Anda di halaman 1dari 7

KASUS PT. TIMAH (PERSERO) TBK.

A. IDENTIFIKASI
PT. Timah (Persero) Tbk. Berawal pada masa kolonial Belanda dimana penambangan timah di
daerah Bangka dikelola oleh Banka Tin Winning Bedrijf (BTW) sedangkan didaerah Belitung
dikelola oleh Gemeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Billiton (GMW) dan NV Singkep
Tin Exploitatie Maatschappiy (NV SITAM) untuk pengelolaan didaerah SIngkep. Kemudian
ketiga perusahaan tersebut dinasionalisasikan menjadi perusahaan negara antara tahun 1953
1958. Tahun 1961 pemerintah membentuk Badan Pimpinan Umum (BPU) Perusahaan
Perusahaan Pertambangan Timah Negara kemudian Ketiga entitas perusahaan tersebut dilebur
bersama BPU menjadi Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah pada tahun 1968. Status PN
Timah diubah menjadi Perusahaan Persero pada tahun 1976 sesuai dengan UU No. 19 Tahun
1969, dimana seluruh sahamnya dimiliki olwh Pemerintah dan berubah namanya menjadi PT.
Tambang Timah (Persero) per 2 Agustus 1976.
Pada saat terjadi krisis dunia pada tahun 1985 yang dipicu oleh hancurnya Dewan Timah
Internasional membuat PT Tambang Timah melakukan serangkaian tindakan korporasi
menyeluruh antara 1991 1995 diantaranya dengan restrukturisasi, reorganisasi, rekonstruksi
peralatan produksi utama, divestasi asset bahkan relokasi kantor pusat dari Jakarta ke Pangkal
Pinang. Di tanggal 19 Oktobr 1995 Pemerintah melakukan privatisasi dengan mencatatkan
saham PT Tambang Timah di Bursa Stock Exchange serta berganti nama lagi menjadi PT.
Timah (Persero) Tbk. Sebanyak 35% saham dilepas kepasar sedangkan sisanya tetap dimiliki
oleh Pemerintah. Saat ini PT Timah bergerak dalam berbagai bidang kegiatan usaha
penambangan melalui beberapa anak perusahaan bentukannya selain penambangan timah,
antara lain batubara, nikel, aspal, gravel pack-sands, dan usaha non-timah lain yang meliputi
jasa konstruksi listrik, perbengkelan, dan galangan kapal serta jasa eksplorasi. Kemudian pada
tahun 2009 PT Timah menambah kegiatan perusahaan dengan memasuki industry hilir timah
dengan produk tin-chemical, tin-wire, low lead, lead free tin, dan sebagainya.
Ketersediaan timah yan terdapat di wilayah Bangka dan Belitung cukup besar dan terletak
pada bentangan wilayah seluas lebih dari 800 km yang disebut The Indonesian Tin Belt yang
merupakan bagian dari The Southeast Asian Tin Belt yang terbentang lebih dari 3.000 km dari

Thailand hingga Indonesia. Namun lambat laun cadangan timah diwilayah tersebut semakin
menipis karena termasuk sumber daya yang tidak terbarukan (non-renewable resources)
terutama hasil timah diwilayah darat. Cadangan timah di Indonesia menurut survey dari US
Geological tahun 2009 mulai berkurang hingga sekitar 0.9 juta ton.
Kegiatan penambangan timah di Indonesia awalnya hanya dilakukan oleh beberapa
perusahaan besar termasuk PT TImah, tetapi setelah diberlakukannya UU Otonomi Daerah
dan beberapa peraturan daerah untuk mendorong pendapatan daerah yang mandiri maka
kemudian muncul kegiatan Tambang Inkonvesional (TI) dan semakin berkembang diwilayah
Bangka dan Belitung baik yang bekerja secara sendiri maupun berkelompok dan berpotensi
untuk merusak lingkungan terutama di area Kuasa Pertambangan (KP) PT Timah yang
merupakan wilayah cadangan produktif. Dalam perjalanannya PT Timah kemudian
melakukan penertiban dan pembinaan terhadap TI yang bekerja di area KP PT. Timah lalu
membagi menjadi tambang dengan skala yang lebih kecil dan dibawah koordinasi mitra
perusahaan yang diikat dengan surat perjanjian oleh perusahaan.
Dampak dari banyaknya TI dapat mempengaruhi persediaan bahan baku timah dan juga
kemungkinan adanya penimbunan timah saat harga pasar rendah untuk dijual saat harga
tinggi. Dampak lain yang muncul adalah banyaknya penyelundupan timah serta maraknya
pabrik peleburan timah swasta yang berakibat menurunnya harga timah dunia akibat kegiatan
ekspor timah yang cukup besar dari perusahaan swasta tersebut. Untuk mengendalikan
dampat negatif tersebut serta dalam rangka optimalisasi pendapatan negara maka Pemerintah
Pusat mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 04/M-DAG/Per/1/2007 tentang
Eksportir Terdaftar (ET) yang meliputi beberapa persyaratan penting. Pada akhirnya PP
pemerintah untuk mengendalikan ekspor logam terutama timah diharapkan dapat menaikkan
harga timah di pasar internasional dan mengembalikan keuntungan perusahaan.
Lingkungan area penambangan menjadi indikasi paling mudah apakah proses penambangan
telah memenuhi aturan yang berlaku atau tidak. Jika penambangan masih meninggalkan area
terbuka tanpa tanaman pengganti dapat diartikan bahwa penambang tidak melakukan kegiatan
reklamasi. Kegiatan reklamasi adalah aktivitas penanaman kembali vegetasi local maupun
baru untuk meminimalisasi gangguan lingkungan terutama untuk masyarakat yang berada di
lingkungan area penambangan namun kegiatan tersebut banyak diabaikan oleh penambang TI

sehingga kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah Bangka Belitung menjadi cukup
parah.
B. MASALAH
Beberapa masalah yang dihadapi oleh PT Timah dalam kasus ini cukup kompleks. Disini
diuraikan masalah masalah yang muncul didalam pengelolaan penambangan timah oleh PT.
Timah
1. Bagaimana PT. Timah dapat memcukupi kebutuhan timah yang diperlukan untuk
memenuhi permintaan pasar sedangkan jumlah cadangan timah yang ada diwilayah daratan
semakin menipis
2. Bagaimana PT. Timah menyikapi banyaknya Tambang Inkonventional (TI) yang tidak
bertanggung jawab dalam proses penambangan yang berdampak kepada rusaknya
lingkungan diarea sekitar penambangan
3. Bagaimana faktor ketersediaan sumber daya dan lingkungan tersebut berpengaruh kepada
kepada kondisi keuangan PT. Timah itu sendiri
C. KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam pengambilan suatu keputusan dibutuhkan indikator atau parameter untuk mengukur
apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan dan menggunakan
indikator atau parameter yang terukur. Indikator atau parameter yang digunakan dalam
pengambilan keputusan antara lain:
1. Parameter 1
: Biaya yang Diperlukan
( 35% )
Faktor biaya merupakan indikator penting dalam pengambilan keputusan karena dapat
mempengaruhi seluruh aktivitas perusahaan. Apabila biaya yang diperlukan terlalu besar
maka perusahaan memerlukan tambahan dana yang besar juga. Yang dimaksud biaya
disini adalah segala sesuatu yang dibayarkan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan
tersebut mulai dari proses penambangan hingga reklamasi.
Banyak
0%

Biaya

Sedikit
35 %

2. Parameter 2
: Ketersediaan Timah yang Mungkin Ditemukan
( 20% )
Dalam melakukan kegiatan penambangan harus diperhatikan apakah area penambangan
yang akan kita tambang memiliki cadangan timah yang lebih dari cukup untuk memenuhi
stok produksi timah sehingga proses penambangan yang dilakukan tidak berakhir sia sia.

Apabila ketersediaan timah yang ditemukan banyak berarti area penambangan tersebut
potensial.
Sedikit

Ketersediaan

0%

Banyak
20 %

3. Parameter 3 : Pengetahuan yang Dimiliki


( 20% )
Pengetahuan (knowledge) sangat diperlukan agar dapat diperoleh hasil yang optimal
didalam proses penambangan baik itu pengetahuan dalam wujud teknologi maupun
sumber daya manusia yang bersinergi dalam proses penambangan. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan memungkinkan untuk mendapatkan hasil yang optimal serta waktu yang
diperlukan untuk pengembangan tidak terlalu lama
Rendah

Pengetahuan

0%

Tinggi
20 %

4. Parameter 4
: Frekuensi Reklamasi yang Dilakukan
( 25% )
Kegiatan reklamasi adalah aktivitas penanaman kembali vegetasi local maupun baru untuk
meminimalisasi gangguan lingkungan terutama untuk masyarakat yang berada di
lingkungan area penambangan. Seringnya melakukan kegiatan reklamasi pada area
penambangan yang sama dapat mempengaruhi HPP (Harga Pokok Produksi) timah sendiri
dan tidak efektif.
Sering

Reklamasi

0%

Jarang
25 %

D. ALTERNATIF SOLUSI
Berdasar keempat indikator atau parameter diatas, Ada beberapa alternatif solusi yang
disajikan yang antara lain sebagai berikut:
1. Solusi I
: Optimalisasi Area Penambangan yang Sudah Ada
Parameter 1 : 25 %
Parameter 2 : 5 %
Parameter 3 : 20 %
Parameter 4 : 10 %
TOTAL
60 %
2. Solusi II
: Pencariaan Area Penambangan Potensial

3. Solusi III

Parameter 1 : 20 %
Parameter 2 : 15 %
Parameter 3 : 20 %
Parameter 4 : 15 %
TOTAL
70 %
: Melakukan Go-Offshore ( Melakukan penambangan timah di area laut

lepas )
Parameter 1 : 10 %
Parameter 2 : 20 %
Parameter 3 : 10 %
Parameter 4 : 25 %
TOTAL
65 %
Kelebihan dan Kekurangan Masing Masing Solusi
Solusi I

Kelebihan
Kekurangan
Biaya relatif lebih murah karena Ketersediaan timah yang mungkin
tinggal optimalisasi area penambangan ditemukan mungkin sangat sedikit
yang sudah ada
karena
proses
penambangan
Data dan teknologi pendukung yang
sebelumnya
sudah memadai sehingga dapat Kemungkinan terjadinya reklamasi
meminimalisir

kesalahan

dan sangat

menghemat waktu
Solusi II

mungkin

karena

area

penambangan rawan eksploitasi dari

masyarakat
Ketersediaan timah yang mungkin Biaya
cukup

tinggi

karena

ditemukan cukup tinggi karena area memerlukan riset dan persiapan area
tersebut potensial dan belum pernah penambangan baru.
dieksplorasi

maupun

dilakukan

penambangan
Data dan teknologi pendukung yang
sudah

memadai

meminimalisir

sehingga

dapat

kesalahan

dan

menghemat waktu
Kemungkinan terjadinya
cukup

jarang

reklamasi

karena

area

penambangan baru tersebut masih

Solusi III

dalam proses eksplorasi


Ketersediaan timah yang mungkin Biaya

cukup

tinggi

karena

ditemukan tinggi karena area tersebut memerlukan riset dan pengembangan


potensial dikedalaman 50 m dibawah teknologi, persiapan sumber daya
permukaan laut.
Kemungkinan terjadinya
sangat
belum

jarang

karena

memiliki

manusia

yang

kompeten

serta

reklamasi

persiapan yang matang


masyarakat Data dan teknologi yang belum
kemampuan memadai

melakukan penambangan dilaut

sehingga

memungkinkan

terjadi kesalahan pekerjaan.

E. PENILAIAN
Dari ketiga alternatif solusi yang telah disampaikan pada point diatas, dapat dibuat urutan
keputusan yang sebaiknya diterapkan oleh PT Timah berdasar nilai terbesar dari keempat
parameter atau indikator yang telah ditentukan untuk mengatasi permasalahan cadangan timah
yang semakin berkurang dikemudian hari seperti dibawah ini.
1. Pencarian Area Penambangan yang Potensial

70

%)
2. Melakukan Go-Offshore

65

%)
3. Optimalisasi Area Tambang yang Sudah Ada

60

%)
Maksud dari urutan diatas adalah sebagai urutan rencana yang sebaiknya diambil oleh PT.
Timah untuk mengatasi permasalahan cadangan timah yang terus berkurang setiap tahunnya.
Pencarian area penambangan yang potensial menjadi solusi pertama yang diambil oleh PT.
Timah untuk mengatasi permasalahan tersebut, tetapi apabila rencana pertama gagal atau
tidak sesuai dengan perkiraan atau harapan maka dapat digunakan rencana cadangan atau
Plan B yaitu dengan melaksanakan kegiatan Go-Offshore untuk mendapatkan cadangan
timah yang diinginkan. Apabila Plan B tersebut juga tidak membuahkan hasil yang optimal
ataupun menemui banyak kendala maka bias digunakan Plan C yaitu dengan melakukan
optimalisasi area tambang yang sudah ada untuk mendapatkan cadangan timah yang
dibutuhkan.
F. REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

Dari ketiga solusi diatas disarankan untuk melakukan Pencariaan Area Penambangan yang
Potensial di daratan sebagai solusi jangka pendek dalam rangka mencari cadangan timah bagi
PT Timah karena Kemungkinan besar ketersediaan timah yang ditemukan cukup banyak dan
teknologi serta sumber daya manusia serta pengetahuan mengenai hal tersebut sudah sangat
mencukupi sehingga dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan baik dalam
proses penambangan maupun pengembangan teknologi.
Sedangkan Go-Offshore dapat dijadikan rencana cadangan apabila solusi yang terpilih yaitu
melakukan Pencariaan Area Penambangan yang Potensial tidak memberikan hasil yang
memuaskan atau sesuai dengan perkiraan. Namun terlalu banyaknya ketidakpastian dalam
bentuk data maupun teknologi mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk
melakukan kegiatan Go-Offshore sehingga solusi tersebut tidak dapat dijadikan solusi jangka
pendek karena data yang disajikan masih sangat sedikit dan terbatas serta terlalu banyak
insting yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut tetapi memiliki kemungkinan
potensi kandungan timah yang cukup banyak sehingga dapat dijadikan sebagai solusi jangka
panjang. Go-Offshore dapat menjadi solusi jangka panjang apabila telah memiliki data
pendukung yang cukup mendukung dan juga memiliki teknologi serta kemampuan sumber
daya manusia yang mencukupi untuk melakukan kegiatan tersebut sehingga resiko yang
kemungkinan timbul setelahnya dapat diminimalisir dan juga dapat diprediksi semenjak dini.

Anda mungkin juga menyukai