Anda di halaman 1dari 20

TUGAS FITOFARMASI

Parameter Standart Ekstrak(Non Spesifik)

Disusu Oleh :

Kelompok 2

Nadiyah Churi 132210101046 IstiqomahTaradhit 142210101064

Bayu 132210101082 MasuliyatulHukmiyah


142210101070

Della Karissa Putri 142210101004 Hanum Qori Arifta N. 142210101080

Alfia Septiana M. 142210101010 Indah Setyowati 142210101089

Liya Sanjaya 142210101018 Luna Ivanka D. E 142210101096

Virgina Sekar Ayu 142210101026 Novi Artha Liasari 142210101106

Cahyanti Dyah Ayu 142210101036 Vivi Dwi Rahayu 142210101112

Nur Alfi Syahrin 142210101044 Ayu Maulida Fitriah 142210101116

Finda Avita Sari 142210101050 Dewi Novitasari 142210101120

Intan Putri Pusparini 142210101058

FAKULTAS FARMAASI

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

2017
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan
karunia-Nya dan semoga shalawat serta salam juga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad S.A.W. segenap keluarga beserta para sahabatnya.

Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah Parameter Standart Ekstrak (Non


Spesifik) ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dalam
mata kuliah Fitofarmasi dan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dalam pelajaran
Fitofarmasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
menerima segala kritik membangun dan saran-saran yang menuju perbaikan makalah ini.

Akhirnya, semoga makalah ini mampu memberikan manfaat bagi kita semuanya dan
menjadi pedoman bagi makalah selanjutnya.

Jember, 19 Maret 2017

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan hayati terbesar kedua
setelah Brazil, dan mempunyai banyak tumbuhan berkhasiat obat. Keanekaragaman ini
merupakan modal potensial untuk pengembangan obat baru.

Saintifikasi jamu yang akan dilakukan pada jamu di Indonesia mengharuskan


bahan untuk pembuatan jamu yang berupa ekstrak maupun simplisia harus dilakukan uji
praklinisnya dan standardisasinya untuk memperoleh bahan obat alam yang bermutu.
Bahan baku obat yang berasal dari lahan pertanian maupun dari tanaman liar kandungan
bahan kimanya tidak dapat dijamin selalu konstan karena adanya berbagai variabel yang
dapat mempengaruhi jumlah dan kandungan bahan kimia dari tanaman tersebut. Selain itu
kandungan senyawa kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis harus
mempunyai spesifikasi kimia. Oleh karena itu dilakukan penetapan parameter spesifik dan
non spesifik ekstrak untuk menjamin mutu dan kualitas suatu produk obat tradisional.

Standardisasi ekstrak tumbuhan obat di Indonesia merupakan salah satu tahapan


penting dalam pengembanganobat asli Indonesia.Ekstrak tumbuhan obat dapat berupa
bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan awal
dianalogikan dengankomoditi bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses
menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara merupakan bahan yang dapat diproses
lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan
ekstrak lain. Adapun jika sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam sediaan
obat jadi siap digunakan, baik dalam bentuk kapsul, tablet, pil, maupun dalam bentuk
sediaan topikal.Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan
teknologi dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk yang
diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat yang berasal
dari bahan alam.Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah pembuatan ekstrak
tumbuhan berkhasiat obat yang dilanjutkan dengan standardisasi kandungannya untuk
memelihara keseragaman mutu, keamanan, dan khasiatnya.

3
Tujuan dari standarisasi ekstrak antara lain mempertahankan konsistensi
kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak. Parameter yang ditetapkan
dalam standarisasi ekstrak antara lain: parameter non spesifik dan parameter spesifik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud parameter non spesifik pada metode uji ekstrak?
2. Apa tujuan parameter non spesifik pada metode uji ekstrak?
3. Bagaimana prosedur penetapan parameter non spesifik pada metode uji ekstrak?
4. Bagaimana prinsip parameter non-spesifik pada metode uji ekstrak?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi parameter non spesifik pada metode uji ekstrak
2. Untuk mengetahui tujuan parameter non spesifik pada metode uji ekstrak
3. Untuk mengetahui prosedur penetapan parameter non spesifik pada metode uji ekstrak
4. Untuk mengetahui prinsip parameter non-spesifik pada metode uji ekstrak

1.4 Manfaat
Pembaca akan lebih mengetahui parameter non spesifik pada metode uji ekstrak
meliputi definisi, tujuan, prosedur, dan prinsip kerja dari masing-masing parameter non
spesifik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Parameter Non Spesifik


Parameter non spesifik merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menguji suatu ekstrak, atau salah satu uji standarisasi dari ekstrak. Parameter non spesifik
berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan
konsumen dan stabilitas, meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam,
cemaran logam berat, dan cemaran mikroba (Zainab, 2016).
2.2 Tujuan Parameter Non Spesifik

4
Tujuan Parameter Non Spesifik antara lain :

1. Susut pengeringan
Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan (DepKes RI, 2000)
2. Bobot jenis
Memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume yang merupakan
parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang
(DepKes RI, 2000)
3. Kadar air
Memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air di dalam bahan.
4. Kadar abu
Memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses
awal sampai terbentuknya ekstrak (DepKes RI, 2000)
5. Sisa pelarut
Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang
memang seharusnya tidak boleh ada (DepKes RI, 2000)
6. Residu pestisida
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang
ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan (DepKes RI, 2000)
7. Cemaran logam berat
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cu
dll.) melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan (DepKes,
2000)
8. Cemaran mikroba
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung mikroba patogen dan tidak
mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh
terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan (DepKes RI, 2000)
9. Cemaran kapang, khamir dan aflatoksin
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas
yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan aflatoksin yang
berbahaya bagi kesehatan (DepKes RI, 2000)

2.3 Prinsip Kerja Non Spesifik

Prinsip Parameter Non-Spesifik Pada Metode Uji Ekstrak

1. Susut Kering
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105C selama 30 menit atau
sampai berat konstan, yang dinyatakan dalam nilai prosen (Depkes RI, 2000).
2. Bobot jenis

5
Massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (25C) yang ditentukan dengan alat
khusus piknometer atau alat lainnya.
3. Kadar air
Pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan yang dilakukan dengan cara
titrasi, destilasi atau gravimetri (Depkes RI, 2000).
4. Kadar abu
Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya
terdekstruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik (Depkes RI,
2000).
5. Sisa pelarut
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang memang ditambahkan) yang secara
umum dengan kromatografi gas (Depkes RI, 2000).
6. Residu pestisida
Menentukan sisa kandungan pestisida yang mungkin saja pernah ditambahkan atau
mengkontaminasi pada bahan simplisia ekstrak (Depkes RI, 2000).
7. Cemaran logam berat
Menetukan kandungan logam berat secara spektroskopi serapan atom atau lainnya yang
lebih valid untuk memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat
tertentu (Hg, Pb, Cu dll.) melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi
kesehatan (Anonim, 2000).
8. Cemaran mikroba
Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis
(Depkes RI, 2000).
9. Cemaran kapang, khamir, dan aflatoksin
Menentukan adanya jamur secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan KLT
(Depkes RI, 2000).

2.4 Prosedur Parameter Non Spesifik

1. Parameter susut pengeringan

Prosedur kerja

6
1
2
3
4
5
6 Adapun susut pengeringan dapat dihitung menggunakan rumus dibawah :

Berat sebelum pemanasanberat akhir


x 100
Susut pengeringan = Berat ebelum pemanasan

2. Parameter Bobot jenis

Prosedur kerja :

7
1
2
3
4
3. Parameter Kadar air

Terdapat 3 metode yaitu :

a. Metode Titrasi
Prosedur Kerja Metode Titrasi
Titrasi Langsung

1
2
3 Titrasi dengan pereaksi Karl Fisher yang telah diketahui kesetaraan airnya , Hitung
jumlah air dalam mg dengan rumus :
VxF
V : Volume pereaski Karl Fischer pada titrasi kedua
F : Faktor kestaraan air

- Titrasi tidak langsung

8
1
2
3
4
5
6
Hitung jumlah dalam mg, air dengan rumus :

FV1 Av2

Dimana : F : Faktor kesetraan air pereaksi Karl Fishcer yang diukur seksama

V1 : Volume pereaski Karl Fischer (ml)

A : Kadar air dalam mg iap ml dari lrutan baku air metanol

V2 : Volume larutan baku air metanol (ml)

b. Metode gravimetri
Prosedur kerja metode gravimetri

1
2
c. Metode destilasi
Prosedur kerja metode destilasi

9
4. Parameter Kadar abu

Terdapat 2 prosedur kerja yaitu :

a. Penetapan kadar abu

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
Perhitungan penetapan kadar abu :
10
Berat abu sisa pijar
x 100
Kadar abu total = Berat simplisia

b. Penetapan kadar abu yang tidak larut dam asam

1
2
3
4
5
6 Perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam :

Berat sisa pijar


Kadar abu tidak larut asam= x 100
Berat simplisia

5. Parameter Sisa pelarut

Terdapat 2 Prosedur kerja , yaitu :

a. Cara Destilasi (Penetapan kadar etanol)


Cara destilasi dilakukan untuk sebagian besar ekstrak cair dan tingtura, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan penetapan dengan cara
destilasi. Destilasi yang keruh dapat dijernihkan dengan pengocokan menggunakan
talk P atau kalsium karbonat P, dan disaring, suhu yang digunakan dalah proses filtrasi
harus diatur dan kandungan etanol ditetapkan dari bobot jenis. Cara ini harus
dilakukan secar hati-hati agar tidak kehilangan kandungan etanol akibat penguapan.
Untuk mencegah buih dalam cairan selama destilasi perlu dilakukan penambahan
asam kuat seperti asam fosfat p, asam sulfat p atau asam tanat p. Selain itu juga dapat

11
dilakukan penambahan larutan kalsium klorida p atau parafin p atau minyak silikon
seblum destilasi. Dalam pelaksanaa destilasi cegah gejolak selama destilasi dengan
penambahan keping-keping berpori dari bahan yang tidak larut. Seperti silikon karbida
p atau manik-manik.
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30% atau kurang

1
2
3
4
5
6
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 30%

12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 50%

1
2
3
4 Namun jika hanya mengandung minyak atsiri dan hasil destilasi keruh,
perlakuan dengan pelarut heksana p seperti di atas tidak perlu dilakukan, destilasi
dapat dijernihkan dan dapat digunakan untuk penetapan bobot jenis dengan mengocok

13
menggunakan heksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau dengan
penyaringan melalui lapisan tipis talk.

b. Cara Kromatografi Gas- Cair

1
2
3
4
Cara pembuatan larutan
a) Larutan baku I, encerkan 5 ml etanol mutlak P dengan air hingga 250 ml
b) Larutan baku internal, encerkan 5 ml asetonitril P dengan air hingga kadar etanol lebih
kurang 2% v/v
c) Larutan uji II. Pipet masing-masing 10 ml larutan uji I dan larutan baku internal ke
dalam labu 100 ml, encerkan dengan air sampai tanda.
d) Prosedur. Suntikkan masing-masing 2 kali lebih kurang 0,5 ml larutan uji II dan
larutan baku II ke dalam kroatografi, rekam kromatogram dan tetapkan perbandingan
respons puncak. Hitung presentase etanol dalam contoh dengan rumus:
2 Ru
RsD

Dimana :
D = faktor pengenceran larutan uji I
Ru = perbandingan respons puncak etanol dan setonitril dalam larutan uji II
Rs = perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril dalam larutan baku II
6. Parameter Sisa pestisida
Prinsip : menentukan sisa kandungan pertisida yang mungkin saja pernah
ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan simplisia pembuatan ekstrak
(Depkes RI, 2000).

14
Tujuan : menberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi
nilai yang telah ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Depkes RI,
2000).
Metode : KLT Kromatografi Gas Cair
Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang bersifat non polar relatif kecil
seperti pada ekstrak yang dihasilkan dengan penyari air atau etanol berkadar
kurang dari 20%
- Menggunakan metode KLT secara langsung tanpa melalui tahap pembersihan
terlebih dahulu
- Menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat kandungan kimia dengan
unsur N (alkaloid, klorofil dan amina non polar lainnya)
Jika ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak
mengandung senyawa nitrogen non polar, maka menggunakan metode KLT atau
kromatografi gas secara langsung tanpa pembersihan
Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungan kimia pengganggu
maka dilakukan pengujian sesuai metode baku
Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada masalah analisis maka
dilakukan penomoran dan perincian terhadap analisis disesuaikan dengan baku
aslinya
7. Parameter Cemaran mikroba
Prinsip : menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis
mikrobiologis (Depker RI, 2000).
Tujuan : memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung mikroba patogen
dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang telah ditetapkan
karena dapat berpengaruh terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi
kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode : ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform
ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang
ada pada suatu sampel. Uji ALT terlebih ALT aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara dituang dan diinkubasi
pada suhu yang sesuai.
Media yang digunakan adalah PCA (Plate Count Agar)
Pereaksi yang digunakan adalah
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- FCDSLP (Fluid Casein Digest Soy Lechitin Polysorbate)
- Parafin cair (minyak mineral)
- Tween 80 dan 20
Peralatan khusus yang digunakan adalah Stomacher (blender) dan alat hitung
koloni
15
Prosedur Kerja ALT (Angka Lempeng Total)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
8. Uji nilai duga terdekat (mpn) coliform
a. ProsedurKerja

1
2
3 b. UjiPrakiran

16
1
2
3
4
c. UjiKonfirmasi

1
2
3
9. Parameter cmaran kapang, khamis dan aflatoksin
a. CemaranKapangdanKhamr

17
1
2
3
4
5
6
b. CemaranAflatoksin

1
2
3
4
18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Parameter non spesifik merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
menguji suatu ekstrak, atau salah satu uji standarisasi dari ekstrak. Parameter non spesifik
berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan
konsumen dan stabilitas, meliputi kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam,
cemaran logam berat, dan cemaran mikroba.

3.2 Saran

Salah satufungsi dari standarisasi ekstrak antara lain mempertahankan konsistensi


kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak, sehinga penetapan dalam
standarisasi ekstrak penting, salah satunya parameter non spesifik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, Depkes RI. 2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 9-11,10-11,16.

Ditjen POM. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Parameter Standarisasi Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Depeartemen Kesehatan Republik Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai