Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

ISOLASI PIPERIN DARI FRUCTUS Piperis nigri Atau Piperis albi

Oleh:

Nabila Fatin Aisiah


M0614026
S1 Farmasi 2014

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2016

Percobaan I

ISOLASI PIPERIN DARI FRUCTUS Piperis nigri ATAU Piperis albi

I.

Tujuan
1. Dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari fructus Piperis nigri
atau Piperis albi
2. Dapat melakukan analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode KLT

II.

Dasar Teori
Piperin terdapat dalam lada hitam dan diketahui memiliki aktivitas antimikroba.
Terdapat beberapa senyawa pada lada hitam baik sebagai perasa maupun tidak dan
memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan Sclerotium rolfsi dan Fusarium solani
sepenuhnya. Terdapat aktivitas antimikroba ekstrak lada hitam terhadap beberapa
mikroorganisme dan ditemukan bahwa senyawa fenolik hadir dalam ekstrak lada hitam.
Ditemukan bahwa ekstrak lada hitam dapat mengontrol mikroorganisme. Beberapa
senyawa seperti minyak yang terdapat dalam lada sangat efektif untuk mengontrol
Phomopsis vsexans. Piperin memiliki aktivitas fungisida dan insektisida. Melalui studi
mikrosomal hati manusiadiketahui bahwa piperin merupakan konstituen utama lada hitam
yang dapat menghambat P-glikoprotein manusia (Saha et al, 2013).
Peran biologis piperine yang umum dikenal adalah antioksidan, antikanker,
antipiretik, anti-inflamasi, agen anti-mikroba dan banyak lagi. Peran lain piperine yang
paling banyak dikaitkan dengan peningkatan kesehatan adalah fungsinya sebagai
bioenhancer. Sebagai bioenhancer, piperin dapat meningkatkan bioavailabilitas obat
pendamping baik dengan menghambat enzim metabolisme obat atau dengan
meningkatkan permeabilitas mukosa usus dan menyebabkan efek di tingkat plasma yang
lebih tinggi dari obat (Sutyarso et al, 2015).
Salah satu sifat alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian
dan pencirian umumnya mengandalkan sifat fisiknya, dan pendekatan khusus harus
dikembangkan untuk beberapa alkaloid yang tidak bersifat basa. Alkaloid biasanya
diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang diasamkan
dengan melarutkan alkaloid sebagai garam atau bahan tumbuhan dapat dibasakan dengan

natrium bikarbonat dan sebagainya. Basa bebas diekstraksi dengan pelarut organik seperti
kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi sinambung dan pemekatan
khususnya berguna untuk alkaloid yang tidak tahan panas. Pelarut atau pereaksi yang telah
sering dipakai seperti kloroform, aseton, amonia dan metilena klorida dalam kasus tertentu
harus dihindari. Beberapa alkaloid yang dapat menguap dapat dimurnikan dengan cara
penyulingan uap dari larutan yang dibasakan. Larutan dalam air yang bersifat asam dan
mengandung alkaloid dapat dibasakan lalu alkaloid diekstraksi dengan pelarut organik
sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut tertinggal dalam air (Underwood,
1981).
Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam adalah ekstraksi
soxhlet yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan dengan
menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang
berbeda dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut ini didasarkan
atas beberapa factor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur,
reaktivitas, titik didih, dan kriteria lainnya (Bernasconi, 1995).
Ekstraksi serbuk kering jaringan tumbuhan dapat dilakukan secara maserasi, refluks,
atau sokletasi dengan menggunakan pelarut yang tingkat kepolarannya berbeda-beda
Proses isolasi dengan sokletasi memanfaatkan sirkulasi pelarut dalam sistem secara
berulang sehingga penggunaan pelarut lebih efektif.. Oleh karena itu, pada penelitian
proses ekstraksi dilakukan menggunakan metode sokletasi. Dalam proses sokletasi pelarut
diuapkan ke dalam labu soxhlet dan turun secara berkala sesuai dengan titik didih pelarut
sehingga terjadi pergantian pelarut secara berkala (Tonius et al, 2016).

III.

Alat dan Bahan


a. Alat
1. Alat Sokhlet

1 buah

2. Statif dan klem

1 buah

3. Heating mantle

1 buah

4. Penangas air

1 buah

5. Batang pengaduk

1 buah

6. Timbangan Analit

1 buah

7. Corong

1 buah

8. Flakon

1 buah

9. Mortir dan stamfer

1 buah

10. Plat KLT

1 buah

11. Gelas beker

3 buah

12. Lampu UV

1 buah

13. Kertas saring

1 buah

14. Batu didih

2 buah

15. Pipet tetes

1 buah

16. Cawan porselin

1 buah

b. Bahan
1. Serbuk merica

50 gram

2. Etanol 96%

162 ml

3. KOH-etanolik 10%

10 ml

4. Diklorometan

9 ml

5. Etil Asetat

3 ml

6. Piperin pembanding qs

c. Gambar Alat

IV.

Cara Kerja
Isolasi Piperin

50 gram serbuk merica


dibungkus kertas saring
dimasukkan
ditambah

Alat sokhlet

Etanol 96% 162ml


dan batu didih

Disari 2 jam

Hasil soklet

Diambil dalam flakon

3 ml sari jernih

Hasil sokletasi
disaring
filtrat
Diuapkan
ekstrak
Didinginkan
Ekstrak dingin

ditambah

10 ml KOH-Etanolik 10%

Diaduk
endapan
disaring
Sari jernih
Disimpan lemari es
Kristal
Dicuci
Kristal bersih
Dikeringkan
Kristal kering
ditimbang
Rendemen

Etanol 96%

KLT

Sampel dalam
flakon (cair)

Sampel kristal, standar piperin


Dilarutkan
Etanol 96 %
Ditotolkanpada plat KLT

Diklorometana : etil asetat

Totolan

3:1

Di elusi
hasil
Diamati sinar UV 254
Hasil

dragendorf
Disemprotkan

hasil
Dihitung
Nilai Rf

V.

Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Tabel Organoleptis
Indikator

Hasil

Bentuk

Serbuk hablur

Bau

Bau khas tidak enak

Warna

Putih kekuningan

Tekstur

Lembut

Rendemen
Berat bahan

Berat hasil

Rendemen

50 gram

0,64 gram

1,28%

Tabel Rf
Sampel
Piperin Standar

Piperin Kristal

Sari piperin cair

b.

Spot

Rf

1. 5,7cm

1.

0,71

2. 3,5cm

2.

0,44

1. 5,7cm

1.

0,71

2. 3,7cm

2.

0,46

3. 1,4cm

3.

0,17

1,4cm

0,17

Pembahasan
Pada percobaan, dilakukan uji isolasi piperin dari fructus Piperis nigri atau

piperis albi dimana digunakan sampel merica pada praktikum. Tujuan dari percobaan
ini ialah unutuk dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari fructus
Piperis nigri atau Piperis albi dan dapat melakukan analisis kualitatif hasil isolasi yang
didapat dengan menggunakan KLT. Isolasi dari piperin pada sampel merica
menggunakan metode sokletasi.
Sokletasi adalah metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat
padat dengan cara penyarian berulang menggunakan pelarut tertentu sehingga seluruh
komponen dapat terisolasi. Prinsip dari sokletasi ialah penyarian berulang sehingga
hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif lebih sedikit. Bila
proses penyarian telah selesai, maka pelarut akan diuapkan kembali dan sisanya adalah
zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak
melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Sokletasi digunakan pada pelarut organik
tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara
kontinu akan membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut

yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi diuapkan dengan rotari
evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik
berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan
menggunakan pelarut yang diinginkan (Drastinawati, 2013).
Pada alat sokletasi, terdiri dari beberapa komponen diantaranya kondensor,
timbal/slongsong, pipa f, sifon, dan labu alas bulat. Kondensor berfungsi sebagai
pendingin balik dan juga untuk mempercepat proses pengembunan. Uap dari pelarut
yang telah melewati pipa f akan di embunkan pada kondensor dan berubah menjadi
tetesan dan jatuh pada sampel. Pipa f berfungsi sebagai tempat lewatnya uap bagi
pelarut yang menguap dari proses penguapan. Sifon berfungsi sebagai indikator
perhitungan siklus dimana bila pada sifon telah penuh larutan maka akan jatuh ke labu
alas bulat dan menandai telah terjadi 1 siklus. Timbal/slongsong berfungsi sebagai
wadah untuk sampel yang akan diambil zatnya dan labu alas bulat berfungsi sebagai
wadah untuk pelarut dan senyawa yang telah tersari.
Pada isolasi piperin, digunakan metode sokletasi dikarenakan terdapat beberapa
kelebihan pada metode tersebut. Pada isolasi piperin dapat menggunakan pelarut
etanol yang mudah menguap sehingga sesuai bila digunakan metode sokletasi dimana
pada metode tersebut pelarut harus dapat dengan mudah menguap agar dapat menyari
sampel pada tabung selongsong. Selain itu, dengan penggunaan sokletasi, pelarut yang
digunakan tidak terlalu banyak dan tidak mudah jenuh karena setiap kali selesai
menyari, pelarut akan diuapkan kembali dari labu alas bulat dan meninggalkan
senyawa tersari yang memiliki titik didih yang berbeda dari pelarut. Hal ini
menyebabkan senyawa yang dapat tersari akan lebih maksimal. Proses isolasi dengan
sokletasi juga memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan metode lain seperti
maserasi karen tidak perlu melakukan perendaman hingga berjam-jam. Selain itu,
senyawa piperin merupakan senyawa yang tahan terhadap pemanasan sehingga cocok
bila digunakan metode sokletasi.
Pada percobaan, digunakan sampel merica sebanyak 50g yang kemudian
ditumbuh hampir halus. Penumbukan bertujuan untuk memperkecil ukuran dari
sampel sehingga luas permukaan kontak dengan penyari semakin besar dan senyawa
aktif dapat tersari dengan lebih mudah. Namun proses penumbukan tidak sampai halus

untuk mencegah terbentuknya serbuk dimana justru dapat merusak senyawa-senyawa


yang terdapat pada sampel karena membran selnya yang telah rusak. Setelah proses
penyerbukan, sampel dimasukkan ke dalam kertas saring dan ditaruh pada pipa
slongsong yang berfungsi sebagai tempat menaruh sampel. Hal ini dilakukan agar
serbuk merica tidak menyumbat pipa sifon dari alat soxhlet sehingga proses ekstraksi
dapat berlangsung dengan lancar. Sampel kemudian dialiri dengan etanol yang
berfungsi sebagai penyari. Pengaliran dilakukan sampai terjadi 2 siklus dimana 1
siklus ditandai dengan jatuhnya pelarut dari permukaan pipa sifon masuk ke dalam
labu alas bulat. Digunakan pelarut etanol 96% yang merupakan pelarut semi polar
cenderung non polar hal ini dikarenakan selain mudah menguap dan cocok untuk
metode sokletasi, Piperin juga memiliki sifat sedikit larut dalam air dan lebih larut
dalam alkohol, eter atau kloroform sehingga digunakan etanol sebagai pelarut yang
sesuai.
Pada labu alas bulat, dilakukan penambahan batu didih dimana fungsi dari batu
didih ialah untuk mempercepat proses pemanasan. Selain itu, batu didih juga berfungsi
menghomogenkan suhu panas pada seluruh bagian dari labu alas bulat sehingga etanol
dapat mudah menguap.
Setelah proses dua siklus, heating mantel dinyalakan untuk memulai melakukan
pemanasan dimana etanol akan kembali menguap melewati pipa f menuju kondensor
untuk kemudian diembunkan dan menetes pada sampel merica dan akan terkumpul
pada slongsong hingga pipa sifon terpenuhi dan turun dari permukaan pipa menuju
labu alas bulat kembali membawa senyawa yang diekstrak yang menandai terjadinya
satu siklus. Proses mencapai satu siklus dilakukan cukup lama hal ini dikarenakan
sampel yang cukup pekat sehingga proses penyarian lebih lama. Pada percobaan,
hanya dilakukan 4 sirkulasi dimana umumnya pada proses sokletasi dapat dilakukan
hingga 6-8 siklus untuk memaksimalkan penyarian. Namun pada hasil penyarian
sudah didapatkan hasil yang cukup pekat yang ditandai dengan warna larutan yang
mulanya putih berubah menjadi kuning tua karena adanya hasil sarian senyawa aktif.
Hasil yang didapat kemudian didinginkan terlebih dahulu untuk mengendapkan
resin pengotor yang dapat larut dalam keadaan panas namun mengendap bila
pendinginan. Kemudian sampel disaring dengan kertas saring untuk memisahkan

sampel dari pengotor tersebut. Langkah selanjutnya ialah penguapan pelarut. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan pelarut yang masih berapa pada sampel agar hanya
didapatkan ekstrak kentalnya saja. Namun sebelum diuapkan, diambil 3ml sari jernih
dari sampel untuk diuji KLT. Penguapan dilakukan sampai konsentrasi sampel
berkurang dan terjadi pengentalan. Etanol yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap meninggalkan zat aktif pada cawan.
Ekstrak kental yang telah didapat kemudian di dinginkan kembali dan diberikan
KOH etanolik 10% sebanyak 10ml. Tujuan dari pemberian KOH etanolik ialah untuk
menghidrolisis senyawa yang didapat agar menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
Piperin yang didapatlah yang kemudian akan diambil. Selain itu, penambahan KOH
etanolik juga bertujuan untuk memisahkan senyawa piperin dari resin pengotor.
Setelah penambahan KOH etanolik, dilakukan penyaringan kembali dengan kertas
saring untuk memisahkan filtrat dan endapan resin akibat pemberian KOH etanolik.
Filtrat jernih yang telah didapat kemudian dimasukkan ke dalam lemari es untuk
proses kristalisasi. Tujuan dari proses kristalisasi ialah untuk memurnikan sampel dari
pengotornya. Prinsip dari kristalisasi ialah senyawa padat akan mudah terlarut dalam
pelarut panas bila dibandingkan pada pelarut yang lebih dingin. Jika suatu larutan
senyawa

tersebut

dijenuhkan

dalam

keadaan

panas

dan

kemudian

didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang kelarutannya dan mulai mengendap,


membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor. Kemurnian zat ini disebabkan
oleh pertumbuahan kristal zat telarut, sehingga za-zat ini dapat dipisahkan dari
pengotornya. Kristal kemudian ditimbang dan didapatkan rendemen hasil sebesar
1,54% dimana hanya didapat berat kristal sebesar 0,77 gram dari sampel 50gram.
Proses selanjutnya ialah uji analisis kualitatf dengan metode KLT. KLT
(kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode kromatografi yang didasarkan
pada prinsip adsorbsi. KLT dilakukan untuk uji kualitatif berdasarkan perbandingan
nilai Rf sampel dan standar. Prinsip dari KLT ialah pemisahan yang terjadi didasarkan
pada perbedaan distribusi dan migrasi senyawa dimana kecepatan distribusi tergantung
pada interaksi antara senyawa dengan dua fase yang berbeda yaitu fase diam dan fase
gerak. Senyawa yang terikat kuat oleh fase diam akan tertahan dan terelusi lebih lama
dibandingkan dengan senyawa yang terikat lemah dimana senyawa yang terikat lemah

akan lebih mudah terbawa oleh fase gerak dan terelusi pada plat. Daya ikatan antara
senyawa dan kedua fase didasari pada sifat polaritasnya. Pada percobaan, digunakan
KLT fase normal dimana fase diam cenderung lebih polar dari pada fase gerak. Fase
diam yang digunakan adalah silika gel sedangkan fase gerak yang digunakan adalah
campuran diklorometan: etil asetat (75:25). Digunakan fase gerak tersebut karena sifat
piperin yang cenderung non polar sehingga akan terbawa oleh fase gerak sedangkan
zat lain dan pengotor yang memiliki polaritas berbeda akan tertahan oleh silika gel.
Sebelum proses elusi dimulai, chamber terlebih dahulu harus di jenuhkan
dengan pelarut. Tujuan penjenuhan dengan eluen ialah untuk menjaga reprodusibilitas
dari proses KLT. Selain itu, untuk menyamakan tekanan uap eluen dalam
chamber agar dapat merata sehingga proses elusi dapat seragam kecepatannya dan
penjenuhan dilakukan untuk mengoptimalkan proses pengembangan fase gerak. Plat
KLT ditotolkan dengan 3 sampel yaitu larutan jernih 3 ml hasil sokletasi awal, sampel
kristal yang telah dilarutkan, dan standar piperin. Plat yang sudah ditotolkan kemudian
dimasukkan dalam chamber dan dielusi hingga eluen mencapai batas atas plat
kemudian dihitung nilai Rf nya untuk membandingkan hasil.
Berdasarkan hasil, didapat kan beberapa spot pada standar dan sampel dimana
spot-spot tersebut memiliki jarak elusi yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa sampel merupakan piperin yang telah berhasil di isolasi. Pada standar didapat
2 spot yang memiliki nilai Rf 0,71 dan 0,44. Pada sampel, ditemukan3 spot dimana 2
diantaranya memiliki nilai Rf yang mirip dengan Rf standar. Nilai Rf pada sampel
ialah 0,71; 0,46 dan 0,17. Dimungkinkan, spot tambahan pada bagian bawah yang
memiliki Rf 0,17 merupakan senyawa pengotor yang belum hilang secara sempurna
sehingga masih ikut terelusi atau merupakan senyawa piperin yang belum terhidrolisis
sempurna oleh KOH etanolik. Pada sampel larutan jernih, tidak didapatkan spot yang
memilki kemiripan dengan standar dimana nilai Rfnya ialah 0,17. Hal ini
dimungkinkan karena sampel tersebut belum di hidrolisis dengan KOH etanolik serta
belum mengalami pemisahan dari pengotor sehingga senyawa tersebut belum
merupakan piperin murni sehingga tidak memiliki nilai Rf yang sama.
Pada hasil KLT, spot tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Hal ini
dikarenakan struktut piperin yang tidak memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang

cukup banyak sehingga sulit untuk dilihat dalam cahaya tampak. Struktur piperin
ialah:

Oleh karena itu perlu digunakan alat bantu berupa lampu UV 254. Pada UV 254, silika
gel akan berpendar sedangkan sampel akan menjadi black spot yang menutupi
pendaran dari silika gel. Untuk lebih memastikan letak spot makan digunakan reagen
dragendorf yang berfungsi sebagai reagen kimia untuk merusak struktur dari piperin
sehingga terjadi penambahan ikatan rangkap terkonjugasi pada sampel dan spot dapat
dideteksi tanpa alat bantu sinar UV. Setelah proses penyemprotan dapat terlihat jelas
spot yang terbentuk dimana spot menunjukkan warna orange.

VI.

Kesimpulan
1. Dapat dilakukan isolasi piperin dari sampel merica menggunakan metode
sokletasi dimana prinsip dari sokletasi ialah ialah penyarian berulang sehingga
hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif lebih sedikit. Bila
proses penyarian telah selesai, maka pelarut akan diuapkan kembali dan sisanya
adalah zat yang tersari. Didapatkan hasil isolasi piperin menggunakan pelarut
etanol dimana didapat serbuk kristal piperin seberat 0,64g dari 50g sampel merica
dengan rendemen sebesar 1,28%.
2. Analisis kualitatif dari sampel menggunakan KLT dimana prinsip dari KLT ialah
pemisahan yang terjadi didasarkan pada perbedaan distribusi dan migrasi senyawa
dimana kecepatan distribusi tergantung pada interaksi antara senyawa dengan dua
fase yang berbeda yaitu fase diam dan fase gerak. Senyawa yang terikat kuat oleh
fase diam akan tertahan dan terelusi lebih lama dibandingkan dengan senyawa
yang terikat lemah dimana senyawa yang terikat lemah akan lebih mudah terbawa
oleh fase gerak dan terelusi pada plat. Didapatkan hasil nilai Rf yang mirip antara
sampel dengan standar dimana Rf dari standar ialah 0,71 dan 0,44 sedangkan Rf
dari sampel kristal sebesar 0,71; 0,46 dan 0,17. Terdapat tiga spot yang
dimungkinkan merupakan spot pengotor pada sampel atau merupakan senyawa

yang belum terhidrolisis sempurna oleh KOH etanolik. Pada sampel larutan jernih
tidak didapat Rf yang sesuai dimungkinkan karena larutan tersebut belum
terhidrolisis menjadi piperin dengan penambahan KOH etanolik dimana niali Rf
nya ialah 0,17.

VII.

Daftar Pustaka
Bernasconi. 1995. Teknik Kimia II. Jakarta: Pradya Paramitha
Drastinawati, Rozanna S. 2013. Pemanfaatan Ekstrak Nikotin Limbah Puntung
Rokok Sebagai Inhibitor Korosi. Jurnal Teknobiologi. Vol. 6. No. 2: 91-97
Saha, K.C., H. P. Seal., M. A. Noor. 2013. Isolation and Characterization of Piperine
from The Fruits of Black Pepper (Piper ningrum). J. Bangladesh Agril. Vol. 11.
No. 1: 11-16.
Sutyarso, M. Kanedi, E. Rosa. 2015. Effects of Black Pepper (Piper ningrum Linn.)
Extract on Sexual Drive in Male Mice. Research Journal of Medicinal Plant.
Vol 9. No. 1: 42-47.
Tonius, J., M. Agus, Nora I. 2016. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Steroid Fraksi
n-Heksana Daun Buas-Buas (Premna serratifolia L.). JKK. Vol. 5. No. 1: 1-7.
Underwood, A.L, Day, R.A. 1981. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga

Mengetahui,
Asisten Praktikum

Surakarta, 28/4/2016
Praktikan

Rochman Isham A

Nabila Fatin A

Lampiran Dokumentasi

A: Penampang KLT pada sinar tampak


B: Penampang KLT dibawa sinar UV 254
C: Penampang KLT setelah penyemprotan dragendorf.

Anda mungkin juga menyukai