Anda di halaman 1dari 8

Soal !

1. apa indikasi pemberian antibiotic dan analgesic pada scenario?


Jawaban :
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan disini, yang dimaksudkan
mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok
parasit(FKUI, 2007, farmakologi dan terapi, edisi 5, penerbit FKUI;
Jakarta).
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi
mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk
mikroba, tetapi relatif ridak toksik untuk hospes
(FKUI, 2007, farmakologi dan terapi, edisi 5, penerbit FKUI; Jakarta).
Seseorang disebut demam ketika suhu tubuhnya 38 C atau lebih. Demam
ini terjadi sebagai hasil dari respon kekebalan tubuh terhadap penjajah
tersebut termasuk virus, bakteri jamur, obat-oabatan, atau racun lainnya
(http://mediskus.com/penyakit/berbagai-penyebab-demam-panas.html).
Efek analgesik sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap
nyeri dengan intesitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala,
mialgia, artralgia dan nyeri lain yang berasal dari integumen, terutama
terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi
(FKUI, 2007, farmakologi dan terapi, edisi 5, penerbit FKUI; Jakarta).
2. Kontraindikasi pada pemberian antibiotic dan analgesic ?
Jawaban :
a. kontraindikasi antibiotic
pasien dengan alergi terhadap penisilin. Pada pasien yang
hipersensitivitas dapat terjadi alergi seperti urtikaria, ruam kulit,
pruritus, angioedema, dan gangguan saluran cerna seperti diare,mual,
muntah, glositis, dan stomatis.
b. kontraindikasi analgesic
pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan
hipersensitifitas terhadap asam mefanamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal, atau hati
dan peradangan saluran cerna.
Referensi: ISFI. 2007. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta
3. Mekanisme dehidrasi?
Jawaban :
Setiap keadaan yang menyebabkan penambahan atau pengurangan H 20
menyebabkan perubahan osmolaritas CES (cairan ekstraseluler). Jika
terjadi kekurangan H20 di CES maka zat terlarut menjadi lebih pekat dan
osmolaritas CES meningkat, atau biasa disebut hipertonik. Jika

kompartemen CES menjadi hipertonik maka H20 berpindah keluar sel


melalui osmosis kedalam CES yang lebih pekat sampai osmolaritas CIS
sama dengan CES. Karena H20 keluar maka sel menciut. Sebaliknya, jika
terjadi kelebihan H20 di CES maka zat terlarut menjadi lebih encer dan
osmolaritas CES menurun, atau biasa disebut hiptonik. Perbedaan aktivitas
osmotic antara CES dan CIS memicu H 20 berpindah secara osmosis dari
CES yang lebih encer ke dalam sel, yang menyebabkan sel membengkak
karena kemasukan H20
Referensi : Sherwood, L. 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem.
Edisi 6. EGC. Jakarta
4. Menentukan derajat dehidrasi?
Jawaban :
Tabel 1 Derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air dari berat badan
Derajat dehidrasi
Dewasa
Bayi dan Anak
Dehidrasi Ringan

4% dari berat badan

5% dari berat badan

Dehidrasi Sedang

6% dari berat badan

10% dari berat badan

Dehidrasi Berat

8% dari berat badan

15% dari berat badan

Tabel 2 Derajat dehidrasi berdasarkan skor WHO


Yang dinilai

SKOR
A

Keadaan
umum

Baik

Lesu/haus

Gelisah, lemas, mengantuk


hingga syok

Mata

Biasa

Cekung

Sangat cekung

Mulut

Biasa

Kering

Sangat kering

Turgor

Baik

Kurang

Jelek

Skor: < 2 tanda di kolom B dan C : tanpa dehidrasi


> 2 tanda di kolom B : dehidrasi ringan-sedang
2 tanda di kolom C : dehidrasi berat
Tabel 3 Tanda klinis dehidrasi
Ringan

Sedang

Berat

Defisit cairan

3-5%

6-8%

>10%

Hemodinamik

Takikardi

Takikardi

Takikardi

Nadi sangat lemah


Volume kolaps

Nadi tak teraba

Hipotensi
ortostatik

Akral dingin, sianosis

Lidah kering

Lidah keriput

Atonia

Turgor turun

Turgor kurang

Turgor buruk

Urin

Pekat

Jumlah turun

Oliguria

SSP

Mengantuk

Apatis

Koma

Nadi lemah

Jaringan

Referensi : Leksana, E. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi.


Volume 42. Nomor 1. Viewed 21 Mei 2015.
http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_224Praktis-Strategi%20Terapi
%20Cairan%20pada%20Dehidrasi.pdf
5. Faktor resiko dyspepsia pada scenario ?
Jawaban :
gejala dispepsia sebaga akibat dari adanya riwayat gangguan lambung
yaitu gastritis atau tukak peptik serta gaya hidup sehari-hari seperti
kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok,kebiasaan konsumsi
obat-obatan, stres, dan lain-lain. Dan juga lebih berisiko mengalami
dispepsia: konsumsi ka fein berlebihan, minum minuman beralkohol,
merokok, konsumsi steroid dan OAINS, serta berdomisili di daerah
denganprevalensiH.pyloritinggi
Referensi : susanti, A. 2011. Faktor resiko dispepsia pada mahasiswa IPB.
Bogor
6. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dyspepsia!
Jawaban :
a. berdasarkan ada tidaknya penyebab dan kelompok gejala maka
dyspepsia dibagi atas:
dyspepsia organic adalah apabila penyebab dyspepsia sudah jelas
misalnya ada ulkus peptikum, karsinoma lambung, kholelithiasis,
yang bisa ditemukan secara mudah.
Dyspepsia fungsional adalah apabila penyebab dyspepsia tidak
diketahui atau tidak didapati kelainan pada pemeriksaan
gastroenterology konvensional, atau tidak ditemukan adanya
kerusakan organic dan penyakit-penyakit sistemik.
b. klasifikasi klinis praktis didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan
dengan demikian, dyspepsia dapat dibagi menjadi 3 tipe:
dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus dengan gejala yang
dominan adalah nyeri ulu hati.

Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas dengan gejala yang


dominan adalah kembung, mual, cepat kenyang.
Dyspepsia nonspesifik yaitu dyspepsia yang tidak bisa
digolongkan dalam satu kategori diatas.
Referensi : Annisa. 2009. Buku ajar penyakit dalam. Jilid II. Edisi V.
interna publishing; Jakarta.
7. Penegakkan diagnosis pada scenario ?
Jawaban :
Pada dasarnya dilakukan pemeriksaan abdomen sebagai pemeriksaan fisik
setelah anamnesis. Di skenario, pasien terdiagnosa menderita dispepsia.
Kriteria diagnostik terpenuhi bila 2 poin di bawah ini seluruhnya
terpenuhi;
a. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu
b. Perasaan cepat kenyang
c. Nyeri ulu hati
d. Rasa terbakar di daerah ulu hati/epigastrium
e.Tidak ditemukan bukti adanya kelainan struktural yang menyebabkan
timbulnya gejala (termasuk yang terdeteksi saat endoskopi saluran cerna
bagian atas).
Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam 3
bulan terakhir, dengan awal mula gejala timbul sedikitnya 6 bulan sebelum
diagnosis.
Referensi : Abdullah M., Jeffri G.
Gastroenterologi. FK UI. Jakarta. Indonesia

2012.

Dispepsia.

Divisi

8. Bagaimana penanganan dyspepsia ?


Jawaban :
Non farmakologis
Gejala dapat dikurangi dengan menghindari makanan yang mengganggu,
diet tinggi lemak, kopi, alkohol, dan merokok. Selain itu, makanan kecil
32 rendah lemak dapat membantu mengurangi intensitas gejala. Ada juga
yang merekomendasikan untuk menghindari makan yang terlalu banyak
terutama di malam hari dan membagi asupan makanan sehari-hari menjadi
beberapa makanan kecil. Alternatif pengobatan yang lain termasuk
hipnoterapi, terapi relaksasi dan terapi perilaku.
Farmakologis :
a. Antasid
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan
menetralisir sekresiasamlambung. Antasid biasanya mengandungi Na
bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, danMgtriksilat. Pemberian antasid
jangan terus- menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi
rasa nyeri.
b. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitupirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik
yang dapat menekan seksresiasamlambung sekitar 28-43%. Pirenzepin
juga memiliki efek sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk
golongan antagonis reseptor H2 antara lainsimetidin, roksatidin,
ranitidin, dan famotidin.
d. Test-and-treat: untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi Helicobacter
pylori dengan uji noninvasif yang tervalidasi disertai pemberian obat
penekan asam bila eradikasi berhasil, tetapi gejala masih tetap ada. e.
e. Pengobatan empiris menggunakan proton-pump inhibitor (PPI) untuk
4-8 minggu. Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada
stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang
termasuk
golongan
PPI
adalah
omeperazol,lansoprazol,
dan pantoprazol.
Referensi : Abdullah, M. 2012. Dispepsia. Volume 39. Nomor 9. Viewed
21 mei 2015. From http://www.kalbemed.com/portals/6/197_cmedispepsia.pdf
9. Prognosis pada scenario ?
Jawaban :
pasien dispepsia fungsional memiliki prognosis kualitas hidup lebih
rendah dibandingkan dengan individu dengan dispepsia organik. Tingkat
kecemasan sedang hingga berat juga lebih sering dialami oleh individu
dispepsia fungsional.25 Lebih jauh diteliti, terungkap bahwa pasien
dispepsia fungsional, terutama yang refrakter terhadap pengobatan,
memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami depresi dan gangguan
psikiatris.
Referensi : Abdullah, M. 2012. Dispepsia. Volume 39. Nomor 9. Viewed
21 mei 2015. From http://www.kalbemed.com/portals/6/197_cmedispepsia.pdf
10. Penanganan dan pencegahan dehidrasi ?
Jawaban :
Untuk menghindari terjadinya dehidrasi terdapat mekanisme adaptasi
tubuh yang berfungsi agar tubuh tetap dalam keadaan homeostatis.
Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan dengan mengatur volume
cairan ekstra sel. Pada saat dehidrasi terjadi penurunan volume cairan
ekstra sel. Volume cairan ekstra sel dipertahankan melalui peran
angiotensin II. Angiotensin II merangsang sekresi aldosteron, Anti Diuretic
Hormone (ADH) dan mekanisme haus. Apabila terjadi penurunan cairan
ekstrasel, angiotensin II akan menstimulasi aldoseteron yang disekresi
oleh korteks adrenal untuk bekerja pada tubulus contortus renalis distal

agar reabsorbsi natrium meningkat, sedangkan ADH meningkatkan retensi


air dan menghambat produksi urine.
ADH disebut juga hormon vasopressin merupakan salah satu hormon yang
terlibat dalam keseimbangan cairan. ADH dikeluarkan sebagai respon
terhadap peningkatan konsentrasi darah dan pengeluaran keringat yang
berlebihan saat latihan fisik. ADH bekerja di ginjal untuk meningkatkan
reabsorbsi air.
Sekresi ADH dan rasa haus berasal dari osmoreseptor hipotalamus yang
terletak dekat dengan sel penghasil ADH dan pusat rasa haus.
Osmoreseptor ini memantau osmolalitas cairan tubuh. Sewaktu
osmolalitas meningkat, kadar air di dalam tubuh menurun. Untuk
meningkatkan kadar air di dalam tubuh terjadi perangsangan sekresi ADH
dan rasa haus. Adanya sekresi ADH meningkatkan reabsorbsi air di
tubulus distal dan saluran pengumpul, sehingga pengeluaran urine
berkurang dan air direabsorbsi sementara asupan air juga ditingkatkan.
Urine akan berwarna pekat dan volume urine yang terbentuk juga sedikit.
Secara sederhana prinsip penatalaksanaan dehidrasi adalah mengganti
cairan yang hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit, sehingga
keseimbangan hemodinamik kembali tercapai. Selain pertimbangan derajat
dehidrasi, penanganan juga ditujukan untuk mengoreksi status osmolaritas
pasien.
Terapi farmakologis dengan loperamide, antikolinergik, bismuth
subsalicylate, dan adsorben, tidak direkomendasikan terutama pada anak,
karena selain dipertanyakan efektivitasnya, juga berpotensi menimbul- kan
berbagai efek samping. Pada dehidrasi karena muntah hebat, ondansetron
efektif membantu asupan cairan melalui oral dan mengatasi kedaruratan.
Referensi : Leksana, E. 2015. Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi.
Volume
42.
Nomor
1.
Viewed
21
Mei
2015.
http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_224Praktis-Strategi%20Terapi
%20Cairan%20pada%20Dehidrasi.pdf
11. Patologi mual dan muntah?
Jawaban :
Muntah merupakan suatu cara traktus gastrointestinal membersihkan
dirinya sendiri dan isinya ketika hampir semua bagian atas traktus
gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat mengembang, atau bahkan
terlalu terangsang.
Sekali pusat muntah telah cukup dirangsang dan timbul perilaku muntah ,
efek yang pertama adalah (1) bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan
laring untuk menarik sfingter esofagus bagian atas supaya terbuka, (3)
penutupan glotis untuk mencegah aliran muntah memasuki paru, dan (4)
pengangkatan palatum molle untuk menutupi nares posterior. Kemudian
datang kontraksi diafragma yang kuat ke bawah bersama dengan kontraksi
semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di antara
diafragma dan otot-otot abdomen , membentuk suatu tekanan intragastrik

sampai ke batas yang tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus bagian bawah


berelaksasi secara lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas
melalui esofagus.
Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap eksitasi bawah sadar pada
daerah medula yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan
bagian dari pusat muntah, dan mual dapat disebabkan oleh (1) impuls
iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal, (2) impuls yang berasal
dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness, atau (3)
impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah. Muntah kadang
terjadi tanpa didahului perangsangn prodromal mual, yang menunjukkan
bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat muntah yang berhubungan
dengan perangsangan mual.
Referensi : Guyton A.C., Hall J.E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 11. EGC. Jakarta
12. Terapi pada scenario ?
Jawaban :
Obat antiemetik :
Metoklopramid (Plasil) dan domperidon : relaksasi antrum
pilorikum, meningkatkan peristaltik usus dan pengosongan usus.
Dimetabolisme di hati. Indikasi untuk muntah dengan kelainan
saluran gastrointestinal.
Droperidol : untuk muntah pasca operasi
Serotonin 5 HT3 antagonis : mual dan muntah akibat kemoterapi
(dapat dikombinasikan dengan kortikosteroid seperti
deksametason)
Untuk motion sickness : Meklizin, Siklizin, Dimenhidrinat,
Difenidramin, Prometazin (untuk ibu hamil)
Benzodiazepin : untuk muntah karena faktor psikologis
(Thanoon I.A.J. 2010. Antiemetic Drugs.
www.medicinemosul.uomosul.edu.iq. Mosul. Iraq)
13. Anatomi, fisiologi dan biomedik pada scenario ?
Jawaban :
Anatomi sistem pencernaan:
Cavum oris terdiri dari gigi (dens) dan lidah (lingua). Gigi (dens)
berjumlah 20 pada anak-anak dan 32 pada orang dewasa, jenis dari dens
antara lain dens molar, premolar, caninus dan incisivus. Gigi berperan
utama dalam proses mastikasi. Lidah (lingua) berfungsi untuk mendorong
makanan ke faring. Selanjutya yaitu faring, yang berperan pada fase
deglutisi. Esofagus berfungsi untuk untuk menggerakkan makanan turun
ke lambung. Lambung (gaster) terletak di rongga intraperitoneal. Hati
(hepar) terletak di kerangka costae bagian inferior. Kandung empedu
(vesica biliaris) berbentuk kantung berwarna hijau. Pankreas, terletak di

bagian posterior gaster. Usus, terbagi menjadi usus halus dan usus besar.
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus besar (kolon)
terdiri dari kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens, dan
kolon sigmoid.
(Paulsen F., Waschke J. 2010. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. EGC.
Jakarta)
Fisiologi pencernaan:
Pertama, makanan masuk ke rongga mulut (ingesti). Lalu makanan
dikunyah dan dilumatkan oleh gigi menjadi bolus (mastikasi). Proses ini
disertai dengan peran enzim yang terdapat pada air liur untuk mengubah
makanan menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna. Selanjutnya proses
deglutisi (menelan), terdiri dari 3 tahap yaitu volunter, faringeal, dan
esofageal. Tahap volunter, makanan siap ditelan ke dalam faring oleh
lidah. Tahap faringeal, bolus makanan di faring trakea tertutup dan
esofagus terbuka lalu mendorong makanan ke esofagus dalam waktu yang
tepat. Tahap esofageal berfungsi menurunkan makan dari faring ke
lambung. Setelah makanan masuk ke lambung, makanan dicerna oleh
enzim yang terdapat di lambung untuk berubah menjadi kimus. Setelah
menjadi kimus, lambung mengosongkan isinya untuk selanjutnya diserap
di usus. Makanan diserap di usus halus lalu terjadi gerak peristaltik usus.
Zat-zat yang dibutuhkan dialirkan ke dalam pembuluh darah pencernaan
yang dikenal dengan sebutan sirkulasi Splanknik. Sedangkan yang tidak
dibutuhkan akan diarahkan ke katup ileosekal oleh gerakan propulsif yang
kemudian berlanjut pada usus besar, usus besar mengalami pergerakan dan
akan keluar dari anus (defekasi).
(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia, Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. EGC.
Jakarta)
Biomedik pencernaan:
Enzim-enzim pada pencernaan yaitu enzim alfa amilase untuk
menghasilkan dekstrin alfa limit. Enzim kimotripsin untuk mengurai
ikatan peptida pada susu karboksil asam amino aromatik. Enzim kolipase
memudahkan terbukanya bagian aktif lipase pankreas. Dan enzim
karboksipeptidase A mengurai gugus karboksil terminal asam amino yang
memiliki rantai sisi aromatik atau alifatik yang bercabang.
(Ganong W.F. 2008. Fisiologi Manusia. Edisi 6. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • KLH
    KLH
    Dokumen7 halaman
    KLH
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Nyeri
    LO Nyeri
    Dokumen14 halaman
    LO Nyeri
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • REFARAT
    REFARAT
    Dokumen14 halaman
    REFARAT
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Kejang
    LO Kejang
    Dokumen8 halaman
    LO Kejang
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok21scene2
    LO Blok21scene2
    Dokumen8 halaman
    LO Blok21scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1psiko
    LO Blok20scene1psiko
    Dokumen8 halaman
    LO Blok20scene1psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok16scene1
    LO Blok16scene1
    Dokumen19 halaman
    LO Blok16scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok11 Scene3
    LOblok11 Scene3
    Dokumen11 halaman
    LOblok11 Scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo !
    Lo !
    Dokumen4 halaman
    Lo !
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOPK Blok20scene1
    LOPK Blok20scene1
    Dokumen6 halaman
    LOPK Blok20scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok19scene3
    LO Blok19scene3
    Dokumen15 halaman
    LO Blok19scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok17scene1
    LO Blok17scene1
    Dokumen7 halaman
    LO Blok17scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Skenario 2
    LO Skenario 2
    Dokumen4 halaman
    LO Skenario 2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene4Psiko
    LO Blok20scene4Psiko
    Dokumen10 halaman
    LO Blok20scene4Psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1Alergi
    LO Blok20scene1Alergi
    Dokumen3 halaman
    LO Blok20scene1Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok13scene3
    LO Blok13scene3
    Dokumen9 halaman
    LO Blok13scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 20 Scene 2 Alergi
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    Dokumen9 halaman
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO 3 Muskulo
    LO 3 Muskulo
    Dokumen5 halaman
    LO 3 Muskulo
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 18 Scene 3 Betul
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    Dokumen18 halaman
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Learning Objective Blok 5
    Learning Objective Blok 5
    Dokumen10 halaman
    Learning Objective Blok 5
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo 2
    Lo 2
    Dokumen4 halaman
    Lo 2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok6 Scene2
    LO Blok6 Scene2
    Dokumen4 halaman
    LO Blok6 Scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO 3 Blok12scene3
    LO 3 Blok12scene3
    Dokumen15 halaman
    LO 3 Blok12scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Critical PDF
    Jurnal Critical PDF
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Critical PDF
    Nanda Nabilah Ubay
    Belum ada peringkat
  • Papan Nama
    Papan Nama
    Dokumen1 halaman
    Papan Nama
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Block18scene1
    LO Block18scene1
    Dokumen16 halaman
    LO Block18scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen2 halaman
    Dapus
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Grafik
    Grafik
    Dokumen1 halaman
    Grafik
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat