75
COMMENTS
Pada tanggal 25-27 September 2015 telah terjadi pertemuan akbar di markas besar
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), New York, Amerika Serikat. Adalah Sustainable
Development Summit, yang di dalamnya merupakan kegiatan seremoni pengesahan
dokumen SDGs (Sustainable Development Goals) yang dihadiri perwakilan dari 193
negara.
Pertemuan ini merupakan lanjutan dari kesepakatan dokumen tersebut yang terjadi
pada tanggal 2 Agustus 2015 yang juga berlokasi di New York. Saat itu sebanyak
193 negara anggota PBB mengadopsi secara aklamasi dokumen
berjudul Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable
Development atau Mengalihrupakan Dunia Kita: Agenda Tahun 2030 untuk
Pembangunan Berkelanjutan.
SDG merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada MDGs (Millenium
Development Goals), Tujuan Pembangunan Millenium, yang mulai dijalankan pada
September 2000 dan berakhir di tahun 2015. Adapun target MDGs adalah
tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015 yang
merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai
dalam Deklarasi Milenium. Deklarasi ini diadopsi oleh 189 negara serta
ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September 2000
tersebut.
Deklarasi Millenium berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas
internasional untuk mencapai 8 buah Tujuan Pembangunan Milenium sebagai satu
paket tujuan yang terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Untuk
mengingat kembali, berikut adalah 8 Tujuan Pembangunan Millenium tersebut.
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
1. Tanpa Kemiskinan
4. Pendidikan Berkualitas
menghancurkan sebagian besar sumber daya yang telah menjadi komitmen untuk
berinvestasi dalam pembangunan berkelanjutan.
Pemerintah setempat juga hanya akan berhasil dalam melaksanakan agenda besar
ini jika adanya partisipasi luas yang berkelanjutan dari seluruh pemangku
kepentingan seperti anggota parlemen, pemimpin daerah, masyarakat lokal,
masyarakat sipil, pemuda, komunitas agama, serikat buruh, pelaku bisnis dan
akademisi di seluruh dunia.
Menyambut SDGs, Richard Curtis selaku produser film asal Inggris mengatakan
bahwa jika Global Goals untuk Pembangunan Berkelanjutan ini diketahui oleh orang
dengan baik dan membuat orang peduli mengenai apa yang telah dijanjikan, para
politisi tentunya akan berada dibawah tekanan yang lebih besar untuk
merealisasikannya. Maka ia pun menggagas kesadaran gerakan Global Goals yang
melibatkan tidak hanya dari kalangan selebritis dunia dari masing-masing negara,
tapi juga klub-klub sepakbola terkenal dunia. Untuk Indonesia sendiri, Chelsea Islan
menjadi dutanya.
6.1 pada tahun 2030, mencapai akses universal dan adil terhadap air minum
yang aman dan terjangkau untuk semua
6.2 pada tahun 2030, mencapai akses ke sanitasi yang memadai dan merata dan
kebersihan untuk semua, dan mengakhiri buang air besar terbuka, memberikan
perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan dan orangorang dalam situasi rentan
6.3 pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi,
menghilangkan dumping dan meminimalkan pelepasan bahan kimia berbahaya
dan bahan, mengurangi separuh proporsi air limbah yang tidak diobati, dan
meningkatkan daur ulang dan penggunaan kembali aman dengan x% secara
global
6,4 pada tahun 2030, secara substansial meningkatkan efisiensi penggunaan air
di semua sektor dan menjamin penarikan dan pasokan air tawar yang
berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan air, dan secara substansial
mengurangi jumlah orang yang menderita kelangkaan air
6,5 pada tahun 2030 menerapkan pengelolaan sumber daya air terpadu di
semua tingkatan, termasuk melalui kerjasama lintas batas yang sesuai
6,6 pada tahun 2020 melindungi dan memulihkan ekosistem yang berhubungan
dengan air, termasuk pegunungan, hutan, lahan basah, sungai, dan danau
akuifer
6 huruf a pada tahun 2030, memperluas kerjasama dan pembangunan kapasitas
internasional dukungan untuk negara-negara berkembang dalam air dan
kegiatan sanitasi terkait dan program, termasuk pemanenan air, desalinasi,
efisiensi air, pengolahan air limbah, daur ulang dan teknologi penggunaan
kembali
6.b mendukung dan memperkuat partisipasi masyarakat lokal untuk
meningkatkan pengelolaan air dan sanitasi
PASIR
Pasir Sebagai Media Penyaringan Penyaringan atau filtrasi adalah proses
pemisahan komponen padatan yang terkandung di dalam air dengan
melewatkannya melalui media yang berpori atau bahan berpori lainnya untuk
memisahkan padatan dalam air tersebut baik yang berupa suspensi maupun
koloid. Selain itu, penyaringan juga dapat mengurangi kandungan bakteri, bau,
rasa, mangan, dan besi. Menurut Baker (1948), catatan tertulis paling awal
tentang pengolahan air, sekitar tahun 4000 SM, menyebutkan filtrasi air melalui
pasir dan kerikil. Walaupun sejumlah modifikasi telah dibuat dengan cara yang
aplikasi, filtrasi tetap menjadi salah satu teknologi mendasar terkait dengan
pengolahan air. Digunakannya media filter atau saringan karena merupakan alat
filtrasi atau penyaring yang memisahkan campuran solida likuida dengan media
porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin
padatan tersuspensi yang paling halus. Dan penyaringan ini merupakan proses
pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan, dimana prosesnya bisa
dijadikan sebagai proses awal (primary treatment). Menurut Tjokrokusumo
(1998), pada pengolahan air baku dimana proses koagulasi tidak perlu dilakukan,
maka air baku langsung dapat disaring dengan saringan jenis apa saja termasuk
pasir kasar. Karena saringan kasar mampu menahan material tersuspensi
dengan penetrasi partikel yang cukup dalam, maka saringan kasar mampu