Proses sorpsi
dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi dan absorpsi. Dinamakan proses adsorpsi jika ion
tersebut tertahan dipermukaan partikel penyerap (sorban), sedangkan dinamakan absorpsi jika
proses pengikatan ini berlangsung sampai di dalam partikel penyerap. Karena keduanya
sering muncul bersamaan dalam suatu proses maka ada yang menyebut sorbsi, baik adsorbsi
sebagai sorbsi yang terjadi pada zeolit maupun padatan lainnya. Dalam proses ini yang
berperan sebagai zat penyerap adalah padatan arang sedangkan zat yang diserap adalah ion
asam klorida dalam larutan. (Mattel, 1991)
Peristiwa adsorpsi yang terjadi antara arang dengan ion asam klorida dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain luas permukaan, sifat fisik dan sifak kimia adsorben. Luas
permukaan spesifik arang dapat dihitung dengan persamaan yang tersaji pada pers. (1)
(Mulyana, Pradiko, & Nasution, 2003):
S = ( Xm / M ) .N.Am . 10-20......................... (1)
dimana:
S = luas permukaan spesifik (m2/gram)
Xm = kapasitas monolayer per
gram adsorben
M = massa molekul relatif adsorben (gram/mol)
N = bilangan Avogadro
Am = luas yang tertutupi satu molekul
adsorben pada lapisan monolayer sempurna
Dari persamaan tersebut diatas maka dapat diketahui bahwa pada proses adsorbsi
jumlah zat yang dapat diserap oleh adsorben mempunyai perbandingan tertentu tergantung
pada sifat zat yang diserap, jenis adsorben dan suhu adsorbsi. Semakin besar konsentrasi
larutan, semakin banyak jumlah zat terlarut yang dapat diadsorbsi sehingga tercapai
keseimbangan tertentu, dimana laju zat yang diserap sama dengan zat yang dilepas dari
adsorben pada suhu tertentu. Dari variabel tersebut maka dapat dirunkan menjadi dua
bentuk persamaan yang terkenal yaitu:
Persamaan Freundlich
Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat terlarut per gram adsorben dan c adalah
konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Dari konsep tersebut dapat diturunkan persamaan
sebagai berikut tersaji pada gambar (2) dan gambar (3) (Mulyana, Pradiko, & Nasution,
2003):
Xm / m = k.C1/n.................................. (2)
Log ( Xm / m ) = log k + 1 /n . log C............................... (3)
dimana:
Xm = berat zat yang diadsorbsi
m = berat adsorben (arang)
C = konsentrasi zat
Kemudian k dan n adalah konstanta asdsorbsi yang nilainya bergantung pada jenis
adsorben dan suhu adsorbsi. Bila dibuat kurva log (Xm / m) terhadap log C akan diperoleh
persamaan linear dengan intersep log k dan kemiringan 1/n, sehingga nilai k dan n dapat
dihitung.
Persamaan Langmuir
( )
c merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang
terjerap per gram adsorben, a adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi
dan (x/m)maka adalah kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben.
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai
ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik,
akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben
dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan,
karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben. (Mulyana, Pradiko,
& Nasution, 2003)
Mulyana, L., Pradiko, H., & Nasution, K. (2003). Pemilihan persamaan adsorpsi isotherm
pada penentuan kapasitas adsorpsi kulit kacang tanah terhadap zat warna remazol
golden yellow 6. Infomatek Teknik Lingkungan , 131-143.
Adsorpsi kimia terjadi ketika terbentuk ikatan kimia antara substansi terlarut
dalam larutan dengan molekul dalam media. Adsorpsi kimia diawali dengan adsorpsi
fisika, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya
Van der Waals atau melalui ikatan hidrogen. Dalam adsorpsi kimia partikel melekat
pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan
cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan
substrat. Contoh : ion exchange (Atkins, 1999).
Karbon aktif adalah bentuk umum dari berbagai macam produk yang mengandung
karbon yang telah diaktifkan untuk meningkatkan luas permukaannya. Karbon aktif
berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan
kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak
larut atau yang terdispersi dalam cairan. Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon
aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran
porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu mikropori (diameter <2
nm), mesopori (diameter 250 nm), dan makropori (diameter >50 nm). Penggunaan
karbon aktif di Indonesia mulai berkembang dengan pesat, yang dimulai dari
pemanfaatannya sebagai adsorben untuk pemurnian pulp, air, minyak, gas, dan katalis
(Saragih, 2008).
Saragih,SA.2008. Pembuatan dan Karekterisasi Karbon Aktif dari Batubara Riau
sebagai Adsorben. Tesis. Jakarta : Program Pascasarjana, Universitas
Indonesia.
Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon.
Arang tersusun dari atom-atom karbon yang berikatan secara kovalen membentuk
struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya. Susunan kisikisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling
bertumpuk dengan sela-sela di antaranya.Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang
masih tertutup oleh hidrokarbon dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini
meliputi karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur (Puspitasari Dyah Pratama,2006).
Karbon
Aktif
Termodifikasi
Zink
Klorida.dalam
Jurnal