Dehidrasi Sedang
Dehidrasi Berat
SKOR
A
Keadaan
umum
Baik
Lesu/haus
Mata
Biasa
Cekung
Sangat cekung
Mulut
Biasa
Kering
Sangat kering
Turgor
Baik
Kurang
Jelek
Sedang
Berat
Defisit cairan
3-5%
6-8%
>10%
Hemodinamik
Takikardi
Takikardi
Takikardi
Hipotensi
ortostatik
Lidah kering
Lidah keriput
Atonia
Turgor turun
Turgor kurang
Turgor buruk
Urin
Pekat
Jumlah turun
Oliguria
SSP
Mengantuk
Apatis
Koma
Nadi lemah
Jaringan
2012.
Dispepsia.
Divisi
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitupirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik
yang dapat menekan seksresiasamlambung sekitar 28-43%. Pirenzepin
juga memiliki efek sitoprotektif.
c. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk
golongan antagonis reseptor H2 antara lainsimetidin, roksatidin,
ranitidin, dan famotidin.
d. Test-and-treat: untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi Helicobacter
pylori dengan uji noninvasif yang tervalidasi disertai pemberian obat
penekan asam bila eradikasi berhasil, tetapi gejala masih tetap ada. e.
e. Pengobatan empiris menggunakan proton-pump inhibitor (PPI) untuk
4-8 minggu. Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada
stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang
termasuk
golongan
PPI
adalah
omeperazol,lansoprazol,
dan pantoprazol.
Referensi : Abdullah, M. 2012. Dispepsia. Volume 39. Nomor 9. Viewed
21 mei 2015. From http://www.kalbemed.com/portals/6/197_cmedispepsia.pdf
9. Prognosis pada scenario ?
Jawaban :
pasien dispepsia fungsional memiliki prognosis kualitas hidup lebih
rendah dibandingkan dengan individu dengan dispepsia organik. Tingkat
kecemasan sedang hingga berat juga lebih sering dialami oleh individu
dispepsia fungsional.25 Lebih jauh diteliti, terungkap bahwa pasien
dispepsia fungsional, terutama yang refrakter terhadap pengobatan,
memiliki kecenderungan tinggi untuk mengalami depresi dan gangguan
psikiatris.
Referensi : Abdullah, M. 2012. Dispepsia. Volume 39. Nomor 9. Viewed
21 mei 2015. From http://www.kalbemed.com/portals/6/197_cmedispepsia.pdf
10. Penanganan dan pencegahan dehidrasi ?
Jawaban :
Untuk menghindari terjadinya dehidrasi terdapat mekanisme adaptasi
tubuh yang berfungsi agar tubuh tetap dalam keadaan homeostatis.
Keseimbangan cairan tubuh dipertahankan dengan mengatur volume
cairan ekstra sel. Pada saat dehidrasi terjadi penurunan volume cairan
ekstra sel. Volume cairan ekstra sel dipertahankan melalui peran
angiotensin II. Angiotensin II merangsang sekresi aldosteron, Anti Diuretic
Hormone (ADH) dan mekanisme haus. Apabila terjadi penurunan cairan
ekstrasel, angiotensin II akan menstimulasi aldoseteron yang disekresi
oleh korteks adrenal untuk bekerja pada tubulus contortus renalis distal
bagian posterior gaster. Usus, terbagi menjadi usus halus dan usus besar.
Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Usus besar (kolon)
terdiri dari kolon ascendens, kolon transversum, kolon descendens, dan
kolon sigmoid.
(Paulsen F., Waschke J. 2010. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. EGC.
Jakarta)
Fisiologi pencernaan:
Pertama, makanan masuk ke rongga mulut (ingesti). Lalu makanan
dikunyah dan dilumatkan oleh gigi menjadi bolus (mastikasi). Proses ini
disertai dengan peran enzim yang terdapat pada air liur untuk mengubah
makanan menjadi bentuk yang lebih mudah dicerna. Selanjutnya proses
deglutisi (menelan), terdiri dari 3 tahap yaitu volunter, faringeal, dan
esofageal. Tahap volunter, makanan siap ditelan ke dalam faring oleh
lidah. Tahap faringeal, bolus makanan di faring trakea tertutup dan
esofagus terbuka lalu mendorong makanan ke esofagus dalam waktu yang
tepat. Tahap esofageal berfungsi menurunkan makan dari faring ke
lambung. Setelah makanan masuk ke lambung, makanan dicerna oleh
enzim yang terdapat di lambung untuk berubah menjadi kimus. Setelah
menjadi kimus, lambung mengosongkan isinya untuk selanjutnya diserap
di usus. Makanan diserap di usus halus lalu terjadi gerak peristaltik usus.
Zat-zat yang dibutuhkan dialirkan ke dalam pembuluh darah pencernaan
yang dikenal dengan sebutan sirkulasi Splanknik. Sedangkan yang tidak
dibutuhkan akan diarahkan ke katup ileosekal oleh gerakan propulsif yang
kemudian berlanjut pada usus besar, usus besar mengalami pergerakan dan
akan keluar dari anus (defekasi).
(Sherwood L. 2011. Fisiologi Manusia, Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. EGC.
Jakarta)
Biomedik pencernaan:
Enzim-enzim pada pencernaan yaitu enzim alfa amilase untuk
menghasilkan dekstrin alfa limit. Enzim kimotripsin untuk mengurai
ikatan peptida pada susu karboksil asam amino aromatik. Enzim kolipase
memudahkan terbukanya bagian aktif lipase pankreas. Dan enzim
karboksipeptidase A mengurai gugus karboksil terminal asam amino yang
memiliki rantai sisi aromatik atau alifatik yang bercabang.
(Ganong W.F. 2008. Fisiologi Manusia. Edisi 6. EGC. Jakarta