PENDAHULUAN
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang
untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu.
Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun dan
beraktivitas di siang hari.1
Insomnia umumnya merupakan kondisi sementara atau jangka pendek.
Dalam beberapa kasus, insomnia dapat menjadi kronis. Hal ini sering disebut
sebagai gangguan penyesuaian tidur karena paling sering terjadi dalam konteks
situasional stres akut, seperti pekerjaan baru atau menjelang ujian. Insomnia ini
biasanya hilang ketika stressor hilang atau individu telah beradaptasi dengan
stressor. Namun, insomnia sementara sering berulang ketika tegangan baru atau
serupa muncul dalam kehidupan pasien. 1
Insomnia jangka pendek berlangsung selama 1-6 bulan. Hal ini biasanya
berhubungan dengan faktor-faktor stres yang persisten, dapat situasional (seperti
kematian atau penyakit) atau lingkungan (seperti kebisingan). Insomnia kronis
adalah setiap insomnia yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Hal ini dapat
dikaitkan dengan berbagai kondisi medis dan psikiatri biasanya pada pasien
dengan predisposisi yang mendasari untuk insomnia. 1
Meskipun kurang tidur, banyak pasien dengan insomnia tidak mengeluh
mengantuk di siang hari. Namun, mereka mengeluhkan rasa lelah dan letih,
dengan konsentrasi yang buruk. Bahkan, meskipun tidak mendapatkan tidur
cukup, pasien dengan insomnia seringkali mengalami kesulitan tidur bahkan
untuk tidur siang.
Insomnia kronis juga memiliki banyak konsekuensi kesehatan seperti
berkurangnya kualitas hidup, sebanding dengan yang dialami oleh pasien dengan
kondisi seperti diabetes, arthritis, dan penyakit jantung. Kualitas hidup
meningkat dengan pengobatan tetapi masih tidak mencapai tingkat yang terlihat
Page
pada populasi umum. Selain itu, insomnia kronis dikaitkan dengan terganggunya
kinerja pekerjaan dan sosial. 1
Insomnia merupakan salah satu faktor risiko depresi dan gejala dari
sejumlah gangguan medis, psikiatris, dan tidur. Bahkan, insomnia tampaknya
menjadi
prediksi
sejumlah
gangguan,
termasuk
depresi,
kecemasan,
Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi Tidur
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan
beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola
dunia disebut sebagai irama sirkadian. 1
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses deaktivasi sistem
Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuronneuron di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi. 1
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi
terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut
sebagai pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang
menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral
batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal center). 1
Page
Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak
dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM.
Page
Pola siklus tidur dan bangun adalah bangun sepanjang hari saat cahaya
terang dan tidur sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya
perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata
dan mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nucleus supra
chiasmatic
(NSC).
NSC
akan
mengeluarkan
neurotransmiter
yang
Page
2.2. DEFINISI
Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang
untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu.
Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia
sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan
psikologis.1 Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan.
Gejala-gejala insomnia meliputi:
1. Mempunyai masalah dalam tidur
2. Sering bangun pada malam hari dan kesulitan untuk tidur kembali.
3. Bangun terlalu pagi hari.
4. Merasakan seperti tidak puas dalam tidur.2
Page
Insomnia bisa menjadi suatu masalah yang berat bila dapat menimbulkan
gangguan dalam kehidupan seseorang. Kurang tidur menyebabkan seseorang
selalu menjadi mengantuk pada siang harinya, kurang tenaga untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari dan terkadang seseorang menjadi emosional.
2.3. EPIDEMIOLOGI
Sekitar sepertiga orang dewasa mengalami kesulitan memulai tidur dan
atau mempertahankan tidur dalam setahun, dengan 17% di antaranya
mengakibatkan gangguan kualitas hidup. Sebanyak 95% orang Amerika telah
melaporkan sebuah episode dari insomnia pada beberapa waktu selama hidup
mereka. Di Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk mengalami
insomnia.
Insomnia lebih banyak pada dewasa tua (lansia) dibandingkan dengan dewasa
muda, dengan prevalensi 40-50%. Wanita dilaporkan lebih banyak menderita
insomnia daripada laki-laki.3
2.4 ETIOLOGI
Orang yang sering terjaga dari tidurnya ternyata dapat disebabkan oleh
banyak faktor, walaupun mungkin satu faktor lebih dominan mempengaruhi.
Faktor tersebut antara lain:
a. Gangguan emosional, tekanan batin maupun depresi
Orang yang dalam kesehariannya banyak diliputi oleh tekanan dan
ancaman akan sangat berpotensi untuk insomnia. Hal ini dikarenakan perasaan
batinnya yang tidak tenteram. Orang tersebut akan selalu memikirkan berbagai
kejadian yang telah menimpa dirinya. Seolah tidak menerima kenyatan tentang
mengapa semua tekanan datang padanya dan bagimanapun akan keluar dari
permasalahan akan tetapi tetap tidak bisa. Sehingga tidur pun jadi terganggu
karena pikiran terganggu.
Page
b. Penggunaan obat
Penggunaan obat dalam jumlah yang banyak atau dalam jangka waktu
panjang juga akan mengganggu kegiatan tidur kita. Ada orang yang sangat gemar
mengkomsumsi obat. Sedikit saja badan terasa tidak enak, langsung minum obat,
walaupun tubuh belum benar-benar sakit. Bahkan untuk menjaga tubuh agar
tetap bugar saja juga harus minum obat. Kebiasaan ini dalam jangka panjang
dapat menyebabkan gangguan insomnia, walaupun efek samping obat adalah
mengantuk. Mungkin seketika minum obat akan terasa kantuk, tetapi ketika
malam hari insomnia akan tetap datang.
c. Ketidakmampun untuk beristirahat dengan santai
Tidur membutuhkan suasana yang santai selain dari pada rasa kantuk.
Banyak orang tetap tidak dapat berpikir santai karena pekerjaan yang menumpuk.
Saat pekerjan menumpuk biasanya kita selalu teringat untuk segera
menyelesaikannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh para mahasiswa,
khususnya ketika waktu-waktu menjelang ujian. Hampir tidak ada waktu untuk
beristirahat karena menumpuknya tugas. Sehingga ketika tidur tidak segera tidur,
pikiran masih gelisah terbayang bagaimana jika tugas tidak selesai, sementara
waktu sudah sempit dan tubuh kita juga butuh istirahat guna aktivitas esok hari.
d. Kebiasaan Merokok
Bagi siapapun juga yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya mulai
dikurangi. Merokok selain memberikan efek yang buruk bagi tubuh, juga dapat
menahan keinginan untuk tidur.
e. Suasana Ribut
Kenyamanan tidur juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tenang. Pekerja
pabrik yang selalu bekerja pada suasana bising, ternyata juga mengalami
insomnia ketika di rumah.
Page
dengan interaksi di dalam sistim aktivasi reticular. Contoh adalah bila dilakukan
perangsangan
daerah
formasio
retikularis
akan
menyebabkan
kondisi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Gejala gastrointestinal
2.8 DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap: 5
Page
a.
b.
c.
d.
e.
f.
menentukan pola tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak
dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai tujuan yang sama Anda bisa
mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.
Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu
permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah
juga dilakukan untuk menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang
bisa menyebabkan insomnia.
Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan
pemantauan dan pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak,
pernapasan, nadi, gerakan mata, dan gerakan tubuh. 5
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ 6
Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau
kualitas tidur yang buruk
b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan
didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0) atau
gangguan penyesuaian (F43.2)
2.9 Penatalaksanaan
Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini
umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita
insomnia. 7
Terapi tingkah laku meliputi:
-
latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur.
Strategi ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan
mood.
-
Terapi kognitif.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran
yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau
dalam grup.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat
tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas.
Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol: 7
1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca, menonton
televisi, makan atau bekerja.
2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu 20
menit di tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan tempat tidur
Page
dan pergi ke ruangan lain dan melakukan hal-hal yang membuat santai.
Hindari menonton televisi. Bila sudah merasa mengantuk kembali ke tempat
tidur, namun bila alam 20 menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur,
kembali lakukan hal yang membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat
seseorang dapat tidur.
3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa lama
tidur pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal tidurbangun (kontrol waktu).
4. Tidur siang harus dihindari.
b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :
Menyiapkan
suasana nyaman
pada kamar
untuk
tidur, seperti
menghindari kebisingan
Page
2. Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu
benzodiazepine dan non-benzodiazepine. 7
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Page
Page
Pengaturan Dosis:
Lama Pemberian:
Pemakaian obat anti insomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih
dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2
Page
bulan lamanya.
Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena Psychological
Dependence (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur
dapat ditanggulangi.
Efek Samping
Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur
Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat antiinsomnia (waktu paruh) :
lebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan
Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala hang
over pada pagi harinya dan juga intensifying daytime sleepiness
failure
Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal
enzyme atau produce protein binding displacement sehingga jarang
Perhatian Khusus
Page
Kontraindikasi :
Sleep apneu syndrome
Congestive Heart Failure
Chronic Respiratory Disease
Penggunaan Benzodiazepine pada
wanita
hamil
mempunyai
risiko
BAB III
KESIMPULAN
Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam
mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan
fisiologis yang cukup serius, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.
Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan
berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan
Page
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed:
Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher
2. Marjdono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Edisi ke-11. Dian
Rakyat:Jakarta ; 1988 ; P. 183-92
3. Suroto. Cara Mengendalikan Stres. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
2001.
4. Iskandar Y. Tehnik Penelitian Tidur dengan EEG. Makalah pada: Simposium
Psikiatri Biologik N, Jakarta, 1983.
5. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC
6. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.
Page
7. Sudoyo. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Page