Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PRESENTASI

PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN PANCASILA


SEBAGAI DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Disusun oleh :
Dhilinmamdud 6301412103
Mijil Dewi S.R. 4301414001
Vina Rosalina 4301414013
Putri Karlitha A. 4301414014
Nur Muslimah 4301414025
Prakasita L.D. 6411414058

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


September 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
disajikan sesederhana mungkin untuk memudahkan pembaca dalam memahami
isi makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rahayu
Fery Anitasari selaku dosen pengampu Mata Kuliah Umum Pendidikan
Pancasila sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Dengan adanya makalah ini Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
proses perumusan dan pengesehan Pancasila sebagai Dasar Negara republik
Indonesia serta dapat melestarikan dan menerapkan nilai-nilai luhur Pancasila
sebagai dasar Negara Indonesia. Sehingga kita Mahasiswa akan mampu
menjadi pribadi yang cerdas, intensif, mandiri, dan berbudi luhur. Sehingga
diharapkan Mahasiswa bisa menjadi generasi penerus bangsa yang akan
membawa bangsa ini menjadi lebih baik dan lebih maju.

Semarang, 26 September 2014

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia tidak
dapat dilepaskan dari sejarah masa lampau. Demikian dengan terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila sebagai
Dasar Negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan masa mendatang
merupakan suatu rangkaian waktu yang berlanjut dan berkesinambungan.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara Pancasila.
Bahkan pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai
Dasar dan Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia tidak
ada keraguan sedikitpun mengenai kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai
pandangan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pancasila Sebagai Dasar Negara?
2. Bagaimanakah proses perumusan dan pengesahan Pancasila Sebagai
Dasar Negara Republik Indonesia?
3. Bagaimanakah perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui arti dari pancasila sebagai Dasar Negara.
2. Mengetahui proses perumusan dan pengesahan Pancasila sebagai Dasar
Negara.
3. Mengetahui perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila sebagai Dasar Negara


Secara etimologi istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam
bahasa Sansekerta Pancasila memiliki arti yaitu :
Panca artinya lima
Syila artinya batu sendi, alas/dasar
Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik.
Menurut Muhammad Yamin,dalam bahasa Sansekerta perkataan Pancasila
memiliki dua macam arti : Panca artinya lima "syiila"vokal" i pendek artinya
"batu sendi", "alas" atau "dasar" "syiila "vokal" i" panjang artinya "peraturan
tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh. ajaran Pancasyiila
menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral
principles, yang harus ditaati dan dilaksankan oleh para penganut biasa atau
awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi
lengkapnya sebagai berikut :
1. Dilarang membunuh
2. Dilarang mencuri
3. Dilarang berzina
4. Dilarang berdusta
5. Dilarang minum-minuman keras

Istilah Pancasila sudah dikenal sejak jaman Majapahit dalam buku


Negarakertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu
Prapanca yang diartikan lima perintah kesusilaan (Pancasilakrama) yang
berisi lima larangan sebagai berikut tidak boleh:
1. Melakukan kekerasan
2. Mencuri
3. Berjiwa dengki
4. Berbohong
5. Mabuk akibat minuman keras

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar keseluruh Indonesia
maka sisi-sisa pengaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal di
dalam masyarakat Jawa, yang disebut dengan "lima larangan" atau "lima
pantangan" moralitas yaitu :
1. Mateni artinya membunuh
2. Maling artinya mencuri
3. Madon artinya berzina
4. Mabok artinya minuman keras
5. Main artinya berjudi

Semua huruf diberi awalan M atau dalam bahasa Jawa disebu Ma oleh karena
itu lima prinsip Ma lima atau M5 yaitu lima larangan (Ismaun,1981:79)
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 and tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun.
II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 bersama-sama dengan Batang Tubuh UUD
1945.

Pandangan hidup suatu bangsa adalah masalah pilihan, masalah putusan suatu
bangsa mengenai kehidupan bersama yang dianggap baik. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila itu dijadikan tuntunan dan pegangan dalam mengatur sikap dan
tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, mayarakat
dan alam semesta.
Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata
kehidupan bernegara seperti yang diatur oleh UUD 1945.

B. Kronologi Perumusan dan Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara


Proses perumusuan pancasila secara formal terbagi menjadi empat bagian :
1. Sidang BPUPKI I
Badan ini dibentuk pada tanggal pada 29 April 1945. Dilantik pada tanggal 28
Mei 1945. Fungsinya: Membicarakan dan mempersiapkan keperluan-keperluan
kemerdekaan Indonesia, seperti: Persiapan Undang-Undang Dasar yang berisi
Dasar Negara, tujuan negara, bentuk negara, dan sistem pemerintahannya.
Sebagai ketua adalah Dr. KRT Radjiman Widiodiningrat.
a. Mr. M. Yamin ( 29 Mei 1945 )
Pada sidang tanggal 29 Mei 1945 Mr. M. Yamin, sebagai Ketua
Panitia Konsep UUD mengusulkan secara lisan Dasar Nagara
Indonesia, yaitu:
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri Ketuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Peri Kesejahteraan Rakyat
Kemudian secara tertulis, tercantum dalam Rancangan Pembukaan
UUD Negara RI, sebagai berikut:
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dari hasil yang dikemukakan oleh Mr. M. Yamin ini, jelas bahwa
beliau adalah penggali Pancasila yang lebih khusus, yakni
Pancasila sebagai Dasar Negara.
b. Prof. Dr. Soepomo ( 31 Mei 1945)
Beliau mengemukaan teori-teori Negara sebagai berikut :
1) Teori Negara Perseorangan (individualis) yaitu paham yang
menyatakan bahwa negara adalah masyarakat hukum yang
disusun, atas kontrak antara seluruh individu (paham yang banyak
terdapat di Eropa dan Amerika).
2) Paham Negara Kelas (class theory) teori yang diajarkan oleh
Marx, Engels dan lenn yang mengatakan bahwa Negara adalah alat
dari suatu golongan (suatu klasse) untuk menindas klasse lain.
3) Paham Negara Integralistik, yang diajarkan oleh Spinoza, Adam
Muler, Hegel. Menurut paham ini Negara bukan unuk mejamin
perseorangan atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan
masyarakat seluruhnya sebagi suatu persatuan.
c. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Ir. Soekarno mengusulkan Dasar Negara itu adalah Pancasila. Usul
ini dikemukakan beliau dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 1 Juni 1945,
yakni:
1) Nasionalisme
2) Internasionalisme, atau peri kemanusiaan
3) Mufakat, atau Demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan yang berkebudayaan
Pidato ini ketika diterbitkan pada tahun 1947 diberi judul Lahirnya
Pancasila. Karena Ir. Soekarno juga mengemukakan butir-butir
yang kemudian dikenal dengan Pancasila tersebut, maka beliau
juga adalah penggali Pancasila.
2. Sidang Panitia Sembilan
Pada tanggal 22 juni 1945 sembilan tokoh yang terdiri dari : Ir.
Soekarno, Drs. M. Hatta. Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosujoso,
Abdulkahar Muzakir, H. Agus Salim, Mr.A. Soebardjo, K.H. Wahid
Hasjim dan Mr. M. Yamin. Tugas mereka adalah membahas pidato/usul
Mr. M. Yamin. Dari pertemuan ini mereka berhasil menyusun naskah
yang di dalamnya terdapat rumusan Dasar Negara, yaitu:
a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Naskah yang mengandung rumusan Dasar Negara ini diberi nama oleh
Mr. M. Yamin dengan Piagam Jakarta. Panitia Sembilan adalah
penggali Pancasila menurut rumusannya sendiri.

3. SIDANG BPUPKI II
Ada tambahan 6 anggota pada sidang BPUPKI kedua ini. Selain itu Ir
Soekarno juga melaporkan hasil pertemuan Panitia Sembilan yang telah
mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan
antara golongan Islam dengan golongan kebangsaan. Persetujuan
tersebut tertuang dalam suatu rancangan Pembukaan hukum dasar,
rancangan preambule Hukum dasar yang dipermaklumkan oleh panitia
kecil Badan Penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua tanggal 10 juli
1945. Panitia kecil badan penyelidik menyetujui sebulat-bulatnya
rancangan preambule yang disusun oleh panitia Sembilan tersebut.

Dalam sidang ini istilah hukum dasar diganti dengan istilah Undang-
Undang Dasar. Keputusan penting dalam rapat ini anara lain:
a. Tanggal 10 juli 1945
Pada tanggal 10 juli 1945 keputusan tentang bentuk Negara.
Dari 64 suara yang pro republik 55 orang yang meminta bentuk
kerajaan 6 orang adapun bentuk lain dan blanko 1 orang.
b. Tanggal 11 juli 1945
Pada tanggal 11 juli 1945 keputusan tentang luas wilayah
Negara. Sebanyak 39 suara memilih daerah Hindia Belanda
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (borneo Inggris), Irian
timur, Timor Portugis dan Pulau-pulau sekitanya.
Keputusan-keputusan lain yaitu membentuk panitia
perancangan Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membentuk panitia ekonomi dan keuangan yang
diketuai oleh Drs. Moh. Hatta, dan juga membentuk panitia
pembelaan tanah air diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso.
c. Tanggal 13 Juli 1945
Pada tanggal 13 juli 1945 menghasilkan keputusan tentang
kedaulatan negara , tugas presiden , undang undang dan
rancangan hukum dasar 15 Bab 42 Pasal.
d. Tanggal 14 Juli 1945
Badan Penyelidik bersidang lagi dan Panitia Perancanga
Undang-Undang dasar yang diusulkan terdiri atas 3 bagian,
yaitu:
1) Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan di
muka dunia atas penjajahan Belanda.
2) Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar Negara
Pancasila
3) Pasal-pasal UUD (Pringgodigdo, 1979: 169-170)

4. SIDANG PPKI I
Sebelum sidang resmi dimulai dilakukan pertemuan untuk
membahas beberapa perubahan yang berkaitan dengan rancangan
naskah pembukan UUD 1945 yang pada saat itu disebut piagam
Jakarta, terutama yang menyangkut sila pertama pancasila.
Dan sidang yang dihadiri 27 orang ini menghasilkan keputusan-
keputusan sebagai berikut:
a. Mengesahkan UUD 1945 yang meliputi :
1) Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam
Jakarta sehingga dihasilkan pembukaan Undang-undang
Dasar 1945.
2) Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima
dari Badan Penyelidik pada tanggal 17 Juli 1945, setelah
mengalami beberapa perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam Jakarta, kemudian menjadi Undang-
Undang Dasar 1945.
b. Memilih Presiden (Ir. Soekarno) dan wakil presiden (Drs. Moh.
Hatta).
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat
sebagai musyawarah darurat.

C. Perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara


Semenjak ditetapkan sebagai Dasar Negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945)
Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya
sejarah bangsa Indonesia.Koento Wibisono(2001) memberikan tahapan
perkembangan Pancasila sebagai Dasar negara dalam tiga tahap yaitu:
1. Tahap 1945-1968 sebagai tahap politis.
2. Tahap 1969-1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi.
3. Tahap 1995-2020 sebagai tahap repositing Pancasila
Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya para pakar hukum
ketatanegaraan melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar
Negara yaitu:
a. Tahun 1945-1949 Masa Undang-undang Dasar 1945 yang
Pertama
b. Tahun 1949-1950 Masa Konstitusi RIS
c. Tahun 1950-1959 Masa UUDS 1950
d. Tahun 1959-1965 Masa Orde Lama
e. Tahun 1966-1968 Masa Orde Baru
f. Tahun 1998-sekarang Masa Reformasi (Soegito A.T.2001)

Hal ini patut dipahami,karena adanya perbedaan pendekatan,yaitu segi


politik dan dari segi hukum.
1. 1945-1968 merupakan tahap politis, dimana orientasi pengembangan
pancasila diarahkan kepada nation and character building. Hal ini
sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari
berbagai tantangan yang muncul baik dalam maupun luar negeri,sehingga
atmosfer politis sebagai panglima sangat dominan.Menurut Notonegoro
dan Driyarkara Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandangan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan pancasila
merupakan suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan ditegaskan
bahwa pancasila merupakan rumusan ilmiah filsafati tentang manusia dan
realitas,sehingga pancasila tidak lagi dijadikan alternatif melainkan
menjadi suatu imperatif dan suatu philosophial consensus dengan
komitmen transenden sebagai tali pengikat kesatuan dan persatuan dalam
menyongsong kehidupan masa depan bangsa yang Bhineka Tunggal
Ika.Bahkan Notonegoro menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945
merupakan Staatfundamental Norm yang tidak dapat diubah secara
hukum oleh siapapun.
2. 1969-1994 sebagai tahap pembangun ekonomi yaitu upaya mengisi
kemerdekaan melalui program-program ekonomi. Pembangunan
ekonomi menunjukkan keberhasilan secara spektakuler walaupun
bersamaan dengan itu muncul gejala ketidak merataan dalam pembagian
hasil pembangunan. Kesenjangan sosial merupakan fenomena yang
dilematis dengan program Penataran P4 yang selama itu dilaksanakan
oleh pemerintah. Keadaan ini semakin memprihatinkan setelah terjadi
gejala KKN dan Kroniisme yang nyata-nyata bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila itu sendiri. Bersamaan dengan itu perkembangan
perpolitikan dunia, setelah hancurnya negara-negara komunias lahirnya
tiga raksasa kapitalisme dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang.
Oleh karena itu, Pancasila sebagai dasar Negara tidak hanya dihantui oleh
subersifnya komunisme melainkan juga harus berhadapan dengan
gelombang anekasinya kapitalisme disamping menghadapi tantangan
baru yaitu ; KKN dan Kroniisme.
3. 1995-2020 merupakan tahap respositioning Pancasila, karena dunia
masa kini sedang dihadapkan kepada gelombang perubahan secara cepat,
mendasar, spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda
seluruh penjuru dunia, khususnya di abad XXI sekarang ini, bersamaan
arus refomasi yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut di atas Koento Wibisono(2001) menyarankan
perlunya reposisi Pancasila: reposisi Pancasila sebagai Dasar negara yang
mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya
dengan Pembukaan UUD 1945, yang dieksplorasikan pada dimensi
realitas, idealitas dan fleksibilitas.
Reposisi Pancasila sebagai Dasar Negara harus diarahkan pada
pembinaan dan pengembangan moral, sehingga moralitas Pancasila dapat
dijadikan dasar dan arah untuk mengatasi krisis dan disintegrasi.
Moralitas Pancasila harus disertai penegakan hokum (penegakan
supremasi hukum).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa
Pancasila Sebagai Dasar Negara dibentuk melalui proses yang cukup lama.
Nama Pancasila Sebagai Dasar Negara meskipun tidak tertulis secara resmi
didalam Pembukaan dan Batang Tubuh maupun Penjelasan UUD 1945, tapi
sudah cukup jelas bahwa yang dimaksudkan adalah lima Dasar Negara
sebagaimana perumusannya terdapat dalam alinea keempat UUD 1945.

Sebelum pancasila berlaku sah sebagai Dasar Negar RI, diawali dengan
adanya suatu proses perumusan yang mengandung latar belakang tertentu.
Selanjutnya Pancasila sebagaimana yang termuat dalam Pembukaan UUD
1945 tersebut dituangkan dalam wujud berbagai aturan-aturan dasar/ pokok
seperti yang terdapat dalam Batang Tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-
pasalnya, yang kemudian dijabarkan lagi kedalam berbagai Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat serta peraturan perundang-undangan
lainnya, yaitu sekedar mengenai bagian yang tertulis, sedangkan yang tidak
tertulis terpelihara dalam konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis berdasarkan pembahasan diatas
adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus lebih ditegakkan
lagi kedepannya, karena Pancasila adalah Dasar Negara Kita yang
merupakan pedoman baik dalam bertindak ataupun bertutur kata.

DAFTAR PUSAKA

Soegito , A.T.dkk . 2011 . Pendidikan Pancasila . Semarang : Unnes Press


http://makalahgood.blogspot.com/2011/11/makalah-pancasila.html
http://ml.scribd.com/doc/16668907/pancasila

Anda mungkin juga menyukai