Anda di halaman 1dari 46

WRAP UP SKENARIO 2

BLOK SYRAF DAN PRILAKU


“KELUMPUHAN WAJAH”

KELOMPOK B13

Putri Handalasakti Ayogo (1102012216)

Yongki Cappala Bakurru (1102014287)

Nahdira (1102015155)

Muhammad Rifqi Febriansyah (1102016137)

Nabila Rahmasaputri (1102016146)

Nurmasithah (1102016160)

Rima Permata Sari (1102016187)

Risha Fairuz F. (1102016188)

Sony Septiawan (1102016208)

Zila Meifanza Hanifah (1102016235)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2013/2014
SKENARIO 2

KELUMPUHAN WAJAH

Perempuan berusia 50 tahun saat sedang berbelanja di pusat perbelanjaan tiba-tiba berbicara
cadel dan setelah diperhatikan oleh suaminya wajah pasien terlihat tidak simetris. Pasien juga
mengeluh anggota gerak sisi kiri lebih lemah dibanding kanan. Suami langsung membawa
istrinya ke IGD RS terdekat. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan hipertensi. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan wajah tidak simetris. Sulkus nasolabialis kiri tampak mendatar,
namun kerutan dahi simetris. Pada saat menjulurkan lidah, mencong ke sisi kiri tanpa adanya
atrofi papil dan fasikulasi. Terdapat hemiparesis sinistra. Dokter mengatakan pasien
mengalami stroke. Sebagai seorang suami, ia berkewajiban untuk menyantuni dan merawat
isitrinya dengan baik sesuai ajaran Islam.
KATA KATA SULIT
1. Sulkus nasolabialis:
Alat penghubung nasal dan labialis.
2. Hemiparesis:
Kekuatan otot yang berkurang sebagian.
3. Stroke:
Gangguan peredaran darah otak secara local maupun global.
4. Fasikulasi:
Gerakan kedutan yang singkat dan irregular yang terjadi pada bagian tengah otot.
5. Atrofi papil:
Pengecilan papil-papil lidah.
PERTANYAAN:
1. Apa yang menyebabkan pasien cadel?
Jawab:Karena ada gangguan pada nervus cranialis N. XII.

2. Apa hubungan hipertensi dengan stroke?


Jawab:. Hipertensi TD menigkat sehingga dinding vaskuler rapuh akhirnya mudah
rusak dan lemak menempel sehingga menumpuk terjadi thrombus, kalau terlepas
terjadi emboli sehingga menyumbat aliran darah.

3. Apa factor resiko dari Stroke?


Jawab:
FR yang tidak dapat dimodifikasi : jenis kelamin, umur, keturunan
FR yang dapat dimodifikasi : hipertensi, DM, gaya hidup dan merokok.

4. Mengapa wajah pasien tidak simetris?


Jawab: Karena terdapat gangguan pada nervus fasialis N. VII.

5. Bagaimana terjadinya stroke?


Jawab: Hipertensi TD menigkat sehingga dinding vaskuler rapuh akhirnya mudah
rusak dan lemak menempel sehingga menumpuk terjadi thrombus, kalau terlepas
terjadi emboli sehingga menyumbat aliran darah.

6. Kenapa saat pasien menjulurkan lidah, lidah menjulur ke kiri?


Jawab: Karena yang mengalami kelumpuhan pada sisi kiri.

7. Apa tatalaksana pada skenario?


Jawab: Antiagregasi trombosit, neuroprotektor, menurunkan TD jika perlu.

8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien stroke?


Jawab: MRI, CT Scan, dan EKG.

9. Apa pencegahan untuk pasien stroke?


Jawab: Rutin pemeriksaan TD, pemeriksaan kolestrol, berhenti merokok dan alcohol,
control gula darah dan olah raga yang teratur.

10. Apakah jenis stroke yang di derita pasien?


Jawab: Stroke Iskemik

11. Apa kewajiban suami terhadap istri?


Jawab: Menafkahi jasmani dan rohani, tidak membuka aib istri, memberikan
pendidikan agama, perhatian dan menjaga istri.

12. Apa komplikasi stroke?


Jawab: Infark cerebri dan gangguan jantung.

13. Apa diagnosis banding pada scenario?


Jawab: Belspalsy, meningitis dan tumor otak.

14. Bagaimana prognosis pada pasien stroke?


Jawab: Tergantung pada kecepatan penanganan.

HIPOTESIS

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak secara local maupun global dengan
gejala klinis wajah tidak simteris yang dapat disebabkan oleh hipertensi TD menigkat
sehingga dinding vaskuler rapuh akhirnya mudah rusak dan lemak menempel
sehingga menumpuk terjadi thrombus, kalau terlepas terjadi emboli sehingga
menyumbat aliran darah. Stroke dibagi menjadi stroke iskemik dan hemoragik, factor
resiko yang dapat menyebabkan ada yang tidak dapat dimodifikasi : jenis kelamin,
umur, keturunan dan yang dapat dimodifikasi : hipertensi, DM, gaya hidup dan
merokok. Kasus ini dapat ditegakan dengan MRI, CT Scan, dan EKG dengan
diagnosis banding Belspalsy, meningitis dan tumor otak. Tatalaksana yang dapat
dilakukan Antiagregasi trombosit, neuroprotektor, menurunkan TD jika perlu. Stroke
dapat menimbulkan komplikasi Infark cerebri dan gangguan jantung. Stroke dapat
dicegah dengan rutin pemeriksaan TD, pemeriksaan kolestrol, berhenti merokok dan
alcohol, control gula darah dan olah raga yang teratur. Prognosis stroke tergantung
kecepatan penanganan awal. Kewajiban suami kepada istri adlah menafkahi jasmani
dan rohani, tidak membuka aib istri, memberikan pendidikan agama, perhatian dan
menjaga istri.
Sasaran belajar
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi dan fisiologi nervus cranial N.I – N.XII
1.1 Nervus cranialis
1.2 Jaras sensoris dan motoric
1.3 Anatomi capsula interna
2. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan fungsi motoric dan kelainan klinis neurologis
yang timbul akibat gangguan fungsi motoric
3. Memahami dan Menjelaskan Stroke
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Epidemiologi
3.4 Klasifikasi
3.5 Patofisiologi
3.6 Manifestasi Klinis
3.7 Faktor resiko
3.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding
3.9 Tatalaksana
3.10 Komplikasi
3.11 Pencegahan
3.12 Prognosis
4. Memahami Dan Menjelaskan kewajiban suami istri menurut ajaran Islam
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi dan fisiologi nervus cranial N.I – N.XII
1.1 Nervus cranialis

Nomo Nama Jenis Fungsi


r
I Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai
sensasi bau
II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai
persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV Troklear Motorik Menggerakkan beberapa otot mata
V Trigeminal Gabunga Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk
n diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasial Gabunga Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior
n lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
VIII Vestibulokoklear Sensori Sensori sistem vestibular: Mengendalikan
keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses
di otak sebagai suara
IX Glosofaringeal Gabunga Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior
n lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
X Vagus Gabunga Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
n Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

1.2 Jaras sensoris dan motoric


1. Motorik

Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan
diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di korteks,
ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus piramidal
dan ekstrapiramidal :

Traktus piramidal s. Traktus Corticospinalis


Merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus precentralis (area 4 Broadmann),
yang disebut juga korteks motorik primer. Impuls motorik dari pusat motorik disalurkan
melalui traktus piramidal berakhir pada cornu aanterior medulla spinalis.

Pusat jaras Motorik

Neuron Motorik Atas


Semua serabut saraf turun yang berasal dari sel pyramid cortex cerebri (Pusat
Supraspinal). Meliputi :
Ganglia basalis à tractus corticostriata
Di-encephalonà tractus cortico-diencephalon
Batang otakà cortico bulbaris

Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada dicortex cerebri sebagai Neuron
orde pertama (sel pyramidalis). Axo neuron pertama turun melalui corona radiata à masuk
crus posterior capsula interna à mes-encephalon, pons, medulla oblongata dan medulla
spinalis bersinap dengan neuron orde kedua pada cornu anterior subt.grisea medulla spinalis.

Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)


Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal)à tractus corticospinalis. Letak columna
subt.grisea medulla spinalis terdapat dua neuron :
Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal columna anterior subt.grisea
Neuron orde ketiga à axon neuron ketiga keluar dari medulla spinalis sebagai radix
anterior n.spinalis yang bergabung dengan radix posterior membentuk n.spinalis dan
akhirnya pergi ke efektor sadar.

Traktus Ekstrapyramidal

Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis

Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla
oblongata (neuron orde pertama).
Jalan :
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus reticulospinlis
pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke medulla
spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan
inhibisi kontraksi otot skeletà berkaitan dengan fungsi kseimbangan
tubuh.

Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata.
Jalannya dekat sekali dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron
orde kedua dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan

Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon
setinggi coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati
pns, medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea
(pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensorà
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),
menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot
fleksorà berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex
cerebrii, corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet àberkaitan dengan fungsi
keseimbangan tubuh

Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak

Tractus Corticothalamus
Asal : area brodmann 10, 11, 12
Tujuan : nucleus medialis thalami
Asal : area brodmann 9 dan 11
Tujuan : nuclei septi thalami
Asal : area brodmann 9
Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 6
Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 4
Tujuan : nuclei lateralis thalami
Tractus corticohypothalamicus
Asal : cortec hypocampi
Tujuan : hypothalamus
Tractus corticosubthalamicus
Asal : area brodman 6
Tujuan : subthalamus
Tractus Corticonigra
Asal : area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan : substantia nigra
Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus
olivarius inferius (medulla oblongata)

2. Sensorik

Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus. Dengan alat
ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan luar.
Setiap reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi
energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.

Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:

Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba
Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti jantung,
lambung, usus, dll.

Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :

 Mekanoreseptor,Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan


tekanan, memonitor tegangan pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau
sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendn dna organ visceral. Contoh
reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus Merkel dan
badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).
 Thermoreseptor, Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu.
Contohnya : bulbus Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk
suhu panas).
 Nociseptor , Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon
tekaan yang dihasilkan oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik
maupun kimia. Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa
nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).
 Chemoreseptor, Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa,
seperti : bu-bauan yang diterima sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa
makanan yang diterima oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi
dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen, osmoreseptor untuk
mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di hipotalamus
mendeteksi perubahan kadar gula darah.
 Photoreseptor, Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan
dilakukan oleh sel photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata.

Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :

Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal
diterima reseptor → dibawa ke ganglion spinale → melalui radiks posterior menuju
cornu posterior medulla spinalis → berganti menjadi neuron sensoris ke-2 → lalu
menyilang ke sisi lain medulla spinalis → membentuk jaras yang berjalan ke atas
yaitu traktus spinotalamikus → menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron
sensoris ke-3 → menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis
(lobus parietalis)

Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :
sinyal diterima reseptor → ganglion spinale → radiks posterior medulla spinalis →
lalu naik sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus → berakhir di nucleus Goll
→ berganti menjadi neusron sensoris ke-2 → menyilang ke sisi lain medulla spinalis
→ menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron sensoris ke-3 → menuju ke
korteks somatosensorik di girus postsentralis (lobus parietalis).

1. 3 Anatomi capsula interna


Letak:

Merupakan berkas serabut saraf


berbentuk pita lebar substansi alba yang
memisahkan nukleus lenticularis dengan
nucleus caudatus dan thalamus.
Mengandung serabut saraf penghubung
bolak-balik antara cortex cerebri dengan
thalamus dan medula spinalis

Bentuk:

Membentuk huruf V dengan titik sudut yang disebt genu,mengahadap ke medial dan kaki-
kakinya disebut crus anterior dan crus posterior

Crus anterior capsula interna


Letak :antara nucleus caudatus dan nucleus lenciculatis yang terdapat
Serabut corticopetal (serabut aferen)
Serabut corticofugal (serabut eferen)
Crus posterior capsula interna
Letak : antara thalamus dengan nuclei lenticularis,terdapat
Pars lenticulothalamicus (tractus corticobulbaris,corticospinalis dan corticorubralis)
Pars retrolenticularis (radiatio thalamicus posterior)
Pars sublenticularis (tractus temporopontin,geniculocalcarina dan radiatio auditorius)

2. Memahami dan Menjelaskan pemeriksaan fungsi motoric dan kelainan klinis


neurologis yang timbul akibat gangguan fungsi motoric

Saraf Olfaktorius (N. I)

Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat
riwayat tentang hilangnya rasa pengecapan dan penciuman, kalau penderita
mengalami cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai adanya penyakit-
penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.

Untuk menguji saraf olfaktorius digunakan bahan yang tidak merangsang


seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah. Letakkan salah satu bahan-
bahan tersebut di depan salah satu lubang hidung orang tersebut sementara lubang
hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya. Kemudian pasien diminta
untuk memberitahu saat mulai terhidunya bahan tersebut dan kalau mungkin
mengidentifikasikan bahan yang di hidu.

Saraf Optikus (N. II)

Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan perifer


(visual field), refleks pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.

1. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)

Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.

· Kartu snellen

Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan
tabel, jika tidak terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan
dengan cermin. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda 6 dapat dibaca
dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6)

· Jari tangan

Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada
jarak 2 meter, maka perkiraan visusnya adalah kurang lebih 2/60.

· Gerakan tangan

Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada
jarak 1 meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.

2. Pemeriksaan Penglihatan Perifer

Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang saraf


optikus dan lintasan penglihatan mulai dair mata hingga korteks oksipitalis.

Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri /


kompimetri.

· Tes Konfrontasi

- Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm


- Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak tersebut.

- Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari


lapang pandang kahardan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain
dalam keadaan tertutup dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan dan
tidak boleh melirik kearah objek tersebut.

- Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.

· Perimetri / kompimetri

- Lebih teliti dari tes konfrontasi

- Hasil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.

3. Refleks Pupil

Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf
occulomotorius.

Ada dua macam refleks pupil.

· Respon cahaya langsung lainnya. Pada keadaan normal pupil yang


disinari akan mengecil.
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari
samping (sehingga pasien tidak memfokus · Respon cahaya konsensual
pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke
arah salah satu pupil untuk melihat Jika pada pupil yang satu disinari maka
reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua secara serentak pupil lainnya mengecil
pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi dengan ukuran yang sama.

4. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)

Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat
diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan
fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya
adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus. Semua
vena-vena ini keluar dari diskus optikus.

5. Tes warna

Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.

Saraf okulomotoris (N. III)

Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil

1. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak
mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai
bila salah satu kelopak mata memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain,
atau bila pasien mendongakkan kepal ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara
kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.

2. Gerakan bola mata.

Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah
medial, atas, dan bawah, sekligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan
dilihat ada tidaknya nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada
keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu
sisi.

3. Pupil

Pemeriksaan pupil meliputi : Meliputi pemeriksaan :

a. Bentuk dan ukuran pupil 1. Refleks cahaya langsung (bersama N. II)

b. Perbandingan pupil kanan dan kiri 2. Refleks cahaya tidak alngsung (bersama
N. II)
Perbedaan diameter pupil sebesar 1mm
masih dianggap normal 3. Refleks pupil akomodatif atau
konvergensi
c. Refleks pupil

Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua
otot rektus medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut
konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan
mengecil (otot siliaris berkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh
dan disuruh memfokuskan matanya pada suatu objek diletakkan pada jarak ± 15 cm
didepan mata pasien dalam keadaan normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang
disebut reflek akomodasi.

Saraf Troklearis (N. IV)

Pemeriksaan meliputi

1. gerak mata ke lateral bawah

2. strabismus konvergen

3. diplopia

Saraf Trigeminus (N. V)


Pemeriksaan meliputi; sensibilitas, motorik dan refleks

1. Sensibilitas

Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan


dilakukan pada ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu
dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan ujung yang tajam dari sebuah jarum
yang baru. Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada
kulit, pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya sensasi nyeri akan
menyebabkan tusukan terasa tumpul. Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul
harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari daerah yang terasa tumpul
menuju daerah yang terasa tajam. Juga dilakukan dari daerah yang terasa tumpul
menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju
belakang melewati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan timbul
kembali bila mencapai dermatom C2. Temperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali
mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan
hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk
raba halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh
mengatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.

2. Motorik

Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot temporalis


dan masseter. Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi
adanya kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka
mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa
berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang
berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang terkena).

3. Refleks

Pemeriksaan refleks meliputi

- Refleks kornea

a. Langsung

Pasien diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas
disentuhkan pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka
kapas disentuhkan pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain.
Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf
aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip) berasal dari N.VII.

b. Tak langsung (konsensual)

Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata
pada mata kiri dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini
sama dengan refleks cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak
(aferen atau eferen).

- Refleks bersin (nasal refleks)

- Refleks masseter

Untuk melihat adanya lesi UMN (certico bultar) penderita membuka mulut
secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan pemeriksa
diketuk mendadak dengan palu refleks. Respon normal akan negatif yaitu tidak ada
penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan. Sebaliknya pada
lesi UMN akan terlihat penutupan mulut yang kuat dan cepat.

Saraf abdusens (N. VI)

Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus konvergen dan


diplopia tanda-tanda tersebut maksimal bila memandang ke sisi yang terkena dan
bayangan yang timbul letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.

Saraf fasialis (N. VII)

Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes
kekuatan otot) saat pasien diam diperhatikan :

· Asimetri wajah

Kelumpuhan nervus VIII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut


unilateral dan kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada
kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak simetrik

· Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus


tremor dan seterusnya ).

· Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)

- Tes kekuatan otot

1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.

2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudioan pemeriksa mencoba


membuka kedua mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.

3. Memperlihatkan gigi (asimetri)

4. Bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)

5. meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.

6. Menarik sudut mulut ke bawah.

- Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)


Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada
salah satu sisi lidah.

- Hiperakusis

Jika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka suara-
suara yang diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.

Saraf Vestibulokokhlearis (N. VIII)

Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan


pemeriksaan fungsi vestibuler

1) Pemeriksaan pendengaran

Inspeksi meatus akustikus akternus dari pasien untuk mencari adanya serumen
atau obstruksi lainnya dan membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi
atau perforasi kemudian lakukan tes pendengaran dengan menggunakan gesekan jari,
detik arloji, dan audiogram. Audiogram digunakan untuk membedakan tuli saraf
dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber.

- Tes Rinne

Garpu tala dengan frekuensi 256 Hz mula-mula dilakukan pada prosesus


mastoideus, dibelakang telinga, dan bila bunyi tidak lagi terdengar letakkan garpu tala
tersebut sejajar dengan meatus akustikus oksterna. Dalam keadaan norma anda masih
terdengar pada meatus akustikus eksternus. Pada tuli saraf anda masih terdengar pada
meatus akustikus eksternus. Keadaan ini disebut Rinne negatif.

- Tes Weber

Garpu tala 256 Hz diletakkan pada bagian tengah dahi dalam keadaan normal
bunyi akan terdengar pada bagian tengah dahi pada tuli saraf bunyi dihantarkan ke
telinga yang normal pada tuli konduktif bunyi tedengar lebih keras pada telinga yang
abnormal.

2) Pemeriksaan Fungsi Vestibuler

Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan


lurus dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon – Hallpike) yaitu
tes untuk postural nistagmus.

Saraf glosofaringeus (N. IX) dan saraf vagus (N. X)

Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka


biasanya dibicarakan bersama-sama, anamnesis meliputi kesedak / keselek
(kelumpuhan palatom), kesulitan menelan dan disartria(khas bernoda hidung /
bindeng). Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan senter
perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian pasien disuruh menyebut “ah”
jika uvula terletak ke satu sisi maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X
unilateral perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat.

Sekarang lakukan tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah


komponen sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh bagian belakang
faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan lupa menanyakan kepada pasien apakah
ia merasakan sentuhan spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan. Dalam keadaaan
normal, terjadi kontraksi palatum molle secara refleks. Jika konraksinya tidak ada dan
sensasinya utuh maka ini menunjukkan kelumpuhan nervus X, kemudian pasien
disuruh berbicara agar dapat menilai adanya suara serak (lesi nervus laringeus rekuren
unilateral), kemudian disuruh batuk , tes juga rasa kecap secara rutin pada sepertinya
posterior lidah (N. IX).

Saraf Asesorius (N. XI)

Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya


dan kemudian rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya ke
bawah, kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan
(tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido mastoideus.

Saraf Hipoglosus (N. XII)

Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara; Inspeksi lidah dalam keadaan


diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus
iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral atau bilateral.

Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah
(terkena) jika terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral.

Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan
kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII disebut kelumpuhan
pseudobulbar.

PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK

Pemeriksaan fungsi motorik :

1. Kekuatan motorik, tonus(hiper/normo/hipo), trofik(hiper/normo/hipo),


gerakan-gerakan involunter

2. Refleks : - refleks fisiologis (biceps, triceps, KPR, APR)

- refleks patologis (babinsky, chaddock)

3. Memahami dan Menjelaskan Stroke


3.1 Definisi
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
(WHO)

3.2 Etiologi
1.Non modifiable risk factors : 8.Terapi hormonal pasca
menopause
Usia 9.Diet yang buruk
Jenis kelamin 10.Inaktivitas fisik
Berat badan lahir rendah 11.Obesitas
Ras/etnis
Genetic
Less well-documented and modifiable risk
2.Modifiable risk factors factors
Well-documented and modifiable risk 1.Sindroma metabolik
factors 2.Penyalahgunaan alkohol
1.Hipertensi 3.Penggunaan kontrasepsi oral
2.Paparan asap rokok 4.Sleep-disordered breathing
3.Diabetes 5.Nyeri kepala migren
4.Atrial fibrilasi dan beberapa 6.Hiperhomosisteinemia
kondisi jantung tertentu 7.Peningkatan lipoprotein (a)
5.Dislipidemia 8.Peningkatan lipoprotein-
6.Stenosis arteri karotis associated phospholipase
7.Sickle cell disease 9.Hypercoagulability
10.Inflamasi
11.Infeksi

3.3 Epidemiologi
Data epidemiologi stroke di dunia terdapat pada laporan WHO, sedangkan di
Indonesia, jumlah pasien dengan stroke ditemukan dalam Riset Kesehatan Dasar oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Global : Setiap tahun, 15 juta orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta orang
tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan
permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang di bawah 40 tahun.[10] 70% kasus stroke
ditemukan di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, 87% kematian akibat
stroke juga ditemukan pada negara-negara tersebut. Sedangkan pada negara dengan
penghasilan tinggi, insidensi stroke telah berkurang sebanyak 42% dalam beberapa
dekade terakhir.

Indonesia: Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013 oleh Kementrian Kesehatan RI, 7%
atau sebesar 1.236.825 orang menderita stroke. Jawa Barat merupakan provinsi dengan
angka kejadian stroke terbanyak di Indonesia, yaitu sebesar 238.001 orang, atau 7,4% dari
jumlah penduduknya. Selain itu, penderita ditemukan paling banyak pada kelompok umur
55-64 tahun.[12] Laki-laki juga lebih banyak mengidap stroke di Indonesia dibandingkan
perempuan. Menurut Sample Registration System (SRS) Indonesia 2014, Stroke
merupakan penyakit yang paling banyak diderita, yaitu sebesar 21,1%.

Mortalitas: Berdasarkan WHO, stroke merupakan penyakit dengan angka kematian


tertinggi kedua di dunia, dan ketiga dalam menyebabkan kecacatan.[11] Berdasarkan
laporan pola penyebab kematian di Indonesia dari analisis data kematian 2010, penyebab
kematian tertinggi adalah stroke, sebesar 17,7%.

3.4 Klasifikasi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Berdasarkan kelainan patologis

a. Stroke hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh


darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu

1) Perdarahan intra serebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak

2) Perdarahan ekstra serebral (subarakhnoid) : pendarahan yang terjadi pada


ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan
yang menutupi otak).

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)

Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran


darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke
Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Stroke akibat trombosis serebri : Proses terbentuknya thrombus yang


membuat penggumpalan

2) Emboli serebri : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah

3) Hipoperfusi sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh


karena adanya gangguan denyut jantung

2. Berdasarkan waktu terjadinya

1) Transient Ischemic Attack (TIA)

episode singkat disfungsi neurologis yang disebabkan gangguan setempat pada otak
atau iskemi retina yang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark,
serta meningkatkan resiko terjadinya stroke di masa depan

2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)


Gejala neurologis menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam

3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke

akibat penyumbatan aliran darah regional yang disebabkan oleh trombus yang
menyumbat pembuluh darah secara parsial, sehingga aliran darah otak berkurang

4) Completed stroke

3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler

1) Sistem karotis

a. Motorik : hemiparese kontralateral, disartria

b. Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia

c. Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral, amaurosis fugaks

d. Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia

2) Sistem vertebrobasiler

a. Motorik : hemiparese alternans, disartria

b. Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia

c. Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia

3.5 Patofisiologi
3.6 Manifestasi Klinis

Gejala Hemorragic Iskmeik


Permulaan Sangat akut Sub akut
Waktu serangan Aktif Bangun pagi
Peringatan sebelumnya - ++
Nyeri kepala ++ -
Muntah ++ -
Kejang ++ -
Bradikardia +++ (dlm 1 hari) + (hari ke 4)
Kesadaran menurun ++ +/-
Perdarahan retina ++ -
Papil edema ++ -
Kaku kuduk, Brudzinski, ++ -
Kernig
Ptosis ++ -
Lokasi Subkortikal Kortikal/ Subkortikal

Stroke Iskemik

Berikut ini adalah manifestasi klinis stroke berdasarkan lokasi penyumbatan

Pembuluh besar dalam sirkulasi anterior


Arteri cerebri media
Sumbatan total :
Contralateral hemiplegia, hemianasthesia, homonymous hemianopia, pandangan
cenderung pada sisi ipsilateral. Dapat pula terjadi global aphasia pada hemisphere
yang dominan dan ansognosia, constructional aphasia, dysarthria pada hemisphere
non dominan.
Sumbatan partial :
Lemah tangan / lengan atau lemah wajah dengan aphasia broca dengan atau tanpa
kelemahan lengan. Ataupun dapat terjadi aphasia wernicke tanpa kelemahan.
Arteri cerebri anterior
Respons motorik dan verbal menurun, paraparesis, dan inkontinensia urin.
Arteri choroid anterior
Hemiplegia contralateral, hemianasthesia, homonymous hemianopia.
Arteri carotis interna
Gejala mirip dengan gejala pada arteri cerebri media, namun juga terdapat transient
monocular blindness.
e. Arteri carotis communis
Gejala sama dengan pada carotis interna.

Pembuluh darah besar dalam sirkulasi posterior


Arteri cerebri posterior
Infark pada lesi lateral subthalamus, thalamus medial, ipsilateral pedunculus cerebral,
dan midbrain. Dapat pula terjadi palsy N. III dengan ataxia contralateral atau
hemiplegia contralateral.
Penyumbatan pada bagian distal arteri ini mengakibatkan infark pada temporal medial
dan occipital, yang kemudian menyebabkan contralateral homonymous hemianopia,
gangguan ingatan apabila hippocampus terlibat. Infark pada splenium corpus
callosum menyebabkan alexia tanpa agraphia.
Arteri vertebral dan cerebri posterior inferior
Vertigo, kaku wajah ipsilateral dan badan kontralateral, diplopia, hoarseness,
dysarthria, dysphagia, Wallenberg’s syndrome.
Infark cerebral dan edema dapat mengakibatkan respiratory arrest.
Arteri basilaris
Gejala pusing (dizziness), diplopia, dysarthria, kaku wajah, gejala hemisensorik.
Arteri cerebelli superior
Ataxia cerebellar ipsilateral, mual muntah, dysarthria, rasa kebal kontralateral, tidak
merasakan sensasi suhu pada ekstremitas, badan, dan wajah.
Arteri cerebelli anterior inferior
Penurunan pendengaran ipsilateral, lemah wajah, vertigo, mual muntah, nystagmus,
tinnitus, cerebellar ataxia, kebal contralateral.

Pembuluh kecil (lacunar stroke)


Gejala dapat berupa hemiparesis motorik, ataxic hemiparesis, dysarthria, dan aphasia
broca.

Stroke Hemoragik

1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di
hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.

Gejala klinis :

Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat
didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala,
mual,muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan
dapat disertai kejang fokal / umum.
Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola
mata menghilang dan deserebrasi
Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema
dan perdarahan subhialoid.

2) Perdarahan subarakhnoid

Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang

subarakhnoid yang timbul secara primer.

Gejala klinis :

Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung
dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan
kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik
perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi,
banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan

3.7 Faktor resiko


Faktor risiko dapat dibagi menjadi faktor risiko yang dapat diubah dan faktor
risiko yang tidak dapat diubah.

Faktor yang tidak dapat diubah, yaitu:


• Umur
• Etnis
• Faktor genetik
• Berat badan lahir rendah

Beberapa faktor risiko dari stroke yang telah diketahui berikut, merupakan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi, antara lain:

• Obesitas
• Penyakit kardiovaskuler: hipertensi, fibrilasi atrial, aneurisma, atau penyakit
jantung lainnya
• Penyakit metabolik: diabetes mellitus, dislipidemia
• Penggunaan antikoagulan, seperti heparin dan warfarin
• Konsumsi alkohol
• Gaya hidup: merokok, kurang aktivitas fisik, diet dan nutrisi

Hipertensi merupakan faktor yang paling mudah ditemukan dan berhubungan


dengan perdarahan intraserebral. Kontrol hipertensi mengurangi insidensi infark
aterotrombotik dan perdarahan intraserebral.

3.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Anamnesis

Anamnesa yang cermat sangat membantu untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Beberapa
hal yang perlu ditanyakan pada penderita stroke adalah :

1. Harus ditanyakan bagaimana permulaan, apakah sangat akut (mendadak) sehingga


dalam beberapa detik penderita jatuh tidak sadar, atau terjadi subakut dalam beberapa
jam. Yang terakhir biasanya suatu infak.
2. Harus ditanya apakah pada permulaan serangan penderita baru bangun, ataukah
serangan pertama terjadi sewaktu penderita baru marah, baru makan, atau melakukan
aktivitas lain. Yang terakhir biasanya suatu perdarahan atau emboli.
3. Bagaimana selanjutnya perjalanan gejala ; apakah gejala bertambah buruk, ataukah
gejala-gejala semakin berkurang.
4. Berapa kali serangan telah dialami penderita. Pada infark, kadang-kadang sebelumnya
telah terjadi serangan, yang setelah ¼ jam sembuh (TIA), kemudian terjadi lagi
serangan baru, yang sembuh lagi, dst. Tiap serangan bertambah berat.
5. Harus ditanya apakah terjadi nyeri kepala sebelum atau selama serangan.
6. Juga harus ditanya apakah penderita mual dan muntah (sering pada suatu perdarahan).
7. Juga harus ditanya kejang (sering pada suatu perdarahan).
8. Apakah intelek penderita akhir-akhir ini mundur.
9. Apakah kesadaran penderita berkurang.
10. Apakah penderita dapat berbicara dan menulis.
11. Apakah ia lumpuh.
12. Apakah separuh dari badan geringgingan.
13. Apakah terdapat gangguan penglihatan.
14. Apakah perderita sering pusing hingga ia jatuh.
15. Apakah terdapat penyakit sebelumnya seperti diabetes, hipertensi, atau anemi.
16. Apakah sebelum timbul gejala penderita minus obat-obatan (antidiabetes,
antihipertensi).

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang

a. CT-scan
CT-scan merupakan alat pencitraan yang dipakai pada kasus-kasus emergensi seperti
emboli paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan
dalam stroke. Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara
jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk
menilai kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-scan dapat
mendeteksi lebih dari 90 % kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam
diagnosis stroke.

Pemeriksaan CT Imaging -- Infark pada stroke akut

 Infarc : area hypodense focal, pada cortical, sub cortical.


 Hemoragik : bayangan hyperdense pada gray / white matter, hematoma yang
solid.
 Bayangan hyperdense pada arteri intrakanial mayor ; material emboli vaskular.
(lihat pada lampiran )

Resiko CT scan

Pemeriksaan ini memiliki efek samping yang kecil dan tidak menyebabkan nyeri. CT scan
menggunakan radiasi sinar-X yang sedikit. Jika menerima zat kontras akan menimbulkan
reaksi alergi. Reaksi alergi ini bisa serius dan membutuhkan tindakan medikasi segera.

Normal stroke(tanda-tanda perdarahan (warna


putih/hiperdens) atau tanda iskemia/infark (warna menurun/hipodens)
khas pada strok non-hemoragik

b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI menggunakan medan magnet untuk mendeteksi perubahan isi jaringan otak. Stroke
dapat mengakibatkan penumpukan cairan pada sel jaringan otak segera 30 menit setelah
terjadi serangan. Dengan efek visualisasi (MRI angiogram ) dapat pula memperlihatkan aliran
darah di otak dengan jelas.

Pemeriksaan MRI -- Infark pada stroke akut

 akut : Low signal ( hypointense ) pada area T1, high signal ( hyperintense ) pada spin
density dan/atau T2. Biasanya diikuti distribusi vascular. Massa parenkim berubah.
 sub akut : Low signal pada T1 , high signal pada T2 . Diikuti distribusi vascular.
Revaskularisasi dan rusaknya blood-brain barrier .

Old : Low signal pada T1 , high signal pada T2, kehilangan jaringan dengan infark yang luas.

c. Computerized tomography dengan angiography: Menggunakan dye yang disuntikan


kedalam suatu vena di tangan, gambar-gambar dari pembuluh-pembukuh darah didalam
otak dapat memberikan informasi tentang aneurysms atau arteriovenous malformations.
Begitu juga, kelainan-kelainan lain dari aliran darah otak mungkin dievaluasi. Dengan
peningkatan teknologi yang canggih, CT angiography telah menggantikan angiogram-
angiogram konvensional.

d. Angiogram Konvensional: Suatu angiogram adalah tes lain yang adakalanya digunakan
untuk melihat pembuluh-pembuluh darah. Suatu tabung kateter yang panjang dimasukkan
kedalam suatu arteri (biasanya di area pangkal paha) dan dye disuntikan ketika x-rays
secara simultan diambil. Dimana suatu angiogram memberikan beberapa dari gambar-
gambar yang paling detil dari anatomi pembuluh darah, ia juga adalah suatu prosedur
invasif dan digunakan hanya ketika diperlukan secara mutlak. Contohnya, suatu
angiogram dilakukan setelah suatu hemorrhage ketika sumber perdarahan yang tepat
perlu diidentifikasi. Ia juga adakalanya dilaksanakan untuk secara akurat mengevaluasi
kondisi dari suatu arteri karotid ketika operasi untuk membuka halangan pembuluh darah
itu direnungkan.
e. Carotid Doppler ultrasound: Suatu carotid Doppler ultrasound adalah suatu metode
non-invasif yang menggunakan gelombang-gelombang suara untuk menyaring/melihat
penyempitan-penyempitan dan pengurangan aliran darah pada arteri karotid (arteri utama
pada leher yang mensuplai darah ke otak).

f. Tes-Tes Jantung: Tes-tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung seringkali


dilaksanakan pada pasien-pasien stroke untk mencari sumber dari suatu embolism. Suatu
echocardiogram adalah suatu tes gelombang suara yang dilakukan dengan meletakkan
alat microphone pada dada atau menuruni kerongkongan (transesophageal
echocardiogram) dalam rangka untuk melihat kamar-kamar jantung. Suatu monitor
Holter adalah serupa dengan suatu electrocardiogram (EKG) reguler, namun penempel-
penempel electrode tetap pada dada untuk 24 jam atau lebih lama dalam rangka untuk
mengidentifikasi suatu irama jantung yang salah/cacat.

g. Tes-Tes Darah: Tes-tes darah seperti suatu angka pengendapan (sedimentation rate) dan
C-reactive protein dilakukan untuk mencari tanda-tanda dari peradangan yang dapat
menyarankan arteri-arteri yang meradang. Protein-protein darah tertentu yang dapat
meningkatkan kesempatan stroke dengan menebalkan atau mengentalkan darah diukur.
Tes-tes ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab stroke yang dapat
dirawat atau untuk membantu mencegah luka yang lebih jauh. Tes-tes penyaringan darah
yang mencari infeksi yang potensial, anemia, fungsi ginjal, dan kelainan-kelainan
elektrolit mungkin juga dipertimbangkan.

DIAGNOSIS BANDING

 Acute Coronary Syndrome  Hemorrhagic Stroke in


Emergency Medicine
 Atrial Fibrillation
 Inner Ear Labyrinthitis
 Bell Palsy
 Myocardial Infarction
 Benign Positional Vertigo
 Neoplasms, Brain
 Brain Abscess
 Subarachnoid Hemorrhage
 Epidural Hematoma
 Syncope

 Transient Ischemic Attack

3.9 Tatalaksana
Pengobatan Umum
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B yaitu:

1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru baik. Pengobatan dengan
oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat
dilihat dari keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan
funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat
diberikan Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.
3. Blood
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.
Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan
menambah iskemik lagi.
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus
glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang
akan mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan
membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube
(NGT).
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin.
Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.

Perawatan suportif

 Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan
ventilasi. Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.
 Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara
cepat. Jika terlalu tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status
neurologis dapat bertambah buruk ketika tekanan darah diturunkan.
 Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas
normal.
 Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang
sesuai.
 Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat.
Hiperglikemia dapat bertambah buruk pada cedera iskemik.
 Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT.
Penting untuk menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau
subkutan enoksaparin 30 mg q. 12 jam pada ambulasi awal.

a. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik


 Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan
plasma beku segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg
intravena bolus, kemudian 3 kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin
normal. Koreksi antikoagulasi heparin dengan protamin sulfat 10-50 mg bolus lambat
(1 mg mengoreksi 100 unit heparin).
 Kendalikan HT. Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom.
Tekanan darah sisitolik >180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit
ulangi 40-80 mg intravena dalam interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan
kemudian infus 2 mg/menit dan dirasi atau penghambat ACE 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali
sehari atau antagonis kalsium (nifedipin oral 4x 10 mg).
 Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm
atau volum lebih dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus
obstruktif akut atau kliping aneurisma.
 Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa.
 Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak
terbukti efektif pada perdarahan intraserebral.
 Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya anti
konvulsan diberikan bila terdapat kejang.
 Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme.
 Untuk mengatasi perdarahan intracerebral : obati penyebabnya, turunkan TIK, beri
neuroprotektor, tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien
dengan perdarahan serebelum > 3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel
atau serebelum, perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda peningkatan TIK akut dan
encaman herniasi.

Pada TIK yang meninggi :


o Manitol bolus, 1 gr/kgBB dalam 20-30 menit lanjutkan dengan 0,25-0,5g/kgBB
tiap 6 jam smpai maksimal 48 jam.
o Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intravena 10
ml/kgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan-sedang).
o Furosemid 1mg/ kg BB intravena.
o Intubasi dan hiperventilasi terkontrol sampai pCO2 29-35 mmHg
o Penggunaan steroid masih kontroversial.
o Kraniotomi dekompresif.

Perdarahan subaraknoid
o Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme.
o Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II
akibat pecahnya aneurisma sakular berry dan adanya komplikasi hidrosefalus
obstruktif.

b. Penatalaksanaan Stroke Non-Hemoragik

Tujuan terapi:
1. Pencegahan stroke melalui reduksi faktor risiko.
2. Pencegahan sejak awal atau pada stroke yang rekuren dengan memodifikasi proses
patologik mendasar.
3. Mereduksi kerusakan otak sekunder dengan pemeliharaan perfusi yang adekuat pada
daerah yang secara garis besar mengalami iskemik dengan mengurangi dan atau
menurunkan edema.
Penanganan dari Serangan Iskemia Akut

1. Mengeleminasi atau mengontrol faktor-faktor risiko.


2. Memberi edukasi pada pasien mengenai pengurangan faktor risiko dan tanda serta gejala-
gejala dari TIA dan stroke ringan.
3. Intervensi-Bedah
Endarterektomi karotis ( Cea)
 Pengeluaran plak ateromatosa dengan cara bedah.
 Pasien yang direservasi untuk pengeluaran bekuan atau lesi berulserasi yang
mengoklusi > 70% dari aliran darah pada arteri karotis.
 Dapat menurunkan risiko dari strok > 60% selama tahun keduanya setelah dioperasi
dan wajib mengikuti mengikuti prosedur.
 Endarterektomi vertebra umumnya tidak lagi digunakan.

a. Angioplasti balon
Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah yang yang
mengalami stenose à Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke
arah dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke
retina atau otak.
b. Penempatan Sten
Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu coil
baja tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu
dinding dari arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release.

4. Agen-agen antiplatelet

Aspirin
Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau mengurangi
pelepasan substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi secara irreversibel
siklooksigenase-platelet; dan efeknya cukup berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7 hari

Efikasi

a. ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis (22-24%) pada risiko
stroke dan kematian, pada uji-uji klinis acak pasien-pasien yang telah mengalami suatu
TIA sebelumnya atau strok sebagai pencegahan sekunder.
b. Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari.
 Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari); hasilnya
mengindikasikan bahwa dosis rendah mungkin lebih bermanfaat dengan
berkurangnya efek-efek tidak diinginkan dari asam salisilat pada lambung.
 Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada laki-laki dibanding
sejumlah kecil perempuan pada studi lain.
 Peran pada pencegahan primer belum jelas.

Dipiridamol (Persantine)
Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit fosfodiesterase
platelet.

Efikasi: a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam penggunaan dipiridamol
pada iskemia otak. b) Tidak ada efek aditif yang ditemukan bersama dengan aspirin.

Sulfinpirazon (Anturane)

Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.

Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.

Tiklopidin (Ticlid)

Mekanisme Kerja: a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b) Inhibisi agregasi
platelet yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan thrombin. c) Waktu perdarahan
diperpanjang. d) Berefek minimal pada siklooksigenase.

Efikasi:

a. Telah menunjukkan dapat mereduksi insidens stroke, kira-kira 22% pada pasien-pasien
yang telah mengalami TIAs sebelumnya atau stroke.
b. Lebih efektif dibanding aspirin dengan kurangnya efek gastrointestinal.
c. Tidak ada perbedaan gender yang memperlihatkan tiklopidin bereaksi sama; seperti
halnya dengan ASA.
d. Dosis 500 mg perhari dibagi menjadi dua dosis (250 mg peroral-bid)

Efek samping: diare, ruam pada kulit, total kolesterol serum yang meningkat.

Antikoagulasi (warfarin)

a. Belum ada studi-studi yang membuktikan superioritas dari antikoagulan ini sebagai agen
antiplatelet.
b. Dapat mereduksi risiko dari stroke pada pasien dengan infark miokard sebelumnya.
c. Bermanfaat pada pasien yang menderita keluhan simptomatik pada terapi antiplatelet.
d. Eksepsi mayor adalah pada pasien dengan embolisme otak yang berasal kardiac;
1. Antikoagulasi kronik dengan warfarin telah dibuktikan untuk mencegah keadaan
gangguan serebrovaskuler pada pasien dengan AF (atrial fibrilasi).
2. Penanganan terhadap stroke infarction /dan atau ischemic serebral akut.

Obat Antihipertensi Pada Stroke

Golongan/Obat Mekanisme Dosis Interaksi Obat Efek Samping


Tiazid
Diazoksid Aktivasi ATP IV bolus: 50- Awitan < 5 Retensi cairan
sensitive K- 100 mg; IV menit dan garam,
channels infus; 15-30 hiperglikemia
mg/menit berat, durasi
lama (1-12 jam).
ACEI
Enalaprit ACE inhibitor 0,625-1,25 mg Awitan < 15 Durasi lama (6
IV selama 15 menit. jam), disfungsi
menit. renal.
Calcium Channel Blocker
Nikardipin Penyekat kanal 5 mg/jam IV, Awitan cepat Bradikardia,
Clevidipin kalsium 2.5 mg/jam tiap (1-5 menit), hipotensi, durasi
Verapamil 15 menit, tidak terjadi lama (4-6 jam).
Diltiazem
sampai 15 rebound.
mg/jam. Eliminasi tidak
dipengaruhi
oleh disfungsi
hati/ renal,
potensi
interaksi obat
rendah.
Beta Blocker
Labetalol Antagonis 10-80 mg IV Awitan cepat Bradikardia,
reseptor α1, β1, tiap 10 menit (5-10 menit). hipoglikemia,
β2 sampai 300 durasi lama (2-
mg/hari; infus 12 jam). Gagal
0,5-2 mg/menit. jantung
kongestif,
Esmolol Antagonis Awitan segera, bronkospasme.
0,25-0,5 mg/kg
selektif reseptor durasi singkat < Bradikardia,
IV bolus disusul gagal jantung
β1. 15 menit.
dosis kongestif.
pemeliharaan.
Alfa Blocker
Fentolamin Antagonis 5-20 mg IV. Awitan cepat (2 Takikardia,
reseptor α1, α2. menit), durasi aritmia.
singkat (10-15
menit)
Vasodilator Langsung
Hidralasin NO terkait 2,5-10 mg IV Serum sickness-
dengan bolus (sampai like, drug-
mobilisasi 40 mg). induced lupus,
kalsium dalam durasi jam (3-4
otot polos. jam), awitan
lambat (15-30
menit)
Thiopental Aktivasi reseptor 30-60 mg IV. Awitan cepat (2 Depresi
GABA menit), durasi miokardial
singkat (5-10
menit).
Trimetafan Blockade 1-5 mg/ menit Bronkospasme,
Awitan segera,
ganglionik. IV retensi urin,
durasi singkat
(5-10 menit) siklopegia,
Fenoldipam midriasis
Agonis DA-1 Hipokalemia,
0,001- 1,6 Awitan < 15
dan reseptor alfa takikardia,
2 µg/kg/ menit IV; menit, durasi
Sodium 10-20 menit. bradikardia.
Nitrovasodilator tanpa bolus
Nitroprusid 0,25-10µ/ kg/ Awitan segera, Keracunan
menit IV. durasi singkat sianid,
(2-3 menit) vasodilator
serebral (dapat
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
Nitrogliserin intracranial)
Nitrovasodilator
Awitan 1-2 refleks takikardi.
5-1000
Produksi
µg/kg/menit IV menit, durasi 3-
5 menit. methemoglobin,
reflek takikardia.

3.10 Komplikasi
1. Komplikasi Akut
 Kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi
sebagai upaya mengejar kekurangan pasokan darah di tempat lesi. Oleh karena itu
kecuali bila menunjukkan nilai yang sangat tinggi (sistolik > 220/ diastolik >130)
tekanan darah tidak perlu diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada
pasien hipertensi kronis tekanan darah juga tidak perlu diturunkan segera.
 Kadar gula darah. Pasien stroke seringkali merupakan pasein DM sehingga kadar
glukosa darah pasca stroke tinggi. Akan tetapi seringkali terjadi kenaikan glukosa
darah pasein sebagai reaksi kompensasi atau akibat mekanisme stress.
 Gangguan jantung. Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi. Keadaan ini
memerlukan perhatian khusus, karena seringkali memperburuk keadaan stroke bahkan
sering merupakan penyebab kematian.
 Gangguan respirasi. Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat napas.
 Infeksi dan sepsis. Merupakan komplikasi stroke yang serius pada ginjal dan hati.
 Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa.
 Ulcer stres. Yang dapat menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena.

2. Komplikasi Kronik
 Akibat tirah baring lama di tempat tidur bias terjadi pneumonia, dekubitus,
inkontinensia serta berbagai akibat imobilisasi lain.
 Rekurensi stroke.
 Gangguan sosial-ekonomi.
 Gangguan psikologis.

3.11 Pencegahan
Rekomendasi American Stroke Association (ASA) tentang pencegahan stroke adalah sebagai
berikut:

1. Pencegahan Primer Stroke


Pendekatan pada pencegahan primer adalah mencegah dan mengobati faktor-faktor risiko
yang dapat dimodifikasi.
 Hipertensi
Hipertensi harus diobati, untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah
penyakit vaskular lainnya. Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi
para penderita stroke iskemik dan TIA. Target absolut dalam hal penurunan tekanan
darah belum dapat ditetapkan, yang penting adalah bahwa tekanan darah < 120 / 80
mm Hg. Modifikasi berbagai macam gaya hidup berpengaruh terhadap upaya
penurunan tekanan darah secara komprehensif.
Obat‐obat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor; namun demikian
pilihan obat disesuaikan dengan kondisi / karakteristik masing‐masing individu.
 Diabetes melitus
Pada penderita diabetes melitus maka penurunan tekanan darah dan lipid darah
perlu memperoleh perhatian yang lebih serius. Dalam kasus demikian ini maka obat
antihipertensi dapat lebih dari 1 macam. ACE inhibitor merupakan obat pilihan untuk
kasus gangguan ginjal dan diabetes melitus
Pada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula
direkomendasikan sampai dengan mendekati kadar gula plasma normal
(normoglycemic), untuk mengurangi komplikasi mikrovaskular dan kemungkinan
timbulnya komplikasi makrovaskular. Sementara itu kadar HbA1c harus lebih rendah
dari 7%.
 Lipid

Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar kolesterol yang tinggi, penyakit
arteri koroner, atau adanya bukti aterosklerosis, maka pasien harus dikelola secara
komprehensif meliputi modifikasi gaya hidup, diet secara tepat, dan pengobatan.
Target penurunan kadar kolesterol adalah sebagai berikut: LDL < 100 mg% dan kadar
LDL < 70 mg% bagi penderita dengan faktor risiko multipel.
Penderita stroke iskemik atau TIA yang dicurigai mengalami aterosklerosis tetapi
tanpa indikasi pemberian statis (kadar kolesterol normal, tanpa penyakit arteri
koroner, atau tidak ada bukti aterosklerosis) dianjurkan untuk diberi statin untuk
mengurangi risiko gangguan vaskular.
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL kolesterol rendah dapat
dipertimbangkan untuk diberi niasin atau gemfibrozil.
 Merokok
Setiap pasien stroke atau TIA harus segera menghentikan kebiasaan merokok.
Penghentian merokok dapat diupayakan dengan cara penyuluhan dan mengurangi
jumlah rokok yang dihisap / hari secara bertahap.
 Obesitas
Bagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA dengan obesitas/overweight sangat
dianjurkan untuk mempertahankan body‐mass index (BMI) antara 18,5–24,9 kg/m2
dan lingkat panggul kurang dari 35 inci (perempuan) dan kurang dari 40 inci (laki‐
laki). Penyesuaian berat badan diupayakan melalui keseimbangan antara asupan
kalori, aktivitas fisik dan penyuluhan kebiasaan hidup sehat
 Aktivitas fisik
Setiap pasien stroke iskemik atau TIA yang mampu untuk melakukan aktivitas
fisik sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan selama 30 menit/hari.
Untuk pasien yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik maka dianjurkan untuk
melakukan latihan dengan bantuan orang yang sudah terlatih.

2. Pencegahan Sekunder Stroke


Pencegahan sekunder stroke mengacu pada kepada strategi untuk mencegah
kekambuhan stroke. Pendekatan utama adalah mengendalikan hipertensi, CEA, dan
memakai obat antiagregat antitrombosit. Aggrenox adalah satu-satunya kombinasi aspirin
dan dipiridamol yang telah terbukti efektif untuk mencegah stroke sekunder.

3.12 Prognosis
Indikator prognosis adalah: tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat
kesadaran. Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik.
Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka
panjang. Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah
serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan.

4. Memahami Dan Menjelaskan kewajiban suami istri menurut ajaran Islam


Yang dimaksud dengan hak di sini adalah apa-apa yang diterima oleh seseorang dari orang
lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah apa yang mesti dilakukan seseorang
terhadap orang lain. Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga suami mempunyai hak
dan begitu pula istri mempunyai hak. Di balik itu suami mempunyai beberapa kewajiban dan
begitu pula si istri mempunyai beberapa kewajiban.[2] Adanya hak dan kewajiban antara
suami istri dalam kehidupan rumah tangga itu dapat dilihat dalam beberapa ayat al-Qur’an
dan beberapa hadis Nabi. Contoh dalam al-Qur’an, umpamanya pada surat al-Baqarah (2)
ayat 228:

Artinya:
“Dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma’ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya.[3]
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ayat ini menjelaskan bahwa istri mempunyai hak dan istri juga mempunyai kewajiban.
Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Hak istri semisal hak suami yang dikatakan
dalam ayat ini mengandung arti hak dan kedudukan istri semisal atau setara atau seimbang
dengan hak dan kedudukan suami. Meskipun demikian, suami mempunyai kedudukan
setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai kepala keluarga, sebagaimana diisyaratkan oleh ujung
ayat tersebut di atas.

Contoh dalam hadis Nabi, umpamanya hadis dari Amru bin al-Ahwash:
“Ketahuilah bahwa kamu mempunyai hak yang harus dipikul oleh istrimu dan istrimu juga
mempunyai hak yang harus kamu pikul.[4]
Keberadaan laki-laki dan perempuan merupakan dua fondasi pokok dalam kehidupan
keluarga. Namun sesuai hukum penciptaan, kaum lelaki lebih mengutamakan akal ketimbang
perasaannya. Berkenaan dengan itu, Allah SWT melimpahkan wewenang kepada kaum laki-
laki untuk memimpin bahtera hidup rumah tangga,
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, Oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) Atas sebahagian yang lain (perempuan) dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka.” (an-Nisa’: 34)
Allah SWT melimpahkan tugas dan tanggung jawab yang jauh lebih berat dan sulit kepada
kaum lelaki ketimbang yang diberikan kepada kaum perempuan. Dengan kapasitas dan
kemampuan akalnya, seorang lelaki dapat mengatur kehidupan rumah tangga dengan baik.
Dengannya, kebahagian hidup keluarga niscaya akan dapat diraih. Rasulullah saw bersabda,
“Allah swt akan menanyakan kepada setiap pemimpin tentang bagaimana keadaan yang
dipimpinnya, dijaga ataukah tidak, sampai kemudian Allah bertanya kepada kaum laki-laki
perihal keluarganya.”

Beberapa Kewajiban Istri


Ø Taba’ul
Makna taba’ul adalah ketaatan serta kepatuhan istri terhadap suaminya dengan cara
menghormati, menghargai, mematuhi, dan menjaga kehormatan serta harta benda sang suami.
[5] Wanita Muslimah yang senantiasa menjalankan ajaran agamanya akan selalu mentaati
suaminya,[6] tanpa sedikit pun membantahnya, berbakti kepadanya, dan berusaha untuk
mencari keridhaannya serta memberikan kebahagiaan pada dirinya, meskipun dia hidup
dalam kemiskinan dan kesulitan.
Secara mutlak seorang istri wajib taat kepada suaminya terhadap segala yang
diperintahkannya, asalkan tidak termasuk perbuatan durhaka kepada Allah. Sebab memang
tidak ada alasan sama sekali bagi makhluk untuk taat kepada sesama makhluk dalam berbuat
durhaka kepada Allah. Setiap mukminah yang taat kepada suaminya yang mukmin, ia akan
masuk ke surga Tuhannya. Dalilnya ialah sebuah riwayat, bahwa sesungguhnya Asma’binti
Yazid Al-Anshari menemui Nabi SAW. Ia mengaku sebagai delegasi kaum wanita. Kemudian
ia memprsoalkan tentang keutamaan mendapatkan pahala berjihad dan shalat berjamaah yang
hanya dimonopoli oleh kaum laki-laki. Beliau lalu bersabda,
“Sampaikan kepada wanita-wanita yang mengutusmu, bahwa sesungguhnya pahala taat
kepada suami dan mengakui hak-haknya, itu sebanding dengan hal itu. Tetapi sedikit di
antara kalian yang melaku-kannya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Ditanyakan kepada Rasulullah, ‘Wahai
Rasulullah, siapakah istri terbaik itu?” Beliau menjawab, “Yaitu istri yang menyenangkan
suami jika dipandangnya, yang taat kepadanya jika disuruh, dan yang tidak menentangnya
terhadap yang menyangkut dirinya maupun terhadap suaminya dengan hal-hal yang tidak
disukai oleh sang suami.”
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Apabila seorang wanita sudah menjalankan shalat lima waktu, menjaga kemaluannya, dan
taat kepada suaminya, maka niscaya ia akan masuk surga dari pintu mana pun yang ia
inginkan.[7]
Di antara bentuk ketaatan dan bakti seorang istri kepada suaminya adalah tidak berpuasa
melainkan pada bulan Ramadhan kecuali jika ada izin dari suaminya, tidak memberikan izin
seorang pun untuk masuk kedalam rumah suaminya melainkan atas izin dan perkenannya,
tidak berinfak dengan uang hasil jerih payah suaminya melainkan atas izin suaminya. Apabila
dia berinfaq tanpa perintah suaminya, maka setengah dari infaq itu adalah milik suaminya.
Wanita Muslimah yang benar-benar sadar dan bertakwa terikat dengan oleh hukum syari’at
ini yang telah ditetapkan Rasulullah SAW melalui sabdanya,
“Tidak dibolehkan bagi seorang istri untuk berpuasa sedang pada saat itu suaminya ada
disisinya kecuali atas seizinnya, dan tidak mengizinkan seseorang masuk ke rumahnya
melainkan atas izin suaminya, dan infak yang dikeluarkannya tanpa perintah suaminya, maka
sebagian dari infak itu kembali kepada suaminya.”
Sedangkan menurut riwayat Muslim:
“Seorang wanita tidak boleh berpuasa pada saat suaminya ada di sisinya kecuali atas izinnya,
dan tidak mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya sedang suaminya ada di sisinya
melainkan atas izinnya. Dan, infak yang dikeluarkan dari uang hasil jerih payahnya tanpa
perintahnya, maka setengah pahalanya diberikan kepadanya.”[8]

Ø Memelihara rumah, mengurus suami dan anak-anaknya


Wanita Muslimah yang cerdas mengetahui tanggung jawab yang diberikan Islam
kepadanya dalam memelihara rumah,[9] mengurus suami dan anak-anaknya. Dikhususkan
penyebutan dirinya merupakan penghormatan Islam kepada wanita dalam memikul tanggung
jawab tersebut. Hal itu disebutkan dalam sebuah hadits yang di dalamnya Rasulullah
menjadikan setiap individu di dalam masyarakat Islam bertanggung jawab terhadap apa yang
berada di bawah tanggungan dan kendalinya. Di mana tidak seorang pun dari laki-laki
maupun wanita yang bisa lepas dari tanggung jawab tersebut:
“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya. Seorang imam (penguasa) adalah pemimpin dan dia bertanggung jawab
atas kepemimpinannya. Dan, orang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dan, wanita adalah pemimpin di rumah suaminya
dan akan ditanya dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, dan seorang pelayan
adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya itu. Masing-masing dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian.” (Muttafaq Alaihi).
Salah satu tugas penting dan menentukan bagi seorang istri adalah mengasuh keturunan.
Tanggung jawab yang menyertai tugas semacam ini amatlah berat. Oleh karena itu, tugas
mengasuh keturunan dipandang sebagai tugas suci yang dibebankan Allah SWT kepada kaum
wanita. Tidak diragukan lagi bahwa anak merupakan penyejuk pandangan mata, sumber
kebahagian, dan belahan hati manusia dalam kehidupan ini. Keberadaan mereka menjadikan
kehidupan ini terasa manis, menyenangkan, mudah mendapatkan rezki, terwujud semua
harapan, dan hati pun menjadi tenang.[10] Tidak pernah lepas dari pikiran wanita Muslimah
bahwa tanggung jawab seorang ibu dalam pendidikan dan pembentukan kepribadian anak-
anaknya lebih besar dari pada seorang bapak. Yang demikian itu karena mereka lebih dekat
dengan ibu dan lebih banyak berada di sisinya, di samping seorang ibu lebih mengenal
keadaan dan perkembangan mereka pada masa-masa pertumbuhan dan puber yang
merupakan masa paling berbahaya bagi kehidupan mental, jiwa dan tingkah laku anak.
Karena itu, wanita Muslimah yang mengikuti petunjuk agamanya mengetahui tugas
pendidikan yang diembannya, juga tanggung jawab penuh dalam pendidikan anak-anaknya
yang diungkapkan Al-Qur’an,
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6).
Islam menjadikan orang tua, khususnya ibu bertanggung jawab penuh pada pendidikan
keislaman secara detail bagi anak-anak mereka, juga pada pembentukan diri yang shalih yang
tegak di atas akhlak mulia yang oleh Rasulullah disebutkan bahwa dirinya diutus ke dunia ini
adalah untuk penyempurnaan dan penanaman akhlak tersebut dalam kehidupan manusia,
“Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Wanita Muslimah yang benar-benar sadar akan senantiasa menanamkan akhlakul karimah
(akhlak terpuji) ke dalam diri anak-anaknya, berupa cinta kasih kepada orang lain,
menyambung silaturahmi, membantu orang-orang lemah, menghormati orang tua,
menyayangi anak kecil, jujur dalam ucapan dan perbuatan, menepati janji, adil dalam
mengambil keputusan, dan lain sebagainya yang termasuk akhlak terpuji.[11] Seorang ibu
adalah madrasah (sekolah) pertama dalam pendidikan bangsa, dan dia adalah guru pertama
bagi generasi-generasi cerdas, pencipta peradaban, sebagaimana yang diungkapkan oleh
penyair Hafidz Ibrahim berikut ini,
“Seorang ibu adalah madrasah, apabila engkau mempersiapkannya, Berarti telah menyiapkan
generasi muda yang baik dan gagah berani. Seorang ibu adalah guru pertama dari semua guru
pertama, Yang pengaruhnya menyentuh seluruh jagat raya.”[12]
Adab-adab Isteri Kepada Suami :
• Hendaknya istri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki
adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
• Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih
tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)
• Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)
• Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:
• Menyerahkan dirinya,
• Mentaati suami,
• Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,
• Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami
• Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)
Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang
dalam kesibukan. (Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)
Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya,
lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami
meridhainya. (Muslim)
Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt.
mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak
orang tuanya. (Tirmidzi)
Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia
dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)
Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.:
“Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri
bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)
Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)
Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan
suami(Thabrani)
Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di
belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)
Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2) Sedikit
harta (3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri)
Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama
empat bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih)
Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan
menjaga kemaluannya. (An-Nur: 30-31)

Beberapa Kewajiban Suami


Ø Memberi Nafkah
Yang dimaksud dengan nafkah adalah semua kebutuhan dan keperluan yang berlaku menurut
keadaan dan tempat, seperti makanan, pakaian, rumah dan lain-lain. Nafkah merupakan
kewajiban seorang suami terhadap istrinya, dan tidak ada perbedaan pendapat mengenai
masalah ini.[13] Bahkan al-Qur’an sendiri telah mewajibkan hal itu melalui firman Allah
SWT:
Artinya:
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (ath-Thalaq: 7).
Allah Ta’ala berfirman,
Artinya:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah
yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya[291], Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka,
dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.[14]
(An-Nisa’: 34)
Nafkah[15] ini wajib diberikan oleh suami, meskipun misalnya istrinya adalah orang yang
kaya. Secara umum, termasuk nafkahnya ialah memberi makan dan pakaian. Diriwayatkan
dari Muawiyah bin Haidah ra, ia berkata: “Wahai Rasulullah, apa hak salah seorang istri
kami?” Beliau bersabda,
“Memberinya makan jika kamu makan dan memberinya pakaian jika kamu berpakaian.”
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,
“Nafkah yang kamu berikan dengan niat untuk mencari keridhaan Allah, niscaya akan
diberikan pahalanya, termasuk nafkah yang kamu suapkan ke mulut istrimu.
Islam menganggap bekerja untuk menghidupi keluarga dan istri, termasuk amal dan jihad
pada jalan Allah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda, “Barangsiapa berusaha/bekerja untuk keluarganya ,maka ia sedang berjihad pada
jalan Allah.”

Ø Berlaku Baik terhadap Istri


Allah Ta’ala berfirman,
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa[278] dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata[279]. dan bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.[16](An-Nisa’: 19)
Seorang istri berharap agar suaminya lebih menghormati dirinya ketimbang orang lain.
Harapannya ini jelas dibenarkan. Sebab, suami adalah teman hidup dan penghibur terbaik
bagi hatinya. Sepanjang hari dirinya bekerja demi kesenangan anak-anak. Salahkah kalau
dirinya kemudian menganggap pantas dihormati? Menghormati istri tidak akan mengurangi
kewibawaan seorang suami. Bahkan sebaliknya, kian mengukuhkan kesetiaan dan kecintaan
suami kepada istri, sekaligus sebagai tanda terima kasih. Janganlah seorang suami
menggunakan kata-kata yang tidak senonoh ketika berbincang dengan istri. Janganlah
berteriak sewaktu memanggilnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Nasehatilah wanita dengan baik, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang
rusuk. Dan, bagian yang paling bengkok pada tulang rusuk ialah bagian atasnya. Jika kamu
memaksakan dalam meluruskannya, maka kamu akan memecahkannya. Dan apabila kamu
biarkan saja, maka ia akan tetap bengkok terus. Nasehatilah wanita dengan baik.
Secara naluri, seorang wanita memang memiliki perasaan yang halus. Tetapi ia mudah marah.
Oleh karena itu, seorang suami wajib bersabar dalam menghadapinya dan berlaku lembut
kepadanya, supaya mereka tetap bisa hidup tentram, damai, dan bahagia.

Ø Bermain dan Bercanda dengan Istri


Seorang suami harus berlaku penuh sayang kepada istrinya, dan berusaha menghibur dengan
bermain serta bercanda,[17] karena hal itu dapat menyenangkan hati istri. Sesungguhnya
seorang wanita sebelum menikah mendapatkan kasih sayang serta kelembutan dari kedua
orang tuanya. Namun setelah mengikat janji suci pernikahan, ia berlepas diri dari semua itu,
untuk kemudian menambatkan tali kasih sayang dan pengertiannya kepada suaminya. Dalam
benaknya, ia berharap agar di rumah suaminya kelak dirinya dapat mereguk cinta kasih
sayang dari suaminya, sebagaimana yang sebelumnya ia peroleh dari kedua orang tuanya.
Bahkan, dirinya berharap agar suaminya mencintai dan mengasihinya lebih daripada cinta
dan kasih kedua orang tuanya.[18]
Sabda Rasulullah:
“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya dan paling baik akhlaknya ialah yang
paling lembut terhadap istrinya.”

Ø Mengajarkan Urusan Agama kepada Istri


Salah satu kewajiban seorang suami terhadap istri ialah mengajarkan hal-hal yang khusus
tentang urusan agama. Abu Hamid Al-Ghazali ra mengatakan: “Seorang suami wajib
mengajari istrinya hukum-hukum agama, termasuk masalah-masalah yang menyangkut haid.
Sebab, hal itulah yang akan menjaganya dari neraka, berdasarkan firman Allah Ta’ala Qs.66
Tahrim 6:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Adapun adab-adab Suami Kepada Istri .
Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam
menjalankan agama. (At-aubah: 24)
Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-
Nya. (At-Taghabun: 14)
Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-
Furqan: 74)
Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi
nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil
jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini
secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan
yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri
kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.
(Ath-Thalaq: 7)
Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)
Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga.
Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada
keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)
Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu
Ya’la)
Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih
sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)
Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya
pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang
kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya,
dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-
Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita
(hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)
Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)
Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib
mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)
Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih
dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)
DAFTAR PUSTAKA

 Martono, Hadi. Strok Dan Penatalaksanaannya Oleh Internis. Dalam: Sudoyo A,


setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1
edisi 5. Jakarta: InternaPublishing 2009: 892-897.
 Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Edisi 6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
 Gunawan , Sulistis Gan et all. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. FKUI
 Kowalak, Jennifer P., William Welsh, (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
 Uddin, Jurnalis. 2009. Anatomi Susunan Saraf Manusia. FKUY : Jakarta

 Chandra B. Diagnostik dan penanggulangan penderita dalam koma Cermin Dunia


Kedokteran, nomor khusus, 2002; 95 - 100.

 Yusuf Misbach. Penatalaksanaan umum penderita koma. Media Aesculapius 30


September 2002.
 Bannister R. Consciousness and Unconciousness. Brain's clinical Neurology 5th ed.
Oxford : The English Book Society Oxford University Press, 2000; pp 150 - 160.
 Rizal T. Rumawas. Patologi dan patofisiologi gangguan kesadaran. Simposium Koma,
Jakarta 3 September 2001; hal 1 - 13.
 Pedoman Praktis Pemeriksaan Neurologi FK UI. Kesadaran. Jakarta 2006; hal. 39-50.

 Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, (2011), Guideline Stroke Tahun 2011,
Jakarta.

 Gilroy, John. Basic Neurology, Third Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.

 Harrison. Principles of Internal Medicine. McGraw-Hill Companies, Inc.

 World Health Organization. Global burden of stroke, the atlas of heart disease and stroke.
Geneva, WHO Sept. 2004. available at:
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf

 Johnson W, Onuma O, Owolabi M, Sachdev S. Stroke: a global response is needed.


Bulletin of the World Health Organization. 2016 Sep 1;94(9):634.

 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2013.

 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia: sample registration system 2014.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
 Pangaribuan L. Laporan akhir penelitian peningkatan sistem registrasi kematian dan
penyebab kematian di 15 kab/kota di Indonesia. Jakarta: s.n.; 2010
 http://darulauliyah.com/hak-kewajiban-pasangan-suami-istri-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai

  • Menjelaskan Jaras Motorik Dan Sensorik
    Menjelaskan Jaras Motorik Dan Sensorik
    Dokumen7 halaman
    Menjelaskan Jaras Motorik Dan Sensorik
    Akmal Nugraha
    60% (5)
  • Jakarta
    Jakarta
    Dokumen1 halaman
    Jakarta
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • TM 2 REPRO - PH
    TM 2 REPRO - PH
    Dokumen61 halaman
    TM 2 REPRO - PH
    putri handalasakti ayogo
    Belum ada peringkat
  • WRAP UP Medikolegal Sk1
    WRAP UP Medikolegal Sk1
    Dokumen30 halaman
    WRAP UP Medikolegal Sk1
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Pinki A Faktor Resiko Dan Tipe Stroke 119 237 1 SM PDF
    Pinki A Faktor Resiko Dan Tipe Stroke 119 237 1 SM PDF
    Dokumen5 halaman
    Pinki A Faktor Resiko Dan Tipe Stroke 119 237 1 SM PDF
    tia
    Belum ada peringkat
  • Meningoensefalitis
    Meningoensefalitis
    Dokumen20 halaman
    Meningoensefalitis
    Angela Rebecca
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up Skenario 2
    Wrap Up Skenario 2
    Dokumen47 halaman
    Wrap Up Skenario 2
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii-99
    Bab Ii-99
    Dokumen47 halaman
    Bab Ii-99
    Andi Mustika Sakir
    Belum ada peringkat
  • Roundown Resepsi - Irham & Putri
    Roundown Resepsi - Irham & Putri
    Dokumen18 halaman
    Roundown Resepsi - Irham & Putri
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • PP SK1 Emer
    PP SK1 Emer
    Dokumen10 halaman
    PP SK1 Emer
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Endokrin Putri
    Endokrin Putri
    Dokumen7 halaman
    Endokrin Putri
    Putri Handalasakti Ayogo
    Belum ada peringkat
  • Ajijiji
    Ajijiji
    Dokumen5 halaman
    Ajijiji
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Endokrin Sk3 Putri
    Endokrin Sk3 Putri
    Dokumen5 halaman
    Endokrin Sk3 Putri
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Kontrak Pekerjaan Ar
    Kontrak Pekerjaan Ar
    Dokumen2 halaman
    Kontrak Pekerjaan Ar
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Hedonisme Di Kalangan Masyarakat
    Hedonisme Di Kalangan Masyarakat
    Dokumen2 halaman
    Hedonisme Di Kalangan Masyarakat
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • PP SK1 Emer
    PP SK1 Emer
    Dokumen10 halaman
    PP SK1 Emer
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Fix2
    Abstrak Fix2
    Dokumen17 halaman
    Abstrak Fix2
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Case Report Elek T If
    Case Report Elek T If
    Dokumen15 halaman
    Case Report Elek T If
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Hemato N
    Jadwal Hemato N
    Dokumen6 halaman
    Jadwal Hemato N
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Pahlawan
    Pahlawan
    Dokumen3 halaman
    Pahlawan
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Tugas BI Aji 12 Sydney
    Tugas BI Aji 12 Sydney
    Dokumen1 halaman
    Tugas BI Aji 12 Sydney
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Hemato N
    Jadwal Hemato N
    Dokumen6 halaman
    Jadwal Hemato N
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Wrap Up SK2 B-16
    Wrap Up SK2 B-16
    Dokumen42 halaman
    Wrap Up SK2 B-16
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Lamp Iran
    Lamp Iran
    Dokumen5 halaman
    Lamp Iran
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • CTT Pemeriksaan Hematologi Dasar
    CTT Pemeriksaan Hematologi Dasar
    Dokumen1 halaman
    CTT Pemeriksaan Hematologi Dasar
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • SK 1 PI
    SK 1 PI
    Dokumen33 halaman
    SK 1 PI
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Merokok
    Bahaya Merokok
    Dokumen1 halaman
    Bahaya Merokok
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Merokok
    Bahaya Merokok
    Dokumen1 halaman
    Bahaya Merokok
    Handalasakti Surya Jumarno
    Belum ada peringkat