Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiseman, M.C. 2008. Hidradenitis Suppurativa. In Wolff K., Goldsmith, L.A.,


Katz,

S.I. Gilcherts, B.A.,

Paller, A.S., Lefell, D.J.(Eds) Fitzpatricks

Dermatology in General Medicine Volume I. 7th Edition. USA: McGraw-Hill


2. Juanda, A. 2010. Pyoderma: Hidradenitis. Dalam Adhi Djuanda (Ed). Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Edisi ke-5. Jakarta : FKUI.

Kelenjar Minyak &


Kelenjar Folikel
Rambut
Obstru

Faktor Risiko

Hiperkeratosi
s
Bercampur, minyak dari
kelenjar sebasea

Jaringan Parut
Dilatas
kelenjar apokrin

folikel rambut

inflamasi
Destruksi Dari Folikel
Rambut & Pembentukan
Granuloma
Ulserasi

fibrosis

sinus

PENATALAKSANAAN
Berikut ini adalah beberapa pilihan pengobatan :
1. Pengobatan Sistemik
Antibiotik digunakan untuk anti-inflamasi dan bukan untuk
mengobati infeksi. Dapat diberikan antibiotik oral berupa
eritromisin 250-500 mg/kgBB, tetrasiklin 250-500
mg/kgBB, atau minosiklin 100 mg/kgBB diberikan 2 kali
sehari sampai lesi menghilang, selama 3 bulan.
Lesi akut yang menimbulkan rasa nyeri dapat diberikan
injeksi triamsinolon 1% 3-5 mg/ml dan diteruskan dengan
melakukan insisi serta drainase dari cairan abses yang
dihasilkan.
Prednison. Obat ini dapat diberikan apabila ditemukan
nyeri dan reaksi inflamasi yang berat, diberikan dengan
dosis 70 mg sehari selama 2-3 hari, dosis dapat
diturunkan dosisnya setelah 14 hari.
Isotretinoin injeksi dengan dosis 0,5-1,0 mg/kgBB selama
beberapa bulan. Digunakan pada tahap awal untuk
mencegah terjadinya penyumbatan pada folikel rambut
dan dapat diberikan pada saat melakukan bedah eksisi
pada lesi tunggal.
2. Pengobatan Topikal
Antibiotik topikal tidak membantu. Namun biasanya dapat
diberikan kombinasi antara klindamisin topikal dan
rifampisin oral dengan dosis 300mg 2 kali sehari yang dapat
diberikan selama beberapa minggu.
3. Terapi Bedah
Ketika proses menjadi kronis, bedah eksisi luas adalah
prosedur pilihan. Sedangkan insisi dapat dilakukan apabila
terdapat abses yang juga disertai dengan tindakan drainase
dari cairan abses.

PROGNOSIS
Penyakit ini biasanya mengalami remisi spontan
dengan usia (> 35 tahun). Pada beberapa individu, tentu
saja bisa berkembang terus-menerus, dengan ditandai
morbiditas terkait dengan nyeri kronis, kerusakan sinus,
dan terbentuknya jaringan parut, dengan mobilitas
terbatas.
Beberapa pasien menunjukkan adanya perbaikan
kondisi dengan pemberian antibiotik jangka panjang,
tetapi banyak juga yang membutuhkan tindakan bedah
plastik. Diperlukan peningkatan hygiene untuk
mencegah kekambuhan.

ETIOLOGI
1.Struktur adnexal
2.Faktor genetik
3.Hormon dan androgen
4.Obesitas
5.Infeksi bakteri
6.Merokok
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Ras, penyakit ini sering pada orang kulit hitam,
karena kelenjar apokrin pada kulit hitam lebih banyak dari pada
orang kulit putih. Kejadian terbanyak pada masa pubertas
sampai dewasa muda, dan masa klimakterik dengan onset ratarata pada umur 23 tahun. Penyakit ini dilaporkan lebih sering
pada perempuan, dengan perbandingan antara 2:1 hingga 5:1.
Pada laki-laki, lokasi tersering di area anogenital, sedangkan
pada area axilla rasionya sama

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Laboratorium
Terjadi peningkatan sedimen eritrosit.
2.Bakteriologi
Ditemukan
bakteri
Staphylococcus
aureus,
Streptococci, Escherichia colli, Proteus mirabilis dan
Pseudomonas aeruginase.
3.Histologi
Sedangkan pada pemeriksaan dermatopatologi pada
tahap awal dapat ditemukan oklusi keratin dari folikel
rambut dan dilatasi duktus, sedangkan pada kasuskasus yang sudah kronik dapat ditemukan destruksi
kelenjar apokrin, ekrin dan pilosebaseous, serta
hiperplasia pseudoephitelomatous pada sinus.

PENCEGAHAN
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
membantu mencegah infeksi kulit dari penyebaran lebih
lanjut.
1.Dengan mengenakan kain hangat atau kompres pada
daerah yang terkena.
2.Cuci daerah yang terkena dengan sabun antibakteri.
3.Mengenakan pakaian yang longgar dan pakaian
dalam.
4.Jangan mencukur daerah di mana telah terjadi iritasi
kulit untuk membantu mencegah memburuknya iritasi
juga hindari penggunaan deodoran.
5.Seseorang dengan hidradenitis suppurativa tidak
boleh merokok

DIAGNOSIS BANDING
1. Skrofuloderma
Persamaannya terdapat nodus, abses, dan fistel.
Perbedaannya, pada hidradenitis supurativa pada permulaan
disertai tanda-tanda radang akut dan terdapat gejala
konstitusi. Sebaliknya pada skrofuloderma tidak terdapat
tanda-tanda radang akut dan tidak ada leukositosis
2. Furunkel dan Karbunkel
Nodul dan abses yang nyeri pada hidradenitis supurativa
sering membuat salah diagnosis dengan furunkel atau
karbunkel. HS ditandai dengan abses steril dan sering
berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan
furunkel atau karbunkel yaitu pada aksila, lipat paha, pantat
atau dibawah payudara. Walaupun karbunkel juga terdapat
pada area yang banyak friksi seperti aksila dan bokong.
Adanya jaringan parut yang lama, adanya saluran sinus serta
kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis penyakit
HS dan juga membedakannya dengan furunkel atau
karbunkel

DEFINISI
Hidradenitis adalah infeksi kelenjar apokrin,
biasanya oleh Staphylococcus aureus. Hidradenitis
supurativa (HS) adalah suatu keadaan kronik, yaitu
infeksi kelenjar apokrin yang berhubungan dengan
axilla dan regio anogenital.

MANIFESTASI KLINIS
Kriteria diagnostik hidradenitis supurativa
menurut the 2nd International Conference on
Hidradenitis supurativa, March 5, 2009, San
Francisco, CA US adalah:
a) Lesi yang khas : nodul yang nyeri, blind boils
pada lesi yang akut; abses, sinus, skar dan
tombstone serta komedo terbuka pada lesi
sekunder
b) Topografi yang khas: pada regio axilla, pangkal
paha, perineum dan regio perianal, bokong, dan
area lipatan infra mammae dan intermammae
c) Kronik dan berulang

Anda mungkin juga menyukai