KONSEP DASAR
BATU SALURAN KEMIH (BSK)
A. Pengertian
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau
kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam
urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih.
(Luckman dan Sorensen)
Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan bahwa batu saluran
kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung
kemih dan uretra.
B. Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut lokasi
1.
a.
b.
2.
a.
b.
3.
a.
kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)
d.
Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila menyebabkan obstruksi, infeksi,
kolik, hematuria.
kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit (magnesiumammonium fosfat) dan batu sistin
Batu Kalsium Oksalat :
Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 85% dari
seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-rata terjadi pada usia decade ketiga.
Kadang-kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran,
misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat. Batu kalsium
dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan
menggunakan gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu menjadi
fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu diantara jenis batu yang sukar
dijadikan fragmen-fragmen. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
1)
Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena
peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi
tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien
pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft
drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat
bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat
dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme
endogen.
b. Batu Struvit :
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu struvit) dan
kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri
pemecah urea. Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi
seluruh pelvis dan kaliks ginjal (6,46) Batu dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu
staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.(646) Batu ini bersifat radioopak dan
mempunyai densitas yang berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi
panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin berhubungan erat dengan destruksi
c.
yang cepat dari ginjal hal ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten.
Batu asam urat :
Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak mengandung
kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan sinar X (Radiolusen) tapi mungkin
bisa dilihat dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya
berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan
biasanya relatif lebih mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu
asam urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam urat menderita gout;
dan batu ini biasanya bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat
berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat
amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit.
Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air mata.
d. Batu Sistin : (1-2%)
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai (tidak umum),
berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin diurin tampak seperti plat segi enam,
sangat sukar larut dalam air.(6) Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur.
e. Batu Xantin :
Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase. Namun bisa
bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang berlebihan.
C. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi
inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk
amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain,
Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
4. Keturunan
Herediter atau faktor keturunan yang juga memainkan dari semua jenis penyakit yang
menjadi alasan suatu penyakit dapat diturunkan oleh orang tua ke anak
5. Asupan Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine
meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu
daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan
asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu
saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran
kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
D. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah bagian utama dari sistem perkemihan yang juga masuk didalamnya
ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal terletak pada rongga abdomen posterior, dibelakang
peritonium diarea kanan dan kiri dari kolumna vertebralis. Ginjal dipertahankan dalam posisi
tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Pada orang dewasa normal panjangnya 12 13 cm,
lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150 gram. Setiap ginjal memiliki korteks dibagian luar dan
di bagian dalam yang terbagi menjadi piramide-piramide. Pada setiap piramide membentuk
duktus papilaris yang selanjutnya menjadi kaliks minor, kaliks mayor dan bersatu membentuk
ginjal tempat terkumpulnya urine. Ureter menghubungkan ginjal dengan kandung kemih.
Garis-garis yang terlihat pada piramide disebut nefron yang merupakan satuan
fungsional ginjal. Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron. Setiap nefron terdiri atas glomerulus
yang merupakan lubang-lubang yang terdapat pada piramide-piramide renal, membentuk simpul
dan kapiler badan satu mulpigli, kapsul bowman, tubulus proximal, ansa henle dan tubulus
distal.
Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Kedua ureter
merupakan saluran yang panjangnya 10 12 inc. Ureter berfungsi menyalurkan urin ke kandung
kemih. Kandung kemih mempunyai tiga muara. Dua maura ureter dan satu muara uretra.
Kandung kemih sebagai tempat menyimpannya urin dan mendorong urin untuk keluar. Uretra
adalah saluran kecil yang berjalan dari kandung kemih sampai ke luar tubuh yang disebuat
1.
a.
b.
c.
d.
meatus uretra.
Fungsi ginjal:
Fungsi ekskresi
Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 cm osmol dengan mengubag ekskresi air.
Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal.
Mempertahankan pH plasma dengan mengeluarkan kelebihan dan membentuk kembali Hco3.
Mengekskresikan produk ahkir nitrogen dan metabolisme protein terutama urea, asam urat dan
kretinin.
2. Fungsi non ekskresi
a. Menghasilkan renin, penting untuk mengatur tekanan darah.
b. Menghasilkan eritropoitin, faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah dan sumsum
tulang.
c. Metabolisme vitamin D menjdai bentuk aktifnya.
d. Degradasi insulin.
e. Menghasilkan prostaglandin.
E. Patofisisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis
belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang
untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung
terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalahmasalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang
alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil,
ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi
akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ
dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian. Selain itu batu dapat mengabrasi dinding sehingga darah akan keluar
bersama urin.
F. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu
yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak
b.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin.
sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal atau
6.
obstruksi.
7. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan masa lain.
8. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
H.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
3.
a.
b.
c.
4.
a.
Pada lithotripter keluaran terbaru, umumnya telah dipasang anti-miss-shot device yang
memonitor lokasi batu ginjal secara kontinyu dan tepat waktu, sehingga alat ini memiliki tingkat
keakurasian tembakan sangat tinggi dan pada saat bersamaan dapat meminimalkan terjadinya
luka pada ginjal akibat salah tembak.
Sejarah lithotripter
Ide penggunakan shock wave untuk menghancurkan batu ginjal ternyata memiliki sejarah
yang cukup panjang. Jerman tercatat sebagai negara yang mempelopori pengembangan ESWL.
Pada awalnya riset yang digulirkan hanya ingin mempelajari interaksi antara shock
wave denganbiological tissue pada hewan.
Riset ini dilakukan antara tahun 1968 sampai 1971 di Jerman, dilatarbelakangi oleh
adanya insiden salah seorang pegawai perusahaanDornier (saat ini perusahaan ini dikenal
sebagai perusahaan pembuat mesin lithotripter) secara tidak sengaja tersengat shock wave pada
saat eksperimen.
Salah satu hasil dari riset ini adalah ditemukan bahwa shock wavemengakibatkan efek
samping yang rendah pada otot, lemak, dan jaringan sel tubuh, dan bone tissue (jaringan tulang)
tidak mengalami kerusakan saat dilalui oleh shock wave.
Hasil penelitian ini kemudian membawa lahirnya ide penggunaan shock wave untuk
menghancurkan batu ginjal dari luar tubuh. Pada tahun 1971, Haeusler dan Kiefer telah memulai
eksperimen in-vitro (dilakukan di luar tubuh) penghancuran batu ginjal dengan shock wave.
Kemudian pada tahun 1974 pemerintah Jerman secara resmi memulai proyek penelitian dan
aplikasi ESWL.
Selanjutnya pada awal tahun 1980 pasien pertama batu ginjal diterapi dengan ESWL di
kota Munich menggunakan mesin Dornier LithotripterHM1. Sejak saat itu eksperimen lanjutan
dilakukan secara intensif denganin-vivo (dilakukan di dalam tubuh) maupun in-vitro. Akhirnya
mulai tahun 1983, ESWL secara resmi diterapkan di rumah sakit di Jerman.
Bagaimana lithotripter bekerja?
Merupakan suatu hal yang menarik untuk mengetahui cara lithotripter bekerja, yaitu
bagaimana shock wave dihasilkan, kemudian merambat masuk ke dalam tubuh dan
menghancurkan sasarannya, tanpa merusak media yang dilewatinya.
Saat ini ada 3 jenis pembangkit shock wave yang
digunakan
dalam
pada
kristal.
Sedangkan electromagnetic
generator,
menggunakan gaya elektromagnetik untuk mengakselerasi membran metal secara tiba-tiba dalam
air untuk menghasilkan shock wave.
Dari 3 jenis generator di atas, electrohydraulic lithotripter merupakan lithotripter yang
paling banyak digunakan saat ini [1]. Diagram skematik dari lithotripter ini dapat dilihat pada
Gambar 2.
PRA OPERASI
A.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
a.
b.
c.
5.
a.
b.
6.
a.
Pengkajian
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
Riwayat infeksi saluran kemih.
Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
Keturunan.
Alkoholik, merokok.
Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan kontrasepsi).
Pola nutrisi metabolik
Mual, muntah.
Demam.
Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
Distensi abdominal, penurunan bising usus.
Alkoholik
Pola eliminasi
Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
Hematuri.
Rasa terbakar, dorongan berkemih.
Riwayat obstruksi.
Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
Pola aktivitas dan latihan
Pekerjaan (banyak duduk).
Keterbatasan aktivitas.
Gaya hidup (olah raga).
Pola tidur dan istirahat
Demam, menggigil.
Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
Pola persepsi kognitif
Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri
b.
c.
7.
a.
8.
a.
b.
9.
a.
b.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;
1. Pre operasi
a.
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,trauma
jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
NO Diagnosa
Tujuan-
Kriteria
Keperawatan
Intervensi
Rasional
yang
1.
diharapkan
Nyeri hilang
Catat lokasi,lamanya
Evaluasi tempat
peningkatan
dengan
intensitas,penyebaran,perhat
frekuensi
spasme
gerakan kalkulus
/dorongan
terkontrol.
verbal,misalnya
kontraksi
merintih,mengaduh dan
ureteral,trauma
Kriteria ;
gelisahansietas.
jaringan,pembentu
Pasien
kan edema,iskemia
tampak
Membantu dalam
seluler.
rileks.
nyeri.
meningkatkan
Pasien
kemampuan koping
mampu
tidur/istiraha
ansietas
t dengan
Berikan tindakan
tenang
nyaman,misalnya pijatan
Meningkatkan
Tidak
punggung,ciptakan
relaksasi,menurunkan
gelisah,tidak
tegangan otot,
merintih
Mengarahkan kembali
tingkatkan pemasukan
perhatiandan membantu
Meningkatkan lewatnya
Perhatikan
batu,mencegah stasis
keluhanpeningkatan/meneta
urine,mencegah
pembentukan batu
selanjutnya.
pada punggung
.
KOLABORASI:
dpt.menyebabkab
indikasi
ferforasi,dan
Narkotik
ekstravasasi urine ke
dalam area perirenal.
Antispasmodik
Kortikosteroid
Dipakai selama episode
akut,untuk menurunkan
Pertahankan patensi kateter
bila digunakan.
relaksasi otot.
.Menurunkan refleks
spasme shg.
Mengurangi nyeri dan
kolik.
Menurunkan
edema jaringan ,shg.
Membantu gerakan
batu.
Mencegah stasis
urine,menurunkan
resiko peningkatan
tekanan ginjal dan
infeksi.
2.
Perubahan
Perubahan
.
Evaluasi fungsi ginjal
eliminasi
pengeluaran serta
dgn.memerhatikan
stimulasi kandung
urine tidak
karakteristik urine
tanda-tanda
kemih oleh
terjadi
batu,iritasi
komplikasimisalnya
Tentukan pola berkemih
infeksi,atau perdarahan.
normal.
Kalkulus
ginjal,atau
Kriteria :
ureter,obstruksi
Haematuria
dpt.menyebabkan
mekanik atau
tidak ada.
eksitabiliats
inflamsi.
Piuria tidak
saraf,yg.menyebabkan
terjadi
Dorong meningkatkan
kebutuhan sensasi
Rasa
pemasukan cairan
berkemih .segera.
terbakar
Membilas
tidak ada.
bakteri,darah.dan
Dorongan
debris,membantu
ingin
untuk dianalisa.
lewatnya batu.
berkemih
terus
kemih,palpasi dan
alternatif terapi
berkurangi.
perhatikan output,dan
edema.
Retensi
urine,menyebabkan
distensi
kesadaran.
jaringan.,potensial
resiko infeksi dan GGK.
Kolaborasi ;
Ketidakseimbangan
Monitoring
elektrolit dpt.menjadi
pem.Lab,BUN.kreatinin
Peninggian
BUN,indikasi disfungsi
program;
ginjal.
diamox, alupurinol
Esidrix, Higroton
Evaluasi adanya
Amonium
ISK.atau penyebab
Klorida,Kalium,,atau
komplikasi.
Natrium,fosfat,.
Agen antigon, (Ziloprim)
Meningkatkan pH.urine
menurunkan
Antibiotik
Nabic
Menurunkan
Asam Askorbat
Menurunkan produksi
larutan alkalin.
asam urat
pembentukan batu.
Mencegah pembentukan
beberapa kalkuli.
Mencegah berulangnya
pembentukan batu
alkalin.
Mencegah retensi,dan
komplikasi.
Mengubah pH.urine
mencegah pembentukan
3.
Resiko tinggi
Keseimbang
batu.
Mengesampingkan keja
kekurangan
an cairan
adekuat
frekuensi.
mual,muntah,diure
sis pascaobstruksi.
Tingkatkan pemasukan
Kriteria :
cairan
Intake dan
Mempertahankan
output
jantung.
keseimbangan cairan
seimbang
dan homeostasis.
Tanda vital
stabil (TD
120/80
membran mukosa.
mmHg. Nadi
Penurunan
LFG.merangasang
60-100,
RR16-20,
hari
Bekerja meningktakan
suhu 36.5-
Kolaborasi:
TD.
37C)
Awasi Hb,Ht,elektrolit,
Peningkatan BB.yang
-Membran
Berikan cairan IV
cepat,waspada retensi
mukosa
Mengkaji hidrasi,
lembab
Turgor kulit
kebutuhan intervensdi.
baik.
toleransi
Mempertahankan
volume sirkulasi
Mempertahnakan
antiemetik,(misal
keseimbangan nutruisi.
compazin )
Menurunkan mual
4.
Kurang
Pasien dapat
muntah
Memberikan
pengetahuan
memahami
pengetahuan
tentang
kebutuhan
diet,dan
berdasarkan informasi
pengobatan
program
Pemahaman
dasar,membuat pilihan
pengobatan
diet,memberikan
kesempatan untuk
Kriteria :
Diskusikan tentang:
Informasi,mencegah
si dalam
purin,(membatasi daging
kekambuhan.
program
berlemak,kalkun,tumbuhan
Menurunkan pemasukan
pengobatan
polong,gandum,alkohol)
Menjalanka
urat
n diet
(membatasi susu,keju,sayur
hijau,yogurt.)
Pemberian diet rendah
oksalat membatasi konsumsi
coklat,minuman
kafein,bit,bayam.
Menurunkan
resikopembentukan batu
kalsium.
labelnya.
Tunjukan perawatan yang
Menurunkan
pembentukan batu
ada.
oksalat.
POST OPERASI
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan batu saluran kemih pasca pembedahan menurut Doenges
(2000),Susan Martin tucker ( 1998 ) diperoleh data sebagai berikut :
1. Aktifitas / istirahat.
Gejala : Pekerjaan monoton, klien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktifitas
/ imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya (penyakit tidak sembuh dan cidera medula
spinalis).
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan tekanan darah, nadi, nyeri pingggang, kolig ginjal, ansietas, gagal ginjal),
kulit hangat dan kemerahan, pucat.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronik, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih, makanan / cairan.
4. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat,
ketidakcukupan pemasukan cairan tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdomen, penurunan / tidak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : periode akut, nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada
panggul di regio sudut kostavertebral : dapat menyebar ke punggung, abdomen dan turun ke lipat
paha/genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvi atau kalkulus ginjal
nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada areal ginjal pada palpasi.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doenges (2000), Susan Martin Tucker
ditemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan drainase luka.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit, perawatan
rutin pasca operasi.
C. Perencanaan
NO
1
Diagnosa keperawatan
Tujuan-Kriteria
Intervensi
Nyeri berhubungan
yang diharapkan
Tujuan : nyeri hilang 1.Kaji sifat,
1.mengetahi
dengan insisi
/ terkontrol.
nyeri (P,Q,R,S,T)
pembedahan
Kreteria
intensitas, lokasi,
Rasional
dilaporkan
penurunan
lamanya.
klien, 2. Kaji daerah
2.mengetahui
keadaan
setempat
tampak rileks.
bengkak, keras
berhubungan
dan drainase
dengan tindakan
yang
lakukan
3. Bantu pasien
akan
di
mendapatkan
3.menciptakan
posisi yang
kenyamanan
nyaman
4.Ajarkan teknik
relaksasi nafas
4.meringankan
dalam.
nyeri
sehingga
5.membantu
mengeluarkan
sisa
batu
dan
melancarkan
saluran kemih
6. Kolaborasi
dengan dokter
6.membantu
untuk pemberian
mengatasi
rasa
analgetik
Gangguan integritas kulit Tujuan : gangguan 1.Pantau balutan
berhubungan
kondisi drainase
drainase luka
operasi,
Kriteria evaluasi :
klien
2.mengetahui
kondisi kulit
dan
untuk panduan
kemerahan
kulit.
Intervensi :
dan kering
dalam tindakan
selanjutnya
3. Bantu pasien
3.mencegah
mendapatkan
terjadinya
posisi yang
dekubitus
nyaman
4. Beri kantong
ostomi dan
4. mencegah
pelindung kulit
terjadinya infeksi
sekitar drainase
5. Pertahankan
5. untuk menjaga
kepatenan drain
kelancaran
dan cegah
drainase
adanya
penghalang pada
alat drainase
3
Kurang
berhubungan
pengetahuan Tujuan :
dengan pengetahuan
1.Intruksikan
pasien
1.membantu
untuk mengembalikan
pasca operasi
dapat
2.Intruksikan
2.membantu
mengungkapkan
pasien
tentang proses
mempertahankan
penyakit, perawatan
diit
program
perawatan di rumah
3. Ajarkan pasien
3.membantu
untuk
mencegah
dapat
menggunakan
terjadinya ifeksi
mendemontrasikan
teknik cuci
perawatan luka,
tangan yang
mengganti balutan.
benar
Intervensi :
4. Intruksikan
4.untuk membatu
pada pasien
mempercepat
operasi.
cairan
Pasien/ keluarga
untuk mempercepat
proses
sesuai penyembuhan
untuk
penanganan pada
melaporkan bila
pasien
terjadi
haematuria
5. Intruksikan
5.untuk
pasien untuk
mencegah
menghindari
terjadinya
pemakaian obat
keracunan Obat
melebihi
ketentuan dokter
tanpa
sepengetahuan
dokter
D. Implementasi
Implementasi menurut teori adalah mengidentifikasi bidang bantuan situasi yang
membutuhkan tambahan beragam dan mengimplementasikan intervensi keperawatan dengan
praktik terdiri atas keterampilan kognitif, interpersonal dan psikomotor (teknis).
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien pada batu ginjal, pada
prinsipnya adalah menganjurkan klien untuk banyak minum, mengobservasi tanda-tanda vital,
mengawasi pemasukan dan pengeluaran cairan, mengajarkan teknik relaksasi untuk mengatasi
nyeri, memberikan obat dan memantau hasil pemeriksaan darah lengkap sesuai program serta
melibatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan ke dalam catatan
keperawatan secara lengkap yaitu ; jam, tanggal, jenis tindakan, respon klien dan nama lengkap
perawat yang melakukan tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Menurut teori evaluasi adalah tujuan asuhan keperawatan yang menentukan apakah
tujuan ini telah terlaksana, setelah menerapkan suatu rencana tindakan untuk meningkatkan
kualitas keperawatan, perawat harus mengevaluasi keberhasilan rencana penilaian atau evaluasi
diperoleh dari ungkapan secara subjektif oleh klien dan objektif didapatkan langsung dari hasil
pengamatan. Penilaian keberhasilan dilakukan sesuai dengan waktu yang dicapai dengan kriteria
hasil. Pada klien batu ginjal dapat dilihat : nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal
dan pengetahuan klien tentang perawatan batu ginjal meningkat.
Teori Kristal inhibitor menyatakan bahwa batu terbentuk karena konsentrasi inhibitor alami
yang rendah seperti magnesium, sitrat, firofosfat, dan sejumlah kecil logam.
Teori ini tidak absolit karena tidak semua orang yang inhibitor pembentuk kristalnya rendah
terkena batu saluran kemih. (Stoller 2010 : hal 5).
1. Komponen Kristal batu terutama terdiri dari komponen Kristal dengan ukuran dan
transparansi yang mudah di identifikasi dibawah polarisasi mikroskop. Difraksi X-ray terutama
untuk menilai geometris dan arsitektur batu. Banyak tahap yang terkait dalam pembentukan batu.
Meliputi nukleasi, perkembangan dan agregasi, nukleasi memulai proses dan di induksi oleh
beberapa subtansi sepertimatrik protein, Kristal, zatasing dan partikel-partikel lainnya. (Stoller
2010 : hal 5)
2. Komponen matrik Sejumlah komponen matrik non Kristal dari batu saluran kemih memiliki
tipe yang berfariasi. Umumnya antara 2% hingga 10% beratnya terdiri dari protein, dengan
sejumlah kecil heksosa dan heksamin. (Stoller, 2010: hal 5)
2.3 Patofisiologi
Menurut (Dinda, 2011: hal 2) Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih
terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu
sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adnya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel,
obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-buli
neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu. (Dinda,
2011: hal 2)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic yang terlarut di dalam
urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap larut) kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar.
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat Kristal menempel pada epitel saluran kemih, dan
dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih. (Dinda, 2011: hal 2)
Kondisi metasble di pengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine, kosentrasi
solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran kemih, atau adanya koloid di dalam urine,
kosentrasi solute di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih
yang bertindak sebagai inti batu. (Dinda, 2011: hal 2)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat
maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein, dan
batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi
suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama.
Misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium
amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa. (Dinda, 2011: hal 2)
Patwhay
Iritabibilitas mukosa ureter
Regangan otot m.detrusor meningkat
Lesi & inflamasi
Nyeri akut
Stress ulcer
Sensitifitas meningkat
HCL meningkat
Nausea vomiting
Ketidakseimbangan Nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
Robekan vaskuler
Hematuria/gross hematuria
Kebocoran plasma
Absorbsi nutrient inadekuat
Resiko keseimbangan vol.cairan
refluks
Hidronephrosis
Haluaran inadekuat
Retensi urine
Resiko gangguan f.ginjal
Gangguan eliminasi urine
Resiko infeksi
Kolinisasi bakteri meningkat
Sumber: Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala BSK antara lain:
1. Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari ginjal kolik renal
umumnya disebabkan karena batu melewati saluran kolektivus atau saluran sempit ureter,
sementara non kolik renal disebabkan oleh distensi dari kapsula ginjal. (Stoller, 2010: hal: 12)
2. Hematuria pada penderita BSK seringkali terjadi hematuria (air kemih berwarna seperti air
teh) terutama pada obstruksi ureter. (Stoller, 2010: hal: 12)
3. Infeksi jenis BSK apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi.
(Stoller, 2010: hal: 12)
4. Demam adanya demam yang berhubungan dengan BSK merupakan kasus darurat karena
dapat menyebabkan urosepsis. (Stoller, 2010: hal: 12)
5. Mual-muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali menyebabkan mual dan
muntah. (Stoller, 2010: hal: 12)
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Secara otomatis ,tidak factor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses pembentukan
batu. Namun, angka kejadian urolgitiasis dilapangan sering kali terjadi pada laki-laki dan pada
masa usia dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas, dan geografis. (Prabowo E,
dan Pranata, 2014: hal 121)
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran kemih yang
menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik
renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan. (Dinda, 2011: hal 2)
3. Pola psikososial
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (nyeri hebat) pada
pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak terjadi karena
bukan merupakan penyakit menular. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)
4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan otot, tetapi dikarenakan
gangguan rasa nyaman (nyeri). Kegiatan aktifitas relative dibantu oleh keluarga,misalnya
berpakaian, mandi makan,minum dan lain sebagainya,terlebih jika kolik mendadak terjadi.
(Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 121)
b. Terjadi mual mutah karena peningkatan tingkat stres pasien akibat nyeri hebat. Anoreksia
sering kali terjadi karena kondisi ph pencernaan yang asam akibat sekresi HCL berlebihan.
Pemenuhan kebutuhan cairan sbenarnya tidak ada masalah. Namun, klien sering kali membatasi
minum karena takut urinenya semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami. (Prabowo
E, dan Pranata, 2014: hal 121)
c. Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti oleh penyakit
penyerta lainnya. Klien mengalami nyeri saat kencing (disuria, pada diagnosis uretrolithiasis).
Hematuria (gross/flek), kencing sedikit (oliguaria), disertai vesika (vesikolithiasis). (Prabowo E,
dan Pranata, 2014: hal 121)
5. Pemeriksaan fisik
Anamnese tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat. Oliguria, disuria, gross
hematuria menjadi ciri khas dari urolithiasis. Kaji TTV, biasanya tidak perubahan yang mencolok
pada urolithiasis. Takikardi akibat nyeri yang hebat, nyeri pada pinggang, distensi vesika pada
palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu (uretrolthiasis). (Prabowo
E, dan Pranata, 2014: hal 122)
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai tandatanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolik
renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan. (Dian, 2011: hal 2 )
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi
nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,3
kg/m2. Pada pemeriksaan palpasi regio flank sinistra didapatkan tanda ballotement (+) dan pada
perkusi nyeri ketok costovertebrae angle sinistra (+). (Nahdi Tf, 2013: hal 48)
c. Pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem persyarafan, tingkat kesadaran, GCS, reflex bicara, compos mentis. (Nahdi Tf, 2013:
hal 50)
2) Sistem penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor, dengan reflex cahaya (+) . (Nahdi
Tf, 2013: hal 50)
3) Sistem pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas. Atau tidak
mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma, empisema, pneumonia.
(Nahdi Tf, 2013: hal 50)
4) Sistem pendengaran, tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran. (Nahdi Tf, 2013:
hal 50)
5) Sistem pencernaan, Mulut dan tenggorokan: Fungsi mengunyah dan menelan baik, Bising
usus normal. (Nahdi Tf, 2013: hal 50)
6) Sistem abdomen, adanya nyeri tekan abdomen, teraba massa keras atau batu, nyeri ketok
pada pinggang. (Prabowo E, dan Pranata, 2014: hal 122)
7) Sistem reproduksi tidak ada masalah/gangguan pada sistem reproduksi. (Nahdi Tf, 2013: hal
50)
8) Sistem kardiovaskuler, tidak ditemukan gangguan pada sistem kardiovaskular. (Nahdi Tf,
2013: hal 50)
9) Sistem integumen, hangat, kemerahan, pucat. (Dian, 2011 : hal 20)
10) Sistem muskuluskletal, mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri yang dirasakan yang
melakukan mobilitas fisik tertentu. (Nahdi Tf, 2013: hal 50)
11) Sistem perkemihan, adanya oliguria, disuria, gross hematuria, menjadi ciri khas dari
urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika
(vesikolithiasis/ urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada
palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis), teraba massa keras/batu (uretrolithiasis). nilai
frekuensi buang air kecil dan jumlahnya, Gangguan pola berkemih. (Prabowo E, dan Pranata,
2014: hal 122)
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap, kimia darah (ureum, kreatinin,
asam urat), dan urin lengkap. Hasilnya ditemukan peningkatan kadar leukosit 11.700/l
(normalnya: 5000- 10.000/l); kimia darah tidak ditemukan peningkatan kadar ureum, kreatinin,
maupun asam urat; urin lengkap ditemukan warna keruh, epitel (+), sedimen (+), peningkatan
kadar eritrosit 5-7/LPB (normalnya: 0-1/LPB), leukosit 10-11/LPB (0-5/LPB). (Nahdi Tf, 2013:
hal 48)
b. Radiologis
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan rontgen Blass Nier Overzicht (BNO) dan ultrasonografi
(USG) abdomen. Hasilnya pada rontgen BNO didapatkan tampak bayangan radioopaque pada
pielum ginjal setinggi linea paravertebrae sinistra setinggi lumbal III Ukuran 1,5 x 2 cm; USG
didapatkan tampak batu pada ginjal kiri di pole atas-tengah-bawah berukuran 1 cm x 1,2 cm x
1,8 cm; tampak pelebaran sistem pelvicokaliseal. (Nahdi Tf, 2013: hal 48)
1. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radiopak di
saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopak dan paling
sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asama urat bersifat non-opak
(radiolusen)
2. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat
mendeteksi adanya batuk semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak dapat terlihat oleh foto
polos perut. Jika PIV belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungis ginjal sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaankeadaan : alergi terhadap kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil.
Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli, hidronefrosis,
pionefrosis.(Dinda, 2011:hal 3)
7. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada
batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan : obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena sesuatu indikasi sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti di atas
tetapi diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya mempunyai resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang menjalakankan
profesinya, dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih. (Dinda, 2011:hal 3)
3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut (Prabowo,E dan Pranata 2014: hal 123)
1. Nyeri akut
Definisi: pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa.
Batasan karakteristik:
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan tekanan darah
c. Perubahan prekuensi jantung
d. Perubahan prekuensi pernafasan
e. Diaphoresis
f. Prilaku ditraksi
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas BSk
berkurang .Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering
menderita BSK ( buli-buli dan Urethra )
4. Patogenesis
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik,bersifat simptomatik ataupun
asimptomatik.
5. Teori terbentuknya batu
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya BSK. memerlukan adanya substansi organik sebagai inti .Substansi ini
terdiri dari mukopolisakarida dan mukoproptein A yang mempermudah kristalisasi
dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti; sistin,santin,asam
urat,kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristaliasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substasi dalam urine .Urine
yang bersifat asam akan mengendap sistin,santin,asam dan garam urat,urine alkali
akan mengendap garam-garam fosfat..
d. Teori Berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfatpolifosfat, sitrat
magnesium.asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya BSK.
6. Pemeriksaan Diagnostik.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), ph asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat
amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium,
fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK,
BUN/kreatinin serum dan urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang
reabsobsi kalsiumm dari tulang, meningkatkan sirkulasi s\erum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang urewter.
e. IVP.: memberukan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,abdominal
atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu. :
7. Penatalaksanaan;
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi
c. Menghilangkan rasa nyeri.
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi
8. Komplikasi:
a.Infeksi
b.Obstruksi
c.Hidronephrosis.
9. Asuhan Keperawatan
A.Pengkajian Data Dasar Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kencing
1) Aktivitas/istrirahat
Kaji tentang pekerjaan yang monoton,lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar
suhu tinnggi,keterbatasan aktivitas ,misalnya karena penyakit yang kronis atau
adanya cedera pada medulla Spinalis.
2) Sirkulasi
Kaji terjadinya peningkatan tekanan Darah/Nadi, yang disebabkan ;nyeri,ansietas
atau gagal ginjal.Daerah ferifer apakah teraba hangat(kulit) merah atau pucat.
3) Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis.obstruksi sebelumnya(kalkulus)
Penurunan haluaran urinr, kandung kemih penuh, rasa terbekar saat BAK. Keinginan
/dorongan ingin berkemih terus, oliguria, haematuria, piuri atau perubahan pola
berkemih.
4) Makanan / cairan;
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin, kalsium oksalat
atau fosfat, atau ketidak cukupan pemasukan cairan tidak cukup minum, terjadi
distensi abdominal, penurunan bising usus.
5) Nyeri/kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik.lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut kostovertebral dapat menyebar ke punggung,
abdomen, dan turun ke lipat pahagenetalia, nyeri dangkal konstan menunjukan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi .
6) Keamanan
Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam atau menggigil.
7) Riwayat Penyakit :
Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin D.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
( terjemahan) PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asyuhan Keperawatan ( terjemahan),
PT EGC, Jakarta
Soeparman, ( 1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Dalam satu penelitian di Amerika serikat di temukan bahwa penderita batu saluran kemih
yang harus di rawat inap adalah 1:1000 dari orang dewasa, sedangkan dari mayat yang di autopsi
di dapatkan 1 diantara 100 mayat mengandung batu di dalam saluran kemihnya (Willie Japaries,
1992).
Batu saluran kemih ini berersiko terjadi pada setiap orang terutama pada pekerja,
olahragawan, penduduk di negara tropis yang mengeluarkan banyak keringat, sehingga di
harapkan unutk orang yang beresiko tersebut agar mengkonsumsi air minum lebih banyak untuk
mencegah terjadinya pengendapan mineral penyusun batu pada saluran kemih (Willie Japaries,
1992).
C. Etiologi
Kelainan tubuler heriditer, yaitu orang menderita penyakit batu saluran kemih memang memiliki
kelainan bawaan yang menyebabkan air seninya lebih mudah mengendapkan batu (misal air
seninya mengandung lebih banyak zat kapur dari pada orang normal).
Infeksi, jika kuman tertentu khususnya genus proteus yang memiliki enzim urease yang
dapat memecahkan urea dalam air seni menjadi amonia (NH 3) dan CO2 dalm menimbulkan
pembentukan batu dalam saluran kemih, sebab amonia yang terbentuk akan mengalami hidrolisa
menjadi amonium, sedangkan CO2 menjadi asam karbonat.air seni yang bada (pH 8-9)
menyebabakan amonium berikatan dengan ion fosfat dan magnesium menjadi batu Mgamonium-fosfat (disebut juga struvit). Ion karbonat yang berikatan dengan kalsium akan menjadi
batu kapur karbonat.
Metabolik, batu asam urat akan terbentuk jika seseorang bayak mengkonsumsi ikan,
daging, jeroan ayam. Orang yang terlalu banyak minum soda misalnya akan beresiko terhadap
tingginya pembentukan kapur di dalam tubuh. Keadan urine yang asam akan memudahkan
terjadinya pengendapn mineral sebagai bahan pembentuk batu (asam urat atau sistin).
D. Jenis Batu
Jenis batu yang dapat mengendap di saluran kemih sangat beragam, pada penelitian yang di
lakukan di laur negeri di dapatkan bahwa 90 % batu saluran kemih mengandung kapur (kalsium
oksalat & kalsium fosfat), yang mengandung urat hanya 5 % dan 2-3 % mengandung sistin.
Batu yang mengandung kapur dapat terlihat jelas sebagai bayang putih padat berbatas
nyata pada hasil rontgen perut. Sebaliknya pada batu tanpa zat kapur atau kalsium umumnya tak
tampak pada hasil rontgen (sebab batu jenis ini mudah di tembus oleh sinar rontgen).
E. Pathofisiologi
Urinalisis: mungkin urine akan berwarna kuning, coklat gelap, nampak darah, adanya bakteri
atau mineral yang tinggi dalam urine.
Urine tampung (24 jam): mungkin terjadi peningkatan creatinin, asam urat, kalsium, phospat,
sistin atau oksalat.
Urine kultur: mungkin di dapatkan UTI (urinary tract infection).
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul akibat dari adanya infeksi.
KUB: Menunjukan terjadinya/ adanya batu pada saluran kemih.
PTH (parathyroid hormon): Mungkin terjadi peningkatan (sehingga terjadi peningkatan absorbsi
kalsium dari tulang).
IVP: mungkin menunjukkan terjadinya perubahan anatomis dan letak batu secara akurat.
2. Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekwensi kontraksia uretra,
adanya trauma jaringan,
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri, pengendalian terhadap spasme dan cara berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Lakukan pemberian masage yang memberikan kenyamanan secara rutin.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
4. Anjurkan pada klien untuk mengkonsumsi air sebanyak 3-4 l/ hari sesuai indikasi.
5. Lakukan/ berikan kompres hangat pada punggung.
6. Kolaborasi dalam pemasangan katheter jika diperlukan.
7. Kolaborasi dalam pemberian analgetik, antispamodik, dan kortikosteroid.
8. Observasi terhadap keluhan nyeri abdomen.
b. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya batu di saluran kemih, iritasi jaringan
oleh batu, mekanik obstruksi, inflamasi.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan perawatan klien mampu melakukan eliminasi miksi secara
normal, dan bebas dari tanda-tanda obstruksi.
Rencana:
1. Monitor intake dan output dan kaji karakteristik urine.
2. Kaji pola miksi normal pasien.
3. Anjurkan pada pasien untuk meningkatkan konsumsi minum.
4. Tampung semua urine dan perlu di lihat apakah ada batu yang perlu untuk di lakukan
pemeriksan.
5. Kaji adanya keluhan kandung kemih yang penuh, penurunan jumlah urine dan adanya
periorbital/ edema dependent sebagai tanda dari terjadinya obstruksi.
6. Kolaborasi dalam pemeriksaan elektrolit, Bun, serum creat, urine kultur, dan pemberian
antibiotik.
7. Observasi keadaan umum pasien, status mental, perilaku dan kesadaran.
c. Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan post obstruktif
deurisis, nausea vomiting.
Tujuan: Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan (defisit) selama di lakukan tindakan
keperawatan.
Rencana:
1. Monitor intake dan output cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Collin B., 1989, Manual Ilmu Penyakit Ginjal, Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.
Effendi, Hasyim, 1981, Fisiologi dan Pathofisiologi ginjal Cairan tubuh dan keseimbangan
asam basa, Bandung: Penerbit Alumni.
Japaries, Willie, 1992, Penyakit Ginjal, Jakarta: Arcan