Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus Blok Elektif

FENOMENA CYBER PORNOGRAPHY PADA KEJADIAN


KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA.

DISUSUN OLEH:
TRI INTAN SARI 1102013288
BLOK ELEKTIF DOMESTIC VIOLENCE KELOMPOK 6
TUTOR : dr. Zakiyah Bakri
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2016-2017

Abstrak:

Background: According to the UU PKDRT Section III Article 5-9 one form of domestic violence is
psychological violence. In this era of digital technology, Cyber Pornography is one of the crimes that can be
perpetrated by anyone individually, including by a boyfriend/husband against his girlfriend/wife. Women are
most often become victims of this crime. This problem get the attention of the international community. Case
Presentation: A woman reported to LBH APIK about her husband who did Cybercrime to her., Her Husband
uploaded hers naked video and photo when she was in the shower to social media. Her husband uploaded a
photo for 5 day. Discussion and Conclusion: Cyber Pornography committed by a husband against his wife can
be classified as psychological violence, because Cyber pornography can cause psychological impact for the
victim. Indonesia is already set in the UU ITE 2008 no 11 about violation of decency in the media or Cyber
Pornography and defamation.
keyword: woman, Cyber Pornography, Domestic Violence, UU ITE Tahun 2008

LATAR BELAKANG
Di Indonesia, perlindungan terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga.
Berdasarkan jumlah kasus sebesar 321.752 tersebut, jenis kekerasan terhadap perempuan
yang paling menonjol sama seperti tahun sebelumnya adalah KDRT. Sejumlah 305.535 kasus
berasal dari data unduh PA-BADILAG dicatat dalam kekerasan yang terjadi di ranah KDRT.
Sementara dari 16.217 kasus yang masuk dari lembaga layanan mitra Komnas Perempuan,
kekerasan yang terjadi di ranah KDRT tercatat 69% atau 11.207 kasus. Kekerasan terhadap
perempuan dalam ranah KDRT, kekerasan fisik menempati peringkat pertama dengan
persentase 38% atau 4.304 kasus, diikuti dengan kekerasan seksual 30% atau 3.325 kasus,
kekerasan psikis 23% atau 2.607, dan ekonomi 9% atau 971 kasus. (Catatan Tahunan
Komnas Perempuan, 2016)
Kekerasan/Kejahatan sendiri pada era globalisasi tidak hanya berbentuk kekerasan fisik
ataupun psikis, tetapi ada juga dalam bentuk Cyber crime.
Cyber crime merupakan salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan/kekerasan masa
sekarang yang mendapat perhatian luas di dunia internasional. Kejahatan ini merupakan salah
satu sisi gelap dari kemajuan teknologi yang mempunyai dampak negative sangat luas bagi
seluruh bidang kehidupan modern saat ini.
Menurut Gregory (2005) Cybercrime adalah suatu bentuk kejahatan virtual dengan memanfaatkan
media komputer yang terhubung ke internet, dan mengekploitasi komputer lain yang terhubung
dengan internet juga. (Amalia, 2011)

Salah satu bentuk Cyber crime menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan transaksi elektronik adalah Cyber Pornography, yang marak
dilakukan terhadap wanita sebagai korbannya.
Cyber Pornography dapat dilakukan secara individual, seperti penyebaran video porno atau
video serta foto telanjang tubuh wanita sehingga dapat dikonsumsi masyarakat. Dan dapat
dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh pacar atau bahkan suami dan yang menjadi korban
adalah wanita.
Permasalahan ini mendapat perhatian serius dari dunia internasional, yaitu dengan adanya
The first World Congress Against Commercial Sexual Exploitation of Children, Stockholm,
27 - 31 Agustus 1996 dan International Conference on Combatting Child Pornography on
the Internet, Vienna, Hofburg, pada tanggal 29 September - 1 Oktober 1999. (Septiana,
2013).
Undang-undang Cyber Crime telah menjadi undang-undang tertulis di banyak negara dan
telah diperbaiki secara terus-menerus seiring dengan bentuk- bentuk kejahatan yang muncul.
Pemerintah di seluruh dunia berjuang menghadapi masalah yaitu bagaimana menangani apa
yang mereka anggap sebagai informasi yang tidak diinginkan yang tersedia bagi warga
negaranya melalui internet atau cyberspace. (Hanifah, 2009)
Kejahatan pornografi (cyberporn) di Negara Republik Indonesia tentunya sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat Indonesia. Dapat dikatakan teknologi
informasi saat ini telah menjadi pedang bermata dua, selain memberi kontribusi bagi
peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana
efektif perbuatan melawan hukum.

PRESENTASI KASUS

Ny. Y (pelapor) adalah seorang staff administrasi pertanahan pada kantor konsultan yang
sedang kuliah notariat di semarang yang berumur 29 tahun telah melaporkan kejahatan dan
kekerasan yang dilakukan oleh suaminya Tn. V(terlapor) yang berumur 28 tahun. Tn.V telah
melakukan kejahatan dalam bentuk Cybercrime, dengan cara meng-upload foto-foto dan
video pelapor yang sedang mandi (telanjang) sebanyak 5 kali.
Peristiwa berawal dari tanggal 24 november 2014, pelapor melihat di hp suami terdapat fotofoto mesra suami dengan Ny. L (Selingkuhan terlapor) dan perempuan tersebut didapati telah
hamil. Lalu pelapor pun bertengkar dengan terlapor di hadapan keluarga, hingga akhirnya
memilih kembali ke rumah orang tuanya di daerah Kelapa gading.
Terlapor telah menelfon pelapor agar pulang ke rumah, namun pelapor tidak mau kecuali bila
di jemput oleh suaminya. Karena kesal terhadap sikap pelapor, akhirnya, pada tanggal 18
November 2014, terlapor mendatangi pelapor di kantor dan melakukan kekerasan padanya.
Tanggal 10 maret 2015, terlapor mengirim sms kepada pelapor, yang isinya mengenai link
youtube dan menyuruh pelapor untuk membukanya. terlapor mengaku bahwa dia
mendapatkan link tersebut dari seseorang yang bernama Astuti Widyastuti.
Karena tidak mendapat respon dari pelapor untuk membuka link tersebut, link youtube
tersebut di kirimkan oleh terlapor kepada Ny. R (Saksi 1) melalui wall facebook. Kemudian
karena paket internet saksi 1 tidak bisa membuka link tersebut dan isinya foto-foto pelapor
salah satunya terdapat foto bugil dan alat kelamin, saksi 1 meminta Tn. C (Saksi 2) untuk
membuka link tersebut, kemudian mereka langsung menghubungi pelapor.
Selain kepada saksi 1, Tn. V juga mengirimkan link tersebut kepada sepupu pelapor yaitu Ny.
A (Saksi 3) serta kepada Ny. N (Saksi 4) melalui SMS.
Selanjutnya, Ny. Y mengirimkan pesan kepada Ny. L, memberitahu soal link youtube beserta
isi dari link tersebut, dan meminta Ny. L untuk memberitahu, kemudian Ny. L memberitahu
kepada Ny. Y bahwa sudah dihapus videonya dari youtube.
Pada tanggal 11 maret 2015, terlapor mengupload video tersebut ke youtube dan saksi 2
sempat membuka, melihat serta merekam video yang berisi foto-foto pelapor melalui
handphone miliknya. Kemudian, pelapor mengirimkan pesan kembali ke Ny. L untuk
memberitahu videonya ada lagi dan Ny. L memberitahu Tn. V untuk menghapusnya
memberitahu Ny. Y bahwa video tersebut sudah di hapus lagi dari youtube.
Tanggal 12 maret 2015, terlapor mengupload lagi video tersebut ke youtube dan pelapor
meminta bantuan kepada Tn. Y (Saksi 4) untuk memblokir video youtube tersebut. saksi 4
sempat memaki pemilik akun youtube tersebut. Setelah itu, Ternyata Tn. V menelfon Ny. Y
marah-marah dan mengatakan bahwa saksi 4 harus meminta maaf kepada Tn. V.

Pada tanggal 14 maret 2015, terlapor kembali mengupload video tersebut ke youtube dan
saksi 4 sempat membuka, melihat serta mendownload video yang berisi foto-foto telanjang
Ny. Y. Kemudian Ny. Y menelfon kembali Ny. L untuk memberitahu terlapor agar menghapus
video tersebut dari youtube.
Tanggal 15 maret 2015, pada pagi hari ada seseorang tidak di kenal menelfon pelapor
mengaku bernama Raditya, mengatakan bahwa ia melihat video dan foto Ny. Y di youtube.
Kemudian pelapor mengirimkan pesan kembali kepadan Ny. L untuk memberitahu terlapor
untuk menghapus video tersebut lagi.
Karena merasa terkena kekerasan secara psikis atas penyebaran aib yang dilakukan Tn. V,
kemudian Ny. Y pun meminta bantuan ke LBH APIK, dan melaporkan perkara yang sedang
dihadapinya ke POLDA yang lalu dirujuk ke POLRES JAKARTA UTARA.

DISKUSI KASUS
Kekerasan dalam rumah tangga (domestic violence) adalah bentuk penganiayaan (abuse) oleh
suami terhadap istri, baik secara fisik maupun psikologis. Dalam rumusan lain, kekerasan
dalam rumah tangga didefinisikan sebagai setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
secara sendiri atau bersama-sama terhadap seorang perempuan atau terhadap pihak yang
tersubordinasi lainnya dalam lingkup rumah tangga yang mengakibatkan kesengsaraan secara
fisik, seksual, ekonomi, ancaman psikologis termasuk perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang.

Definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga di jelaskan dalam UU NO 23 Tahun 2004 Pasal 1
bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga yang sangat rentan untuk menjadi korban
adalah kaum perempuan, hal ini terjadi karena ketidak mampuan fisik serta tidak memiliki
kekuatan serta kekuasaan dari perempuan, dan masih banyaknya anggapan dari masyarakat
bahwa perempuan kedudukannya lebih rendah dari laki laki.
Pada Pasal 1 ayat (3) Undang Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga menyebutkan, korban adalah orang yang mengalami kekerasan
dan/ancaman kekerasan dalam rumah tangga. Korban yang dimaksud bisa suami, anak,
istri, orang orang yang mempunyai hubungan darah atau kerabat dalam rumah tangga.
Namun yang akan menjadi penekanan dalam pembahasannya adalah perempuan sebagai
korban kekerasan dalam rumah tangga. (Wiantaka et al, 2014 )
Bentuk-bentuk kekerasan sebagaimana diatur dalam UU PKDRT sesungguhnya merupakan
cermin dari berbagai bentuk kekerasan yang sering terjadi dan menjadi fenomena umum di
tengah-tengah masyarakat. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga sebagaimana
disebutkan dalam Bab III pasal 5-9 UU PKDRT ini terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu:

Kekerasan Fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat. Dalam konteks relasi personal, bentuk- bentuk kekerasan fisik yang
dialami

perempuan

korban,

mencakup

antara

lain:

tamparan,

pemukulan,

penjambakan, penginjak- injakan, penendangan, pencekikan, lemparan benda


keras, penyiksaan menggunakan benda tajam, seperti pisau, gunting, setrika
serta pembakaran. Sedangkan dalam konteks kemasyarakatan, kekerasan fisik
terhadap perempuan bisa berupa penyekapan ataupun pemerkosaan terhadap
pembantu perempuan oleh majikan ataupun pengrusakan alat kelamin (genital
mutilation) yang dilakukan atas nama budaya atau kepercayaan tertentu.
Kekerasan Psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau
penderitaan psikis berat pada seseorang. Bentuk kekerasan secara psikologis yang

dialami perempuan, seperti caci makian, penghinaan, bentakan dan ancaman untuk
memunculkan rasa takut.
Kekerasan Seksual. Bentuk kekerasan seksual, seperti pelecehan seksual dan
perkosaan.
(Rahmawaty, 2013)
Pada Kasus Ny. Y yang mendapatkan perlakuan dalam bentuk Cyber Pornography oleh
suaminya sendiri, dapat menyebabkan Kekerasan Psikis, karena Cyber Pornography
merupakan salah satu tindak kriminal atau tindak kejahatan yang sangat merugikan pihak
korban. Ada beberapa kasus cyber crime yang mempunyai dampak lebih besar dari pada
tindak kriminal didunia nyata karena kerugian dari cyber crime berupa data-data yang tidak
ternilai harganya dapat dirusak bahkan dicuri. Selain itu cyber crime tidak hanya memberi
dampak dari segi materiil saja. Akan tetapi juga memberi dampak psikis yakni di bidang
kesusilaan (Nisrina et al, 2015).
Pornografi, pada dasarnya memiliki substansi yang sama, yaitu setiap bahan atau materi yang
mengandung unsur penggambaran hal-hal mengenai seksual, sensualitas, alat kelamin dan
cabul, yang tidak senonoh, melanggar kesusilaan dan dapat merusak moral serta
merendahkan kemanusiaan.
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 282 KUHP, hukum pidana Indonesia melarang
pornografi dalam bentuk apapun
PASAL 282 KUHP:
1) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan, gambaran atau benda,
yang diketahui isinya dan melanggar kesusilaan, atau barangsiapa dengan maksud untuk
disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau
benda tersebut, memasukkan ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri,
atau mempunyai dalam persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan
mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannva atau menunjukkannya sebagai bisa
didapat. Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau denda
paling tinggi tiga ribu rupiah.
2) Barangsiapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan,
gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau barangsiapa dengan maksud untuk
disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikinnya, memasukkannya
ke dalam negeri, meneruskan, mengeluarkannva dan negeri atau mempunyai dalam

persediaan, atau barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa
diminta, menawarkan atau menunjukkan sebagai bisa didapat, diancam jika ada alasan kuat
baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus
rupiah.
3) Kalau yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama, sebagai
pencaharian atau kebiasaan, dapat dijatuhi pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau denda paling banyak lima ribu rupiah.
Namun, sistem hukum pidana yang sekarang berlaku di Indonesia/KUHP sudah tidak dapat
menampung aspirasi masyarakat yang dinamis serta tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat Indonesia.2 Dengan keadaan yang berkembang pada saat ini
terutama dalam hal teknologi, menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penerapan KUHP
terhadap persoalan cyberporn. (Lubis, 2009)
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka diperlukanlah perangkat hukum yang mengatur hal ini.
Sehingga pemerintah akhirnya mengambil langkah nyata membendung arus cyberporn ini
serta cybercrime lainnya, dengan membentuk Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan telah disahkan pada tanggal 21 April 2008.
Ada beberapa ancaman yang dibawa UU ITE tahun 2008 yang berpotensi menimpa
seseorang melakukan pencemaran nama baik dalam bentuk Cyber Pornography tersebut
yaitu ancaman pelanggaran kesusilaan:
Pasal 27 UU ITE TAHUN 2008
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hakmendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.

Pasal 34 UU ITE TAHUN 2008


(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau
memiliki:

perangkat keras atau perangkat lunak Komputer yang dirancang atau

secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 33;
sandi lewat Komputer, Kode Akses, atau hal yang sejenis dengan itu
yang ditujukan agar Sistem Elektronik menjadi dapat diakses dengan tujuan
memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan
Pasal 33.
(2) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan tindak pidana jika ditujukan untuk
melakukan kegiatan penelitian, pengujian Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem
Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak melawan hukum.
Dapat di kenakan sanksi seperti dalam:
Pasal 45 ayat (1) UU ITE TAHUN 2008
(1) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1),
ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 51 ayat (2) UU ITE TAHUN 2008
Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
Dalam pandangan hukum Islam, pengharaman pornografi terkait erat dengan pengaturan
menutup aurat dengan pemahaman tentang perzinahan. Dengan demikian, kriteria porno
dalam

kamus

Islam

adalah

semua

produk

(gambar, tulisan,

suara

dsb)

yang

mempertontonkan, mendeskripsikan, menguraikan segala hal tentang aurat pria dan wanita,

atau proses hubungan rumah tangga tanpa tujuan yang dibenarkan syari seperti untuk
pendidikan, medis, hukum atau penelitian. (Saabah, 2001)
Segala perbuatan-perbuatan yang melanggar kesusilaan dan melecehkan kehormatan seperti
cyberporn dan segala hal yang dapat mengarahkan kepada perzinahan adalah hal yang
diharamkan dalam Islam. Beberapa hal yang diatur dalam hukum Islam yang dapat
digunakan untuk menyimpulkan pengharaman tersebut yakni:
Islam mengharamkan melihat, memperlihatkan aurat dan mengatur tata cara
berbusana.
Islam memerintahkan untuk menjaga kehormatan.
Islam mengharamkan tabarruj (memperlihatkan kecantikan).
Islam mengharamkan qurbuzzina (mendekati perbuatan zina).
Pengharaman zina misalnya, selain tentu saja melarang perbuatan zina itu sendiri, namun alQuran dengan sangat tegas melarang perbuatan-perbuatan yang akan membuat pelakunya
akan berbuat zina karena perbuatan pengantar zina yang dia lakukan. Allah SWT berfirman :

artinya:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS.Al Israa 32)
Allah juga memberi terapi awal agar kaum mukminin terhindarkan dari
perilaku seks menyimpang dalam firman-Nya :


artinya:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi

mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. (Q.S an-Nuur :
30).
Tidak boleh bagi seorang wanita menampakkan aurat, kecuali kepada orang-orang yang
merupakan mahram baginya:



Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (Q.S
an-Nuur : 31)

Begitu pula seorang suami, ia juga berkewajiban menjaga aurat istrinya bukan mengumbarngumbarkan aurat sang istrinya. Suami berkewajiban menyuruhnya berbusana yang menutup
anggota tubuhnya, menyuruhnya berjilbab jika keluar rumah. Dan jika sudah diberi nasehat
dengan cara yang baik, suami boleh memberikan sangsi kepada istrinya yang tetap membuka
auratnya, yaitu dengan pisah ranjang, atau memukulnya dengan pukulan yang tidak
meninggalkan bekas. Karena membuka aurat bagian dari nusyz (meninggalkan salah satu
kewajiban) seorang istri kepada suaminya. Allh Azza wa Jalla berfirman tentang sangsi
nusyz :

Artinya:
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyz maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah
mereka dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu,
maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allh
Maha Tinggi lagi maha besar. (Q.S. An-Nisa (34))

Islam tidak mentoleransi berkembangnya pornografi dan pornoaksi di tengah masyarakat.


Segala tindakan yang dapat mengantarkan masyarakat pada perzinaan dan hancurnya akhlak
masyarakat wajib dihilangkan.
Pelaku cyber pornography jelas telah merusak akhlak, akal dan kehormatan yang merupakan
tujuan dari agama Islam yakni akhlaqul karimah. Jadi, dalam hal ini perbuatan cyber
pornography hukumnya haram. Tidak ada satupun ayat Al-Quran atau Hadist Nabi yang
mengatakan boleh mendekekati zina. Sesuai dengan fatwa MUI tentang pornografi dan
pornoaksi No. 287 tahun 2001, bahwa pornografi dan pornoaksi dalam bentuk apapun
hukumnya haram (Tahido, 2005)

KESIMPULAN
Terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga yang sangat rentan untuk menjadi korban
adalah kaum perempuan, hal ini terjadi karena ketidakmampuan fisik serta tidak memiliki
kekuatan serta kekuasaan dari perempuan, dan masih banyaknya anggapan dari masyarakat
bahwa perempuan kedudukannya lebih rendah dari laki laki. Salah satu kejahatan di Era
Teknologi digital ini adalah Cyber Pornography. Cyber Pornography merupakan salah satu
tindak kriminal atau tindak kejahatan yang sangat merugikan. Cyber Pornography dapat
dilakukan oleh siapa saja atau individual yang bertujuan untuk mempertontonkan lekukan
tubuh telanjang seorang wanita dan mencemarkan nama baik wanita tersebut, termasuk pada
kasus ini dilakukan oleh suami dan yang menjadi korban adalah istrinya sendiri.
Di Indonesia telah di resmikan UU ITE tahun 2008 yang berpotensi menimpa seseorang
melakukan pencemaran nama baik dalam bentuk Cyber Pornography tersebut yaitu ancaman
pelanggaran kesusilaan Pasal 27, Pasal 34, Pasal 45, serta Pasal 51.
Menurut Hukum Islam perbuatan Pornografi dalam bentuk apapun, termasuk Cyber
Pornography, Haram dilakukan. Karena Islam mengajarkan untuk manusia menutup auratnya,
khususnya perempuan. Bahkan, dalam Islam diajarkan kewajiban suami adalah menjaga aurat
Istrinya. Selain karena mempertontonkan aurat seseorang, Cyber Pornography juga bisa
mendekatkan diri pada zinah, yang jelas dilarang dalam Q.S Al- Israa ayat 32 dan Fatwa MUI
tahun 2001.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D. 2011. KASUS CYBERCRIME DI INDONESIA. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi 18(2):186 .
Hanifah, A. 2009. Pengaturan Penegakan Hukum Terhadap Pornografi di Internet
(CyberPorn) Sebagai Kejahatan Mayantara. Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Surakarta.
Komisi Nasional Perempuan. 2016. Catatan Tahunan Komnas Perempuan. Maret.
Jakarta.
Lubis, H. 2009. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap CyberPorn Pada UU RI
Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Skripsi Program Sarjana Strata
Satu Ilmu Hukum Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Nisrina, A. M, Rois. L, Dwi. R, Kurniyanto, dan A, Gatia. 2015. Dampak Psikologi
Kriminal Terhadap Kejahatan Cyber Sex di Bandung: 03.
Rahmawaty, A. 2013. Perlindungan Hukum Atas Kekerasan Terhadap Perempuan.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Kudus.
Saabah, U. 2001. Perilaku Seks Menyimpang dan Seksualitas Kontemporer Umat
Islam. UIII Press. Yogyakarta.
Septiana, S. 2013. UPAYA PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI
KASUS CYBERCRIME. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional 1(2): 388.
Tahido, H. 2005. Fikih Perempuan Kontemporer. P.T Ghalia Indonesia. Bogor.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Informasi dan Transaksi
Elektronik. 21 April 2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008. Jakarta.
Wiantaka, I., dan I, Wayan . 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban
Kekerasan dalam Rumah Tangga .
Udayana. Bali.

Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Anda mungkin juga menyukai

  • Menjelaskan Jaras Motorik Dan Sensorik
    Menjelaskan Jaras Motorik Dan Sensorik
    Dokumen7 halaman
    Menjelaskan Jaras Motorik Dan Sensorik
    Akmal Nugraha
    60% (5)
  • Meningoensefalitis
    Meningoensefalitis
    Dokumen20 halaman
    Meningoensefalitis
    Angela Rebecca
    Belum ada peringkat
  • WRAP UP Medikolegal Sk1
    WRAP UP Medikolegal Sk1
    Dokumen30 halaman
    WRAP UP Medikolegal Sk1
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • TM 2 REPRO - PH
    TM 2 REPRO - PH
    Dokumen61 halaman
    TM 2 REPRO - PH
    putri handalasakti ayogo
    Belum ada peringkat
  • Pinki A Faktor Resiko Dan Tipe Stroke 119 237 1 SM PDF
    Pinki A Faktor Resiko Dan Tipe Stroke 119 237 1 SM PDF
    Dokumen5 halaman
    Pinki A Faktor Resiko Dan Tipe Stroke 119 237 1 SM PDF
    tia
    Belum ada peringkat
  • Roundown Resepsi - Irham & Putri
    Roundown Resepsi - Irham & Putri
    Dokumen18 halaman
    Roundown Resepsi - Irham & Putri
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up Skenario 2
    Wrap Up Skenario 2
    Dokumen47 halaman
    Wrap Up Skenario 2
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Endokrin Putri
    Endokrin Putri
    Dokumen7 halaman
    Endokrin Putri
    Putri Handalasakti Ayogo
    Belum ada peringkat
  • Pahlawan
    Pahlawan
    Dokumen3 halaman
    Pahlawan
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Jakarta
    Jakarta
    Dokumen1 halaman
    Jakarta
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • PP SK1 Emer
    PP SK1 Emer
    Dokumen10 halaman
    PP SK1 Emer
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • PP SK1 Emer
    PP SK1 Emer
    Dokumen10 halaman
    PP SK1 Emer
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii-99
    Bab Ii-99
    Dokumen47 halaman
    Bab Ii-99
    Andi Mustika Sakir
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up Skenario 2
    Wrap Up Skenario 2
    Dokumen46 halaman
    Wrap Up Skenario 2
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Endokrin Sk3 Putri
    Endokrin Sk3 Putri
    Dokumen5 halaman
    Endokrin Sk3 Putri
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Pekerjaan Ar
    Kontrak Pekerjaan Ar
    Dokumen2 halaman
    Kontrak Pekerjaan Ar
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Ajijiji
    Ajijiji
    Dokumen5 halaman
    Ajijiji
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Hedonisme Di Kalangan Masyarakat
    Hedonisme Di Kalangan Masyarakat
    Dokumen2 halaman
    Hedonisme Di Kalangan Masyarakat
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up SK2 B-16
    Wrap Up SK2 B-16
    Dokumen42 halaman
    Wrap Up SK2 B-16
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Tugas BI Aji 12 Sydney
    Tugas BI Aji 12 Sydney
    Dokumen1 halaman
    Tugas BI Aji 12 Sydney
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Fix2
    Abstrak Fix2
    Dokumen17 halaman
    Abstrak Fix2
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Hemato N
    Jadwal Hemato N
    Dokumen6 halaman
    Jadwal Hemato N
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Merokok
    Bahaya Merokok
    Dokumen1 halaman
    Bahaya Merokok
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • SK 1 PI
    SK 1 PI
    Dokumen33 halaman
    SK 1 PI
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Hemato N
    Jadwal Hemato N
    Dokumen6 halaman
    Jadwal Hemato N
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • CTT Pemeriksaan Hematologi Dasar
    CTT Pemeriksaan Hematologi Dasar
    Dokumen1 halaman
    CTT Pemeriksaan Hematologi Dasar
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen5 halaman
    Lamp Iran
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Merokok
    Bahaya Merokok
    Dokumen1 halaman
    Bahaya Merokok
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat