Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dewasa ini mendapat tantangan untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang mampu hidup
di alam Globalisasi. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya insani
sepatutnyalah mendapat perhatian secara terus menerus untuk meningkatan
mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka
peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan
berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional
senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006:4).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara
positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan
adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum secara dinamis sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bergerak cepat.
Hal tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah sebagai
lembaga pendidikan dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didik.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus berusaha secara terus menerus
mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana,

pelayanan administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara


utuh. Upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya bergantung
pada faktor guru saja, tetapi juga bergantung pada faktor lain yang mempunyai
saling keterkaitan sebagai sebuah sistem untuk menghasilkan keluaran atau
out put proses pendidikan yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap
merupakan unsur utama yang paling menentukan mempengaruhi hasil
pendidikan.
Fisika adalah bidang ilmu yang banyak membahas tentang alam dan
gejalanya, dari yang bersifat riil (terlihat secara nyata) hingga yang bersifat
abstrak atau bahkan hanya berbentuk teori yang pembahasannya melibatkan
kemampuan imajinasi atau keterlibatan gambaran mental yang kuat. Banyak
siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran fisika sulit untuk dipahami,
apalagi pada umumnya mata pelajaran fisika lebih banyak dajarkan dengan
menggunakan metode ceramah sehingga penguasaan konsep fisika menjadi
kurang berkembang, padahal pemahaman dan penguasaan konsep tersebut akan
mempermudah siswa dalam mempelajari fisika pada jenjang yang lebih tinggi.
Pemahaman dan penguasaan konsep merupakan landasan bagi siswa untuk
bernalar. Disamping itu pemahaman dan penguasaan konsep merupakan dasar
dari proses yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasigeneralisasi. Selain dituntut unutk menguasai konsep, siswa juga harus mampu
mengaplikasikan konsep yang dipelajari, mengaitkan suatu konsep dengan
konsep lain, serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dengan
konsep-konsep yang dimilikinya tersebut. Kemampuan siswa dalam menerima

dan memahami konsep tergantung pada kompleksitas dari konsep dan tingkat
perkembangan kognitif siswa siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap
konsep fisika merupakan dasar bagi siswa untuk memecahkan masalah-masalah
fisika baik dalam kelas maupun diluar kelas. Sebagi mata pelajaran yang banyak
memiliki konsep, fisika merupkan salah satu pelajaran yang sering dinilai sulit
oleh siswa. Hal ini terlihat dari pencapai hasil belajar seperti ulangan maupun
ujian semester yang masih kurang memuaskan. Kemungkinan salah satu factor
penyebab masih rendahnya nilai siswa tersebut adalah adanya kesulitan yang
dalami siswa dalam mempelajari fisika karena kurangnya dalam memahami dan
menguasai konsep-konsep fisika. kesulitan siswa dalam menguasai konsep fisika
dapat dilatarbelakngi oleh kenyataan dilapangan yang menunjukkan bahnwa
selama pemebalajaran, kegiatan siswa cenderung pasif dengan hanya
mendengarkan penjelasan, mencatat informasi, dan mengerjkan soal-soal yang
diberikan guru tanpa adanya proses pembentukkan konsep oleh siswa itu sendiri.
Akibat hal tersebut maka siswa cenderung menghafal materi atau konsep sekedar
untuk bisa mengerjakan soal-soal saja. Dalam pemebelajar fisika siswa tidak
hanya dituntut untuk menghafal rumus dan konsep saja tetapi lebih pada
memahami rumus dan menganalisis konsep dalam menjawab soal.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan reformasi dalam proses
pembelajaran dimana keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
harus menjadi hal utama. Selain penguasaan konsep, kemampuan penalaran juga
merupakan salah satu hal yang perlu dikembangkan, seseorang yang memmiliki
pemahaman dan penguasaan konsep yang baik belum tentu punya keterampilan

bernalar dengan baik. Pembelajaran yang berpusat pada guru menyababkan siswa
pasif dan hal ini turut berdampak terhadap kemampauan penalaran siswa menjadi
kurang berkembang secara optimal. Kemampaun penalaran adalah suatu
kemapuan proses berpikir manusia untuk menghubungkan data atau fakta yang
ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Berdsakan hal tersebut,
kemungkinan bahwa salah satu penyebab adanya kesulitan siswa dalam
mengembangkan kemampuan penalaran terletak pada pemilihan model
pembelajaran yang kurang tepat. Oleh sebab itu perlu terus diupayakan
pemgembangan model pembelajaran yang membuat siswa mudah memhami
konsep yang dipelajari serta memgembangkan kemampauan penalaran siswa,
khusus pada mata pelajaran fisika. Oleh karena itu selama proses pembelajaran
peserta didik harus terlibat secara langsung agar peserta didik memperoleh
pengalaman dan pengetahuan sendiri dari proses pembelajaran. Untuk itu perlu
diterapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide-idenya sehingga dapat mengintrerpretasi pengetahuan fisika secara
tepat. Salah satu alternatif dalam pemilihan model pembalajaran adalah model
pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang mengaitkan isi materi pelajaran dengan situasi nyata dalam
kehidupan sehari- hari. Menurut (Savery, 2006:3) pembelajaran berbasis masalah
adalah sebuah model pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik,
dimana

peserta didik

mengintegrasikan

teori

didorong
dengan

untuk melaksanakan
praktik

dan

dunia

penelitian,
nyata,

serta

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan untuk menghasilkan sebuah


solusi tepat terhadap sebuah masalah yang terdefinisi.
Model pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan dalam pelajaran
fisika karena penerapan konsep-konsep ilmiah dalam memecahkan masalah
sehari-hari memberikan pengalaman kepada peserta didik melakukan kegiatan
ilmiah serta menghubungkan hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal yang
akan dipelajari sehingga meningkatkan pemahaman peserta didik akan prinsipprinsip fisika yang abstrak. Dalam model ini, peserta didik dapat menumbuhkan
keterampilan memecahkan masalah, bertindak sebagai pemecah masalah dan
dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi,
dan saling memberi informasi.
Pembelajaran

berbasis

masalah menggunakan masalah dunia nyata

sebagai konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dari sini jelas bahwa dunia nyata
dan segala permasalahan perlu mendapat jawaban-jawaban yang tepat, untuk
itulah model ini sangat diperlukan. Supaya pembelajaran berbasis masalah pada
pelaksanaannya bisa berjalan

efektif dan efisien maka pelaksanaanya perlu

dipersiapkan dengan baik oleh guru termasuk cara membuka pelajaran.


Kemampuan seorang guru dalam membuka pembelajaran sangat penting
dilakukan walaupun tidak sedikit guru merasa kesulitan untuk memulai
pembelajaran yang dapat memberi motivasi kepada peserta didik. Kegiatan awal
berupa pertanyaan dalam kehidupan sehari-hari pada pembelajaran berbasis

masalah dapat menjadi sumber munculnya permasalahan sekaligus menjadi dasar


pemicu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pemunculan masalah pada model
pembelajaran berbasis masalah dengan cara bercerita dan tanya jawab kepada
peserta didik akan membuat peserta didik sulit untuk memahami masalah yang
dihadapi sehingga untuk memahami masalah tersebut membutuhkan waktu yang
lama dan penjelasan yang detail. Dimana peserta didik akan lebih menarik belajar
ketika peserta didik dihadapkan dan terlibat dengan kegiatan yang nyata. Salah
satu masalah dalam pembelajaran fisika adalah rendahnya kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah fisika yang dikemas dalam bentuk soal yang
lebih menekankan pada penalaran dan penguasaan konsep suatu pokok bahasan
tertentu. Sebagaimana mengacu pada pedoman penilaian Puskur-PLP (2004),
penilaian hasil belajar fisika siswa meliputi 3 aspek yaitu: pemahaman konsep,
penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah. Kemampuan siswa yang
rendah dalam aspek penalaran dan penguasaan konsep merupakan hal penting
yang harus ditindaklanjuti.
Fisika secara umum sangat sulit dipahami oleh siswa, karena fisika
memiliki obyek yang sifatnya abstrak dan membutuhkan penalaran yang cukup
tinggi untuk memahami setiap konsep-konsep fisika yang sifatnya hirarkis,
sehingga perlu menerapkan model-model pengajaran yang lebih baik dan tepat
membantu penguasaan siswa sedini mungkin di tingkat sekolah terhadap
fisika. Tetapi perlu kita garis bawahi pula sebuah pengajaran yang baik tidak
cukup untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang optimal, karena yang
menjadi salah satu masalah yang dihadapi guru untuk menyelenggarakan

pengajaran fisika adalah bagaimana menumbuhkan dan merangsang kemampuan


penalaran (logika) serta penguasaan konsep dengan benar oleh siswa. Fakta di
lapangan guru fisika sekolah kebanyakan mengajar dengan cara tradisional
dengan

pola:

informasi-contoh

soal-latihan

sesuai

contoh.

Paradigma

pembelajaran fisika di Indonesia selama bertahun-tahun adalah paradigma


mengajar dan banyak dipengaruhi oleh psikologi tingkah laku, bukan paradigma
belajar. Menurut Ratumanan yang dikutip oleh Rochmadi (2008 : 2) bahwa :
Pembelajaran fisika di Indonesia beracuan behaviorisme dengan penekanan pada
transfer pengetahuan dan hukum latihan. Guru mendominasi kelas dan menjadi
sumber utama pengetahuan, kurang memperhatikan aktivitas aktif siswa,
interaksi siswa, negosiasi makna, dan konstruksi pengetahuan. Guru yang
memegang kendali memainkan peran aktif, sementara siswa duduk menerima
secara pasif informasi pengetahuan dan keterampilan siswa- siswa cenderung
diam dan kurang berani menyatakan gagasannya. Kreativitas dan kemandirian
siswa mengalami hambatan dan bahkan tidak berkembang. Banyak siswa yang
tadinya kreatif dan kritis menjadi apatis karena suasana belajar dalam kelas
kurang

mendukung.

Tidak

sedikit

siswa

merasa

terlambat

proses

kedewasaan karena gaya-gaya pembelajaran melemahkan semangat belajar


siswa, karena kurang demokratif, kurang kolaboratif dan lain-lain.
Sebagaimana kita ketahui bahwa fondasi dari fisika adalah penalaran
(reasoning). Ross sebagaimana dikutip oleh Rochmadi (2008 : 2) menyatakan
bahwa salah satu tujuan terpenting dari pembelajaran fisika adalah mengajarkan
kepada siswa penalaran logika (logkal reasoning). Bila kemampuan bernalar

tidak dikembangkan pada siswa, maka bagi siswa fisika hanya akan menjadi
materi yang mengikuti serangkaian prosedur dan meniru contoh- contoh tanpa
mengetahui maknanya. Ciri utama penalaran dalam fisika adalah deduktif, atau
dengan perkataan lain fisika bersifat deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga
kaitan antar konsep atau pernyataan F i s i k a bersifat konsisten. ( Rochmadi
2008 : 1) juga mengatakan bahwa
pola

pikir

induktif

dan

pada prinsipnya dalam pembelajaran fisika

deduktif

keduanya

mempelajari konsep-konsep fisika. Namun


dengan

fokus

dapat

demikian,

digunakan

untuk

pembelajaran

fisika

pada pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan

pemecahan masalah dapat diawali menggunakan pola pikir induktif melalui


pengalaman-pengalaman khusus yang
dapat

diajak

dialami

siswa.

Pertama-tama siswa

mengkonstruksi pengetahuan fisika dengan menggunakan pola

pikir induktif. Misalnya kegiatan pembelajaran dapat dimulai dengan menyajikan


beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat-sifat yang
muncul, memperkirakan hasil yang mungkin, dan kemudian siswa dapat
diarahkan menyusun generalisasi secara deduktif.
Secara umum dalam memecahkan masalah siswa menggunakan pola pikir
induktif-deduktif. Dalam pemecahan masalah,memecahkannya kadang hanya
menggunakan salah satu pola pikir induktif atau deduktif, namun banyak
masalah dalam memecahkannya menggunakan keduanya pola pikir induktif dan
deduktif secara bergantian. Untuk
keterampilan

itu

pembelajaran

fisika

memerlukan

dari seorang guru untuk mendorong dan merangsang anak

didiknya menggunakan kemampuan penalaran

yang dimilikinya untuk

memahami materi yang diberikan guru secara utuh. Jika guru kurang menguasai
strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan
sempurna. Oleh karena itu guru fisika perlu memahami dan mengembangkan
berbagai bentuk metode dan keterampilan mengajar dalam mengajarkan fisika
guna membangkitkan kemampuan berfikir siswa agar mereka belajar dengan
antusias. Lebih dari itu siswa juga merasa ambil bagian dan berperan aktif dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan
potensi siswa merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang guru. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru
dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan
dan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Azis Wahab
(dalam Solihatin,2007:1)

yang

menyatakan

model

pembelajaran

yang

digunakan guru akan berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar


dan hasil belajar. Oleh karena itu penyajian materi perlu mendapat perhatian
guru, dan hendaknya dalam pembelajaran di sekolah guru memilih dan
menggunakan strategi pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik mental, fisik, maupun sosial.
Model

pengajaran

ini

pada

hakekatnya

adalah

menggali

dan

mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar


mengajar dan ini sangat baik untuk diterapkan pada mata pelajaran yang
dirasakan guru sangat sulit dipahami siswa sebagaimana yang sering dialami

10

siswa pada mata pelajaran fisikaa. Dari sini dapat dilihat bahwa secara umum
peserta didik akan terangsang untuk belajar (terlibat aktif dalam pengajaran)
apabila ia melihat bahwa situasi pengajaran cenderung memuaskan dirinya sesuai
kebutuhannya. Guru sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan
menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan
keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka
dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui
kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan.
Berdasarkan uraian sebelumnya maka salah satu alternatif dalam
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pengelolaan pembelajaran
berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah menjadi pilihan karena
pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
karena

kelasdi rancan sedemikian

rupa

agar

terjadi

interaksi

positif

antarsiswa. Di samping itu guru harus menciptakan sistem sosial dalam


lingkungan belajar yang dicirikan dengan prosedur demokrasi dan ilmiah.
Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif
untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan
keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang
bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dari uraian di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian yang ingin mengetahui: Pengaruh Model
pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Penalaran
fisika (Eksperimen pada Siswa SMP/MTs Dijakarta Timur).

11

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya
terdapat beberapa permasalahan yang menjadi perhatian penulis untuk dikaji dan
dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini, yaitu: Model pemebelajaran berbasis
masalah terhadap penguasaan konsep dan kemampuan penalaran siswa.
Selanjutnya, dalam penelitian ini diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah guru dapat dapat melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah
pada mata pelajaran fisika ?
2) Bagaimana reaksi siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah
dan model pembelajran langsung?
3) Apakah

guru

masih

kurang perhatian

mengenai

penerapan

model

pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran fisika?


4) Apakah

ada

kesulitan

dalam

melaksanakan model pembelajaran berbasis

masalah dalam proses belajar yang berlangsung?


5) Apakah ada perbedaan

hasil tes kemampuaan penalaran fisika siswa yang

belajar menggunakan meodel pemebelajaran berbasis masalah dengan


pembelajaran langsung?
6) Apakah ada perbedaan hasil tes penguasaan konsep siswa yang belajar
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran
langsung?
7) Faktor apakah yang dapat mempengaruhi kemampuan penalaran fisika
siswa?
8) Faktor
siswa?

apakah

yang

dapat

mempengaruhi

penguasaan

konsep fisika

12

9) Manakah yang lebih baik Kemampuan penalaran fisika antara siswa

yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan model


pembelajaran langsung?
10) Manakah yang lebih baik penguasaan konsep fisika antara siswa yang
menggunakan

model

pembelajaran

berbasis

masalah

dengan

model

pembelajaran langsung?
11) Apakah ada kesulitan dalam melaksanakan model pembelajaran berbasis
masalah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama?
12) Apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat merangsang kemampuan
penalaran dan penguasaan konsep fisika siswa?
13) Apakah ada perbedaan hasil tes kemampuan penalaran dan penguasaan
konsep fisika siswa yang belajar dengan model pembelajaran berbasis masalah
dan model pembelajaran langsung?
14) Apakah

ada

pengaruh

model

pembelajaran berbasis masalah terhadap

kemampuan penalaran dan penguasaan konsep fisika siswa secara multivariat?


15) Apakah ada pengaruh

model pembelajaraan berbasis masalah

terhadap

kemampuan penalaran fisika siswa ?


16) Apakah

ada

pengaruh

model

pembelajaran berbasis masalah terhadap

penguasaan konsep fisika siswa?

C. Batasan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada
apakah terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis maslah terhadap
kemampuan penalaran dan penguasaan konsep fisika siswa. Model
pembelajaran yang

dimaksud

dalam

penelitian

ini adalah model

pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran langsung.

13

Untuk tingkat kemampuan penalaran dan penguasaan konsep fisika dalam


penelitian ini

dibatasi

pada

konsep tinggi dan kemampuan

kemampuan penalaran dan penguasaan


penalaran dan penguasaan konsep

rendah, yang ditunjukkan pada nilai tes formatif. Adapun pokok bahasan
dalam penelitian ini adalah konsep arus listrik, energi dan daya listrik,
energi listrik, daya listrik, hambatan alat-alat listrik, menghemat energi
dalam kehidupan sehari-hari.
D. Rumusan Masalah
Setelah memperhatikan identifikasi masalah yang ada dalam
penelitian ini begitu banyak sehingga perlu adanya Rumusan masalah,
yaitu:
1) Apakah ada pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan
penalaran dan penguasaan konsep Fisika siswa secara multivariat?
2) Apakah ada pengaruh model pembelajaran terhadap penguasaan
konsep Fisika siswa?
3) Apakah ada pengaruh model pembelajaraan terhadap kemampuan
penalaran Fisika siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini diharapkan akan diperoleh manfaat secara
empiris dan deskriptif dari pembatasan masalah yaitu:
1) Untuk mengatahui ada pengaruh model pembelajaran terhadap
kemampuan penalaran dan penguasaan konsep Fisika siswa secara
multivariat?

14

2) Untuk mengatahui ada pengaruh model pembelajaraan terhadap

kemampuan penalaran Fisika siswa ?


3) Untuk mengatahui ada

pengaruh model pembelajaran terhadap

penguasaan konsep Fisika siswa?


F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara
teoritik maupun praktik dalam bidang kependidikan fisika, terutama pada
jenjang pendidikan Sekolah Menengan pertama. Manfaat tersebut
dijabarkan sebagai berikut :
1).

Manfaat atau kegunaan secara teoritik


Secara teoritik hasil penelitian ini bermanfaat antara lain :
a). Untuk dijadikan rujukan teori bagi penelitian lanjutan,
khususnya yang terkait dengan penelitian dalam bidang
model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan
penalaran dan penguasaan konsep Fisika
b). Untuk

menambah

literatur

kepustakaan

bidang

pendidikan Fisika pada jenjang Sekolah Menengah Pertama


2). Manfaat atau kegunaan secara praktik.
Dalam kehidupan praktik, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai
sumbangan positif dan masukan kepada semua pihak yang terkait
dalam dunia pendidikan, khususnya pada pendidikan fisika SMP/MTs,
antara lain :
a).

Pemerintah, yaitu :

15

1). Bagi

pemerintah

khususnya

pengembangan

dan

penelaahan kurikulum untuk mempertimbangkan aspek


model pembelajaran berbasis masalah dalam proses
kegiatan pembelajaran fisika terhadap kemampuan
penalaran dan penguasaan konsep dalam pembelajaran
fisika.
2). Sebagai

referensi

atau

bahan

pertimbangan

bagi

pemerintah khususnya para praktisi atau pakar dunia


pendidikan untuk memperhatikan pergembangan dunia
pendidikan

khususnya

pendidikan

fisika

yang

memerlukan penalaran dan penguasaan konsep melalui


model pembelajaran berbasis maslah.
b).

Sekolah, yaitu :
1). Bagi

para

menumbuhkan

guru

bagaimana

untuk

atau merangsang kemampuan penalaran

dan penguasaan konsep fisika

melalui pemberian

eksperimen awal pembelajaran berbasis masalah, agar


tercapainya hasil belajar yang memuaskan.
2). Bagi calon guru S M P / M Ts , khususnya yang akan
mengajar praktek mengajar bagi mahasiswa jurusan fisika
sehingga dapat memberikan

contoh

dalam

proses

belajar mengajar deng melibatkan keaktifan siswa dalam


model pembelajaran berbasis masalah, selain itu dari hasil

16

penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para guru


fisika

tentang

Bagaimana

cara

mengajarkan

konsep-konsep

menumbuhkan

atau

fisika.

merangsang

kemampuan penalaran dan penguasaan konsep fiska siswa


dengan model pembelajaran berbasis masalah. Sehingga
sebagai wujud belajar bermakna, efisien, dan efektif.
3). Bagi para siswa lebih menyadari arti pentingnya
kemampuan penalaran dan penguasaan konsep, dalam
proses belajar berlangsung hendaknya siswa selalu
memperhatikan guru pada saat memberi materi.
4). Bagi para peneliti untuk menjadi bahan pembanding
mengenai topik pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap kemampuan penalaran dan penguasaan
konsep dalam pembelajaran fisika.

Anda mungkin juga menyukai