Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, setiap insan atau manusia memiliki kebutuhan dan
keinginan. Kebutuhan dan keinginan ini menciptakan sesuatu yang harus
terpenuhi karena kebutuhan dan keinginan tersebut. Hal ini biasa disebut
hak. Hak ini selalu sejalan dengan kewajiban. Hak Asasi Manusia atau HAM
adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu
manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Menurut, UU nomor 39
Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupak
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
Salah satu contoh HAM adalah hak atas kesehatan. Kesehatan adalah
HAM yang fundamental dan tak ternilai demi terlaksananya HAM yang lain.
Maksud dari pernyataan di atas adalah kesehatan merupakan hak yang
harus dituntut terlebih dahulu sebelum menuntut hak yang lain. Apabila
hak kesehatan ini belum terpenuhi, maka sulit untuk menuntut hak yang
lain. Ada hubungan yang saling terkait yang sangat kompleks antara HAM
dan kesehatan, yaitu pertama, kekerasan atau tiadanya perhatian memiliki
akibat yang sangat serius terhadap kesehatan. Kedua, kebijakan dan
program kesehatan dapat memajukan tetapi juga bisa merendahkan HAM,
tergantung desai dan implementasinya. Yang terakhir adalah kondisi
masyarakat yang rentan dan dampak terhadap rendahnya derajat
kesehatan dapat dikurangi melalui langkah penghormatan, perlindungan,
dan pemenuhan HAM.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah atau pertanyaan yang didapatkan pada
skenario tersebut adalah sebagai berikut.
1

1. Jelaskan

beberapa

isu

HAM

yang

terdapat

pada

kasus

ini

ke

pembidangan HAM.
2. Bagaimana melihat isu HAM yang ada menurut Hak atas kesehatan,
baik menurut instrumen HAM internasional maupun nasional.
3. Analisis isu HAM pada kasus di atas ke dalam matriks dan atau daftar 5
kewajiban minimum negara atas kesehatan dan empat elemen hak atas
kesehatan.
4. Analisis kasus tersebut dalam perseptif agama.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari tutorial yang telah dilakukan adalah :
1. Untuk mendapatkan beberapa isu HAM yang terdapat pada skenario ke
Pembidangan HAM.
2. Untuk melihat isu HAM yang ada menurut Hak atas kesehatan, baik
menurut instrumen HAM internasional maupun nasional.
3. Untuk menganalisis isu HAM pada skenario tersebut.
4. Untuk menegathui pandangan agama terhadap isu HAM tersebut.
D. Jadwal Pleno
1. Tutorial I
Senin, 22 februari 2010
2. Tutorial II
Rabu, 24 Februari 2010
3. Pleno
Rabu, 3 Maret 2010

BAB II
PEMBAHASAN
A. KATA SULIT
Pustu : Puskesmas Pembantu
2

Sanitasi : Usaha untuk membina dan menciptakan keadaan yang


memenuhi syarat kesehatan

Rumah Sakit Kontingen

Kanker : segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel


yang tidak terkontrol, tidak berirama dan tumbuh sangat cepat.

Gawat : keadaan karena cedera atau tidak yang mengancam nyawa


pasien namun tidak memerlukan penanganan yg sesegera mungkin
(kronik)

Darurat : keadaan karena cedera atau tidak yang butuh penanganan


sesegera mungkin (akut).

Gawat Darurat: Suatu keadaan dimana diperlukan pelayanan medis


segera

dan

tidak

dapat

ditunda

dalam

waktu

12

jam

untuk

menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya cacat tubuh atau cacat


fungsi yang permanen.
B. Isu HAM
Dalam skenario ini terdapat beberapa isu HAM sesuai dengan pembidangan
HAM, yaitu :
1. HAM ditinjau dari Sosial, Ekonomi, dan Budaya, terbagi menjadi dua
bagian, yaitu :
Hak Sosial Ekonomi
Hak atas Kesehatan : Dalam teks ini, masyarakat kurang mendapatkan
perhatian dan pemenuhan Negara atas pelayanan kesehatan. Hal ini
ditunjukkan dengan jumlah puskesmas, posyandu, dan pustu yang tidak
tersebar secara merata. Selain itu, tenaga kesehatan di tiap-tiap
pelayanan kesehatan dinilai kurang memadai baik dalm hal kualitas dan
kuantitas, serta aksesbilitas untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan yang berbahaya dan berisiko karena harus melewati jalur laut

dalam waktu yang lama.


Hak Pendidikan : Fasilitas pendidikan yang tersedia kurang memadai
utamanya pada tingkat SMP dan SMA dan hanya terdapat pada pulau3

pulau besar (Cuma 3). Hal ini menuntut persaingan yang sangat tinggi
baik dari segi kemampuan, pengetahuan, dan materi sehingga banyak
anak-anak yang memilih untuk tidak melanjutkan jenjang pendidikan
mengingat faktor-faktor tersebut.

Selain itu, tenaga pengajar hanya

dikhususkan pada pulau-pulau besar sehingga jaminan untuk pendidikan,


pengetahuan dan perkembangan informasi yang mereka dapatkan di pulaupulau

kecil

masih

sangat

diragukan. Karena

itu, untuk penyuluhan

mengenai sanitasi lingkungan dan pengetahuan kesehatan wajarlah


sangat

kurang

dan

masyarakat

pun

lebih

memilih

pengobatan

tradisional daripada pengobatan modern.


Hak atas Perumahan dan Lingkungan yang Layak : Dalam skenario
tersebut perumahan yang ditempati warga terbuat dari papan dan kayu,
serta sanitasi lingkungan yang buruk. Hal ini menimbulkan perasaan
tidak nyaman dan menimbulkan bibit penyakit. (utamanya di daerah
tropis) sehingga banyak penyakit-penyakit yang bersifat endemik dan
epidemik contohnya: malaria dan DBD. Selain itu kebutuhan akan air
bersih sangatlah dibutuhkan oleh warga. Jika hal ini tak terpenuhi maka
akan terjadi penyakit diare. Adapun masalah babi, monyet, anjing, dan
beberapa hewan lainnya meyebabkan warga merasa was-was terhadap
lingkungan sekitarnya.

Hak Budaya

Kepercayaan dan keyakinan masyarakat yang diturunkan secara turuntemurun melalui adat istiadat masih sangat kental dalam skenario ini.
Kepercayaan

kepada orang-orang berpengaruh (tokoh adat), dukun,

dan keyakinan terhadap ramuan-ramuan tradisional yang membuat


warga lebih memilih untuk mengadopsi pengobatan tradisional. Mungkin
faktor inilah yang menyebabkan fasilitas pustu tidak dipergunakan

secara maksimal, sehingga lambat laun kegiatan dipustu akan hilang.


Kekentalan budaya dapat membendung perkembangan informasi
sehingga masyarakat kurang mendapatkan pengetahuan mengenai

kesehatan. Hal ini didukung oleh fakta bahwa masyarakat dalam


skenario ini rata-rata berpendidikan tamatan SD.
2. Hak Pembangunan
Sanitasi kurang memadai : Masyarakat tidak membangun MCK yang
layak karena menurut mereka hal ini dapat dilakukan di sungai atau di
hutan. Selain itu, faktor saluran air yang buruk sehingga air tergenang
dimana-mana. Hal ini dapat menimbulkan bibit penyakit.
Air bersih sulit untuk diperoleh
Fasilitas kesehatan minim : Hal ini ditunjukkan karena tidak adanya

pekerja pada pustu. Selain itu, pembangunan aksesbilitas, seperti


jembatan, perahu, jalan, ambulance, dan hal-hal yang mendukung
sangatlah terbatas sehingga untuk memutuskan pasien untuk dirujuk ke
rumah sakit sangatlah susah. Dan juga skenario ini tidak dijelaskan
mengenai kapasitas dari suatu posyandu dan puskesmas. Utamanya
untuk pustu, beberapa pustu hal ini tidak dapat dijadikan sebagai
acuan apakah suatu pustu itu telah terpenuhi untuk suatu kabupaten
jauh sekali. Hal yang miris, ternyata kabupaten yang cukup besar hanya
memiliki tiga posyandu dan satu rumah sakit, itu pun sangat sulit untuk
dijangkau.
3. Keterkaitan antara Isu HAM dalam Skenario dengan Instrumen
HAM
Instrumen HAM Nasional
Amandemen UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan


Pasal 9 UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM
a. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan
meningkatkan taraf kehidupannya.
b. Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia,

sejahtera lahir dan batin.


c. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Pasal 4 UU No.23 Tahun 1992
5

Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat

kesehatan yang optimal


Pasal 7 UU Kesehatan
Setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.

Instrumen HAM Internasional

Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR)


Setiap orang berhak atas suatu standar kehidupan yang memadai
untuk

kesehatan

dan

kesejahteraan

dirinya

serta

keluarganya,

termasuk makanan, pakaian, rumah, dan perawatan kesehatan serta


pelayanan-pelayanan sosial yang diperlukan, dan hak atas keamanan
pada masa menganggur, sakit, tidak mampu bekerja, menjanda, lanjut
usia atau kekurangan nafkah lainnya dalam keadaan-keadaan yang
berada di luar kekuasaannya

Pasal 6 International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)


Setiap manusia memiliki hak yang melekat dalam dirinya. Hak ini
harus dilindungi oleh hukum. Tidak ada seorangpun berhak/semenamena menghilangkan hidupnya

Pasal 12 International Covenant on Economy, Social and Cultural


Rights (ICESCR)
Bahwa Negara peserta kovenan tersebut mengakui hak setiap orang
untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal
kesehatan fisik dan mental

Pasal 5 International Convention on the Elimination of All Forms of


Racial Discrimination (ICERD)

Pasal 14 Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination


Against Women (Womens Covention)

Pasal 1 Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or


Degrading Treatment or Punishment (Torture Convention or CAT)
tentang Pemberantasan kelaparan dan kekurangan gizi
6

4. Analisis Skenario
Menurut daftar tilik Tiga Kewajiban Minimum Negara
1. Melindungi (Protect)
Negara tidak melindungi masyarakat dalam bentuk penyediaan
pelayanan kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan akibat sanitasi yang
kurang memadai (genangan air), maka banyak penyakit yang timbul
misalnya, demam berdarah. Selain demam berdarah, ternyata salah
seorang warga mengalami kanker payudara dan warga tersebut
serta pihak keluarganya takut untuk berobat di rumah sakit dan
memilih untuk melakukan pengobatan dengan cara tradisional.
2. Menghormati (Respect)
Negara tidak menghormati hak masyarakat dan tidak mengikuti
komitmen internasional tanpa mengukur kemampuan masyarakat
dalam menyadari hak untuk sehatnya. Hal ini ditunjukkan oleh
minimnya

pengetahuan

masyarakat

mengenai

kesehatan

dan

masyarakat menggunakan obat-obat kampung yang mutunya kurang


terjamin.

Selain

itu

daftar

tilik

point

masyarakat

kurang

memperhatikan saluran-saluran air sehingga dapat membahayakan


kesehatan masyarakat tersebut. Untuk daftar tilik point 8 yang
berbunyi, do not impose coercive medical treatment. Dalam hal ini
Negara telah melanggar hak

masyarakat karena Negara tidak

menyediakan aksesbilitas yang terjangkau bagi masyarakat.


3. Memenuhi (Fulfill)
Dalam skenario, Negara jelas-jelas tidak memenuhi kebutuhan akan
fasilitas kesehatan pada masyarakat tersebut sehingga dalam daftar
kriteria pemenuhan Negara telah melanggar keseluruhan point
tersebut kecuali untuk kemungkinan point 5. Fasilitas yang tidak
disediakan oleh Negara berupa aksesbilitas untuk menjangkau
fasilitas kesehatan, pemenuhan tenaga kerja, ketersediaan obatobatan, dan kelayakan bangunan.
Menurut daftar tilik Empat Elemen Hak atas Kesehatan :
1. Ketersediaan (Availability)

Dalam pemenuhan ketersediaan fasilitas kesehatan sangatlah kurang


apalagi

untuk

program-program

kesehatan

yang

diusung

oleh

pemerintah berupa imunisasi, dan keluarga berencana (KB). Selain


itu, tidak adanya fasilitas untuk menjangkau air bersih dan untuk
memelihara lingkungan. Pemerintah juga sulit untuk melakukan
pendidikan-pendidikan untuk menangani masalah-masalah kesehatan
karena

ketersediaan

sarana

pendidikan

yang

kurang.

Promosi

penyediaan makanan dan nutrisi yang seimbang sulit untuk dipenuhi


oleh masyarakat karena mereka tidak mampu memenuhi atau karena
daerah mereka yang cukup terisolsasi
2. Keterjangkauan (Accesbility)
Pelayanan kesehatan tidak dapat dirasakan oleh lapisan masyarakat
secara merata karena cuma terdapat satu buah rumah sakit dan
hanya memiliki 3 puskesmas . Hal ini tidak berbanding lurus dengan
jumlah pulau yang tersebar di Kabupaten JAUH SEKALI. Selain itu,
letak pelayanan kesehatan yang jauh yang hanya dapat ditempuh
dalam perjalanan selama 12 jam itupun hanya mendapatkan
pelayanan kesehatan dari puskesmas. Selain itu masyarakat juga
kurang bisa mendapatkan air bersih karena saluran air yang
tersumbat dan masyarakat juga kurang mendapatkan pengetahuan
baik berupa masalah kesehatan maupun pengetahuan mengenai
makanan dan nutrisi yang tepat
3. Penerimaan (Acceptbility)
Dalam skenario ini tinggi nilai-nilai sosial budaya masyarakat
sehingga tenaga medis menurut masyarakat setempat sangatlah
bertentangan dengan apa yang diwariskan oleh nenek moyang
mereka selain itu keterjangkauan atas pelayanan kesehatan yang
dinilai cukup mahal sehingga mereka lebih memilih untuk memakai
obat kampung.
4. Kualitas (Quality)
Dalam skenario pastilah berbanding lurus

dengan penyediaan

fasilitas kesehatan, pengetahuan akan kesehatan, dan promosi


mengenai lingkungan, makanan, dan nutrisi tepat. Pada pustu di
8

Pulau JAUH SEKALI tidak terdapat tenaga medis sehingga untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah sulit.
Belum lagi peralatan, logistik, dan program kesehatan yang dapat
mendukung kualitas kesehatan masyarakat tidaklah memadai. Selain
itu, kesadaran masyarakat terhadap sanitasi lingkungan sangatlah
kurang

sehingga

timbullah

berbagai

penyakit

yang

dapat

menurunkan derajat kualitas kesehatan masyarakat.


5. Perspektif Agama
1. Kebersihan
Setiap agama menganjurkan hidup bersih karena setiap agama
mengajarkan

mengenai

kesucian

baik

dalam

bentuk

beribadah

maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pada Agama Islam hal ini


dijelaskan dalam :
a. Hadis
Kebersihan itu sebagian daripada iman
b. Ayat Al-Quran
- QS. Al Baqarah 2 : 100-101
Patutkah, dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka
melemparkannya? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman. Dan
setelah

datang

kepada

membenarkan apa
yang diberi kitab

mereka

seorang

Rasul

dari

sisi

Allah

yang

yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang


melemparkan kitab Allah ke belakang nya, seolah-olah

mereka tidak mengetahui .


-

QS. Al-Mudatzir : 4
dan pakaianmu bersihkanlah

QS. An-Nisa:58

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan

apabila menetapkan hukum di antara

manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah


memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat

2. Ikhtiar dan bertawakkal


Agama Islam sangat menganjurkan agar setiap orang berusaha
semaksimal mungkin untuk mrencapai tujuannya setelah itu, barulah ia
menyerahkan segalanya sesuai kehendak Yang Maha Kuasa. Namun, yang
dilakukan warga penderita Ca Mamae dan keluarganya tidak menunjukkan
hal tersebut. Karena takut untuk berobat ke rumah sakit mereka membiarkan
si penderita diobati dengan obat-obatan tradisional yang belum tentu dapat
menyembuhkan penyakit yang diderita.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan isu HAM di atas adalah :
1. Telah terjadi pelanggaran HAM di Pulau JAUH SEKALI berupa hak sosial,
ekonomi, budaya dan pembangunan dan tidak ada hubungan yang
baik antara pemerintah dan masyarakat di Pulau JAUH SEKALI.
2. Negara tidak melaksanakan Tiga Kewajiban Minimum Negara serta
tidak memenuhi Empat Elemen Hak atas Kesehatan bagi warga di
Pulau JAUH SEKALI.
3. Isu HAM yang diangkat pada skenario ini tidak sesuai dengan beberapa
pasal dalam Instrumen HAM Nasional maupun Internasional.
4. Perspektif agama yang terkait dengan skenario ini adalah tentang
kebersihan serta ikhtiar dan bertawakkal.

10

Anda mungkin juga menyukai