang
dicabut.

Pengendalian Organik
Secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan,

Pengendalian Kimiawi
Meskipun cendawan ini tergolong resisten terhadap bahan aktif pestisida,

Tanaman inang yang dijangkiti penyakit Layu Fusarium ialah pisang, dan
diketahui bahwa inang alternatifnya ialah tomat.

1.2.4 Layu Bakteri pada Pisang

Klasifikasi
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Gracilicutes
Kelas : Proteobacteria
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Ralstonia solanacearum

Gejala
Gejala tampak menjelang tumbuhnya. Daun muda dari ibu tulang daun ke tepi
daun tampak berwarna coklat kekuning-kuningan. Kondisi ini berlangsung hingga
buah menjelang masak. Satu minggu setelah gejala pertama, semua daun tua
menguning dan kering lalu menjadi coklat dan tanaman menjadi layu. Jantung
pisang mengerut dan kering. Perkembangan buah terlambat, di mana pada saat
buah hampir masak buah berwarna kuning coklat dan busuk, daging buah
menjadi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung
banyak bakteri. Selanjutnya apabila batang dipotong melintang akan
mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau kurang sedap
(Hadiyanti, 2003).
Gejala pada batang menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Pada
serangan berat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhenti sama sekali dan
dalam waktu singkat tanaman mejadi layu, akhirnya mati. Buah yang terserang
berwarna kuning kecoklatan, nampak seperti hangus, busuk, kemudian gugur
(Gaumann, 1921).

Pengendalian penyakit layu bakteri:


1. Gunakan bibit sehat: Sama prosedurnya dengan persiapan bibit sehat untuk
mengendalikan penyakit layu fusarium.
2. Lakukan sanitasi lahan yaitu disarankan tidak melakukan tumpang sari atau
menanam pisang di lahan bekas pertanaman tomat, jahe, terung, rimbang/tekokak,
meniran, leunca dan kelompok tomat-tomatan lainnya. Tanaman-tanaman tersebut
diduga menjadi inang sementara bakteri R solanacearum.
3. Membuat drainase di kebun.
4. Pengendalian serangga penular: Basmi serangga ulat penggulung
daun Erionata thrax L, pembasmian dapat dilakukan secara mekanis. Serangga
lainnya yang diduga sebagai perantara adalah Chloropidae, Platypezidae dan
Drosophilidae.
5. Pemakaian jenis pisang tahan: Pisang Raja Kinalun dengan nama lokal
pisang Perancis, atau pisang Sepatu Amora yaitu sejenis pisang kepok yang tidak
mempunyai jantung, sehingga terhindar dari penyakit layu bakteri yang
disebarkan oleh serangga.
6. Pembungkusan buah dengan plastik transparan untuk menghalangi
kedatangan serangga penular. Dilakukan saat keluar jantung atau paling lama saat
sisir pertama muncul.
7. Jangan membawa atau memindahkan bahan tanaman (bibit) dari lokasi yang
telah terserang ke lokasi/daerah yang masih bebas penyakit.
8. Sterilisasi alat: Sama prosedurnya dengan pengendalikan penyakit layu
fusarium.
9. Eradikasi: Sama prosedurnya dengan pengendalikan penyakit layu fusarium.

1.2.5 Kerdil pada Pisang

Gejala Serangan

Gejala bervariasi dan timbul pada bermacam-macam umur tanaman. Pada pangkal
daun kedua atau ketiga, apabila dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya
tembus, akan tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus.
Pada punggung tangkai daun sering terdapat garir-garis hijau tua. Kadang-kadang
tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi.
Selanjutnya daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih
pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun
menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-
daun membentuk roset pada ujung batang palsu.

Pengendalian

Cara Kultur Teknis


Menanam bibit dari rumpun yang sehat
Sanitasi/Eradikasi.
Sanitasi kebun dengan membersihkan tanaman inang.
Pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang
dapat hidup.
Cara Kimia
Pengendalian vector dengan insektisida sistemik, terutama di
pembibitan/pesemaian.

Daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari
biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan
mudah patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk
roset pada ujung batang palsu.
Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun
dengan membersihkan tanaman inang seperti (Musa textiles), Heliconia spp dan
Canna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada
tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik
untuk mengendalikan vektor terutama di pesemaian (Agrios, 1995).

1.2.6 Busuk Buah pada Kakao

Klasifikasi
Kingdom : Stramenophiles
Kelas : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophtora palmivora Butler

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phythophtora palmivora. Penyakit busuk buah
kakao adalah salah satu penyakit penting yang sering menyerang tanaman kakao.
Cendawan Phythoptora palmivora sebenarnya juga dapat menginfeksi pada
bagian tanaman kakao lainnya seperti batang, daun, tunas, bahkan bunga. Dampak
negatif serangan pada bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika
cendawan ini menginfeksi buah.

Gejala
1.Infeksi P. palmivora pada buah menunjukkan gejala bercak berwarna kelabu
kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak
mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam.
Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk. Pembentukan spora
terlihat dengan adanya warna putih di atas bercak hitam yang telah meluas.
2. Busuk buah dapat ditemukan pada semua tingkatan buah, sejak buah masih
kecil sampai menjelang masak warna buah berubah, umumnya mulai ujung buah
atau dekat dengan tangkai kemudian meluas keseluruh permukaan buah dan
akhirnya buah menjadi hitam.
3. Kerusakan oleh P. palmivora dapat bervariasi mulai ringan, sedang sampai
buah tidak dapat dipanen. Kerusakan berat bila cendawan ini masuk kedalam buah
dan menyebabkan pembusukan pada biji. Bila menyerang buah pentil,
menyebabkan buah termumifikasi sedangkan serangan pada buah muda
menyebabkan pertumbuhan biji terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna
coklat kehijau-hijauan dan akibatnya mempengaruhi penurunan kualitas biji.

PENGENDALIAN
Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik
pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara
kimiawi
1. Varietas resisten
2. Kultur Teknis : Mengatur kelembaban kebun agar tidak terlalu
tinggi, dengan cara mengatur naungan dan pemangkasan tanaman
kakao. Drainase kebun, diperbaiki agar perkembangan penyakit
terhambat.
Mekanis : Buah-buah yang busuk di pohon diambil dan dikumpulkan, kemudian
dipendam sedalam kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah.
Kimiawi : Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menyemprotkan
fungisida.
Pestisida : Fungisida-fungisida
Pengendalian Secara Biologi : Dengan menggunakan agen hayati dari kelompok
1. Trichoderma harzianum 2. Trichoderma viren

1.2.7. Virus Tungro pada Padi


Klasifikasi
Family : Caulimoviridae
Genus : Tungrovirus
Species : Rice tungro bacilliform virus

Gejala
Penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi,
dimulai dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian
diikuti klorosis di antara vena daun. Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai
anakan sedikit, pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan
panikel yang kecil dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala penyakit akan
persisten pada varietas yang rentan, sedangkan pada varietas yang agak tahan
gejala tidak berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan sehat kembali.

Penyebab
Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi
multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya.
Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix
virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai
keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh
virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan
mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.Penyakit
tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang
Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro
Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan
serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama.

Siklus Penyakit Tungro


Sumber inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta
rumput-inang yang sakit. Serangga penular virus tungro menularkan virus secara
non persisten. Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau
dari spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus.

Pada prinsipnya penyakit tungro tidak dapat dikendalikan secara langsung artinya,
tanaman yang telah terserang tidak dapat disembuhkan. Pengendalian bertujuan
untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau
yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada
terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan
efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi :
1. Waktu tanam tepat
2. Tanam serempak
3. Menanam varietas tahan
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
5. Pemupukan N yang tepat
6. Penggunaan pestisida

1.2.8. Blast pada Padi

Jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. atau Pricularia oryzae ialah penyebab
penyakit blast pada padi. Jamur ini termasuk ke dalam kelompok Ascomycetes.
Konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Jamur ini
bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia.

Gejala
Gejala penyakit blas berupa bercak-bercak pada daun, ruas, malai, dan gabah.Pada
daun padi, berbentuk oval atau elips dengan kedua ujung meruncing, seperti belah
ketupat.
Bagian tengah bercak biasa nya berwarna kelabu atau keputih-putihan, dengan
tepi berwarna coklat atau merah kecoklat-coklatan.Bentuk dan warna bercak
sangat bervariasi tergantung pada lingkungan, umur bercak, dan tingkat ketahanan
varietas padi. Pada varietas padi yang rentan, bercak tidak membentuk tepi yang
jelas dan bercak dikelilingi oleh warna kuning pucat, yang di sebut halo. Blas
yang menyerang pada buku batang padi akan terlihat pada pangkal pelapah daun
yang membusuk, kemudian akan berubah menjadi kehitam-hitaman , dan mudah
patah. Bercak bisa terjadi pada leher malai dan yang terinfeksi berubah menjadi
kehitam-hitaman dan patah, sehingga mengakibatkan malai menjadi hampa.Mirip
gejala serangan beluk.

Pengendalian
Pengendalian penyakit blas (Pyricularia oryzae Cav.) dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Pergiliran tnaman dengan tnaman bukan padi, terutama tanaman yang tidak
menjadi inang.
2. Penanaman varietas padi yang tahan.
3. Pengaturan jarak tanam, yaitu pada setiap beberapa baris dibuat jarak tanam
selebar dua kali jarak tanam biasanya .
4. Pemupukan berimbang
5. Penyemprotan pupuk mikro Silika (Si) dan seng (Zn), misalnya Biomax dan
Zilfo 90 WP yang masing-masing mengandung Silika 20%. Konsentrasi anjuran
untuk BioMax 2 ml/l air dan Zilfo 90 WP 2 g/l air
6. Dan dikombinasikan dengan penyemprotan fungsida yang terdaftar untuk
penyakit blas.
7. Di daerah-daerah yang selalu mengalami serangan berat dapat dilakukan
perlakuan benih dengan fungsida yang sesuai dengan aturan.
1.2.9. Bulai pada Jagung

Klasifikasi
Kingdom : Chromista
Filum : Heterokontophyta
Kelas : Oomycetes
Ordo : Sclerosporales
Famili : Peronosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis

Gejala
Terlihat adanya warna putih sampai kekuningan pada permukaan daun, diikuti
oleh garis-garis klorotik, daun berbentuk kaku, tegak dan menyempit, bentuk
tongkol tidak normal. Ciri lainnya, pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat
lapisan berbulu halus berwarna putih yang terdiri atas konidiofor dan konidium
jamur.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas ke
seluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik
terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh, sehingga semua daun
terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda
umumnya tidak menghasilkan buah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah
tua, buah masih terbentuk tetapi tidak sempurna dan tanaman kerdil.

Penyebab
Penyakit bulai jagung atau Downy Mildew disebabkan oleh cendawan
Peronosclerospora maydis. Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit ini
dapat mencapai 100% pada varietas rentan.Pada tanaman yang sakit akan terlihat
adanya warna putih sampai kekuningan pada permukaan daun, diikuti oleh garis-
garis klorotik, daun berbentuk kaku, tegak dan menyempit, bentuk tongkol tidak
normal. Ciri lainnya, pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat lapisan berbulu
halus berwarna putih yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur.

Pengendalian
Menurut Semangun (1993), pengendalian penyakit bulai yaitu:
1. Penanaman varietas jagung yang tahan terhadap penyakit bulai seperti

2. Segera mencabut tanaman yang menunjukkan gejala penyakit agar tidak


sumber infeksi bagi tanaman di sekitarnya, terutama tanaman yang lebih
muda.
3. Merawat benih dengan metalaksil (ridomil 35 SD).
Tiga cara pengelolaan penyakit bulai dengan menggunakan kultur teknis,
penggunaan fungisida dan penanaman varietas tahan bulai. Hal yang paling
baik dapat digunakan kombinasi dari ketiga pengendalian tersebut
Selain itu, dapat dilakukan aerase dan drainase tanah agar keadaan kebun tidak
lembab. Perlu juga dilakukan pergiliran (rotasi) tanam dengan bukan tanaman
yang sefamili

1.2.10. Gosong pada Jagung

Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Ustilaginomycetes
Ordo : Ustilaginales
Genus : Ustilago
Spesies : Ustilago maydis

Gejala serangan :
Gejala terutama terdapat pada tongkol. Biji-biji yang terinfeksi mambengkak,
membentuk kelenjar (gall, cecidia). Semula kelenjar berwarna putih, tetapi setelah
jamur yang terdapat didalamnya membentuk spora (teliospora), kelenjar berwarna
hitam, dengan kulit yang jernih. Dengan makin membesarnya kelenjar-kelenjar itu
tampak dari luar. Akhirnya pecah dan spora jamur yang berwarna hitam terhambur
keluar. Mesnkipun agak jarang kelenjar mungkin terdapat juga pada batang, daun
dan bunga jantan(Tjahjadi, Nur. 1989).

Tanaman inang : Jagung, sorgum, dan rumput-rumputan.

Penyebab
Faktor yang mendukung perkembangan penyakit gosong ini adalah curah hujan
yang tinggi dan angin kencang, Pupuk Nitrogen yang berlebihan meningkatkan
keparahan penyakit.

Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan cara memusnahkan bagian
tanaman yang terserang, perlakuan benih dengan fungisida dan menanam varietas
tanam jagung yang resisten. Selain itu juga masih banyak pengendalian lain
seperti :
1. Mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara
pengeringan dan irigasi,
2. Memotong bagian tanaman yang terserang kemudian dibakar,
3. Benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata
hingga semua permukaan benih terkena.
Pengendalian berdasarkan taktik dan strategi
Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau
penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi
sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan
seterusnya(Sinaga, Suradji. 2003.)
1.2.11. Busuk Pangkal Batang pada Lada

Jamur Phytophthora capsici adalah patogen penyebab penyakit Busuk Pangkal


Batang pada lada. Penyakit ini sangat ditakuti petani karena dapat menyebar
dengan cepat dan mematikan tanaman dalam waktu singkat (Manohara et al.,
2005)

Kelayuan tanaman menunjukkan serangan telah lanjut. Selain itu, pangkal batang
yang terserang menjadi berwarna hitam. Terdapat lendir kebiruan di
permukaannya apabila keadaan lembab. Dan pada akhirnya tanaman akan mati.
Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian
tengah atau tepi daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna
hitam bergerigi seperti renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar.

Daun-daun sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat
yang berada didekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan.
Apabila selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat
terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen
terjadi pada satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan
kemudian penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyebaran penyakit
akan lebih cepat pada musim hujan, terutama pada pertanaman lada yang disiang
bersih.

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Penggunaan Varietas Natar I yang merupakan salah satu varietas resisten
2. Aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum untuk semua tanaman lada di area
pertanaman
3. Pemupukan N,P,K,Mg dengan perbandingan unsur K lebih tinggi dari N. Unsur
K yang relatif tinggi akan memperkuat jaringan tanaman
4. Sanitasi lahan
5. Penggunaan fungisida

1.2.11.1 Karat Daun pada Kopi


Klasifikasi
Kerajaan :Fungi
Divisi :Basidiomycota
Kelas :Urediniomycetes
Ordo :Uredinales
Genus :Hemileia
Spesies : Hemileia vastatrix

Gejala Serangan Penyakit Karat Daun Kopi


Serangan penyakit karat daun kopi dapat diidentifikasi melalui beberapa gejala
yang sebelumnya muncul dan dapat pada tanaman. Beberapa gejala tersebut
antara lain:
Pada tahap awal serangan, terdapat beberapa bercak pada helaian daun yang
menghadap ke bawah. Bercak tersebut awalnya berwarna kuning muda dan lama
kelamaan berubah menjadi kuning tua.
Bercak ini mula-mula berbentuk bulatan kecil dengan diameter < 0,5 cm dan terus
tumbuh membesar hingga diameter > 5 cm.
Bercak yang tadinya berwarna kuning tua lama kelamaan menjadi c
oklat dan akhirnya mengering.
Pada berbagai stadium serangan, bercak daun dapat dilihat dari daun bagian atas
namun untuk tepung yang berwarna orange jingga yang melingkupi bercak
tersebut hanya dapat dilihat dari helaian daun yang menghadap ke bawah.
Serangan tingkat lanjut dari penyakit ini dapat mengakibatkan daun berguguran
sebelum waktunya, tanaman gundul, dan akhirnya mati.

Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga cerah (bright orange) yang terdiri
atas urediospora jamur. Bercak tua berwarna coklat tua berwarna coklat tua
sampai hitam dan mongering. Daun-daun akhirnya gugur sehingga pohon menjadi
gundul (Semangun, 1990).
Jamur Hemilelia vastatrix yang dapat menginfeksi tanaman kopi lain tanpa
melalui tanaman inang perantara. Jamur ini mempunyai urediospora yang semula
bulat, tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring jeruk. Setelah masak
isinya berwarna jingga, tetapi dindingnya tetap tidak berwarna. Sisi luar yang
cembung mempunyai duri, sedang sisi lainnya tetap halus, ukurannya berkisar
antara 26-40 x 20-30 m.

Siklus hidup jamur ini dimulai dengan perkecambahan urediospora melalui


kuman pori pori pada spora. H. Vastatrix bersifat parasit obligat, yang hanya
dapat hidup jika memarasit jaringan hidup.Penyebaran penyakit ini melalui
urediospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Perkembangan penyakit
dipengaruhi oleh kelembaban, spora yang telah matang dapat disebarkan oleh
angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung
udara.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara berikut;


1. Penggunaan varietas tahan atau toleran
Varietas tahan merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu yang
mudah diterapkan, murah dan tidak mencemari lingkungan. Varietas tanaman kopi
yang dianjurkan adalah S 795, S 1934, USDA 62, Kartika 1 dan 2.
2. Pengendalian secara biologi
Jamur Verticillium adalah hiperparasit (jamur parasiy yang dapat memarasit jamur
lain) pada penyakit karat daun kopi.Urediospora H. Vastatrix berwarna putih pada
pemukaan gejala karat daun. Selain itu, isolat bakteri Bacillus spp dan
Pseudomonas spp yang diisolasidari pertanaman kopi organik di Brazil dilaporkan
berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens hayati dari H.vastatrix.
3. Pengendalian secara kultur teknis
Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menyiangi gulma dua sampai
tiga kali, memupuk dua kali setahun (awal dan akhir musim panen) dengan pypuk
kandang dan NPK yang dosisnya disesuaikan dengan umur tanaman, memangkas
tanaman (pangkas lepas panen, pangkas tunas/cabang tidak produktif dan
menghilangkan tunas tunas air), serta mengatur intensitas naungan.
4. Pengendalian dengan fungisida
Fungisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit karat daun kopi
antara lain fungisida protektan yaitu oksiklorida tembaga, hidroksi tembaga
mankozeb dan kaptafol, serta fungisida sistemik yaitu benomil,triadimefon,
dinikonazol, heksakonazol, propikonazol dan spirokonazol.
5. Karantina
Meskipun H. Vastatrix telah tersebar di dalam maupun luar negeri, namun karena
adanya perbedaan dalam rasnya, sebaiknya diadakan pembatasan dalam
pemasukan bahan tanaman kopi hidup di daerah ataupun negara lain.
IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;


1. Penyakit penting pada tanaman utama di Lampung umumnya dibagi menurut
jenis patogen yang menginfeksi, contohnya jamur, virus, dan bakteri. Selain itu,
terdapat pembagian menurut jenis gejalanya seperti nekrotik, hipoplasia, atau
hiperplasia. Dan menurut letak gejalanya dibagi menjadi lokal dan sistemik.
2. Gejala pada penyakit menyebar melalui tanah, benih, udara, dan air. Gejala
tampak pada usia infeksi yang telah lanjut sehingga umumnya pengendalian sulit
dilakukan.
3. Pengetahuan mengenai bioekologi patogen diperlukan untuk mengefisienkan
pengendalian penyebaran penyakit.
4. Cara pengendalian pada pathogen jamur dilakukan dengan pembakaran dan
penyemprotan fungisida. Pada bakteri dilakukan dengan pencacahan dan
pembakaran seluruh bagian tanaman. Sedangkan virus dengan pembakaran
seluruh tanaman yang telah terinfeksi penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman . Terjemahan dari Plant


Pathology.
Ir. Munzir Busnia. Gajah Mada University Press : Yogyakarta

Chen, D. 1993. Population Structure of Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. In Two


Screening Site and Quantitative Characterization of Major and Minor Resistance
Genes. A Thesis Doctor of Philosophy. Los Banos: University of the Philippines
at. 161p.
Harapan.I,1988.Pengendalian Hama Penyakit Tanaman.Penerapan
Swasembada.Jakarta
Gaumann, 1921. Onderzoekeningen over de bloedziekte der bananaen op Celebes.
I
& II. Madedelingen van het Instituut voor Plantenziekten

Manohara D, Wahyuno D & Noveriza R. 2005. Penyakit busuk pangkal batang


tanaman lada dan strategi pengendaliannya. Perkembangan Teknologi
TRO 17:41-51.

Santoso dan Anggiani Nasution. Pengendalian Penyakit Blas Dan Penyakit


Cendawan Lainnya. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/download/finish/19/485/0.
Semangun, H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. 808 p

Sinaga, Suradji Meity Ir. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Steert.R,B.,1980 .Diagnosis Penyakit Tanaman Terjemahan Imam


Santoso.University Of Arizonza Press.Tuscan,USA.
Tjahjadi, Ir Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai