Pengertian Spirometer
Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru dan
dicatat dalam grafik volum per waktu.
2.2
129200
A.D.
1681
1718
1788
1793
1796
1799
1800
1813
1831
1844
Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes.
Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik
turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke
spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah
katrol . Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul
ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar.
2.4
Cara Kerja
Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh bernafas (menarik
nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu ditutup. Tabung yang berisi udara
akan bergerak naik turun, sementara itu drum pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam)
sehingga pencatat akan mencatat sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.
Hasil pencatatan akan terlihat seperti gambar di bawah ini.
Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru 500 ml. Keadaan ini
disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernafasan terdapat keadaan reserve; akhir
darisuatu inspirasi dengan suatu usaha agar mengisi paru-paru dengan udara, udara tambahan
ini disebut inspiratory reserve volume, jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir
dari suatu respirasi, usaha dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini
disebut dengan expiratory reserve volume yang jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang
tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebut fungtional residual capacity (FRC).
Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi, kedua keadaan yang
ekstrim ini disebut vital capacity.
Dalam keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan apapun paru-paru
tetap mengandung udara, udara ini disebut residual volume (kira-kira 1.000 ml) untuk orang
dewasa.
Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernafas dengan mencampuri
udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi helium pada waktu ekspirasi.
Di klinik biasanya dipergunakan spirometer. Penderita disuruh bernafas dalam satu menit
yang disebut respiratory minute volume. Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama
15 menit disebut maximum voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum
inspirasi sangat berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan
pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital capacity
dalam 0.5 detik.; 85% dalam satu detik; 94% dalam 2 detik; 97% dalam 3 detik. Normal peak
flow rate 350-500 liter/menit.
2.5
Manfaat Spirometer
tekanan standar,kemudian dikonversikan menjadi energi yaitu dengan dikalikan 4,82 kcal/L
O yang dipakai.
Laju metabolisme dipengaruhi banyak faktor.Yang terpenting adalah kerja otot.Konsumsi O
meningkat tidak hanya pada kerja otot,tetapi juga setelahnya sepanjang diperlukan untuk O
debt.Pemberian makanan juga akan meningkatkan laju metabolisme,karena adanya spesific
dynamic action (SDA).SDA suatu makanan adalah besarnya energi yang diperliukan untuk
proses asiimilasi makanan tersebut dalam tubuh.Sejumlah protein yang dapatr menghasilkan
100 kcal,akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 30 kcal.Hidrat arang dalam jumlah
yang sama akan menyebabkan peningkatan sebesar 6 kcal,dan lemak akan meningkatkan laju
metabolisme sebesar 4 kcal.Tentu saja ini berarti bahwa jumlah kalori yang dihasilkan oleh
ketiga jenis bahan makanan tersebut akan dikurangi oleh besarnya SDA,dan energi yang
diperlukan untuk proses asimilasi ini dapat diperoleh dari makanan itu sendiri atau diambil
dari simpanan energi tubuh.Penyebab SDA belum jelas.SDA mungkin sebagian disebabkan
karena kenaikan perangsangan simpatis setelah makan,dengan peningkaytan pengeluaran
epinefrin dan norepinefrin dan akibatnya terjadi peningkatan laju metabolisme.SDA protein
mungkin juga dihubungkan dengan proses deaminasi asam amino dalam hati.SDA dari lemak
mungkin disebabkan karena adanya stimulasi langsung terhadap proses metabolisme oleh
adanya asam lemak bebas.Sedang pada hidrat arang mungkin merupakan manifestasi
kebutuhan energi ekstra untuk membentuk glikogen.Efek stimulasi daripada makanan
terhadapa proses metabolisme dapat berlangsung selama 6 jam atau lebih.
Faktor lain yang merangsang metabolisme adalah suhu lingkungan.Bila suhu lingkungan
lebih rendah dari suhu tubuh,mekanisme untuk mempertahankan suhu tubuh akan
digiatkan,misalnya dengan menggigil,dan laju metabolisme akan meningkat.Bila suhu
lingkungan cukup tinggi hingga mengakibatkan meningkatnya suhu tubuh,terjadi
peningkatan proses metabolisme secara keseluruhan,dan laju metabolisme juga meningkat.
spirometri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sering kali kita melihat orang yang memilki kecepatan pernapasan dan kedalaman pernapaan
berbeda dari orang yang normal atau yang paling sering kita temukan adalah penyakit asma.
Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan gangguan ventilasi sehingga
bagian dari paru-paru akan melakukan adaptasi seperti penyempitan jalan napas dan
inflamasi yang mengakibatkan seseorang menjadi sesak napas atau batuk.
Penyakit-penyakit seperti ini dapat dideteksi melalui suatu tes (Peak Flow Rate) dengan
menggunakan alat yang sederhana, yaitu Peak Flow Meter. Peak Flow Meter (PFM) adalah
alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR dapat
dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan, tinggi
badan dan jenis kelamin.
Olehnya itu, sebagai seorang yang berkecimpung di dunia kesehatan seharusnya kita
mengetahui cara-cara pemeriksaan dengan alat ini yang bertujuan untuk menegtahui ada
tidaknya masalah pada sistem pernapasan seseorang yang akan dipelajari dalam praktikum
ini.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan Peak Flow Rate/Maximal Flow Rate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan pernapasan yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus dan bronkhiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi
oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara
disaring, dihangatkan dan dilembabkan (www.portakalbe.co.id, 2000).
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat
(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk
(http://ilmupedia.com, 2008).
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings)
pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita
suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan
makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan
berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan
(http://ilmupedia.com, 2008).
c. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian
di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring bendabenda asing yang masuk ke saluran pernapasan (http://ilmupedia.com, 2008).
d. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya
tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus
(http://ilmupedia.com, 2008).
e. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan
rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput
dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan
pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus,
jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan
daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru,
bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1 mm, dindingnya makin menipis jika
dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih
mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada
bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara
(alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah
satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus
berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya
difusi gas pernapasan (http://ilmupedia.com, 2008).
Parameter yang sering diukur dalam uji faal paru ialah isi paru dengan beberapa bagiannya.
Volume paru ini menggambarkan fungsi statik paru. Ada dua golongan volume paru, yaitu
yang biasa disebut voume paru dan kapasitas (www.portakalbe.co.id, 2000).
1. Volume Paru
Ada empat jenis volume paru yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak saling
tercampur, yaitu :
volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus
pernapasan selama pernapasan biasa (http://advertising.microsoft.com, 2008).
Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihisap sesudah akhir
inspirasi tenang (www.portakalbe.co.id, 2000).
Cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah
akhir ekspirasi tenang. Pada pernafasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif, tidak ada otot
ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting dinding dada dan jaringan
paru semata-mata. Posisi rongga dada dan paru pada akhir ekspirasi ini merupakan posisi
istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-kuatnya sampai
maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang keluar (www.portakalbe.co.id, 2000).
Isi residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam parusesudah melakukan ekspirasi
secara patologi :
Ventilasi Obstruktif
Respirasi abnormal ini mempunyai karekteristik yaitu kekuatan kecepatan ekspirasi yang
lambat (FEV1/FVC lambat). Ini terjadi pada orang yang asma atatu empisemia, peningkatan
voume residu dan residu fungsional kapasitas dan penurunan kapasitas vital adalah hal yang
paling mudaj dilihat. Pada seseorang yang mengalami penyakit ini volume parunya sama
dengan orang normal.
Asma, bronchitis, empisemia adalah penyakit yang disebabkan karena ventilai obstruktif, tapi
penyebab sehingga terjadinya obstruktif sama ekai berbeda.
Asma
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini
bersifat sementara (http://id.wikipedia.org, 2008).
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan
lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut
bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga
supaya dapat bernafas (http://id.wikipedia.org, 2008).
Spirometri mungkin dibutuhkan untuk membuat inisial diagnosis dan biasanya membantu
mengikuti proses jalannya penyakit-memberi keterangan respon terhadap pemberian
pengobatan (Hueston, 2003).
Bronchitis
Bronchitis adalah kondisi klinik yang didefenisikan sebagai batuk kronik dengan produksi
mucus selama berbulan-bulan samapi menahun. Secret mucus dan inflamasi di bronchi
sebagai reaksi menjadi menyempit dan menyebabkan terjadinya ventilasi obstruktif,
perubahan ini merupakan reaksi pertahanan dari jalan napas. Bronchitis juga bisa disebabkan
karena symptom pulmonary obstruktif (http://oac.med.jhmi.edu, 2008).
Emfisema
Emfisema adalah gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang
udara (alveolus) dalam paru-paru disertai destruksi jaringan
Ada tiga faktor yang memegang peran dalam timbulnya emfisema yaitu :
1) Kelainan radang bronchus dan bronchiolus yang sering disebabkan oleh asap rokok, debu
industri. Radang peribronchiolus disertai fibrosis menyebabkan iskhemia dan parut sehingga
memperluas dinding bronchiolus.
2) Kelainan atrofik yang meliputi pengurangan jaringan elastik dan gangguan aliran darah;
hal ini sering dijumpai pada proses menjadi tua.
3) Obstruksi inkomplit yang menyebabkan gangguan pertukaran udara; hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan dinding bronchiolus akibat bertambahnya makrophag pada
penderita yang banyak merokok. Insiden emfisema meningkat dengan disertai bertambahnya
umur (www.portakalbe.co.id, 2000).
Ada dua bentuk emfisema yaitu : 1) Sentrilobular dan 2) Panlobular. Emfisema sentrilobular
ditandai oleh kerusakan pada saluran napas bronkhial yaitu pembengkakan, peradangan dan
penebalan dinding bronkhioli. Perubahan ini umumnya terdapat pada bagian paru atas.
Emfisema jenis ini biasanya bersama-sama dengan penyakit bronkhitis menahun, sehingga
fungsi paru hilang perlahan-lahan atau cepat tetapi progresif dan banyak menghasilkan sekret
yang kental. Emfisema panlobular berupa pembesaran yang bersifat merusak dari distal
alveoli ke terminal bronkhiale. Pembendungan jalan udara secara individual disebabkan oleh
hilangnya elastisitas recoil dari paru atau radial traction pada bronkhioli. Ketika menghisap
udara (inhale), jalan udara terulur membuka, maka kedua paru yang elastis itu membesar; dan
selama menghembuskan udara (ekshalasi) jalan udara menyempit karena turunnya daya
penguluran dari kedua paru itu (www.portakalbe.co.id, 2000).
Ventilasi restriktif
Penyakit restriktif ditandai dengan kondisi lebih nyata oleh reduksi pada kapasitas total paru.
Ventilasi restriktif mungkin disebabkan kerusakan pulmonary, fibrosi pulmo (kaku abnormal,
non komplikasi paru), atau karena nonpulmo deficit, mencakup kelemahan otot pernapasan,
kelumpuhan, dan kelainan bentuk atau kekakuan dari dinding dada (http://oac.med.jhmi.edu,
2008).
Pada tes pulmonari, individu yang mengalami ventilasi restriktif memiliki
penurunankapasitas total paru, penurunan residu fungsional, dan penurunan residu pulmonal.
Ketika kekuatan kapasitas vital (FVC) mungkin sangat turun, kekuatan volume ekspirasinya
pada waktu satu detik dibagi dengan kekuatan kapasitas vital (FEV1/FVC) biasanya normal
atau meningkat dari normal yang seharusnya mengalami penurunan karena tekanan
keelastisan paru menurun (http://oac.med.jhmi.edu, 2008).
Karena tekanan pleura drop memaksa paru menjadii nflamasi, kedalaman pernapasan pada
orang yang mengalami restriktif berbda dibandingkan pada orang yang normal, dan meraka
mengakhiri pernapasan dengan pernapasan dangkal dan cepat (http://oac.med.jhmi.edu,
2008).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini yaitu Mini Wright Peak Flow Meter. Percobaan
yang menggunakan spirometri tidak dilakukan kerena keterbatasan alat
III.2 Cara Kerja
Dalam percobaan ini hanya dilakukan pengukuran Peak Flow Rate (PFR) :
Orang coba diminta memegang Peak Flow Meter dan masukkan pipa tiup ke dalam
mulutnya. Setelah inspirasi maksimal, orang coba diminta meniup sekuat-kuatnya sampai
maksimal dalm Flowmeter. Bacalah nilai yang dicapai pada flowmeter (liter/menit).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Nama orang coba : Laode Andrias
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 19 tahun
PFR :
300 L/menit
360 L/menit
385 L/menit
PFR rata-rata= (300+360+385)/3
= 2045/3=348 L/menit
IV.2 Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan meminta orang coba melakukan ekspirasi ke dalam Peak Flow
Meter sebanyak tiga kali untuk memastikan keakuratan kemudian PFR diambil dari ratarataketiga pengukuran tadi. Hasil pengukuran yang didapatkan adalah 348 L/menit. Jika
dilihat dari standar normal dari PFR, orang coba berada di bawah standar normal. Akan
tetapi, PFR setiap orang berbeda-beda dan banyak faktor yang mempengarugi. Jadi, bisa saja
meskipun dengan penghitungan PFR menunujukkan bahwa PFR dibawa normal, akan tetapi
dengan nilai demikian seseorang tidak mengalami gangguan pernapasan. Hal ini mungkin
disebabkan karena beberapa faktor tadi misalnya umur, jrnis kelamin, postur tubuh, posisi
selama pengukuran, ataupun karena standar tersebut hanya diperuntukkan untuk orang-orang
yang berbeda ras dengan orang Indonesia pada umumnya.
Usia berpengaruh terhadap PFR dimana saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu
paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara dan luas paru-paru masih
terlalu kecil. Perkembangan paru pada masa bayi belum terl;alu baik sehingga PFRnya lebih
rendah dibandingkan orang dewasa. Demikian halnya pada usia lanjut, PFR akan menurun
akibat otot-otot pernapasan tidak seelastis dengan orang yang lebih muda.
Posisi juga berpengaruh terhadap nilai PFR. Nilai PFR pada posisi berbaring terlentang lebih
besar dibandingkan pada saat duduk karena ketika duduk diafragma akan mendorong rongga
dada keatasa sehingga ketoka menghirup udara, udara akan lebih sedikit masuk ke paruparudibandingkan ketika berbaring dimana diafragma tidak mendorong rongga dada sehingga
udara yang masuk lebih banyak dan yang akan diekspirasikan juga lebih banyak.
Selain usia dan posisi, tinggi badan atau ukuran tubuh setiap orang juga berpengaruh terhadap
nilai PFR dimana tubuh yang lebih besar akan memiliki PFR lebih besar karena orang ini
membutuhkan lebih banyak oksigen dari udara untuk memenuhi kebutuhan jaringan di dalam
tubuhnya. Selain itu. Orang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar juga memilki kekuatan
menghirup udara lebih banyak.
PFR pada laki-laki juga lebih besar dibandingkan perempuan karena kekuatan otot-otot
pernapasan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga udara yang dihirup dan
dihembuskan lebih banyak dibandingkan perempuan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum ini adalah :
Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut spirometer.
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas
(PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan
otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin.
Ventilasi patoogis terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi campuran
yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.
V.2 Saran
Sebaiknya alat-alat laboratorium yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar.