Anda di halaman 1dari 31

1

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Pada
penyandang DM dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan
semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat
terjadi pada tingkat mikrovaskular (retinopati diabetik, nefropati
diabetik,

neuropati

diabetik,

dan

kardiomiopati)

maupun

makrovaskular (stroke, penyakit jantung koroner, peripheral vascular


disease). (Waspadji, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2009,
2011) Komplikasi lain dari DM dapat berupa kerentanan berlebih
terhadap infeksi akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih,
tuberkulosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian dapat
berkembang menjadi ulkus/gangren diabetik. (Waspadji, 2009)
Ulkus kaki diabetik sampai saat ini menjadi masalah
kesehatan utama di seluruh dunia, karena kasus yang semakin
meningkat, ulkus bersifat kronis dan sulit sembuh, mengalami
infeksi dan iskemia tungkai dengan risiko amputasi bahkan
mengancam jiwa, membutuhkan sumber daya kesehatan yang besar,
sehingga memberi beban sosio-ekonomi bagi pasien, masyarakat,
dan negara. Berbagai metode pengobatan telah dikembangkan
namun sampai saat ini belum memberikan hasil yang memuaskan.
Peningkatan populasi penderita diabetes mellitus (DM),
berdampak pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai

komplikasi kronis DM, dimana sebanyak 15-25% penderita DM


akan mengalami ulkus kaki diabetik di dalam hidup mereka. Di
Amerika Serikat, memproyeksikan jumlah penyandang DM dalam
25 tahun ke depan (antara tahun 2009-2034) akan meningkat 2 kali
lipat dari 23,7 juta menjadi 44,1 juta, biaya perawatan per tahun
meningkat sebanyak 223 miliar dolar dari 113 menjadi 336 miliar
dolar Amerika Serikat. Biaya pengobatan DM dan komplikasinya
pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 116 miliar dolar,
dimana 33% dari biaya tersebut berkaitan dengan pengobatan ulkus
kaki diabetic.
Di Indonesia, berdasarkan laporan Riskesdas 2007 yang
dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, prevalensi nasional
penyakit DM adalah 1,1% (Riskesdas, 2007). Indonesia kini telah
menduduki rangking keempat jumlah penyandang DM terbanyak
setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang diabetes pada tahun
2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan
penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang
DM dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan
7,2 persen di rural. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health
Organisation, WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030 (Pusat Data dan Informasi PERSI, 2012).
B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah hubungan antara kehidupan social pasien dan

ekonomi pasien dengan penyakit yang diderita pasien?


Bagainakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan

penyakit yang diderita pasien?


Bagaimanakah peran petugas pelayanan kesehatan terhadap penyakit
yang diderita pasien?

C. TUJUAN

Tujuan Umum
- Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan social dan
-

ekonomi pasien dengan penyakit yang diderita pasien.


Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekitar

pasien dengan penyakit yang diderita pasien


Untuk mengetahui peran petugas pelayanan kesehatan

terhadap penyakit yang diderita pasien


Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui identifikasi pasien sesuai dengan yang
ditetapkan puskesmas
- Untuk mengetahui identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga
melalui APGAR
- Untuk mengetahui identifikasi faktor sosial ekonomi pasien
melalui SCREEM
- Untuk mengetahui identifikasi faktor keturunan pasien melalui
Genogram
- Untuk mengetahui identifikasi faktor pelayanan kesehatan
- Untuk mengetahui identifikasi perilaku pasien disertai dengan
penyakitnya
- Untuk mengetahui identifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial,
ekonomi, dlsb)

D. MANFAAT
a) Bagi Pasien dan Keluarganya
Memberikan wawasan dan pemahaman kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya serta pentingnya menjaga pola
hidup sehat agar terhindar dari penyakit diabetes mellitus dan
berbagai komplikasinya.

b) Bagi Pelayanan Kesehatan


Manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah
sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap
penyakit diabetes mellitus sehingga dapat mencegah terjadinya
berbagai komplikasi yang ditimbulkannya.
c) Manfaat Bagi Puskesmas

Manfaat home visit ini bagi puskesmas adalah sebagai


pengetahuan dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan
terhadap penyakit diabetes mellitus dan komplikasinya.

BAB II
HASIL KUNJUNGAN
A. STATUS PENDERITA
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. K

Umur

: 52 tahun

Jenis kelamin

: Laki - Laki

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan

: SLTP

Agama

: Islam

Alamat

: Desa Wonokasian RT 13 / RW 4 Kec. Wonoayu.


Kab. Sidoarjo

Suku

: Jawa

Tanggal periksa : 6 Agustus 2016


Terdaftar di BPJS Kesehatan. Faskes Tingkat I : Wonoayu
2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama

luka

b. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien laki-laki usia 52 tahun datang ke Puskesmas
Wonoayu dengan keluhan luka pada telapak kaki kiri sejak 3
tahun yang lalu. Luka awalnya hanya kecil dan semakin lama
semakin meluas dari telapak kaki dan tidak kering-kering.
Pasien tidak menyadari luka tersebut semakin meluas dan tidak
merasakan nyeri pada lukanya tersebut. Luka semakin hari
tampak semakin susah kering dan agak berbau.
c. Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat sakit sebelumnya

: pasien tidak pernah sakit


seperti ini sebelumnya

Riwayat Diabetes mellitus

: ada

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi obat

: disangkal

Riwayat sakit jantung

: disangkal

d. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat keluarga dengan penyakit serupa

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat diabetes mellitus

: ada

e. Riwayat kebiasaan
Pekerjaan sehari-hari pasien adalah menambal dan mengolah
ban truk. Setiap pagi pasien sering minum minuman
penambah stamina yang manis-manis agar tidak merasa cepat
lelah saat bekerja selama 20 tahun bekerja. Saat bekerja
pasien jarang memakai sandal/alas kaki lainnya. Gemar
komsumsi cemilan.
f. Riwayat sosial ekonomi
Pasien merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Pasien
juga merupakan seorang suami yang menjadi tulang
punggung keluarga. Pasien masih menanggung 3 anaknya
yang masih sekolah. Pada saat ini pasien tinggal didaerah
yang tidak begitu padat penduduk. Rumah berukuran 10x15
meter persegi dan letaknya berdempetan dengan rumah
tetangga. Jalan didepan rumah sudah beraspal dan diseberang
rumah pasien terdapat sawah sepanjang jalan. Ventilasi
rumah cukup, cahaya matahari dapat masuk dari sisi depan
dan belakang rumah. Dihalaman rumah, terdapat ban beserta
alat-alat untuk menambal dan mengolah ban truk yang
merupakan pekerjaan pasien sehari-hari.
Pekerjaan

pasien

sehari-hari

adalah

menambal/mengolah ban truk dirumahnya. Pasien memiliki


pendapatan sekitar Rp 12.000.000,00 sebulan dan kadang
lebih. Istri pasien selain berdagang juga sering membantu
pekerjaan pasien setiap pagi. Kebutuhan hidup sehari-hari
seperti membeli bahan makanan, membayar tagihan listrik,
dan membayar tagihan listrik masih tercukupi dibiayai oleh
pasien.
g. Riwayat gizi

Pasien sehari-harinya makan 2-5 kali dengan nasi


sepiring kadang lebih, sayur, dan lauk pauk seperti telur,
tahu, tempe, dan kadang makan daging. Pasien suka
mengemil. Suka minum yang berasa-rasa. Kesan gizi lebih
h. riwayat pengobatan
Pasien menderita diabetes mellitus sejak 15 tahun
yang lalu. Pasien pernah MRS karena gula rendah 6 tahun
yang lalu danrawat inap selama 5 hari. Setelah itu, awalnya
pasien rutin berobat selama beberapa tahun hingga merasa
dirinya sudah lebih baik. Semenjak merasa dirinya sudah
lebih baik, pasien jarang berobat dan tidak menjaga pola
makannya karena pasien disamping semakin sibuk bekerja
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang semakin
meningkat, pasien juga menyepelekan penyakitnya dan tidak
mengetahui berbagai komplikasi dari diabetes mellitus. 3
tahun yang lalu pasien mendapati telapak kaki kirinya luka
kecil tapi tidak dihiraukan oleh pasien. Akhirnya luka
tersebut semakin lama semakin meluas dari telapak kaki,
susah kering, dan berbau tidak enak. Akhirnya dibawa ke
rumah sakit dan setelah itu dibersihkan rutin oleh petugas
dari puskesmas. Semenjak itu pasien menjadi rutin kontrol
berobat, minum obat teratur dan menjaga pola makannya.
Kemudian lambat laun luka dikakinya tersebut membaik.
3. ANAMNESIS SYSTEM
1.Kulit

warna kulit sawo matang, kulit

sakit kepala (-), pusing (-),

gatal (-)
2.Kepala

rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-),


benjolan/borok di kepala (-)

3.Mata

pandangan mata berkunang-

kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman baik


4.Hidung

tersumbat (-), mimisan (-)

5.Telinga

pendengaran

berkurang

(-),

berdengung (-), keluar cairan (-)


6.Mulut

sariawan (-), mulut kering (-),

lidah terasa pahit (-)


7.Tenggorokan

sakit menelan (-), serak

(-)
8.Pernafasan :

sesak nafas (-), batuk lama (-),

mengi (-), batuk darah (-)


9.Kadiovaskuler

berdebar-debar

(-),

nyeri dada (-), ampeg (-)


10. Gastrointestinal :

mual (-), muntah (-),

nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-)


11. Genitourinaria

BAK sering, 2-3 kali

tiap malam, warna biasa


12. Neuropsikiatri

Neurologik

: kejang

(-), lumpuh (-)


Psikiatrik

: emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal :

kaku sendi (-), nyeri

tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)


14. Ekstremitas

Atas

: bengkak (-),

sakit (-)
Bawah

: bengkak (-), sakit (-)

4. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi
kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi

: 90x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 19 x/menit
Suhu

: 36,60C

Tensi

: 130/80 mmHg

Status gizi ( Kurva NCHS ) :


BB

: 72

kg

TB

: 165 cm

BB/(TB)2

= 72/(1.65)2

= 26.66

BMI < 18,5

= Kurang

BMI 18,5 23,9

= Normal

BMI 25 26,9

= Gemuk (gizi lebih)

BMI 27

= Obesitas

Status Gizi = gemuk (gizi lebih)


3. Kulit
Warna

: Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala

: Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak


mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-),
papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells
palsy (-)

4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),
reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung
(-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-),
tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),
cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan

10

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)


9. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P:
A: BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
11. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P :timpani seluruh lapang perut
A :peristaltik (+) normal
12. Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P :nyeri tekan (-)
P :NKCV (-)
13. Ektremitas: palmar eritema (-/-)

11

akral dingin
-

oedem

Status Lokalis : Regio ekstremitas sinistra


Inspeksi : Terdapat cekungan kulit bekas ulkus, rongga (-) pus (-)
bengkak (-) hiperemi (-) nekrosis (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), perabaan hangat, krepitasi (-)

Pulsasi
A.
Dorsalis Pedis
A.
Tibialis Posterior
A.
Poplitea

Kiri
+
+
+

Kanan
+
+
+

14. Sistem genetalia: dalam batas normal


15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal


Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
K 5
5
5

RF

2 2
2

RP -

- -

16. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan

: sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran

: kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek

: appropriate

Psikomotor

: normoaktif

Proses pikir

: bentuk :realistik

Insight

isi

:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus

:koheren

: baik

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

12

Pemeriksaan Gula darah Sewaktu

: tidak dilakukan
Pemeriksaan Gula darah 2 jam

PP
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Gula darah puasa :

tidak dilakukan
Pemeriksaan Asam Urat :

tidak

dilakukan
6. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
Diabetes mellitus tipe 2 + post ulkus diabetikum plantar sinistra
Diagnosis Psikologis
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
Penyakit mengganggu aktivitas sehari-hari. Kurangnya pengetahuan dan
kepedulian dari pasien sehingga pasien jarang kontrol, kurang teratur
minum obat, dan tidak menjaga pola makan.
1. Penatalaksanaan
1. Diabetes Mellitus tipe 2 + post ulkus diabetikum
a. Terapi nutrisi medis

Mengatur pola makan seperti mengganti nasi putih


dengan kentang rebus, mengurangi konsumsi makanan
yang mengandung pemanis seperti minuman botol, roti
dan kue, membatasi konsumsi buah-buahan, mengatur
asupan kalori yang masuk.

b. Farmakologis

Glibenclamide 1 x 5mg

Metformin 3 x 500mg

Rawat luka

13

c. Latihan fisik

Primer (dilaksanakan pada saat 1-2 jam sesudah makan)

Sekunder (dilaksanakan pagi dan sore sebelum mandi)


d. Penyuluhan/edukasi
Menjelaskan kepada pasien bermacam-macan tentang diabetes,
perjalanan penyakit, jenis terapi, pencegahan, pengendalian,
penyulit, resiko, pemantauan glukosa darah, dll.

7. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu
pertama kali membicarakannya kepada istrinya dan mengungkapkan apa yang
diinginkannya dan menjadi keluhannya. Bila pasien merasa kadar gulanya
rendah, pasien selalu mengatakanya kepada istrinya dan kemudian pasien
diambilkan teh hangat manis. Dukungan dari keluarga, dan petugas kesehatan
yang sering memberi penyuluhan kepadanya, sangat memberinya motivasi
untuk sembuh dan teratur minum obat.
PARTNERSHIP
Tuan K menyadari bahwa dirinya mempunyai peran penting
dalam keluarganya, karena pasien merupakan tulang punggung bagi
keluarganya, dimana ke tiga anak-anaknya masih butuh biaya untuk
sekolah.
GROWTH
Tuan K sadar bahwa ia harus bersabar dalam menghadapi
penyakitnya

walaupun

kadang

menganggunya

terutama

dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari.


AFFECTION
Tuan K merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan
keluarga cukup. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah setelah ia
sakit. Ia menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.

14

RESOLVE
Tuan K merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia
dapatkan dari semua anggota keluarganya.
APGAR Tn.K Terhadap Keluarga

Sering/selalu Kadang
-kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali

ke keluarga saya bila saya


menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah


dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima
dan
mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya
mengekspresikan
kasih
sayangnya dan merespon emosi saya
seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya

dan saya membagi waktu bersamasama


Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Jarang/tidak

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. K


adalah 9, Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki
keluarga Tn. K dan keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar
individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.
1.

SCREEM
SUMBER
Sosial

Cultural

PATHOLOGY
Interaksi sosial yang baik antar anggota
keluarga juga dengan saudara partisipasi
mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang
masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

KET
_

15

Religius
Agama menawarkan
pengalaman spiritual yang baik
untuk ketenangan individu yang
tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi

Edukasi

Medical
Pelayanan kesehatan puskesmas
memberikan perhatian khusus
terhadap kasus pasien

kesopanan
Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5
waktu di jalani dengan baik. Dan setiap
sholat sebisa mungkin mereka sholat
bersama. Di dalam rumah pasien juga
memiliki tempat beribadah khusus yang
tidak tercampur dengan ruangan lain.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah
kebawah, untuk kebutuhan primer bisa
terpenuhi
dan
mampu
mencukupi
kebutuhan sekunder tanpa mengabaikan
skala prioritas kebutuhan sehari-hari.
Edukasi yang diberikan oleh dokter di
RSUD dirasa kurang oleh pasien, sehingga
pasien tidak begitu menghiraukan dan
menganggap sepele penyakitnya karena
minimnya
tingkat
kepedulian
dan
pengetahuan pasien tentang penyakitnya
tersebut.
Mampu menggunakan pelayanan kesehatan
yang memadai. Dalam mencari pelayanan
kesehatan pasien biasanya berangkat ke
RSUD Sidoarjo untuk control dan
mendapatkan obat. Dari pihak puskesmas
sendiri ada perawat yang datang ke rumah
pasien untuk merawat luka kaki pasien
tersebut

Keterangan :

Dalam hal sosial, cultural, religius, ekonomi, medical keluarga


Tuan K tidak mengalami masalah karena semua berjalan dengan
baik.

Dalam hal edukasi, Tn K mengalami kesulitan dikarenakan


kurangnya informasi yang diberikan dan minimnya pengetahuan
dan kepedulian mengenai penyakitnya.

8. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Alamat lengkap

: Desa Wonokasian RT 13 / RW 4 Kecamatan


Wonoayu Kab. Sidoarjo

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. K

16

Dibuat tanggal 6 Agustus 2016

Sumber informasi : informasi dari Tn. K


: Laki-laki

: meninggal

: Perempuan

: menninggal

: Pasien
9. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Anak I, 23th

Anak III, 18 th

Istri, 50 th

Anak II, 21 th
Keterangan :

: hubungan baik
: hubungan tidak baik

Hubungan antara Tn. K dan keluarganya baik dan dekat.

17

10. FAKTOR PERILAKU PASIEN


Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat maupun perorangan karena sehat atau tidak
sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, seperti sikap dan
gaya hidup. Perilaku pasien yaitu Tn. K dalam gaya hidup, pasien
kurang rutin control dan minum obat karena menganggap sepele
penyakitnya dan

rutinitasnya yang padat karena pekerjaan.

Disamping itu pasien juga tidak mengatur pola makannya karena


ketidaktahuannya dari penyakitnya tersebut sehingga pasien tidak
menghiraukan anjuran dari dokter. Selain itu pasien memiliki riwayat
merokok sejak kelas 2 SD sampai usia menikah 25 tahun. Pasien tidak
pernah

memiliki

riwayat

minum-minuman

keras

maupun

menggunakan obat-obat terlarang. Sikap pasien terhadap keluarganya


sangat baik dan harmonis, begitu juga terhadap masyarakat di
lingkungan rumahnya. Pasien selalu menjaga hubungan baik dengan
masyarakat sekitar rumahnya dengan cara komunikasi setiap hari. Saat
pasien mengalami masalah, pasien meminta bantuan atau pendapat
anggota keluarganya untuk menemukan solusi agar masalah pasien
dapat terselesaikan segera.
11. FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN
Pada saat pasien berobat ke RSUD, pasien tidak banyak diberitahu
mengenai penyakitnya tersebut. Saat pasien terkena ulkus, puskesmas
Wonoayu memiliki perawat yang bertugas untuk merawat luka pasien
tersebut ke rumahnya hingga luka tersebut membaik.
12. FAKTOR LINGKUNGAN PASIEN
1. Gambaran Lingkungan
Pasien bertempat tinggal di sebuah rumah yang memiliki
ukuran 10 meter x 15 meter di Desa Wonokasian dengan lingkungan

18

sekitarnya yang tidak padat penduduk. Ditinjau dari aspek fisik


lingkungan pasien, pasien tinggal di daerah yang cukup bersih,
ventilasi cukup, akses terhadap air mudah, serta lingkungan yang
subur. Iklim di daerah lingkungan pasien sesuai dengan iklim yang
terjadi di Indonesia. Sedangkan berdasarkan aspek sosiokultural,
pasien dan keluarganya sangat menghargai budaya yang ada di
sekitar mereka, pasien hamper selalu mengikuti acara-acara yang
terkait dengan kebudayaan dan agama seperti pengajian, hajatan,
ataupun acara lainnya. Dalam aspek pendidikan, keluarga pasien
termasuk dalam kategori rendah, pasien merupakan lulusan SLTP,
istri sampai SMA. Sedangkan anak pasien sedang duduk dibangku
SMA dan ada yang sedang kuliah. Sehingga pemahaman dan
kepedulian pasien tentang penyakitnya kurang. Dari aspek ekonomi,
pasien sehari-hari masih dapat bekerja sebagaimana biasanya.
Denah rumah
skala 1 : 1000
10 M
Halaman belakang
Gudang
KM
K.ibadah

meja makan
Dapur

KT. Anak

KT.anak
15 M

R. Tamu
KT. pasien
Teras
Halaman

19

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan
yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan
pasien)
FAKTOR LINGKUNGAN
Tingkat pendidikan rendah

FAKTOR PERILAKU
DERAJAT
rol, tidak teratur minum obat, tidak mengatur pola makan.

KESEHATAN

FAKTOR HEREDITER
Terdapat riwayat DM pada keluarga

FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN


Kurangnya edukasi dari RSUD

20

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Permasalahan yang ditemukan


1. Masalah aktif :
a. Ulkus Diabetikum (Kaki diabetik)
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi
pada kaki yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama
yang mempengaruhi terbentuknya kaki diabetik merupakan
kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik, insufisiensi
vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk
rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak
dirasakan oleh penderita. (Soetjahjo, 1998)
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia
pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati
dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan
berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada
telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi menyebabkan infeksi
mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah
yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetik. (Waspadji, 2009)
Penyelesaian :
Keadaan kaki penyandang DM digolongkan berdasarkan
risiko terjadinya dan risiko besarnya masalah yang mungkin

21

timbul.

Penggolongan

kaki

diabetik

berdasarkan

risiko

terjadinya masalah (Frykberg) yaitu: (Waspadji, 2009)


1) Sensasi normal tanpa deformitas
2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar
tinggi
3) Insensitivitas tanpa deformitas
4) Iskemia tanpa deformitas
5) Kombinasi/complicated
a) Kombinasi insensitivitas, iskemia, dan/atau deformitas
b) Riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.
Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk
pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan
risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai
dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Untuk kaki yang
insensitif, alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi
kaki yang insensitif tersebut. Jika sudah ada deformitas, perlu
perhatian khusus mengenai alas kaki yang dipakai, untuk
meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk kasus dengan
permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar
untuk memperbaiki vaskularisasi kaki. (Waspadji, 2009)
Perawatan luka sejak pertama kali pasien datang
merupakan hal yang harus dikerjakan dengan baik dan teliti.
Evaluasi luka harus dikerjakan secermat mungkin. Klasifikasi
ulkus pedis dilakukan setelah debridement yang adekuat.
Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu
mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh,
dengan demikian akan sangat mengurangi produksi cairan/pus
dari ulkus/gangren. (Waspadji, 2009)
Berbagai terapi topikal dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi mikroba pada luka, seperti cairan salin sebagai

22

pembersih luka, atau iodine encer, senyawa perak sebagai


bagian dari dressing, dll. Demikian pula berbagai cara
debridement

non

surgikal

dapat

dimanfaatkan

untuk

mempercepat pembersihan jaringan nekrotik luka, seperti


preparat enzim. (Waspadji, 2009)
2. Faktor resiko :
a. Perilaku pasien yang tidak rutin minum obat
Awalnya, perilaku pasien dalam hal kepatuhan berobat
sangat kurang dan ke RSUD pun tidak rutin sesuai
jadwal dikarenakan pasien sibuk dengan pekerjaanya
sehingga tidak sempat untuk control. Disamping itu
tingkat pendidikan pasien yang tergolong rendah
sehingga pasien tidak memiliki pengetahuan dan
kepedulian

yang cukup tentang pennyakitnya dan

cenderung meremehkan pennyakit yang dideritanya.


Karena hal itu, gula darah pasien menjadi tidak
terkontrol dan mengalami ulkus pada kakinya. Sejak
kejadian itu pasien sadar akan pentingnya control dan
rutin minum obat.
Penyelesaian :
Keadaan

umum

pasien

harus

diperhatikan

dan

diperbaiki. Kadar glukosa darah diusahakan agar selalu


senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait
hiperglikemia yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Pasien harus diberi edukasi yang baik mengenai status nutrisi
dan hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian gula darah.
Nutrisi yang baik akan membantu kesembuhan luka. Berbagai
hal lain juga harus diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar
albumin serum, kadar Hb dan derajat oksigenasi jaringan serta
fungsi ginjal. (Waspadji, 2009)

23

b. Edukasi yang kurang mengenai pengobatan diabetes mellitus


Perilaku pasien dalam hal kepatuhan berobat awalnya
sangat kurang, Pasien tidak mengetahui mengenai bahaya
penyakit pasien bila tidak diobati dan hubungannya dengan
kesembuhan luka di kakinya. Pasien tidak rutin minum obat
dengan alasan sibuk karena pekerjaannya dan tidak menahu
tentang pennyakitnnya
Penyelesaian :
Edukasi sangat penting untuk semua tahap pengelolaan
kaki diabetik. Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM
dan ulkus/gangren diabetik maupun keluarganya diharapkan
akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang
diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. (Waspadji,
2009)
B. Intervensi dalam bentuk Gant Chart
Tabel Prioritas Jalan Keluar
No
1

Masalah
Edukasi yang

Efektivitas
I

Efesiensi
C

Hasil
P = MxIxV
C
20

15

kurang mengenai
pengobatan
2

diabetes mellitus
Perilaku
pasien
yang tidak rutin
minum obat dan
gizi yang kurang

Keterangan :
P
: Prioritas jalan keluar
M
: Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
I
V

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)


: Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
: Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

24

C
: Cost,
biaya Pembuatan
yang diperlukan
Rencana
Kegiatan
edukasi yang kurang mengenai pengobatan diabetes mellitus
No.

Kegiatan

Sasaran

PROLANIS
( aktifitas
konsultasi
medis/eduka
si, Home
Visit,
Reminder,
aktifitas
klub dan
pemantauan
status
kesehatan)

Seluruh
peserta
BPJS
kesehatan
penyanda
ng
penyakit
kronis
(hipertensi
/diabetes)

Penyusunan
acara

Dokter,
perawat,
bidan,gizi,
lab,admin

Target

Mendorong
peserta
penyandang
penyakit
kronis
mencapai
kualitas hidup
optimal
dengan
indikator
75% peserta
terdaftar yang
berkunjung
ke
Faskes
Tingkat
Pertama
memiliki
hasil baik

Volume
Kegiatan

Rincian Kegiatan

Sebulan
sekali

Lokasi
Pelaksana
an

Puskesmas

1. Identifikasi data
pasien-skrining
2. Menentukan
target sasaran
3. Pemetaan faskes
dokter
keluarga/puskesm
as

Terbentuknya Sebulan 2 1. Sosialisasi


kelompok
kali
prolanis kepada
peserta
faskes pengelola
(Klub)
2. Permintaan
PROLANIS
pernyataan
minimal
1
kesediaan
Faskes
jejaring faskes
Pengelola 1
untuk melayani
Klub.
peserta prolanis
3. Sosialisasi
prolanis kepada
peserta
4. Penawaran
ketersediaan
terhadap peserta
penyandang
penyakit kronis
5. Verifikasi data
6. Penyusunan
jadwal & cara
memberi info
jadwal kepada

Puskesmas

25

peserta
7. Mendistribusikan
buku pemantauan
status kesehatan
kepada peserta
terdaftar
PROLANIS
8. Melakukan
rekapitulasi data
peserta terdaftar
3

Pelaksanaan

Peserta
BPJS
pasien
hipertensi/
DM

Terlaksana
Sebulan 1
prolanis
kali
sesuai dengan
1. penyuluhan
perencanaan
mengenai
diabetes
2. olahraga
kebugaran-senam
3. pemeriksaan
kesehatan (tensi,
GDP, GDS)

Evaluasi

Para
1.Penurunan
Sebulan
petugas
angka
sekali
pelaksana
diabetes
an
mellitus
dengan gula
darah yang
tidak
terkontrol
2.Meningkatka
n
pengetahua
n penderita
dan
keluarganya
tentang
pengobatan
diabetes
mellitus
3.Penderita
dapat
menerapkan
dlm
kehidupan
sehari-hari
dan

puskesmas

Puskesmas
1. rekapitulasi data
pemeriksaan
status kesehatan
peserta
2. rekapitulasi data
hasil pencatatan
status kesehatan
awal peserta
3. Melakukan
Monitoring
aktifitas
PROLANIS
4. Menyusun umpan
balik kinerja
Faskes
PROLANIS
5. Membuat laporan
kepada Kantor
Divisi Regional/
Kantor Pusat.
6. Mencari solusi
bila terdapat
kendala

26

keluarganya
dapat
membantu
dan
memberi
dukungan

7. Homevisit kepada
peserta yang tidak
hadir dengan
berbagai alasan

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Segi Biologis :

Tn. K (52 tahun) menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan post ulkus
diabetikum (kaki diabetik)

2. Segi Psikologis :

Tn. K tidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obat karena rendahnya
pengetahuan dan kepedulian terhadap penyakitnya dan sibuk karena
pekerjaannya.

Pengetahuan akan kebutuhan gizi, nutrisi penderita diabetes mellitus yang


kurang baik

Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab

3. Segi Sosial :

Tidak ada masalah dari segi sosial

4. Segi fisik :

Tidak ada masalah dengan rumah dan lingkungan sekitar.

4.2 Saran
1. Untuk masalah medis (ulkus diabetikum) dilakukan langkah-langkah :

Preventif

: rutin minum obat antidiabetes dan makan makanan bergizi

seimbang sehari-hari sesuai dengan anjuran dokter untuk mempercepat


penyembuhan luka di kaki. Latihan fisik yang teratur.

Promotif

: edukasi penderita dan keluarga mengenai diabetes mellitus dan

cara pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.

Kuratif

: saat ini penderita memasuki pengobatan rawat jalan

28

Rehabilitatif : memotivasi kepercayaan diri pasien dan keluarga pasien


sehingga pasien tetap mempunyai keinginan untuk tetap dalam kondisi yang
prima
DAFTAR PUSTAKA

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan


Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
Soetjahjo A. Peranan Neuropati Diabetik. Dalam: Majalah Kedokteran Andalas Vol. 22
No. 1. Juni 1998, h. 2-10.
Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Internal Publishing, 2009

29

LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. Tampak depan rumah pasien

30

Gambar 2. Kamar tidur pasien

Gambar 3. Tempat cuci pasien


Gambar 4. Ruang makan pasien

31

Gambar 5. Kamar mandi pasien

Anda mungkin juga menyukai