Anda di halaman 1dari 3

Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau

ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan
tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis
mikroskopik dan makroskopik. Jenis makroskopik inilah yang sehari-hari kita
kenal sebagai rumput laut (Taurino-Poncomulyo, 2006).
Propinsi Bali merupakan salah satu penghasil rumput laut di Indonesia. Di
wilayah Bali salah satu wilayah yang pernah menanam rumput laut adalah di
wilayah sawangan. Tetapi di wilayah sawangan tepatnya nusa dua beach sudah
tidak menanam rumput laut kurang lebih 6 tahun lamanya, hal itu dikarenakan
pembangunan pariwisata di daerah ini yang berkembang begitu cepat.
Pembangunan yang menyebabkan berhentinya budidaya di wilayah ini adalah
pembangunan hotel Mulia. Saat ada hotel mulia sebenarnya masih ada kegiatan
menanam tetapi sudah tidak aktif.
Kami sempat mewawancai mantan petani rumput laut yang sekarang telah
beralih profesi. Nama beliau adalah Pak Mawan, Pak Mawan bukan warga asli
sawangan tetapi beliau adalah warga asli Kampial. Setelah tidak bekerja sebagai
petani rumput laut kini Pak Mawan bekerja sebagai nelayan ikan.
Menurut beliau dulu ada 3 jenis rumput laut yang di budidayakan di nusa
dua beach, yaitu rumput laut jenis Eucheuma spinosum, Eucheuma cottonii, dan
Glacilaria sp. Anggota petani yang dulu bekerja disini ada sekitar sebanyak 200
orang petani.
Menurut Pak Mawan dalam pembudidayaan rumput laut kendala-kendala
yang sering ditemui adalah kendala air karena deburan ombak di kawasan selatan
adalah deburan ombak besar sehingga dapat merusak rumput laut, ada juga
penyakit busuk batang yang biasa disebut ice-ice jadi pada kerusakan ini biasanya
batang rumput laut akan hancur dan akan berubah seperti ingus, selain itu pada
dasarnya rumput lautn merupakan makanan semua jenis ikan. Terlebih apalagi
pada bulan Desember hingga Maret ikan barongan akan bertelur dan rumput laut
adalah makanan kesukaan dari anak ikan baronang.

Masa panen dari rumput laut menurut Pak Mawan rata-rata adalah 30 hari
untuk pembibitan, dan maksimal masa tanam rumput laut adalah 42 hari. Untuk
mendapatkan bibit rumput laut yang akan ditanam lagi maka petani menyisakan
setengah dari rumput laut yang ditanam untuk ditanam kembali sebagai bibit
rumput laut selanjutnya. Kadang bibit rumput laut didapat dari Dinas Pertanian
Kabupaten dan kadang juga Pemkab membantu, tetapi harus membuat proposal
bantuan baru bisa mendapatkan bibit rumput laut.
Perlakuan yang diberikan pasca panen adalah rumput laut tersebut dijemur.
Untuk penjemuran, apabila matahari sedang bagus maka waktu penjemuran 2 hari
lamanya sudah kering. Rumput laut yang dijemur tidak boleh terkena hujan agar
warnanya tidak berubah. Ketika rumput laut dijual maka rumput laut yang dijual
adalah rumput laut yang telah kering. Rumput laut yang kering tersebut
dipasarkan oleh pengepul kemudian di ekspor. Rumput laut Eucheuma cottonii
memiliki kualitas ekspor, dan untuk rumput laut yang memiliki banyak peminat
adalah jenis cottonii dan spinosum.
Saat kita bertanya apakah ada pengolahan lebih lanjut setelah dipanen,
menurut Pak Mawan memang dulu ada pelatihan untuk pembuatan produk dari
rumput laut misalnya dodol, donat, dll. Tetapi kendalanya terdapat pada sistem
untuk produksi, kalau misalnya ada pengolahan sarana untuk pengolahan tidak
ada dan juga waktu untuk pengolahan terbatas karena waktu petani sudah habis
untuk bertani rumput laut sedangkan waktu istirahatnya hanya sedikit.
Menurut Pak Mawan nilai jual paling tinggi dari rumput laut jenis cottonii
adalah pada tahun 2004 sampai 2005, harga rumput laut dari petani bisa mencapai
16 ribu per kilo. Saat itu rumput laut harganya lebih tinggi dibanding beras,
berbeda dengan sekarang. Dahulu perbandingan harga rumput laut dengan beras
adalah 1 : 2, jadi harga 1 kg rumput laut sama dengan harga 2 kg beras.
Selain Pak Mawan kami juga sempat mewawancari seorang pemilik usaha
rumput laut yang juga seorang pengepul rumput laut, yaitu bapak Wayan Agus S.
Wiguna, S. Kom.

Pak Agus merupakan generasi kedua dalam usaha rumput laut ini, dia
mulai meneruskan usaha rumput laut sejak tahun 2007. Awalnya dia memulai di
pantai geger, pantai sawangan, pantai gunung payung, dan pantai pandawa tetapi
sama dengan alasan yang dikemukakan oleh Pak Mawan tadi yaitu karena kini
Nusa Dua telah menjadi tempat pariwisata maka Pak Agus berpindah lokasi
budidaya rumput laut di Desa Patas. Beliau mulai budidaya rumput laut di desa
patas sejak tahun 2014.
Nama kelompok tani rumput laut yang di bina oleh Pak Agus di desa patas
adalah kelompok Bina Karya. Dan di desa patas tidak memiliki KWT (Kelompok
Wanita Tani) maupun KLT (Kelompok Laki Tani) karena semua warganya ikut
bertanam.
Di desa patas terdapat tiga jenis rumput laut yaitu rumput laut jenis
Halymenia durvilei, Eucheuma Cottonii, dan Eucheuma spinosum.

Anda mungkin juga menyukai