Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

FISIKA FARMASI

Judul Jurnal
Formulasi and Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu
(Ipomea batatas L.) dengan Suspending Agent CMC Na dan PGS
Sebagai Antihiperkolesterol
Kelompok

: VI (Enam)

Anggota

: 1. Agung Geokistan Dewadita (21154615A)


2. Cakka Kumara V D

(21154623A)

3. Diyah Saptarini

(21154526A)

4. Ignatius Diky Kurniawan

(21154661A)

5. Kris Ayu Wijayaningrum

(21154669A)

6. Nurul Triharyanti

(21154414A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA

Judul Jurnal
Formulasi and Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.)
dengan Suspending Agent CMC Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol

Penulis
Yeyen Nor Fitriani, Cikra INHS, Ninis Yuliati, dan Dyah Aryantini

Asal Perguruan Tinggi


Departemen Farmasi Industri
Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Tahun 2015

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suspensi farmasi merupakan dispersi kasar dimana parikel padat yang
tidak larut terdispersi dalam medium cair. Suspensi dalam farmasi digunakan
dalam berbagai cara, antara lain injeksi intramuskular, tetes mata, oral dan rektal.
Suspensi oral dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat
yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat
menunjukan kelarutan yang sangat minim (Ansel, 1989).
Ubi Cilembu merupakan kultivar ubi jalar merupakan ras lokal asal Jawa
Barat. Ubi Cilembu memiliki kandungan vitamin A yang cukup tinggi. Selain
vitamin A yang tinggi, juga mengandung kalsium, vitamin B1, vitamin B2, niasin,
vitamin C, alkaloid, flavonoid serta saponin. Kandungan kimia diatas juga dapat
menurunkan kolesterol berlebihan.
Ubi Cilembu diformulasikan dalam bentuk suspensi karena ubi cilembu
tidak larut dalam air dan sediaan dalam bentuk suspensi diterima baik oleh para
konsumen dikarenakan penampilan baik dari segi warna ataupun bentuk
wadahnya. Stabilitas sediaan suspensi dipengaruhi oleh komponen-komponen
yang terdapat dalam formulasi tersebut, salah satu adalah zat pensuspensi atau
suspensi agent. Oleh karena itu untuk mendapatkan suspensi yang stabil dan baik
diperlukan penanganan dalam proses pembuatan penyimpanan maupun pemilihan
bahan pensuspensi. Contoh suspending agent yang digunakan adalah CMC Na
(Carboxymethylcellulose Natrium) dan PGS (pulvis gummosus) (Lachman, 1989).
Pengobatan kolesterol salah satunya menggunakan obat tradisional yaitu
ubi Cilembu. Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang sangat
diperlukan oleh tubuh, seperti halnya karbohidrat, protein, vitamin dan mineral
(Harmantp, 2009), akan tetapi lemak yang berlebihhan dapat menyebabkan suatu
timbunan kolesterol abnormal (Nurachmah, 2011). Badan Kesehatan Dunia pada
tahun 2002 mencatat 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterol atau sebesar 7,9%
dari jumlah total kematian di usia muda (Rahmawati, 2010). Di negara
berkembang dari tahun 1990 sampai 2020 diperkirakan angka kematian akibat
PJK akan meningkat 137% pada laki-laki 130% pada wanita, sedangkan di negara
maju diperkirakan peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29%

pada wanita. Oleh karena itu PJK menjadi penyebab kematian dan kecatatan
nomor satu di dunia.
Pembuatan sediaan suspensi

ubi Cilembu sabagai antihiperkolesterol

dimaksudkan untuk membandingkan formula yang mengandung suspending agent


CMC Na (Carboxymethylcellulose natrium) dan PGS (pulvis gummosus) dan
mengevaluasi kestabilan dengan parameter pengamatan meliputi homogenitas,
volume sedimentasi, berat jenis, viskositas, PH dan redispersi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana obat yang kelarutannya kecil di dalam air dapat menyebabkan
ketidakstabilan sediaan farmasi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui evaluasi stabilitas suspensi ubi Cilembu (Ipomoea
batatas

L.)

dengan

suspending

agent

CMC

Na

dan

PGS

sebagai

antihiperkolesterol.
D. Manfaat
Untuk menghasilkan sediaan yang stabil dalam bentuk sediaan cair.
Penggunaan bentuk sediaan obat cair sangat menguntungkan jika
dibandingkan dengan penggunaan sediaan padat, karena sedian cair mudah di
konsumsi oleh anak-anak dan lanjut usia yang mempunyai kesulitan menelan.
Suatu obat dalam bentuk larutan tidak mengalami proses penghancuran dan
pelarutan dalam tubuh, sehingg obat dapat diabsorbsi oleh tubuh dengan cepat dan
mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.

KAJIAN TEORI
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus
dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus
segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan
disebut sebagai emulgator (Joenoes, 1990). Menurut Joenoes (1990), beberapa
faktor penting dalam formulasi sediaan obat bentuk suspensi adalah: 1) derajat
kehalusan partikel yang terdipersi; 2) tidak terbentuk garam kompleks yang tidak
dapat diabsorbsi dari saluran pencernaan; 3) tidak terbentuk kristal/hablur; dan 4)
derajat viskositas cairan
Ubi Cilembu yang ditemukan di Desa Cilembu dpat ditanam di sawah
maupun di lahan kering (Arifin, 2002), mempunyai rasa yang sangat manis
dengan tekstur yang liat setelah dipanggang selama 2-3 jam dalam oven.
Keunggulan rasa ubi tersebut menyebabkan nama Cilembu dipakai sebagai
brand ubi jalar yang mempunyai rasa manis, walaupun dihasilkan dari luar desa
Cilembu. Nama ubi Cilembu kini dikenal luas di seluruh Indonesia, bahkan ubi ini
juga diekspor ke manca negara (Solihat, 2005). Menurut Mayastuti (2002), ubi
Cilembu memiliki kandungan vitamin A dalam bentuk - karoten sebesar 8.509
mg. Suatu jumlah yang cukup tinggi untuk perbaikan gizi bagi mereka yang
kekurangan vitamin A.
Ubi Cilembu merupakan salah satu tanaman ubi jalar yang mempunyai
potensi besar di Indonesia. Ubi Cilembu berpotensi sebagai bahan pangan lokal
sumber karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Selain itu,
peluang perluasan areal panen masih sangat terbuka dan ubi jalar bisa ditanam
sepanjang tahun., baik secara terus menerus, bergantian atau secara tumpang sari.
Ubi Cilembu produksinya melimpah dan memiliki kandungan gizi yang baik
sehingga berpotensi untuk menghasilkan berbagai macam bahan pangan dengan
bahan dasar ubi Cilembu (Khuodori, 2001).
Manfaat Ubi Cilembu sebagai antioksidan yang kuat untuk menetralisir
keganasan radikal bebas, penyebab penuaan dini dan pencetus aneka penyakit
degeneratif seperti kanker dan penyakit jantung sehingga akan meningkatkan daya

tahan dan kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit degeneratif dan juga
sebagai antihiperkolesterol (Anonim, 2010).
CMC Na merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuning, tidak
berbau dan tidak berasa, granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis
(Inchem, 2002). Menurut Tranggono dkk (1991), CMC ini mudah larut dalam air
panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas
yang bersifat balik (reversible). Viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH
larutan, kisaran PH CMC Na adalah 5-11 sedangkan pH optimum adalah 5 dan
jika pH terlalu rendah (<3), CMC Na akan mengendap (Anonymous, 2004). CMC
Na akan terdispersi dalam air, kemudian butir-butir CMC Na yang bersifat
hidrofilik akan menyerap air dan terh=jadi pembengkakan. Air yang sebelumnya
ada di luar granula dan bebas bergerak, tidak dapat bergerak lagi dengan bebas
sehingga keadaan larutan lebih mantap dan terjadi peningkatan viskositas
(Fennema, Karen and Lund, 1996). Hal ini akan menyebabkan partikel-partikel
terperangkap dalam sistem tersebut

dan memperlambat proses pengendapan

karena adanya pengaruh gaya gravitasi. Menurut Fardiaz, dkk (1987), ada empat
sifat fungsional yang penting dari CMC Na yaitu untuk pengental, stabilisator,
pembentuk gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Didalam sistem emulsi
hidrokoloid (CMC Na) tidak berfungsi sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai
senyawa yang memberikan kestabilan.
Pembuatan sediaan suspensi ini diperlukan suspending agent yang
digunakan untuk mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya,
emningkatkan viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspensi. Suspending
agent yang digunakan dalam formulasi sediaan ini adalah PGS (Pulvis
Gummous). PGS ini mempunyai sifat larut hampir sempurna dalam air,
memberikan cairan seperti mucilafe, tidak berwarna atau kekuningan, kental dan
lengket.
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediannya
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memerlukan waktu yang
lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan
dalam jangka waktu yang lama mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil

uraian dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.
Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mengearuhi kestabilan
suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut
optimum (Anonim, 2004). Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan
tersendiri dengan bahan-bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling
penting

untuk

menentukan

suatu

stabilitas

kimia

dan

fisik

serta

mempersatukannya sebelum memformulsdikan menjadi bentuk-bentuk sediaan


(Ansel, 1989). Kestabilan suatu obat dapat dipengaruhi oleh bebera[a faktor antara
lain panas, cahaya, oksigen, kelembaban, pengaruh pH dan mikroorganisme.
Disini kestabilan suatu obat dapat diketahui dengan tepat. (Anonim, 2004).

MEODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian Eksperimen. Adapun alat yang digunakan adalah: 1) oven;
2) loyang; 3) timbangan analitik; 4) pisau; 5) blender; 6) pengayak; 7) beaker
glass 8) batang pengaduk; 9) mortar; 10) stamper; 11) gelas ukur; 12) pipet; 13)
viscometer; 14) pH meter; 15) piknometer; dan 17) kaca objek. Bahan yang
digunakan meliputi: 1) tepung ubi cilembu (ipomea batatas lamk.); 2) bahan
kimia dan bahan lainnya meliputi: (a) CMC Na; (b) tragacant; (c) PGA; (d) gula;
(e) nipagin; (f) essence; dan (g) aquadest.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di LaboratoriumFarmasi Industri Fakultas Farmasi
Institut IlmuKesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari-April 2014.
C. Metode pengumpulan data
Melakukan pengamatan eksperimen untuk mengumpulkan data tentang: 1)
organoleptis; 2) ph; 3) volume sedimentasi; dan 4) redispersi.
D. Metode analisis data
Data dianalisis dengan shelf life dan repeated measures. Menurut PP No.
69 tahun 1999, umur simpan (shelf life) merupakan salah satu informasi yang
wajib dicantumkan pada label kemasan pangan. Umur simpan merupakan jangka
waktu dari produk pangan diproduksi sampai produk tersebut tidak layak
dikonsumsi. Kelayakan produk pangan untuk dikonsumsi dapat dilihat dari
parameter fisik, kimia dan atau mikrobiologi. Selama penyimpanan akan terjadi
perubahan dari parameter tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menduga umur simpan produk pangan adalah metode accelerated shelf life testing
(ASLT).
Repeated Measures digunakan bila akan dilakukan uji beda > 2 kali
pengukuran. Prinsipnya sama dengan paired t test (membandingkan rata-rata dua
sampel yang saling berhubungan), hanya saja pengukuran lebih dari dua kali
untuk teknik ini.

PEMBAHASAN
A. Organoleptis
Hasil pengamatan organoleptis meliputi bau, warna dan rasa yang diamati
setiap 7 hari sekali. Perubahan rasa terjadi akibat adanya reaksi fermentasi.
Fermentasi

adalah

proses

penghasilan

energi

utama

dari

berbagai

mikroorganisme. Hasil pengamatan uji homogenitas formula suspensi ubi


Cilembu dengan suspending agent CMC Na dan PGS menunjukkan hasil
homogenitas yang baik, karena selama penyimpanan tidak mengalamai
perubahan. Hasil data jenis diuji dengan shelf-life, diketahui bahwa formulasi
suspensi dengan suspending agent CMC Na stabil, dengan nilai signifikan
p=0,412 (p>0,05) dan formulasi suspensi dengan suspending agent PGS stabil,
dengan nilai signifikan p=0,835 (p>0,05). Hasil uji statistik dengan menggunakan
analisa repeated measure dapat menunjukkan bahwa berat jenis F1 (CMC Na) dan
F2 (PGS) tidak ada perbedaan dengan nilai signifikan p=0,762 (p<0,05).
Viskositas
Hasil data viskositas diuji dengan shelf-life, pada formulasi suspensi
dengan suspending agent CMC Na stabil, dengan nilai signifikan p=0,163
(p>0,05) dan formulasi suspensi dengan suspending agent PGS stabil, dengan
nilai signifikan p=0,729 (p>0,05). Formulasi suspensi dengan suspending agent
CMC Na mengalami penurunan viskositas selama penyimpanan 30 hari yang
dipengaruhi oleh pH. Formulasi suspending agent PGS cenderung lebih stabil
dibandingan dengan CM C Na, karena suspending agent PGS lebih stabil pada
suasana asam, yaitu pH lebih dari 2 dan juga tahan pemanasan. Hasil uji statistik
dengan menggunakan analisa repeated measure dapat menunjukkan bahwa,
analisa viskositas F1 (CMC Na) dan F2 (PGS) ada perbedaan, hal ini ditunjukan
dengan nilai signifikan p=0,000 (p<0,05).
B. pH
Hasil data pH diuji dengan shelf-life, pada formulasi suspensi dengan
suspending agent CMC Na stabil, dengan nilai signifikan p=0,076 (p>0,05) dan
formulasi suspensi dengan suspending agent PGS stabil, dengan nilai signifikasn
p=0,076 (p>0,05). Formulasi dengan suspending agent CMC Na, pH menurun
dari 6,0 menjadi 3,3, sedangkan formulasi suspendi dengan suspending agent PGS

pH menurun dari 6,1 menjadi 3,0 selama siklus penyimpanan. Hasil uji statistik
dengan menggunakan analisa repeated measure dapat menunjukkan bahwa
analisa pH F1 (CMC Na) dan F2 (PGS) tidak ada perbedaan, hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikan p=0,01 (p<0,05).
C. Volume Sedimentasi
Hasil data volume sedimentasi diuji dengan shelf-life, pada formulasi
suspensi dengan suspending agent CMC Na stabil, dengan nilai signifikan
p=0,156 (p<0,05) dan formulasi suspensi dengan suspending agent PGS stabil,
dengan nilai signifikan p=0,191 (p>0,05). Formulasi suspensi dengan suspending
agent CMC Na menurun dari 1 menjadi 0,57 sedangakan pada formulasi suspensi
dengan suspending agent PGS menurunt dari 1 menjadi 0,47. Hasil uji statistik
dengan menggunakan analisa repeated measure dapat menunjukkan bahwa,
analisa volume sedimentasi F1 (CMC Na) dan F2 (PGS) ada perbedaan, hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikan p=0,000 (p<0,005).
D. Redispersi
Hasi;lpengujian redispersi menunjukkan bahwa kedua formulasi suspensi
tersebut memiliki kemampuan terdispersi kembali dengan mudah. Nilai redispersi
pada kedua formulasi adalah 90%.

SIMPULAN
Stabilitas fisik suspensi ubi cilembu dengan suspending agent CMC Na
pada pengamatan organoleptis, homogenitas, volume sedimentasi (F), berat jenis,
viskositas dan pH stabil selama penyimpanan. Stabilitas fisik suspensi ubi
cilembu dengan suspending agent PGS pada pengamatan pada pengamatan
organoleptis, homogenitas, volume sedimentasi (F), berat jenis, viskositas dan pH
stabil selama penyimpanan. Stabilitas fisik suspense ubi cilembu dengan
suspending agent CMC Na dan PGS pada parameter pengamatan organoleptis,
homogenitas, berat jenis dan kemampuan redispersi, tidak terdapat perbedaan,
sedangkan pH, viskositas dan volume sedimentasi terdapat perbedaan.

Referensi:
Yeyen Nor Fitriani, Cikra INHS, Ninis Yuliati, Dyah Aryantini. (2015). Formulasi
and Evaluasi Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.)
dengan Suspending Agent CMC Na dan PGS Sebagai
Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, Departemen
Farmasi Industri, Fakultas Farmasi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri, Indonesia. Vol. 2. No. 1 (22-26).

Anda mungkin juga menyukai