Anda di halaman 1dari 4

BASIC LIFE SUPPORT

NOMOR
DOKUMEN

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN

TANGGAL TERBIT

NOMOR REVISI

HALAMAN

II

DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR

1 APRIL 2013
drg. DAISY NOVIRA, MARS
NIP 19621122 198903 2 001
Basic life support atau bantuan hidup dasar adalah pelayanan atau
tindakan yang di berikan berdasarkan tindakan ABC sebagai berikut:
A (Air way management) pengelolaan jalan pernafasan.
B (Breathing management) pengelolaan fungsi pernafasan.
C (Circulation managemen) pengelolaan sirkulasi.

TUJUAN

Sebagai acuan pelaksananya pengelolaan penderita gawat darurat,


khususnya penanganan batuan hidup dasar menerapkan teori ABC.

KEBIJAKAN

A (Air Way Managemen) pengelolaan jalan pernfasan


Cara melakukan diagnosa dapat dilakukan dengan cara :
LLF (look, listen dan feel yang dilakukan dalam satu gerak)
Melihat gerakan nafasatau pengembangan dada atau retraksi
iga.
Mendengar aliran udara pernafasan.
Merasakan adanya aliran udara pernafasan.
I.

Tindakan yang dilakukan :


Tanpa Alat
1. Membuka jalan nafas dapat dilakukan :
a. Head tilt (dorong kepala belakan).
b. Chin lift manuver (perasat angkat dagu)
c. Jaw thrust manuver (perasat tolak rahang).
Tetapi pada pasien dengan dugaan cidera leher dan kepala
hanya dilakukan jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah
terjadinya gerakan leher.
Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam
rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan
jari.
Kegagalan membuka jalan nafas dengan cara ini perlu difikirkan
hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas daerah faring atau
adanya henti nafas atau apnea, bila hal itu terjadi dengan pasien
yang tidak sadar lakukan peniupan udara melalui mulut bila
dada tidak nampak mengembang maka kemungkinan adanya
sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan Hemlic Manufer.

BASIC LIFE SUPPORT


NOMOR
DOKUMEN
KEBIJAKAN

NOMOR DOKUMEN

NOMOR DOKUMEN

II
2/4
2. Membersihkan Jalan Nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda
asing dalam rongga mulut belakang atau hipo faring
(gumpalan darah, muntahan dan benda asing lainnya) dan
hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur
tulang leher).
Buka mulut dengan jaw trust dan tekan dagu ke
bawah. Bila otot rahang lemas (emaresi manufer).
Gunakan dua jari (jari teunjuk dan jari tengah), yang
bersih atau dibungkus dengan sarung tangan atau
kasa untuk membersihkan atau mengorek semua
benda asing semua benda asing dalam mulut.
3. Mengatasi Sumbatan Nafas Parsial
Dapat digunakan teknik manual trust.
Abdominal trust
Chest trust
Black blow
II. Dengan Menggunakan Alat :
Cara ini dilakukan bila pengelola tanpa alat tidak berhasil
sempurna.
a. Pemasangan pipa (tube).
Dipasang jalan nafas buatan (pipa orofaring, naso faring). Bila
dengan pemasangan jalan nafas buatan tersebut pernafasan
belum juga baik dilakukan pemasangan pipa endotrakeal (ETT).
Pemasangan pipa endotrakeal akan menjamin jalan nafas tetap
terbuka. Menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan
bntuan pernafasan.
b. Penghisap benda cair (suctioning)
Bila terjadi sumbatan jalan nafas karena benda cair, maka
dilakukan penghisapan (suctioning).
Penghisapan dilakukan dengan alat bantu penghisap
(penghisap manual portable, penghisap dengan sumber
listrik).
c. Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafas.
Bila pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan padat pada
daerah hipo faring yang tidak mungkin dilakukan dengan
sapuan jari maka digunakan alat bantu berupa :

BASIC LIFE SUPPORT


NOMOR
DOKUMEN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

NOMOR DOKUMEN

NOMOR DOKUMEN

II

1) Laringoskop
2) Alat Penghisap (Suction)
3) Alat Penjepit (Forcep)
d. Mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka.
Menggunakan pipa orofaring : yang digunakan untuk
mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar
tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas
terutama untuk pasien-pasien yang tidak sadar.
e. Membuka jalan nafas dengan krikotirotomi:
- Krikotirotomi dengan jarum.
- Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan pisau).
Cara ini dipilih bila pada kasus pemesangan pipa endotrakeal
tidak mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan
pisau.
A. AIR WAY MANAGEMENT
1. Melakukan LLF untuk memastikan jalan nafas.
2. Membuka jalan nafas :
Head tilf (dorong kepala ke belakang)
Chin lift manuver (perasat angkat dagu)
Jaw thrust manuver (perasat tolak rahang)
Laringoscoop
3. Membersihkan jalan nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Penghisapan benda cair (suctioning)
Alat penjepit
Abdominal thrust
Chist thrust
Back blow
4. Mempertahankan jalan nafas
Memasang pipa orofaring
Melakukan krikotirotomi.
B. BRATHING MANAGEMENT (Pengelolaan Fungsi Pernafasan)
Diangnosa : ditegakkan bila tidak didapatkan tanda-tanda adanya
pernafasan pada pemeriksaan dengan metode LLF dan telah
dilakukan pengelolaan pada jalan nafas tetapi tetap tidak
didapatkan adanya pernafasan.
Tindakan :
a) Tanpa alat
Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari

mulut ke hidung sebanyak 2X tiupan dan diselingi ekshalasi.

BASIC LIFE SUPPORT


NOMOR
DOKUMEN
PROSEDUR

NOMOR DOKUMEN

NOMOR DOKUMEN

II

4/4

b) Dengan alat
Memberikan pernafasan buatan dengan alat ambu bag (self
inflating bag). Pad alat tersebut dapat pula ditambahkan
oksigen.
Pernafasan buatan dapat pula diberikan dengan menggunakan
ventilator mekanik.
C. CIRCULATION
Memasang infus
Mempertahankan sirkulasi dengan mengatur tetesan infuse
Melakukan pijitan jantung (bila perlu)
Meletakkan pasien dengan posisi shock bila perlu (kaki lebih
tinggi dari kepala
Pasang infuse dua jalur (bila perlu)
Pasang infuse pada intraoseus bila perlu (pada anak).
Memberikan tranfusi darah.
Bantuan Pernafasan Dengan Bantuan Oksigen
a) Penggunaan masker
b) Penggunaan pipa bersayap (flange tube)
c) Penggunaan balon otomatis dan katup searah (the self inflating bag
dan valve device)
d) Penggunaan ventilator mekanik.
Untuk kasus-kasus henti nafas disertai henti jantung dilakukan
resusitasi jantung paru (memberikan pernafasan buatan dengan
atau tanpa alat disertai dengan tindakan piatan jantung luar).
Pada pasien-pasien dengan trauma dan fraktur tulang pada
ekstremitas, maka pemasangan jalur intra vena tidak dilakukan
pada daerah tersebut.

UNIT TERKAIT

1. Sarana dan Prasarana


2. Apotik

Anda mungkin juga menyukai