BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bab-bab sebelumnya telah kami bahas pandangan-pandangan yang
makin terbatas mengenai penyusunan dan penafsiran wacana. Pada bab 2 kami
telaah pengaruh konteks situasi pada wacana dan pada bab 3 pengaruh berbagai
pengaruh linierisasi dalam wacana, bagaimana apa yang dikemukakan lebih dulu
paling kecil pada struktur wacana: satuan-satuan lokal kecil pada tingkat frase dan
begitu kecil dan khususnya, akal dan keterampilan apa saja yang dapat digunakan
para penutur/penulis untuk menunjukkan kepada para kawan bicara mereka status
Struktur informasi dalam teks, mulai dari masa pengembangannya oleh para ahli
dari mazhab Praha, yang di antara upayanya diketahui telah mengintegrasikan pembedaan
2
antara tema dan rema ke dalam sistem tata bahasa. Upaya mereka menggunakan
melalui penggunaan bahasa, adalah suatu hal yang patut menjadi catatan. Pemikiran tentang
fungsional itu.
satuan informasi, baik yang bersifat tutur maupun yang hurufiah, yang merupakan
dalam konteks bahasa tulis. Dengan alasan kalimat tulis tidak memiliki intonasi, maka
kata ataupun intonasi dijadikan dasar pertanda atas pembedaan keduanya. Disebutkan
bahwa bagian yang dipandang lebih informatif posisinya berada sesudah bagian yang
kurang informatif. Dari segi prosodi, bagian yang lebih informatif ditandai oleh ciri intonasi
yang paling menonjol berupa aksen nada. Bagian kalimat lainnya, yang kurang menonjol
dari segi intonasi dipandang sebagai bagian yang kurang informatif. Terhadap bagian
berurutan yang disebutkan ada juga yang mengidentikkannya dengan pembedaan bagian
B. Rumusan Masalah
1. Struktur informasi dan pengertian latar/baru dalam intonasi.
2. Penjelasan tentang sruktur informasi: satuan-satuan informasi.
3. Penjelasan tentang struktur informasi: kelompok-kelompok ton dan tonis.
4. Mengidentifikasi kelompok ton.
3
C. Tujuan penelitian
1. Untuk memperoleh gambaran mengenai Struktur informasi dan pengertian
informasi.
BAB II
PEMBAHASAN (ANALISIS)
mulai diadakan oleh ahli-ahli pada Aliran Praha sebelum Perang Dunia II. Mereka
meneliti apa yang mereka sebut dinamisme komunikatif, unsur-unsur yang turut
Praha dikemukakan hingga menarik perhatian para sarjana Barat pertama-tama oleh
4
pandangan Aliran Praha mengenai informasi yang terdiri atas dua kategori yaitu,
informasi baru merupakan informasi yang oleh pembeicara dianggap tidak diketahui
oleh lawan bicaranya. Informasi latar yang oleh pengajak bicara di anggap diketahui
oleh kawan bicaranya (baik karena secara fisik ada dalam konteks ataupun karena
intonasi dalam bahasa inggris adalah untuk memisahkan informasi mana yang oleh
mengkodekan isi klausa (satuan dasar dalam sistem gramatikalnya). Dalam banyak
hal apa yang di pandang Halliday sebagai isi ideasional klausa boleh dibandingkan
dengan apa yang disebut oleh sarjana-sarjana lain sebagai isi proposisional kalimat
tunggal. Isi klausa ini disusun oleh penutur menjadi struktur klausa sintaksis, yang
pada bahasa lisan, isi klausa disusun menjadi satu satuan atau lebih yang secara
memutuskan di mana setiap satuan informasi mulai dan berakhir dan bagaimana
susunan dalamnya (Halliday dikutip, Brown dan Yule, 1996:153). Jadi, jika
pendengarnya bahwa Jhon telas masuk ke dalam kebun bersama Mary, penutur
mungkin akan mengemas informasi ini menjadi satu potong seperti pada:
(1) a. Jhon has gone into the garden with Mary
atau menjadi 2 atau 3 potong seperti pada
b. Jhon has gone into the garden with Mary
c. Jhon has gone into the garden with Mary
Realisasi perbedaan dalam memotong-motong ini akan dibicarakan pada
didistribusikannya informasi latar dan baru di dalam satuan itu. Secara khas
penutur akan menepatkan informasi latar pada urutan sebelum informasi yang baru.
Urutan struktur informasi yang tak tertanda adalah urutan latar-baru. Yang wajar,
informasi yang mengawali wacana hanya akan mengandung informasi yang baru.
ditentukan batas-batasnya.
6
satu, suku kata tonis yang terdapat di dalamnya. Suku kata tonis ditandai dengan
pada bahasa lisan, juga berhubungan dengan ritme bahasa lisan (Abercrombie
dikutip Brown dan Yule, 1996:154). Setiap suku (foot) mulai dengan suku kata
bertekanan dan berisi jumlah suku kata tak bertekanan yang mengikutinya. Jadi,
kelompok-kelompok ton harus mulai dengan suku kata bertekanan. Tetapi kadang-
kadang suku kata pertama pada suku kata permulaan kelompok ton tak bertekanan.
Lalu, didalilkan iktus senyap (sepadan dengan pukulan senyap dalam musik)
sebagai permulaan dalam kelompok ton. Pada contoh berikut ini tonik ditandai
dengan huruf besar, batas kelompok ton dengan / /, dan iktus senyap dengan :
/ / I/find it incompre / HENsible / /
Suku kata tonis berfungsi untuk memfokuskan informasi baru dalam
kelompok ton. Dalam kasus tak tertanda, suku kata tonis memfokuskan unsur
leksikal yang terakhir dalam kelompok ton, yang umunya kata kepala konstituen
yang berisi infosmasi baru. Perhatikan cara seorang anak perempuan berumur 4
unsur lesikal terakhir mendapat suku kata tonis, yang menandainya sebagai fokus
informasi baru. Dalam kelompok ton e, suku kata tonisnya tidak jatuh pada unsur
leksikal terakhir, fairy, karena fairy sudah diketahui pada ko-teks sebelumnya dan
dianggap diketahui oleh penutur. Suku kata tonis jatuh pada unsur leksikal terakhir
oleh apakah suatu wujud sudah diacu atau belum di dalam wacana. Seperti kata
Halliday (dikutip, Brown dan Yule, 1996:155) yang konsisten dan betul Inilah
pilihan-pilihan manasuka pada pihak penutur yang tidak ditentukan oleh lingkungan
tekstual atau situasional; apa yang baru, yang akhirnya terserah kepada penutur,
adalah apa yang dipilihnya untuk dikemukahkan sebgai baru, dan ramalan-ramalan
dari wacana hanya dikemukakan sebagai baru, dan ramalan-ramalan dari wacana
realisasi-realisasi itu dengan cara yang dapat dipercaya dan berprinsip. Apabila
berkerja dengan wicara yang dibaca keras-keras, atau dengan wicara yang sudah
pada arus wicara, terutama bilamana batas-batas sintaksis bertepatan dengan batas-
8
batas fonologis. Akan tetapi, pada wicara spontan yang tak terencana, ada masalah-
fonologis saja.
Jika sering kali sukar atau tidak mungkin mengidentifikasikan satu saja
mungkin, pada asasnya untuk menentukan batas-batas itu. Halliday (dikutip, Brown
dan Yule, 1996:156) menunjakan bahwa batas-batas itu akan ditentukan oleh
struktur ritmis ujaran: kelompok ton adalah satuan fonologis yang berfungsi sebagai
realisasi struktur informasi. Kelompok ton tidak ko-ekstensif dengan kalimat atau
klausa atau satuan struktur kalimat apa pun yang lain; tetapi ko-ekstensif dengan
satuan informasi di dalam batasan-batasan yang ditentukan oleh ritme itu. Desakan
untuk mengikat satuan informasi secara langusng dengan bentuk realisasi fonologis
ini menghasilkan beberapa satuan informasi yang tmapak ganjil seperti pada:
/ / not only THAT but you / / didnt know / where to start / LOOKing for the / other
BAB III
SIMPULAN
Struktur informasi terkait dengan upaya penutur (pembicara atau penulis) mengatur,
informasi berhubungan dengan bagaimana informasi latar dan baru disampaikan. Informasi
baru merupakan informasi yang ada dalam proposisi dan diduga belum atau tidak diketahui
oleh kawan atau lawan bicara karena tidak ada penyebutan sebelumnya di dalam wacana
ataupun ketiadaan konteks yang berhubungan dengan wacana itu. Informasi latar
merupakan informasi yang diperkirakan sudah diketahui oleh kawan bicara berdasarkan
konteks yang ada atau karena informasi tersebut memang sudah ada rujukannya di dalam
wacana.
Status informasi ditentukan tidak oleh struktur wacana tetapi oleh penutur. Tidak
ada juga kaidah-kaidah untuk menentukan status informasi baru dan latar bagi penutur.
DAFTAR PUSTAKA
Brown,G. & Yule. G. 1996. Analisis Wacana: Discourse Analysis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
utama.
2012).
Utami, Treasiana S. D. 2011. Analisis Struktur Informasi Latar-Baru pada Wacana Putra Khadafi