Anda di halaman 1dari 49

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Senin, 18 November 2013


BATU SALURAN KEMIH

KONSEP DASAR
BATU SALURAN KEMIH (BSK)

A. Pengertian
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau
kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam
urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih.
(Luckman dan Sorensen)
Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa batu saluran
kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung
kemih dan uretra.
B. Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut lokasi
1.
a.
b.
2.
a.
b.
3.
a.

beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.


Menurut tempat terbentuknya
Batu ginjal
Batu kandung kemih
Menurut lokasi keberadaannya :
Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)
Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)
Menurut Keadaan Klinik :
Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu bertambah besar atau

kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)

d.

Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila menyebabkan obstruksi, infeksi,
kolik, hematuria.

4. Menurut susunan kimiawi


Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu kalsium okalat, batu
a.

kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit (magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin
Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 85% dari
seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada usia decade ketiga.
Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran,
misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium
dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan
menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu menjadi
fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu diantara jenis batu yang sukar
dijadikan fragmen-fragmen. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:

1)

Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi

tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien
pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft
drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat
dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme
endogen.

b. Batu Struvit :

Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan
kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri
pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi
seluruh pelvis dan kaliks ginjal (6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu
staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.(646) Batu ini bersifat radioopak dan
mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi
panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi
c.

yang cepat dari ginjal hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten.
Batu asam urat :
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung
kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin
bisa dilihat dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya
berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan
biasanya relatif lebih mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu
asam urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout;
dan batu ini biasanya bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat
berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat
amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit.

Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum),
berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi enam,
sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur.
e. Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa
bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.
C. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi

Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk
amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain,
Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
Herediter atau faktor keturunan yang juga memainkan dari semua jenis penyakit yang
menjadi alasan suatu penyakit dapat diturunkan oleh orang tua ke anak
5. Asupan Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine
meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu
saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran
kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
D. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah bagian utama dari sistem perkemihan yang juga masuk didalamnya
ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal terletak pada rongga abdomen posterior, dibelakang
peritonium diarea kanan dan kiri dari kolumna vertebralis. Ginjal dipertahankan dalam posisi
tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Pada orang dewasa normal panjangnya 12 13 cm,
lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150 gram. Setiap ginjal memiliki korteks dibagian luar dan
di bagian dalam yang terbagi menjadi piramide-piramide. Pada setiap piramide membentuk
duktus papilaris yang selanjutnya menjadi kaliks minor, kaliks mayor dan bersatu membentuk
ginjal tempat terkumpulnya urine. Ureter menghubungkan ginjal dengan kandung kemih.

Garis-garis yang terlihat pada piramide disebut nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomerulus
yang merupakan lubang-lubang yang terdapat pada piramide-piramide renal, membentuk simpul
dan kapiler badan satu mulpigli, kapsul bowman, tubulus proximal, ansa henle dan tubulus
distal.
Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Kedua ureter
merupakan saluran yang panjangnya 10 12 inc. Ureter berfungsi menyalurkan urin ke kandung
kemih. Kandung kemih mempunyai tiga muara. Dua maura ureter dan satu muara uretra.
Kandung kemih sebagai tempat menyimpannya urin dan mendorong urin untuk keluar. Uretra
adalah saluran kecil yang berjalan dari kandung kemih sampai ke luar tubuh yang disebuat

1.
a.
b.
c.
d.

meatus uretra.
Fungsi ginjal:
Fungsi ekskresi
Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 cm osmol dengan mengubag ekskresi air.
Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.
Mempertahankan pH plasma dengan mengeluarkan kelebihan dan membentuk kembali Hco3.
Mengekskresikan produk ahkir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam urat dan

kretinin.
2. Fungsi non ekskresi
a. Menghasilkan renin, penting untuk mengatur tekanan darah.
b. Menghasilkan eritropoitin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah dan sumsum
tulang.
c. Metabolisme vitamin D menjdai bentuk aktifnya.
d. Degradasi insulin.
e. Menghasilkan prostaglandin.
E. Patofisisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis
belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang
untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung
terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalahmasalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga

mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang
alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil,
ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi
akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ
dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga darah akan keluar
bersama urin.
F. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu
yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak
b.
2.
a.
b.
c.

unit fungsional (nefron) ginjal.


Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
Batu di ginjal
Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
Hematuri.
Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah

d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.

mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.


Mual dan muntah.
Diare.
Batu di ureter
Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
Hematuri akibat abrasi batu.
Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 1 cm.
Batu di kandung kemih
Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan

hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.

Teori terbentuknya batu


1. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini
terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentukan batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine .Urine yang
bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali akan mengendap
garam-garam fosfat..
4. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat
magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan SDM, SDP,
kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat)
alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam
:kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang reabsobsi
4.

kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.


Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal dan

sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau
6.

panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).


Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau efek

obstruksi.
7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan masa lain.
8. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

H.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
3.
a.
b.
c.
4.
a.

Therapy dan Penatalaksanaan medik


Tujuan:
Menghilangkan obstruksi
Mengobati infeksi.
Mencegah terjadinya gagal ginjal.
Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
Operasi dilakukan jika:
Sudah terjadi stasis/bendungan.
Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif harus
dilakukan operasi.
Therapi
Analgesik untuk mengatasi nyeri.
Allopurinol untuk batu asam urat.
Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti:
bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat
mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden,

keju dan sari buah.


b. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
c. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.
d. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur.
Namun biasanya tindakan dikerjakan jika diameter batu 8-10 mm atau lebih.
Pengeluaran batu konservatif dilakukan bila cara-cara yang memerlukan tindakan dapat
disingkirkan. Cara ini dilakukan berupa diuresis paksa dengan ketentuan:
a. Batu ureter sepertiga tengah atau sepertiga distal
b. Tidak ada penyumbatan total
c. Batu memiliki diameter keci

Demineralisasi Tulang Yang Dapat Menyebabkan Batu


Demineralisasi merupakan proses yang antagonis dengan mineralisasi yaitu proses
pengambilan kalsium dari jaringan tulang. . Osteoklas membuat terowongan ke dalam tulang
korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di
permukaan trabekular. Ketika

kalsitonin yang menurunkan kadar kalsium dengan cara

menghambat resorpsi tulang, dan menghambat aktivitas osteoklas(demineralisasi) secara in vitro


menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat peningkatan serum kalsium akan
menambah beban cairan yang akan di ekskresikan . penumpukan kalsium yang tidak terserap
pada sauran kemih menyebabkan batu.
I.

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)


Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu ginjal. ESWL
sebenarnya sudah bukan merupakan barang asing dalam dunia kedokteran khususnya bagi para
urologis. Sejak diperkenalkan penggunaannya di awal tahun 1980-an, ESWL semakin populer
dan menjadi pilihan pertama dalam kasus umum penanganan penyakit batu ginjal.
Beberapa keuntungan dari ESWL diantaranya adalah dapat menghindari operasi
terbuka, lebih aman, efektif, dan biaya lebih murah, terutama untuk prosedur ESWL yang
sederhana sehingga tidak memerlukan perlakuan berkali-kali.
ESWL merupakan terapi non-invasif, karena tidak memerlukan pembedahan atau
memasukkan alat kedalam tubuh pasien. Sesuai dengan namanya, Extracorporeal berarti di luar
tubuh, sedangkan Lithotripsy berarti penghancuran batu, secara harfiah ESWL memiliki arti
penghancuran batu (ginjal) dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave) yang
ditransmisi dari luar tubuh.
Dalam terapi ini, ribuan gelombang kejut ditembakkan ke arah batu ginjal sampai
hancur dengan ukuran serpihannya cukup kecil sehingga dapat dikeluarkan secara alamiah
dengan urinasi. Ilustrasi sederhana teknik ESWL dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penampang interior ginjal A) Sebelum penembakan, B) Gelombang kejut yang


difokuskan pada batu ginjal, C) Tembakan dihentikan hingga serpihan batu cukup kecil
untuk dapat dibuang secara natural bersama air seni
Treatement ESWL, pasien dibaringkan di atas tempatbtidur khusus dimana generator
shock wave telah terpasang di bagian bawahmya. Sebelum proses penembakan dimulai,
dilakukan pendeteksian lokasi batu ginjal mengunakan imaging probe (dengan ultrasound atau
fluoroscopy), agar shock wave yang ditembakan tepat mengenai sasaran

Pada lithotripter keluaran terbaru, umumnya telah dipasang anti-miss-shot device yang
memonitor lokasi batu ginjal secara kontinyu dan tepat waktu, sehingga alat ini memiliki tingkat
keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada saat bersamaan dapat meminimalkan terjadinya
luka pada ginjal akibat salah tembak.
Sejarah lithotripter
Ide penggunakan shock wave untuk menghancurkan batu ginjal ternyata memiliki sejarah
yang cukup panjang. Jerman tercatat sebagai negara yang mempelopori pengembangan ESWL.
Pada awalnya riset yang digulirkan hanya ingin mempelajari interaksi antara shock
wave denganbiological tissue pada hewan.
Riset ini dilakukan antara tahun 1968 sampai 1971 di Jerman, dilatarbelakangi oleh
adanya insiden salah seorang pegawai perusahaanDornier (saat ini perusahaan ini dikenal
sebagai perusahaan pembuat mesin lithotripter) secara tidak sengaja tersengat shock wave pada
saat eksperimen.
Salah satu hasil dari riset ini adalah ditemukan bahwa shock wavemengakibatkan efek
samping yang rendah pada otot, lemak, dan jaringan sel tubuh, dan bone tissue (jaringan tulang)
tidak mengalami kerusakan saat dilalui oleh shock wave.
Hasil penelitian ini kemudian membawa lahirnya ide penggunaan shock wave untuk
menghancurkan batu ginjal dari luar tubuh. Pada tahun 1971, Haeusler dan Kiefer telah memulai
eksperimen in-vitro (dilakukan di luar tubuh) penghancuran batu ginjal dengan shock wave.
Kemudian pada tahun 1974 pemerintah Jerman secara resmi memulai proyek penelitian dan
aplikasi ESWL.
Selanjutnya pada awal tahun 1980 pasien pertama batu ginjal diterapi dengan ESWL di
kota Munich menggunakan mesin Dornier LithotripterHM1. Sejak saat itu eksperimen lanjutan
dilakukan secara intensif denganin-vivo (dilakukan di dalam tubuh) maupun in-vitro. Akhirnya
mulai tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan di rumah sakit di Jerman.
Bagaimana lithotripter bekerja?
Merupakan suatu hal yang menarik untuk mengetahui cara lithotripter bekerja, yaitu
bagaimana shock wave dihasilkan, kemudian merambat masuk ke dalam tubuh dan
menghancurkan sasarannya, tanpa merusak media yang dilewatinya.
Saat ini ada 3 jenis pembangkit shock wave yang

digunakan

dalam

ESWL: electrohydraulic, piezoelectric, dan electromagnetic generator. Masing-masing memiliki


cara kerja yang berbeda, namun ketiganya menggunakan air sebagai medium untuk
merambatkan shock wave yang dihasilkan.

Electrohydraulic generator menggunakan spark gap untuk membuat ledakan di dalam


air. Ledakan ini kemudian menghasilkan shock wave. Sedangkan piezoelectric generator,
memanfaatkan piezoelectric efek

pada

kristal.

Sedangkan electromagnetic

generator,

menggunakan gaya elektromagnetik untuk mengakselerasi membran metal secara tiba-tiba dalam
air untuk menghasilkan shock wave.
Dari 3 jenis generator di atas, electrohydraulic lithotripter merupakan lithotripter yang
paling banyak digunakan saat ini [1]. Diagram skematik dari lithotripter ini dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Diagram skematik electrohydraulic lithotripter


Pada awalnya, shock wave yang dihasilkan generator hanya memiliki tekanan yang
rendah, kemudian difokuskan pada satu lokasi dimana batu ginjal berada. Hanya pada titik fokus
inilah shock wave memiliki tekanan yang cukup besar untuk menghancurkan targetnya, sehingga
tidak akan merusak bagian di luar daerah fokus ini.
Dalam proses pengobatan, karena titik fokus lithotripter ini sudah fixed, sebaiknya posisi
pasien digeser sedemikian rupa sehingga batu ginjal tepat berada dalam titik fokus tersebut.
Untuk menghantarkan shock wavedari lithotripter ke tubuh pasien, digunakan air atau gelatin
sebagai media perantaranya, dikarenakan sifat akustik keduanya paling mendekati sifat akustik
tubuh (darah dan jaringan sel tubuh), sehingga pasien tidak akan merasakan sakit pada saat shock
wave masuk ke dalam tubuh.
ESWL di Indonesia
Saat ini penulis belum memiliki data pasti tentang berapa banyak rumah sakit di
Indonesia yang telah melayani prosedur ESWL. Mengingat hargalithotripter yang cukup mahal
mungkin hanya rumah sakit besar saja yang telah memiliki alat ini. Mengenai biaya pengobatan
dengan ESWL sangat tergantung berapa kali tindakan ESWL yang diperlukan sampai pasien
benar-benar bebas dari batu ginjal.
Di Amerika, rata-rata pasien menjalani 1.5 kali tindakan ESWL [2] sampai benar-benar
bebas dari batu ginjal. Namun jika merujuk pada artikel kesehatan yang menyatakan bahwa
untuk sekali tindakan ESWL diperlukan biaya sekitar 4,5 juta rupiah, maka dapat dikatakan
bahwa terapi ini selain menawarkan keamanan dan kenyamanan, juga menawarkan biaya
pengobatan yang relatif murah

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I.

PRA OPERASI

A.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
c.
5.
a.
b.
6.
a.

Pengkajian
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
Riwayat infeksi saluran kemih.
Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
Keturunan.
Alkoholik, merokok.
Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan kontrasepsi).
Pola nutrisi metabolik
Mual, muntah.
Demam.
Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
Distensi abdominal, penurunan bising usus.
Alkoholik
Pola eliminasi
Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
Hematuri.
Rasa terbakar, dorongan berkemih.
Riwayat obstruksi.
Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
Pola aktivitas dan latihan
Pekerjaan (banyak duduk).
Keterbatasan aktivitas.
Gaya hidup (olah raga).
Pola tidur dan istirahat
Demam, menggigil.
Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
Pola persepsi kognitif
Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri

b.
c.
7.
a.
8.
a.
b.
9.
a.
b.

tekan pada area ginjal pada palpasi


Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu.
Penanganan tanda dan gejala yang muncul.
Pola reproduksi dan seksual
Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri pada saluran kemih.
Pola persepsi dan konsep diri
Perubahan gaya hidup karena penyakit.
Cemas terhadap penyakit yang diderita.
Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres
Adakah pasien tampak cemas
Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;
1. Pre operasi
a.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,trauma
jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
NO Diagnosa

Tujuan-

Kriteria

Keperawatan

Intervensi

Rasional

yang
1.

Nyeri akut b/d

diharapkan
Nyeri hilang

Catat lokasi,lamanya

Evaluasi tempat

peningkatan

dengan

intensitas,penyebaran,perhat

obstruksi dan kemajuan

frekuensi

spasme

ikan tanda-tanda non

gerakan kalkulus

/dorongan

terkontrol.

verbal,misalnya

kontraksi

merintih,mengaduh dan

ureteral,trauma

Kriteria ;

gelisahansietas.

jaringan,pembentu

Pasien

Jel askan penyebab nyeri

kan edema,iskemia

tampak

dan perubahan karakteristik

Membantu dalam

seluler.

rileks.

nyeri.

meningkatkan

Pasien

kemampuan koping

mampu

pasien serta menurunkan

tidur/istiraha

ansietas

t dengan

Berikan tindakan

tenang

nyaman,misalnya pijatan

Meningkatkan

Tidak

punggung,ciptakan

relaksasi,menurunkan

gelisah,tidak

lingkungan yang tenang.

tegangan otot,

merintih

Bantu atau dorong


penggunaan nafas berfokus

Bantu dengan ambulasi


sering s/d indikasi

Mengarahkan kembali

tingkatkan pemasukan

perhatiandan membantu

cairan sedikitnya 3-4

dalam relaksasi otot.

lt/hariatau s/d indikasi.

Meningkatkan lewatnya

Perhatikan

batu,mencegah stasis

keluhanpeningkatan/meneta

urine,mencegah

pnya nyeri abdomen.

pembentukan batu

Berikan kompres hangat

selanjutnya.

pada punggung
.
KOLABORASI:

Obstruksi lengkap ureter

Berikan obat sesuai dengan

dpt.menyebabkab

indikasi

ferforasi,dan

Narkotik

ekstravasasi urine ke
dalam area perirenal.

Antispasmodik

Kortikosteroid
Dipakai selama episode
akut,untuk menurunkan
Pertahankan patensi kateter

kolik ureter dan

bila digunakan.

relaksasi otot.
.Menurunkan refleks
spasme shg.
Mengurangi nyeri dan
kolik.
Menurunkan
edema jaringan ,shg.
Membantu gerakan

batu.
Mencegah stasis
urine,menurunkan
resiko peningkatan
tekanan ginjal dan
infeksi.
2.

Perubahan

Perubahan

Awasi pemasukan dan

.
Evaluasi fungsi ginjal

eliminasi urine b/d

eliminasi

pengeluaran serta

dgn.memerhatikan

stimulasi kandung

urine tidak

karakteristik urine

tanda-tanda

kemih oleh

terjadi

batu,iritasi

komplikasimisalnya
Tentukan pola berkemih

infeksi,atau perdarahan.

normal.

Kalkulus

ginjal,atau

Kriteria :

ureter,obstruksi

Haematuria

dpt.menyebabkan

mekanik atau

tidak ada.

eksitabiliats

inflamsi.

Piuria tidak

saraf,yg.menyebabkan

terjadi

Dorong meningkatkan

kebutuhan sensasi

Rasa

pemasukan cairan

berkemih .segera.

terbakar

Membilas

tidak ada.

Catat adanya pengeluaran

bakteri,darah.dan

Dorongan

dalam urinek/p kirim ke lab

debris,membantu

ingin

untuk dianalisa.

lewatnya batu.

berkemih

Observasi keluhan kandung

Identifikasi tipe batudan

terus

kemih,palpasi dan

alternatif terapi

berkurangi.

perhatikan output,dan
edema.

Retensi

Obserevasi perubahan status

urine,menyebabkan

mental.,prilaku atau tingkat

distensi

kesadaran.

jaringan.,potensial
resiko infeksi dan GGK.

Kolaborasi ;

Ketidakseimbangan

Monitoring

elektrolit dpt.menjadi

pem.Lab,BUN.kreatinin

toksik pada SSP.

Ambil urine untuk kultur


dan sensitivitas

Peninggian

Berikan obat sesuai dgn

BUN,indikasi disfungsi

program;

ginjal.

diamox, alupurinol
Esidrix, Higroton
Evaluasi adanya
Amonium

ISK.atau penyebab

Klorida,Kalium,,atau

komplikasi.

Natrium,fosfat,.
Agen antigon, (Ziloprim)
Meningkatkan pH.urine
menurunkan
Antibiotik

pembentukan batu asam.


Mencegah stasis urine

Nabic
Menurunkan
Asam Askorbat

pembentukan batu fosfat

Pertahankan patensi kateter.


Irigasi dgn. Asam atau

Menurunkan produksi

larutan alkalin.

asam urat

Adanya ISK potensuial

pembentukan batu.
Mencegah pembentukan
beberapa kalkuli.
Mencegah berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
Mencegah retensi,dan
komplikasi.
Mengubah pH.urine
mencegah pembentukan
3.

Resiko tinggi

Keseimbang

Catat insiden muntah, diare,

batu.
Mengesampingkan keja

kekurangan

an cairan

perhatikan karakteristik, dan

dian abdominal lain.

volume cairan b/d

adekuat

frekuensi.

mual,muntah,diure
sis pascaobstruksi.

Tingkatkan pemasukan
Kriteria :

cairan

Intake dan

3-4 lt / hari dalam toleransi

Mempertahankan

output

jantung.

keseimbangan cairan

seimbang

dan homeostasis.

Tanda vital

Awasi tanda vital, evaluasi

stabil (TD

nadi, turgor kulit dan

120/80

membran mukosa.

mmHg. Nadi

Penurunan
LFG.merangasang

60-100,

Timbang berat badan tiap

produksi renin, yg.

RR16-20,

hari

Bekerja meningktakan

suhu 36.5-

Kolaborasi:

TD.

37C)

Awasi Hb,Ht,elektrolit,

Peningkatan BB.yang

-Membran

Berikan cairan IV

cepat,waspada retensi

mukosa

Mengkaji hidrasi,

lembab

Berikan diet tepat,cairan

Turgor kulit

jernih,makanan lembut s/d

kebutuhan intervensdi.

baik.

toleransi

Mempertahankan
volume sirkulasi

Berikan obat s/d indikasi

Mempertahnakan

antiemetik,(misal

keseimbangan nutruisi.

compazin )

Menurunkan mual
4.

Kurang

Pasien dapat

Kaji ulang proswes penyakit

muntah
Memberikan

pengetahuan

memahami

dan harapan masa datang

pengetahuan

tentang diet, dan

tentang

kebutuhan

diet,dan

Kaji ulang program diet,

berdasarkan informasi

pengobatan

program

sesuai dengan indikasi

Pemahaman

dasar,membuat pilihan

pengobatan

diet,memberikan
kesempatan untuk

Kriteria :

Diskusikan tentang:

memilih sesuai dgn.

Berpartisipa Pemberian diet rtendah

Informasi,mencegah

si dalam

purin,(membatasi daging

kekambuhan.

program

berlemak,kalkun,tumbuhan

Menurunkan pemasukan

pengobatan

polong,gandum,alkohol)

oral thd.prekursor asam

Menjalanka

Pemberian diet rendah Ca.

urat

n diet

(membatasi susu,keju,sayur
hijau,yogurt.)
Pemberian diet rendah
oksalat membatasi konsumsi
coklat,minuman
kafein,bit,bayam.

Menurunkan

Diskusikan program obat-

resikopembentukan batu

obatan ,hindfari obat yang

kalsium.

dijual bebas dan baca

labelnya.
Tunjukan perawatan yang

Menurunkan

tepat thd.insisi/kateter bila

pembentukan batu

ada.

oksalat.

Obat yang diberikan


untuk mengasamkan
urin,atau
mengalkalikan,menghin
dari produk
kontraindikasi.
D. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap tujuan
apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan
dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan
intervensi
II.

POST OPERASI

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut Doenges
(2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktifitas / istirahat.
Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktifitas
/ imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (penyakit tidak sembuh dan cidera medula
spinalis).
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal, ansietas, gagal ginjal),
kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan.
4. Makanan / cairan

Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat,
ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada
panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat
paha/genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal
nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada palpasi.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), Susan Martin Tucker
ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, perawatan
rutin pasca operasi.
C. Perencanaan
NO
1

Diagnosa keperawatan

Tujuan-Kriteria

Intervensi

Nyeri berhubungan

yang diharapkan
Tujuan : nyeri hilang 1.Kaji sifat,

1.mengetahi

dengan insisi

/ terkontrol.

nyeri (P,Q,R,S,T)

pembedahan

Kreteria

intensitas, lokasi,

Rasional

evaluasi : pencetus dan

dilaporkan
penurunan

lamanya.
klien, 2. Kaji daerah

2.mengetahui

ekspresi wajah dan insisi terhadap

keadaan

posisi tubuh klien kemerahan,

setempat

tampak rileks.

bengkak, keras

berhubungan

dan drainase

dengan tindakan
yang
lakukan

3. Bantu pasien

akan

di

mendapatkan

3.menciptakan

posisi yang

kenyamanan

nyaman
4.Ajarkan teknik
relaksasi nafas

4.meringankan

dalam.

nyeri

sehingga

klien bisa tampak


lebih rileks
5. Anjurkan klien
banyak minum

5.membantu
mengeluarkan
sisa

batu

dan

melancarkan
saluran kemih
6. Kolaborasi

dengan dokter

6.membantu

untuk pemberian

mengatasi

rasa

analgetik
Gangguan integritas kulit Tujuan : gangguan 1.Pantau balutan

nyeri pada pasien


1.mengetahui

berhubungan

kondisi drainase

drainase luka

dengan integritas kulit tidak drainase, luka


terjadi.

operasi,

dan luka operasi

Kriteria evaluasi :
klien

tidak 2.Catat dan

2.mengetahui

menunjukkan tanda dokumentasikan

kondisi kulit

dan

untuk panduan

kemerahan

gejala bau, warna,


pada konsistensinya,

kulit.

jaga kulit bersih

Intervensi :

dan kering

dalam tindakan
selanjutnya

3. Bantu pasien

3.mencegah

mendapatkan

terjadinya

posisi yang

dekubitus

nyaman
4. Beri kantong
ostomi dan

4. mencegah

pelindung kulit

terjadinya infeksi

sekitar drainase
5. Pertahankan

5. untuk menjaga

kepatenan drain

kelancaran

dan cegah

drainase

adanya
penghalang pada
alat drainase
3

Kurang
berhubungan

pengetahuan Tujuan :
dengan pengetahuan

1.Intruksikan
pasien

1.membantu

untuk mengembalikan

kurang informasi tentang bertambah.

minum lebih dari kondisi

proses perawatan pasca Kriteria evaluasi :

2500 ml/ hari

pasca operasi

dapat

2.Intruksikan

2.membantu

mengungkapkan

pasien

tentang proses

mempertahankan

penyakit, perawatan

diit

rutin pasca operasi,

program

perawatan di rumah

3. Ajarkan pasien

3.membantu

dan evaluasi serta

untuk

mencegah

dapat

menggunakan

terjadinya ifeksi

mendemontrasikan

teknik cuci

perawatan luka,

tangan yang

mengganti balutan.

benar

Intervensi :

4. Intruksikan

4.untuk membatu

pada pasien

mempercepat

operasi.

cairan

Pasien/ keluarga
untuk mempercepat
proses

sesuai penyembuhan

untuk

penanganan pada

melaporkan bila

pasien

terjadi
haematuria
5. Intruksikan

5.untuk

pasien untuk

mencegah

menghindari

terjadinya

pemakaian obat

keracunan Obat

melebihi
ketentuan dokter
tanpa
sepengetahuan
dokter
D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang
membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan
praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada
prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi
nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta
melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan
keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap
perawat yang melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah
tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi

diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil
pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria
hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal
dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.

ASUHAN KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH


Posted on October 23, 2015 by samoke2012

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH


KONSEP MEDIS
1.1 Definisi Batu Saluran Kemih
Definisi BSK Batu saluran kemih adalah batu yang terbetuk dari berbagai macam proses kimia di
dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta saluran kemih pada manusia seperti ureter
(Pharos, 2012: hal 4)
Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan obstruksi benda padat pada saluran kencing yang
berbentuk karena faktor presifitasi endapan dan senyawa tertentu. Batu tersebut bias berbentuk
dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat (60%), fosfat (30%), asam urat (5%) dan sistin
(1%). (Prabowo. E dan Pranata, 2014: hal 111)
1.2 Etiologi
Menurut (Purnomo, 2011: hal 2) Terbentuknya batu saluran kemih diduga karena ada
hubungannya gangguan cairan urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih dehidrasi dan
keadaan lain yang masih belum terungkap (idopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang yaitu :
1. Faktor intrinsik: herediter (di duga diturunkan orang tuanya) umur, (paling sering di
dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-laki tiga lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan).
2. Faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperature, asupan air, diet pekerjaan.
Mineralisasi pada semua system biologi merupakan temuan umum. Tidak terkecuali batu saluran
kemih, yang merupakan kumpulan kristal yang terdiri dari bermacam-macam Kristal dan matrik
organik. Teori yang menjelaskan mengenai penyakit batu saluran kemih kurang lengkap. Proses
pembentukan membutuhkan supersaturasi urine. Supersaturasi tergantung pada PH urine,
kekuatan ion, konsntrasizat terlarut, dan kompleksasi. (Stoller 2010 : hal 4).

Teori Kristal inhibitor menyatakan bahwa batu terbentuk karena konsentrasi inhibitor alami
yang rendah seperti magnesium, sitrat, firofosfat, dan sejumlah kecil logam.
Teori ini tidak absolit karena tidak semua orang yang inhibitor pembentuk kristalnya rendah
terkena batu saluran kemih. (Stoller 2010 : hal 5).
1. Komponen Kristal batu terutama terdiri dari komponen Kristal dengan ukuran dan
transparansi yang mudah di identifikasi dibawah polarisasi mikroskop. Difraksi X-ray terutama
untuk menilai geometris dan arsitektur batu. Banyak tahap yang terkait dalam pembentukan batu.
Meliputi nukleasi, perkembangan dan agregasi, nukleasi memulai proses dan di induksi oleh
beberapa subtansi sepertimatrik protein, Kristal, zatasing dan partikel-partikel lainnya. (Stoller
2010 : hal 5)
2. Komponen matrik Sejumlah komponen matrik non Kristal dari batu saluran kemih memiliki
tipe yang berfariasi. Umumnya antara 2% hingga 10% beratnya terdiri dari protein, dengan
sejumlah kecil heksosa dan heksamin. (Stoller, 2010: hal 5)
2.3 Patofisiologi
Menurut (Dinda, 2011: hal 2) Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih
terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu
sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adnya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel,
obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu. (Dinda,
2011: hal 2)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic yang terlarut di dalam
urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap larut) kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan
dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih. (Dinda, 2011: hal 2)
Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, kosentrasi
solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran kemih, atau adanya koloid di dalam urine,
kosentrasi solute di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih
yang bertindak sebagai inti batu. (Dinda, 2011: hal 2)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat
maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein, dan
batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi
suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama.
Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium
amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa. (Dinda, 2011: hal 2)

Stagnansi urine pada VU


Penurunan urine flow

Patwhay
Iritabibilitas mukosa ureter
Regangan otot m.detrusor meningkat
Lesi & inflamasi
Nyeri akut
Stress ulcer
Sensitifitas meningkat
HCL meningkat
Nausea vomiting
Ketidakseimbangan Nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
Robekan vaskuler
Hematuria/gross hematuria
Kebocoran plasma
Absorbsi nutrient inadekuat
Resiko keseimbangan vol.cairan
refluks
Hidronephrosis
Haluaran inadekuat
Retensi urine
Resiko gangguan f.ginjal
Gangguan eliminasi urine
Resiko infeksi
Kolinisasi bakteri meningkat

Sumber: Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala BSK antara lain:
1. Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari ginjal kolik renal
umumnya disebabkan karena batu melewati saluran kolektivus atau saluran sempit ureter,
sementara non kolik renal disebabkan oleh distensi dari kapsula ginjal. (Stoller, 2010: hal: 12)
2. Hematuria pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air
teh) terutama pada obstruksi ureter. (Stoller, 2010: hal: 12)
3. Infeksi jenis BSK apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi.
(Stoller, 2010: hal: 12)
4. Demam adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena
dapat menyebabkan urosepsis. (Stoller, 2010: hal: 12)
5. Mual-muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan
muntah. (Stoller, 2010: hal: 12)

2.5 Klasifikasi Batu Saluran Kemih


Menurut (Turk, 2011: hal 11). Klasifikasi Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan
aspek berikut:
1. Ukuran batu, lokasi batu, karakteristik X-ray dari batu, penyebab terbentuknya batu,
komposisi batu (mineralogi), dan resiko kelompok terjadinya pembentukan batu. (Turk, 2011:
hal 12)
2. Ukuran Batu biasanya dinyatakan dalam milimeter, menggunakan satu atau dua dimensi
pengukuran. Batu bisa dikelompokkan panjangnya hingga 5mm, >5-10 mm, > 10-20 mm dan >
20 mm. (Turk, 2011: hal 12)
3. Lokasi Batu Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan posisi anatomi pada
saluran kemih pada diagnosa: upper calyx, middle calyx atau lower calyx, renal pelvis, upper
ureter, middle ureter ataudistal ureter, urinary bladder. (Turk, 2011: hal 12)
4. Karakteristik X-ray Batu saluran kemih dapat diklasifikasikan menurut penampakannya
pada X-ray. Batu saluran kemih bervarisai berdasarkan komposisi mineral. Jika tidak digunakan
komputer tomography Hounsfield Units (HU) mungkin dapat memberi data mengenai massa
jenis batu dan komposisi batu (kekerasan batu). (Turk, 2011: hal 12)
5. Etiologi pembentukan Batu dapat disebabkan oleh infeksi dan bukan infeksi, batu karena
kelainan genetik, dan pembentukan batu karena efek samping pengobatan (drug stones). (Turk,
2011: hal 12)
6. Komposisi Batu (mineralogi) Aspek metabolik memiliki peran penting dala pembentukan
batu dan evaluasi metabolik yang dibutuhkan untuk mengatasi kelainan metabolik. Analisis batu
yang benar dalam hubungannya dengan kelainan metabolik akan menjadi dasar untuk diagnosa
lebih lanjut dan tindakan selanjutnya. Batu biasanya terdiri dari campuran substansi yang
berbeda. (Turk, 2011: hal 12)
7. Kelompok resiko terkena BSK Status resiko dari pembentuk batu adalah dari sebab khusus
yang memungkinkan terjadinya atau perkembangan batu dan imperative untuk tindakan
farmakologi. Sekitar 50%dari semua yang terkena batu hanya satu yang terkena selama
hidupnya. Tingginya kejadian penyakit yang sedikit yang diteliti lebih dari 10% dari semua
pembentuk batu. Tipe batu dan keparahan penyakit merupakan determinan yang menyatakan
pasien dengan resiko rendah atau resiko tinggi terjadi batu. (Turk, 2011: hal 12)
2.6 Komplikasi Batu Saluran Kemih
Menurut (S. Wahap, 2013: hal 168) batu saluran kemih selain memicu terjadinya renal colic, ada
beberapa komplikasi ada beberapa komplikasi yang di waspadai :
1. Pembendungan dan pembengkakan ginjal
2. Kerusakan dan gagal fungsi ginjal,
3. Infeksi saluran kemih
4. Timbulnya batu berulang
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Secara otomatis ,tidak factor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses pembentukan
batu. Namun, angka kejadian urolgitiasis dilapangan sering kali terjadi pada laki-laki dan pada
masa usia dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas, dan geografis. (Prabowo E,
dan Pranata, 2014: hal 121)
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran kemih yang
menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik
renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan. (Dinda, 2011: hal 2)
3. Pola psikososial
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat) pada
pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak terjadi karena
bukan merupakan penyakit menular. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)
4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot, tetapi dikarenakan
gangguan rasa nyaman (nyeri). Kegiatan aktifitas relative dibantu oleh keluarga,misalnya
berpakaian, mandi makan,minum dan lain sebagainya,terlebih jika kolik mendadak terjadi.
(Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)
b. Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stres pasien akibat nyeri hebat. Anoreksia
sering kali terjadi karena kondisi ph pencernaan yang asam akibat sekresi HCL berlebihan.
Pemenuhan kebutuhan cairan sbenarnya tidak ada masalah. Namun, klien sering kali membatasi
minum karena takut urinenya semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami. (Prabowo
E, dan Pranata, 2014: hal 121)
c. Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti oleh penyakit
penyerta lainnya. Klien mengalami nyeri saat kencing (disuria, pada diagnosis uretrolithiasis).
Hematuria (gross/flek), kencing sedikit (oliguaria), disertai vesika (vesikolithiasis). (Prabowo E,
dan Pranata, 2014: hal 121)
5. Pemeriksaan fisik
Anamnese tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat. Oliguria, disuria, gross
hematuria menjadi ciri khas dari urolithiasis. Kaji TTV, biasanya tidak perubahan yang mencolok
pada urolithiasis. Takikardi akibat nyeri yang hebat, nyeri pada pinggang, distensi vesika pada
palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu (uretrolthiasis). (Prabowo
E, dan Pranata, 2014: hal 122)
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai tandatanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolik
renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan. (Dian, 2011: hal 2 )
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi
nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,3

kg/m2. Pada pemeriksaan palpasi regio flank sinistra didapatkan tanda ballotement (+) dan pada
perkusi nyeri ketok costovertebrae angle sinistra (+). (Nahdi Tf, 2013: hal 48)
c. Pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem persyarafan, tingkat kesadaran, GCS, reflex bicara, compos mentis. (Nahdi Tf, 2013:
hal 50)
2) Sistem penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor, dengan reflex cahaya (+) . (Nahdi
Tf, 2013: hal 50)
3) Sistem pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas. Atau tidak
mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma, empisema, pneumonia.
(Nahdi Tf, 2013: hal 50)
4) Sistem pendengaran, tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran. (Nahdi Tf, 2013:
hal 50)
5) Sistem pencernaan, Mulut dan tenggorokan: Fungsi mengunyah dan menelan baik, Bising
usus normal. (Nahdi Tf, 2013: hal 50)
6) Sistem abdomen, adanya nyeri tekan abdomen, teraba massa keras atau batu, nyeri ketok
pada pinggang. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 122)
7) Sistem reproduksi tidak ada masalah/gangguan pada sistem reproduksi. (Nahdi Tf, 2013: hal
50)
8) Sistem kardiovaskuler, tidak ditemukan gangguan pada sistem kardiovaskular. (Nahdi Tf,
2013: hal 50)
9) Sistem integumen, hangat, kemerahan, pucat. (Dian, 2011 : hal 20)
10) Sistem muskuluskletal, mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri yang dirasakan yang
melakukan mobilitas fisik tertentu. (Nahdi Tf, 2013: hal 50)
11) Sistem perkemihan, adanya oliguria, disuria, gross hematuria, menjadi ciri khas dari
urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika
(vesikolithiasis/ urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada
palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu (uretrolithiasis). nilai
frekuensi buang air kecil dan jumlahnya, Gangguan pola berkemih. (Prabowo E, dan Pranata,
2014: hal 122)
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, kimia darah (ureum, kreatinin,
asam urat), dan urin lengkap. Hasilnya ditemukan peningkatan kadar leukosit 11.700/l
(normalnya: 5000- 10.000/l); kimia darah tidak ditemukan peningkatan kadar ureum, kreatinin,
maupun asam urat; urin lengkap ditemukan warna keruh, epitel (+), sedimen (+), peningkatan
kadar eritrosit 5-7/LPB (normalnya: 0-1/LPB), leukosit 10-11/LPB (0-5/LPB). (Nahdi Tf, 2013:
hal 48)
b. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan rontgen Blass Nier Overzicht (BNO) dan ultrasonografi
(USG) abdomen. Hasilnya pada rontgen BNO didapatkan tampak bayangan radioopaque pada
pielum ginjal setinggi linea paravertebrae sinistra setinggi lumbal III Ukuran 1,5 x 2 cm; USG

didapatkan tampak batu pada ginjal kiri di pole atas-tengah-bawah berukuran 1 cm x 1,2 cm x
1,8 cm; tampak pelebaran sistem pelvicokaliseal. (Nahdi Tf, 2013: hal 48)
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radiopak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling
sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak
(radiolusen)
2. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batuk semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto
polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungis ginjal sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaankeadaan : alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli, hidronefrosis,
pionefrosis.(Dinda, 2011:hal 3)
7. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada
batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan : obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena sesuatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti di atas
tetapi diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya mempunyai resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalakankan
profesinya, dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih. (Dinda, 2011:hal 3)
3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut (Prabowo,E dan Pranata 2014: hal 123)
1. Nyeri akut
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa.
Batasan karakteristik:
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan prekuensi jantung
d. Perubahan prekuensi pernafasan
e. Diaphoresis
f. Prilaku ditraksi

g. Sikap melindungi area nyeri


h. Gannguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agen cedera (misalnya biologis, fisik, dan psikologis) Di tandai dengan
a. Keluhan nyeri, colik billiary (frequensi nyeri ).
b. Ekspresi wajah saat nyeri, prilaku yang hati-hati.
c. Respon autonomik (perubahan pada tekanan darah ,nadi).
d. Fokus terhadap diri yang terbatas.
2. Gangguan Eliminasi Urine
Definisi: disfungsi pada eliminasi urine
Batasan karakteristik
a. Dissurya
b. Sering berkemih
c. Inkontinensia
d. Nokturya
e. Retensi
f. Dorongan
Faktor yang berhubungan :
a. Obstopsi anatomic
b. Penyebab multiple
3. Retensi urine
Definisi: pengosongan kandung kemih tidak komplet
Batasan karakteristik:
a. Tidak ada haluaran urie
b. Distensi kandung kemih
c. Menetes
d. Disuria
e. Sering berkemih
f. Inkontenensia aliran berlebih
g. Residu urine
h. Sensasi kandung kemih penuh
i. Berkemih sedikit
Faktor yang Berhubungan :
a. Sumbatan
b. Tekanan ureter tinggi
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (biologis, fisik, psikologis)
Tujuan:
a. Memperlihatkan pengendalian nyeri,yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (1-5;
tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu:

1) Mengenali awitan nyeri


2) Menggunakan tindakan pencegahan
3) Melaporkan nyeri dapat dilakukan
b. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai indikator berikut
(sebutkan 1-5; sangat berat, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):
1) Ekpresi nyeri pada wajah
2) Gelisah atau ketegangan otot
3) Durasi episode nyeri
4) Merintih dan menangis
5) Gelisah
Kriteria Hasil NOC :
a. Tingkat Kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis
b. Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
c. Tingkat nyeri keparahan yang dapat di amati atau dilaporkan
Intervensi NIC :
a. Pemberian Analgesik
b. Manajemen medikasi
c. Manajemen nyeri
d. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien
e. Manajemen sedasi
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian
2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0=tidak
ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat)
3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik dan kemungkinan
efek sampingnya
4) Kaji dampak agama, budaya, kepercyaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan repons pasien
5) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata sesuai usia dan tingkat perkembanagan
pasien
6) Manajemen nyeri NIC :
(a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan
durasi, frekuensi dan kualitas dan intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
(b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yag tidak mampu
berkomunikasi efektif
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus di minum, frekuensi
pemberian, kemungkinan efeksamping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi oabat tersebut (misalnya, pembatasan aktivitas fisik, pembatasan diet), dan nama

orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri membandel.


2) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
3) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang disarankan
4) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opiod (misalnya, risiko
ketergantungan atau overdosis
5) Manajemen nyeri (NIC): berikan informasi tenteng nyeri , seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung, dan antisispasi ketidaknyamanan akibat prosedur
6) Majemen nyeri (NIC): Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnyaa, umpan
balik biologis, transcutaneus elektrical nerve stimulation (tens) hipnosis relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapai musik, distraksi, terapai bermain, terapi aktivitas, akupresur, kompres hangat
atau dingin, dan masase sebelum atau setelah, dan jika memungkinkan selama aktivitas yang
menimbulkan nyeri ; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan berama penggunaan tindakan
peredaran nyeri yang lain.
c. Aktivitas kolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal (misalnya, setiap 4
jam selama 36 jam) atau PCA
2) Manajement nyeri NIC :
(a) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
(b) Laporkan kepada dokter jika tindakan berhasil
(c) Laporkan kepada dokter jika tindakn tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di maa lalu.
d. Aktivitas lain
1) Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping
2) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyaman yang efektif di masa lalu seperti
,distraksi,relaksasi ,atau kompers hangat dingin
3) Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomic, dan penyebab multiple.
Tujuan :
a. Menunjukkan kontinesia urine, yang di buktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: selalu,
sering, kadanf-kadang, jarang, atau tidak pernah ditunjukkan):
1) Infeksi saluran kemih (SDP)[sel darah putih]<100.000)
2) Kebocoran urine diantara berkemih
b. Menunjukkan kontenesia urine, yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5:tidak
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu di tunjukkan):
1) Eliminasi secara mandiri
2) Mempertahankan pola berkemih yang dapat diduga
Kriteria Hasil NOC :
a. Kontenesia urine: pengendalian eliminasi urine dari kandung kemih

b. Eliminasi urine: pengumpulan dan pengeluaran urine


Intervensi NIC :
a. Pelatihan kandung kemih: meningkatkan fungsi kandung kemih pada individu yang
mengalami inkotenensia urine dengan meningkatkan kemampuan kandung kemih untuk
menahan urine dan kemampuan pasien untuk menekan urinasi.
b. Manjemen silminasi urine: mempertahankan pola eliminasi urine yang optimum.
Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian
Manajemen eliminasi urin (NIC) :
1) Pantau eliminasi urine, meliputi frekuensi, konsisten, bau, volume, dan warna, jika perlu.
2) Kumpulkan specimen urine porsi tengah untuk urinalis.
b. Penyuluhan untuk pasien/keluarga
Manajemen eliminasi urine (NIC) :
1) Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2) Instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urine, bila diperlukan.
3) Instruksikan pasien untuk berespons segera terhadap kebutuhan eliminasi.
4) Ajarkan pasien untuk minum 200 ml cairan pada saat makan, di antara waktu makan,
diantara waktu makan, dan awal petang.
c. Aktivitas kolaboratif
Manajemen eliminasi urine (NIC), rujuk ke dokter jika terdapat tanda dan gejala infeksi saluran
kemih.
3. Retensi Urine berhubungan dengan sumbatan dan tekanan ureter tinggi
Tujuan :
Menunjukkan kontinesia urine, yang dibuktikan oleh indicator berikut (sebutkan 1-5: selalu,
sering, kdang-kadang, jarang, atau tidak pernah di tunjukkan):
a. Kebocoran urine diantara berkemih
b. Urine residu pasca-berkemih > 100-200 cc
Kriteria Hasil NOC :
a. Kontinesia urine: pengendalian eliminasi urine dari kandung kemih
b. Eliminasi urine: pengumpulan dan pengeluaran urine
Intervensi NIC :
a. Kateterisasi urine
b. Manajemen eliminasi urine
c. Perawatan retensi urine
Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian
1) Identifikasi dan dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih
2) Perawatan retensi urine (NIC) :
(a) Pantau penggunaan agens non resep dengan antikolinergik atau agonisalfa.
(b) Pantau efek obat resep, seperti penyekat saluran kalsium dan antikolinergik.
(c) Pantau asupan dan haluaran.

(d) Pantau distensi kandung kemih melalui palpasi dan perkusi.


b. Penyuluhan untu pasien/keluarga
1) Ajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih yang di laporkan misalnya:
demam, menggigil, nyeri pinggang, hematuria, serta perubahan konsistensi dan bau urine.
2) Perawatan retensi urine (NIC): instruksikan pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran
urine.
c. Aktivitas kolaboratif
1) Rujuk ke perawat terapi enterostoma untuk instruksi kateterisasi intermiten mandiri
penggunaan prosedur bersih setiap 4-6 jam pada saat terjaga
2) Perawatan retensi urine (NIC): rujuk pada spesialis kontenensia urine.
d. Aktivitas lain
1) Lakukan program pelatihan pengosongan kandung kemih
2) Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang adekuat tanpa menyebabkan
kandung kemih over-distensi
3) Anjurkan pasien mengonsumsi cairan per oral: _____cc untuk sore hari, dan _____cc untuk
malam hari
4) Perawatan retensi urine (NIC) :
(a) Berikan privasi untuk eliminasi
(b) Gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air atau membilas toilet
(c) Stimulasi reflek kandung kemih dengan menempelkan es ke abdomen menekan ke bagian
dalam paha atau menagalirkan air
(d) Berikan cukup waktu untuk pengosongan kandung kemih (10 menit)
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Nahdi TF. Jurnal Medula, Volume. 1 Nomor. 4 / Oktober 2013
Purnomo, B.B. 2010.Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu bedah.Malang:
Universitas Kedokteran Brawijaya.
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed 9.Jakarta: EGC
Sandy Wahap, Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2 / Oktober 2012
fILE FORMAT PDF KLIK LINK BERIKUT askep bsk
About these ads

KHAIDIR MUHAJ BLOG'SITE

Tempat Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan


ASKEP BATU SALURAN KENCING
Label: Askep medikal bedah, Perkuliahan
1. Pengertian
Adanya batu (kalkuli) pada saluran perkemihan dalam ginjal, ureter, atau kandung
kemih yang terdiri dari; yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium
urat, asam urat dan magnesium.
Batu dapat menyebabkan obstruksi,infeksi atau oedema pada saluran perkemihan,
kira-kira 75% dari semua batu yang terbentuk terdiri atas; kalsium
Faktor resiko batu ginjal meliputi;stasis perkemihan,infeksi saluran perkemihan,
hiperparatiroidismempenyakit infeksi usus, gout, intake kalsium dan vit D berlebih,
immobilitas lama dan dehidrasi.
2. Faktor faktor yang mempengaruhgi pembentukan batu;
a. Faktor Endogen
Faktor genetik,familial pada hypersistinuria,hiperkalsiuria dan hiperoksalouria
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan,pekerjaan,makanan,infeksi dan kejenuhan mineral dalam air
minum
3. Faktor lain;
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing . Infeksi bakteri akan memecah
ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah infeksi saluran kencing.
c. Jenis kelamin
Pria lebih banyak daripada wanita
d. Ras
Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e.Keturunan
Annggota keluarga batu saluran kencing lebih banyak mempunyai kesempatan.
f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar
semua substansi dalam urine meningkat
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
h.Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat

i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas BSk
berkurang .Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita BSK ( buli-buli dan Urethra )
4. Patogenesis
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik,bersifat simptomatik ataupun
asimptomatik.
5. Teori terbentuknya batu
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini
terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi
dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin,santin,asam
urat,kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine .Urine
yang bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali
akan mengendap garam-garam fosfat..
d. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat
magnesium.asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya BSK.
6. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang
reabsobsi kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang urewter.
e. IVP.: memberukan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,abdominal
atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu. :

7. Penatalaksanaan;
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi
c. Menghilangkan rasa nyeri.
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi
8. Komplikasi:
a.Infeksi
b.Obstruksi
c.Hidronephrosis.
9. Asuhan Keperawatan
A.Pengkajian Data Dasar Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kencing
1) Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar
suhu tinnggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang kronis atau
adanya cedera pada medulla Spinalis.
2) Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan ;nyeri,ansietas
atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit) merah atau pucat.
3) Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus)
Penurunan haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK. Keinginan
/dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan pola
berkemih.
4) Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat
atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup minum, terjadi
distensi abdominal, penurunan bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke punggung,
abdomen, dan turun ke lipat pahagenetalia, nyeri dangkal konstan menunjukan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi .
6) Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.
7) Riwayat Penyakit :
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin D.

8) Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;


1) Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uroteral,trauma
jaringan, pembentukan oedema, iskemia seluler.
Tujuan-Kriteria yang diharapkan:
Nyeri hilang dengan spasme terkontrol.
Kriteria ;
- Pasien tampak rileks.
- Pasien mampu tidur/istirahat dengan tenang
- Tidak gelisah,tidak merintih
Intervensi:
-Catat lokasi,lamanya intensitas,penyebaran,perhatikan tanda-tanda non
verbal,misalnya merintih,mengaduh dan gelisahansietas.
Jel askan penyebab nyeri dan perubahan karakteristik nyeri.
-Berikan tindakan nyaman,misalnya pijatan punggung,ciptakan lingkungan yang
tenang.
Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Bantu dengan ambulasi sering s/d indikasi tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya
3-4 lt/hariatau s/d indikasi.
Perhatikan keluhanpeningkatan/menetapnya nyeri abdomen.
-Berikan kompres hangat pada punggung.
-KOLABORASI:
Berikan obat sesuai dengan indikasi
- Narkotik
- Antispasmodik
- Kortikosteroid
-Pertahankan patensi kateter bila digunakan.
Rasional:
-Evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
-Membantu dalam meningkatkan kemampuan koping pasien serta menurunkan
ansietas
-Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan otot,
-Mengarahkan kembali perhatiandan membantu dalam relaksasi otot.
Meningkatkan lewatnya batu,mencegah stasis urine,mencegah pembentukan batu
selanjutnya.
-Obstruksi lengkap ureter dpt.menyebabkab ferforasi,dan ekstravasasi urine ke

dalam area perirenal


-Dipakai selama episode akut,untuk menurunkan kolik ureter dan relaksasi otot.
-Menurunkan refleks spasme shg. Mengurangi nyeri dan kolik.
-Menurunkan edema jaringan ,shg. Membantu gerakan batu.
-Mencegah stasis urine,menurunkan resiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi.
2) Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.
3) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual muntal, diuresis
paska obstruksi.
4) Kurang pengetahuan tentang diet, kebutuhan pengobatan b/d tidak mengenal
sumber informasi.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
( terjemahan) PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asyuhan Keperawatan ( terjemahan),
PT EGC, Jakarta
Soeparman, ( 1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

BATU SALURAN KEMIH (BSK)


BATU SALURAN KEMIH
(BSK)
A. Pengertian.
Sindroma yang terdiri dari gabungan kolik ginjal dan hematuria dan keluarnya batu atau
gambaran batu pada foto X ray (hasjim Effendi 1981).
B. Resiko dan insidensi

Dalam satu penelitian di Amerika serikat di temukan bahwa penderita batu saluran kemih
yang harus di rawat inap adalah 1:1000 dari orang dewasa, sedangkan dari mayat yang di autopsi
di dapatkan 1 diantara 100 mayat mengandung batu di dalam saluran kemihnya (Willie Japaries,
1992).
Batu saluran kemih ini berersiko terjadi pada setiap orang terutama pada pekerja,
olahragawan, penduduk di negara tropis yang mengeluarkan banyak keringat, sehingga di
harapkan unutk orang yang beresiko tersebut agar mengkonsumsi air minum lebih banyak untuk
mencegah terjadinya pengendapan mineral penyusun batu pada saluran kemih (Willie Japaries,
1992).
C. Etiologi
Kelainan tubuler heriditer, yaitu orang menderita penyakit batu saluran kemih memang memiliki
kelainan bawaan yang menyebabkan air seninya lebih mudah mengendapkan batu (misal air
seninya mengandung lebih banyak zat kapur dari pada orang normal).
Infeksi, jika kuman tertentu khususnya genus proteus yang memiliki enzim urease yang
dapat memecahkan urea dalam air seni menjadi amonia (NH 3) dan CO2 dalm menimbulkan
pembentukan batu dalam saluran kemih, sebab amonia yang terbentuk akan mengalami hidrolisa
menjadi amonium, sedangkan CO2 menjadi asam karbonat.air seni yang bada (pH 8-9)
menyebabakan amonium berikatan dengan ion fosfat dan magnesium menjadi batu Mgamonium-fosfat (disebut juga struvit). Ion karbonat yang berikatan dengan kalsium akan menjadi
batu kapur karbonat.
Metabolik, batu asam urat akan terbentuk jika seseorang bayak mengkonsumsi ikan,
daging, jeroan ayam. Orang yang terlalu banyak minum soda misalnya akan beresiko terhadap
tingginya pembentukan kapur di dalam tubuh. Keadan urine yang asam akan memudahkan
terjadinya pengendapn mineral sebagai bahan pembentuk batu (asam urat atau sistin).

D. Jenis Batu
Jenis batu yang dapat mengendap di saluran kemih sangat beragam, pada penelitian yang di
lakukan di laur negeri di dapatkan bahwa 90 % batu saluran kemih mengandung kapur (kalsium
oksalat & kalsium fosfat), yang mengandung urat hanya 5 % dan 2-3 % mengandung sistin.

Batu yang mengandung kapur dapat terlihat jelas sebagai bayang putih padat berbatas
nyata pada hasil rontgen perut. Sebaliknya pada batu tanpa zat kapur atau kalsium umumnya tak
tampak pada hasil rontgen (sebab batu jenis ini mudah di tembus oleh sinar rontgen).

E. Pathofisiologi

F. Tanda dan gejalanya


Keluhan tidak selalu ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, bila batunya masih kecil
atau besar tetapi tidak pindah tempat. Bila batu bergeser maka akan terjadi nyeri yang hebat
(kolik). Keluarnya darah berdama air seni. Kencing yang tidak tuntas dan pancaran air kencing
yang tidak kuat.
G. Penatalaksaan
Prinsip penatalaksaanannya adalah membawa batu tersebut untuk di analisis agar di ketahui
jenisnya dan cara pengobatannya berdasarkjan dari jenis batu.
Bila batu yang terbentuk terbilang masih kecil dapat dilakukan ESWL (extra corporeal shock
wave lithotripsy)dan atau PSWL (piezo-electric shock wave lithotripsy).
Apabila batu yang ada cukup besar sampai menutupi pyelum ginjal maka perlua adanya tindakan
operatif dan di tindak lanjuti dengan ESWL.
H. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Batu Saluran Kemih
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
Riwayat pekerjaan dengan suhu lingkungan yang tinggi (panas).
b. Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah atau denyut nadi (akibat dari nyeri, cemas).
c. Eliminasi
Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya, pernah mengalami bati saluran kemih sebelumnya,
penurunan urine output, blaader teraba penuh, oliguria, hematuria.
d. Nutrisi
Diet tinggi purin, kurangnya minum, tidak mengkonsumsi air yang sehat.
e. Kenyamanan
Kolik/ nyeri (lokasi sangat bergantung dari lokasi batu) dan mungkin tidak akan hilang hanya
dengan perubahan posisi.
f. Studi diagnostik

Urinalisis: mungkin urine akan berwarna kuning, coklat gelap, nampak darah, adanya bakteri
atau mineral yang tinggi dalam urine.
Urine tampung (24 jam): mungkin terjadi peningkatan creatinin, asam urat, kalsium, phospat,
sistin atau oksalat.
Urine kultur: mungkin di dapatkan UTI (urinary tract infection).
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul akibat dari adanya infeksi.
KUB: Menunjukan terjadinya/ adanya batu pada saluran kemih.
PTH (parathyroid hormon): Mungkin terjadi peningkatan (sehingga terjadi peningkatan absorbsi
kalsium dari tulang).
IVP: mungkin menunjukkan terjadinya perubahan anatomis dan letak batu secara akurat.
2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekwensi kontraksia uretra,
adanya trauma jaringan,
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri, pengendalian terhadap spasme dan cara berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Lakukan pemberian masage yang memberikan kenyamanan secara rutin.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
4. Anjurkan pada klien untuk mengkonsumsi air sebanyak 3-4 l/ hari sesuai indikasi.
5. Lakukan/ berikan kompres hangat pada punggung.
6. Kolaborasi dalam pemasangan katheter jika diperlukan.
7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, antispamodik, dan kortikosteroid.
8. Observasi terhadap keluhan nyeri abdomen.

b. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya batu di saluran kemih, iritasi jaringan
oleh batu, mekanik obstruksi, inflamasi.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan perawatan klien mampu melakukan eliminasi miksi secara
normal, dan bebas dari tanda-tanda obstruksi.
Rencana:
1. Monitor intake dan output dan kaji karakteristik urine.
2. Kaji pola miksi normal pasien.
3. Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan konsumsi minum.
4. Tampung semua urine dan perlu di lihat apakah ada batu yang perlu untuk di lakukan
pemeriksan.
5. Kaji adanya keluhan kandung kemih yang penuh, penurunan jumlah urine dan adanya
periorbital/ edema dependent sebagai tanda dari terjadinya obstruksi.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit, Bun, serum creat, urine kultur, dan pemberian
antibiotik.
7. Observasi keadaan umum pasien, status mental, perilaku dan kesadaran.
c. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan post obstruktif
deurisis, nausea vomiting.
Tujuan: Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan (defisit) selama di lakukan tindakan
keperawatan.

Rencana:
1. Monitor intake dan output cairan.

2. Kaji dan catat bila terjadi nausea vomiting.


3. Anjurkan pasien untuk minum banyak (3-4 l/hari) jika tidak ada kontra indikasi.
4. Monitor tanda vital (peningkatan nadi, turgor kulit, mukosa membran, capilary refill time).
5. Kaji berat badan setiap hari jika memungkinkan.
6. Kolaborasi dalam pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, antiemetik.
7. Observasi KU pasien dan keluhan.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, Collin B., 1989, Manual Ilmu Penyakit Ginjal, Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Effendi, Hasyim, 1981, Fisiologi dan Pathofisiologi ginjal Cairan tubuh dan keseimbangan
asam basa, Bandung: Penerbit Alumni.
Japaries, Willie, 1992, Penyakit Ginjal, Jakarta: Arcan

Anda mungkin juga menyukai