Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...

1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..

2.1

Ketersediaan Data

2.2

Uji Konsistensi Data Hujan

2.3

Curah Hujan Rata-Rata Daerah..

2.4

Uji Distribusi Frekuensi.

2.4.1 Metode Chi-Square Test

2.4.2 Metode Smirnov-Kolmogorof

2.5

Curah Hujan Rencana

2.6

Analisis Hujan Rencana.

2.6.1 Metode E.J Gumbell

2.6.2 Metode Log Pearson Type III.

10

2.7

Analisis Banjir Rancangan..

10

2.8

Hujan Netto.

11

2.9

Koefisien Pengaliran..

11

2.10

Distribusi Hujan..

12

2.11

Hidrograf Sintetik Nakayasu

13

BAB III METODE PENELITIAN..

17

3.1

Lokasi Kegiatan..

17

3.2

Jenis Data.

19

3.3

Diagram Alir Analisis..

20

BAB IV HASIL...

21

4.1

Data Curah Hujan Tahunan.

21

4.2

Uji RAPS

22

4.3

Hujan Rata-rata Daerah.

23

4.4

Uji Distribusi Frekuensi Data Hujan.

24

4.5

Perhitungan Hujan Rancangan (Gumbel).

25

4.6

Perhitungan Hujan Rancangan (Log Pearson Type III)

26

4.7

Perbandingan Nilai Curah Hujan Rancangan

27

4.8

Hujan Rencana dan Debit Banjir Rancangan DAS Tukad Medewi..

28

4.9

Hujan Rencana dan Debit Banjir Rancangan DAS Tukad Yeh Embang..

29

4.10

Hujan Rencana dan Debit Banjir Rancangan DAS Tukad Sowan Perancak..

30

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Analisa hidrologi bertujuan untuk mengatasi permasalahan banjir yang

sering melanda Kawasan Hilir Tukad Medewi, Tukad Yeh Embang dan Tukad
Sowan Perancak.
Dalam kegiatan tersebut salah satu pekerjaan utama yang dilakukan
adalah analisa debit banjir rencana. Dari hasil analisa inilah akan dapat
diperkirakan besarnya debit banjir puncak yang terjadi sehingga dari hal tersebut
dapat dipertimbangkan alternatif perencanaan yang dilakukan dalam hal
mengatasi masalah banjir itu sendiri.
1.2

Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui besarnya debit banjir

rencana yang ada di Kawasan Hilir Tukad Medewi, Tukad Yeh Embang dan
Tukad Sowan Perancak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Ketersediaan Data
Data hujan yang didapat dari stasiun-stasiun pengukuran berupa data hujan

di suatu titik tertentu (point rainfall), sedangkan untuk keperluan analisis, yang
diperlukan adalah data curah hujan wilayah aliran (areal rainfall/catchment
rainfall). Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya.
Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya. Ada 3 cara yang telah banyak digunakan yaitu, cara
rata-rata aljabar (arithmatic Mean Method), Poligon Thiessen (Thiessen Polygon
Method) dan Isohiet (Isohyetal Method).

2.2

Uji Konsistensi Data Hujan


Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus melewati pengujian

untuk kekonsistenan data tersebut. Metode yang digunakan adalah metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Uji konsistensi dilakukan
terhadap data curah hujan tahunan dengan tujuan untuk mengetahui adanya
penyimpangan data hujan, sehingga dapat disimpulkan apakah data tersebut layak
dipakai dalam analisa hidrologi atau tidak.
Pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri
yaitu pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi
dengan akar komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya,
lebih jelas lagi bisa dilihat pada rumus dibawah:

S0 0
k

Sk Yi Y

dengan k = 1,2,3,...,n

i 1

Sk

Sk
Dy

Y
n

D 2y

i 1

nilai statistik Q dan R

Sk

Q=

maks

untuk 0 k n

R=

maks S k - min

S
k

Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan
R/n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan R/n syarat,
jika lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten.

2.3

Curah Hujan Rata-Rata Daerah


Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah hujan titik (point

rainfall). Dalam analisa selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan
rerata daerah.
2.4

Uji Distribusi Frekuensi


Tujuan dari analisis frekuensi curah hujan ini adalah untuk memperoleh

curah hujan dengan beberapa perioda ulang. Pada analisis ini digunakan beberapa
metoda untuk memperkirakan curah hujan dengan periode ulang tertentu.
Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat
karakteristik distribusi hujan daerah setempat. Periode ulang yang akan dihitung
pada masing-masing metode adalah untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100
tahun. Metode yang dipilih adalah metode distribusi gumbel
Dari perhitungan distribusi-distribusi di atas akan diperoleh hasil yang
berbeda-beda, oleh karena itu perlu dilakukan test untuk menentukan hasil yang
terbaik, yaitu yang memiliki penyimpangan terkecil. Ada dua metode pemeriksaan
kesesuaian yang lazim di pakai yaitu metode Chi-Square Test (X2 test) dan
metode Smirnov-Kolmogorof. Hasil perhitungan dari kedua metode tersebut
selanjutnya dibandingkan dan dipilih yang memiliki penyimpangan terkecil.

2.4.1 Metode Chi-Square Test


Metode ini hanya cocok digunakan untuk memeriksa data pengamatan
yang banyak, Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
X2

(Ef Of) 2
Ef

dimana :
X2

= harga Chi kuadrat

Ef

= Frekuensi (banyaknya pengamatan yang diharapkan, sesuai


pembagian kelasnya)

Of

= Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

Nilai X2 yang terdapat ini harus lebih kecil dari nilai X2 Cr (Chi-kuadrat
kritik) yang didapat dari tabel, untuk suatu derajad nyata tertentu (level of
significance), yang sering diambil sebesar 5%. Derajat kebebasan ini secara
umum dapat dihitung dengan:
DK = k (P + 1)
Dimana :
DK

= derajat kebebasan (number of degree of freedom)

= banyaknya kelas (grup)

= banyaknya keterikatan (constrain) atau sama dengan parameter,


yang untuk distribusi Chi-kuadrat = 2

Urutan Pemeriksaan kesesuaian distribusi adalah sebagai berikut:


1)

Urutkan data pengamatan dari kecil ke besar atau sebaliknnya.

2)

Kelompokkan data pengamatan menjadi beberapa k kelas interval


(nilai k cukup diambil = 5)

3)

Catat frekwensi data pengamatan pada setiap kelas interval (Of)

4)

Hitung frekwensi kejadian yang diharapkan, sesuai pembagian


kelasnya. (Ef)

5)

Hitung nilai X2
4

6)

Tetapkan nilai derajad kebebasan DK

7)

Tetapkan tingkat kepercayaan (confidence level, misal 95%)

8)

Cari X2 kritis pada tabel harga kritis Chi-Square

9)

Bandingkan X2 hitungan dengan X2kritis, bila X2 hitungan <


X2kritis, berarti metode distribusi yang diperiksa dapat diterima.

2.4.2 Metode Smirnov-Kolmogorof


Untuk menghindari hilangnya informasi data pada Chi-Square Test akibat
pengelompokan data dalam kelas-kelas interval, ada beberapa metode lain yang
telah dikembangkan. Salah satu metode yang sering digunakan adalah
Kolmogorov- Smirnov Test (1933).
Pengujian kecocokan distribusi dapat dilakukan lebih sederhana dengan
membandingkan probabilitas untuk semua varian, dari ditribusi empiris dan
teoritisnya akan terdapat perbedaan ( ) tertentu. Berdasarkan persamaan
Smirnov dan Kolmogorov:
P

max P(X) P(Xi)

cr

Apabila nilai max yang terbaca pada kertas kemungkinan ( cr yang


didapat dari tabel kritis untuk Tes Smirnov Kolmogorov) Untuk derajat nyata
(level of significance) dan banyaknya varian yang tertentu, maka dapat
disimpulkan bahwa penyimpangan yang terjadi hanya karena kesalahan-kesalahan
yang terjadi secara kebetulan (by chance). Urutan test ini adalah sebagai berikut:
1) Susun data curah hujan harian rerata tiap tahun dari kecil ke besar
atau sebaliknya
2) Hitung probabilitas untuk masing-masing data hujan dengan
persamaan Weibull sebagai berikut
P

m
x100%
n 1

dimana :
P = Probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri data yang telah disusun

= banyak data

3) Gambarkan (plot) distribusi empiris maupun distribusi teoritis pada


kertas grafik probabilitas yang sesuai
4) Kemudian cari harga mutlak perbedaan maksimum antara
distribusi empiris (P empiris) dengan distribusi teoritis (P
teoritis).

= maksimum | P teoritis P empiris|


5) Berdasarkan tabel nilai kritis (Smirnov-Kolmogorov test)
tentukan nilai kritis seperti pada tabel 2.11.
Apabila kritis , maka distirbusi teroritisnya dapat diterima dan bila terjadi
sebaliknya maka distribusi teoritisnya tidak dapat diterima.
2.5

Curah Hujan Rencana


Curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan dengan suatu

kemungkinan periode ulang tertentu.


Metode analisis hujan rancangan tersebut pemilihannya sangat tergantung
dari kesesuaian parameter statistik dari data yang bersangkutan, atau dipilih
berdasarkan pertimbangan teknis lainnya, seperti jenis ketersediaan data, panjang
deret data, jumlah parameter ketersediaan data hidrologi.
2.6

Analisis Hujan Rencana


Metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan rancangan adalah

Metode EJ Gumbel dan Log Pearson Type III. Nilai curah hujan rancangan yang
terbesar dari ke dua metode ini menjadi pendekatan berikutnya:
2.6.1 Metode E.J Gumbell
Untuk menghitung curah hujan rancangan dengan metode EJ Gumbell
Type I, digunakan persamaan persamaan sebagai berikut:
X = X + S.K
Dimana

: Harga rata rata curah sampel

: Simpangan baku sampel

: Faktor frekuensi

faktor frekuensi K dihitung dengan rumus berikut ini :


dimana :
K : faktor frekuensi
YT

: Reduced variate

Yn

: Reduced mean sesuai dengan jumlah data

Sn

: Reduced standard deviation sesuai dengan jumlah data

Nilai Sn dan Yn dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 2.1 Hubungan Reduced Mean Yn Dengan Besarnya sample n
n
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Yn
0,4952
0,4996
0,5035
0,5070
0,5100
0,5128
0,5157
0,5181
0,5202
0,5220
0,5236
0,5252
0,5268
0,5283
0,5296
0,5309
0,5320
0,5332

n
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51

Yn
0,5396
0,5402
0,5410
0,5418
0,5424
0,5430
0,5436
0,5442
0,5448
0,5453
0,5458
0,5463
0,5468
0,5473
0,5477
0,5481
0,5485
0,5489

N
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

Yn
0,5515
0,5518
0,5521
0,5524
0,5527
0,5530
0,5533
0,5535
0,5538
0,5540
0,5543
0,5545
0,5548
0,5550
0,5552
0,5555
0,5557
0,5559

n
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99

Yn
0,5572
0,5574
0,5576
0,5578
0,5580
0,5581
0,5583
0,5585
0,5586
0,5587
0,5589
0,5591
0,5592
0,5593
0,5595
0,5596
0,5598
0,5599

28
29
30
31
32
33

0,5343
0,5353
0,5362
0,5371
0,5380
0,5388

52
53
54
55
56
57

0,5493
0,5497
0,5501
0,5504
0,5508
0,5511

76
77
78
79
80
81

0,5561
0,5563
0,5565
0,5567
0,5569
0,5570

100

0,5600

Sumber: Soemarto, CD, 1986: 23

Tabel 2.2.Hubungan Reduced Standard Deviation Sn dengan besarnya Sample n


n
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Sn
0,9496
0,9676
0,9833
0,9971
1,0095
1,0206
1,0316
1,0411
1,0493
1,0565
1,0628
1,0696
1,0754
1,0811
1,0864
1,0915
1,0961
1,1004
1,1047
1,1086
1,1124
1,1159
1,1193

n
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

Sn
1,1226
1,1255
1,1285
1,1313
1,1339
1,1363
1,1388
1,1413
1,1436
1,1458
1,1480
1,1499
1,1519
1,1538
1,1557
1,1574
1,1590
1,1607
1,1623
1,1638
1,1658
1,1667
1,1681

N
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78

Sn
1,1696
1,1708
1,1721
1,1734
1,1747
1,1759
1,1770
1,1782
1,1793
1,1803
1,1814
1,1824
1,1834
1,1844
1,1854
1,1863
1,1873
1,1881
1,1890
1,1898
1,1906
1,1915
1,1923

n
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100

Sn
1,1930
1,1938
1,1945
1,1953
1,1959
1,1967
1,1973
1,1980
1,1987
1,1994
1,2001
1,2007
1,2013
1,2020
1,2026
1,2032
1,2038
1,2044
1,2049
1,2055
1,2060
1,2065

Sumber: Soemarto, CD, 1986: 237

Tabel 2.3. Tabel Reduksi Sebagai Fungsi dari Probabilitas


Tr

Reduce Variate

(Tahun)

(YT)

0.36651

1.99400

10

2.25037

20

2.97019

25

3.19853

50

3.90194

100

4.60015

200

5.29561

500

6.21361

1000

6.90726

2000

7.60065

5000

8.51709

10000

9.21029

20000

9.90346

50000

10.81977

100000

11.51292

Sumber : SK SNI M - 18 - 1989 - F : 17

2.6.2 Metode Log Pearson Type III


Untuk menghitung curah hujan rancangan dengan metode Log Pearson
Type III digunakan parameter parameter statistik sebagai berikut:
Harga rata rata
Standart deviasai
Koefisien kemencengan

Standar Deviasi dihitung dengan persamaan :


n

Si

LogXi
i 1

LogX LogXi
i 1

n 1

Koefisien kemencengan dihitung dengan persamaan :


n

Cs

LogXi LogX

i 1

n 1 n 2 Si2

Harga harga tersebut diatas disubtitusikan ke dalam persamaan :


Log X = LogX + K . Si
Dari dua perbandingan tersebut dipilih yang terbesar untuk perhitungan
selanjutnya.

2.7

Analisis Banjir Rancangan


Seperti yang telah diuraikan sebelumnya curah hujan yang jatuh diatas

daerah aliran sungai ( watershed ), mengalir lewat berbagai rute. Sebagian hujan
total menjadi limpasan langsung, yang terdiri dari limpasan permukaan dan
interflow ( aliran yang masuk ke dalam lapisan tipis dibawah permukaan tanah
dengan permeablitas rendah, dan akan keluar lagi ditempat yang lebih rendah dan
berubah menjadi limpasan permukan) aliran limpasan langsung termasuk proses
cepat, sedangkan aliran air tanah termasuk proses lambat.

10

Dikebanyakan daerah aliran sungai sebagian besar curah hujan akan


menjadi limpasan langsung. Aliran semacam ini dapat menghasilkan puncak
banjir yang tingi. Teori hidrograf satuan menghubungkan aliran semacam ini
dapat menghasilkan puncak banjir yang tinggi. Teori hidrograf satuan
menghubungkan hujan netto atau hujan efektif, yaitu sebagian hujan total yang
menyebabkan adanya limpasan permukaan dengan hidrograff limpasan langsung
sehingga merupakan sarana untuk menghitung hidrograf akibat hujan sebaran.
Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai sungai yang tidak ada atau
sedikit sekali dilakukan observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari
karakteristik atau parameter daerah pengaliran tersebut terlebih dahulu, misalnya
waktu untuk mencapai puncak hidrograf ( time to peak magnitude ), lebar dasar,
luas, kemiringan, panjang alur terpanjang ( lenght of the longest channel ),
koefisien limpasan ( runoff coeficient ) dan sebaginya.
2.8

Hujan Netto
Hujan netto adalah hujan total yang menghasilkan limpasan (direct run

off). Limpasan langsung ini terdiri atas limpasan permukaan (surface run off)
dan interflow (air yang masuk kedalam lapisan tipis di bawah permukaan tanah
dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi ditempat rendah dan berubah
menjadi limpasan permukaan). Dengan menganggap bahwa proses transformasi
hujan menjadi limpasan langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh
waktu, maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Rn = C x R
Dimana:
Rn =

Hujan netto

Koefisien limpasan

Intensitas curah hujan, dan hasil perhitungan hujan netto


disajikan pada tabel perhitungan.

2.9

Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi

daerah pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh di daerah tersebut.

11

Adapun kondisi dan karakteristik yang dimaksud adalah:


1. Keadaan hujan
2. Luas dan bentuk daerah aliran
3. Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai
4. Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
5. Kebasahan tanah
6. Suhu udara dan angin serta evaporasi dan
7. Tata guna tanah
Koefisien pengaliran yang disajikan pada tabel berikut, didasarkan dengan
suatu pertimbangan bahwa koefisien tersebut sangat tergantung pada faktor-faktor
fisik.
Tabel 2.1. Angka Koefisien Pengaliran
KONDISI DAS
KOEFISIEN PENGALIRAN (C)
Pegunungan Curam

0,75 0,90

Pegunungan Tersier

0,70 0,80

Tanah berelief berat dan berhutan kayu

0,50 0,75

Dataran pertanian

0,45 0,60

Dataran sawah irigasi

0,70 0,80

Sungai di pegunungan

0,75 0,85

Sungai di dataran rendah

0,45 0,75

Sungai besar yang sebagian alirannya berada


di dataran rendah

0,50 0,75

Sumber: Suyono Sosrodarsono, 1980


2.10

Distribusi Hujan
Untuk menjadikan curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan

diperlukan curah hujan jam jaman. Pada umumnya data hujan yang tersedia
pada suatu satasiun meteorologi adalah data hujan harian. Yaitu data yang tercatat
secara komulatif selama 24 jam.

12

2.11

Hidrograf Sintetik Nakayasu


Untuk menentukan hidrograf satuan Daerah Aliran Sungai akan

dipergunakan Metode Nakayasu. Dimana pendekatan tersebut akan dipilih yang


sesuai dengan karakteristik banjir di sungai yang bersangkutan. Karena data curah
hujan yang diselidiki pada masing masing stasiun curah hujan perjamnya tidak
ada, maka diambil suatu asumsi bahwa hujan harian yang terjadi terpusat selama 5
jam setiap harinya.
Penggunaan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, diperlukan
beberapa karakteristik parameter daerah alirannya, seperti:
1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time to
peak magnitude)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time
log)
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4. Luas daerah aliran
5. Panjang aliran sungai terpanjang (length of the longest channel)
6. Koefisien pengaliran
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah:

QP

1
A.Ro

3.6 0.3 Tp T0.3

Dimana:
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak
Untuk menentukan Tp dan T

0,3

digunakan pendekatan rumus, sebagai

berikut:

13

Tp

= Tg + 0,8 Tr

T 0,3

= x Tg

Dimana :
Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir
(jam) Tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
Sungai dengan panjang lebih dari 15 km maka
Tg

= 0,40 + 0,058 L

Sungai dengan panjang kurang dari 15 km, maka


Tg

= 0,21 L 0,70

L = panjang sungai
Persamaan satuan hidrograf adalah:
Pada waktu naik
0 t Tp

t
Qt Qmaks
Tp

24

Pada Kurva Turun:


a. Tp t (Tp + T 0,3)

Qt Qmaks.0,3

t Tp

T
0,3

b. (Tp + T0,3 ) t (Tp + T0,3 + T0,3 2)

Qt = Qmaks x 0,3

Tp 0,5.T
0,3
1,5T

0,3

c. t (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

14

t Tp 1,5.T

0,3

2.T

0,3

Qt = Q maks x 0,3
Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, oleh karena itu dalam
penerapannya terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan
parameter-parameter yang sesuai dengan tipe dan pola distribusi hujan agar
didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan hidrograf banjir yang
diamati.
Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk
berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Qk = U1 Ri + U2Ri-1 + U3 Ri-2 + . + Un Ri-n-1 + Bf
Dimana:
Qk

Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k

Un

Ordinat hidrograf satuan

Ri

hujan netto pada jam ke-1

Bf

aliran dasar (base flow)

Panjang sungai ( L ) rumus yang digunakan untuk menghitung Tg adalah sebagai


berikut:
Tg = 0,21 L 0,70
Tr

= 1 * Tg

Tp = Tg + 0.8 * Tr
Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit banjir, dihitung berdasarkan
rumus berikut, dengan mengambil nilai = 2
T0.3 = . Tg
Menentukan debit puncak banjir untuk Ro = 1 mm, dengan metode unit
hidrograf Nakayasu, rumus yang digunakan adalah:

15

Q max

1
A.Ro

3.6 0.3Tp T0.3

Selanjutnya dilakukan perhitungan hidrograf banjir rencana untuk


berbagai kala ulang.

16

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan studi ini adalah di Kawasan Hilir Tukad Medewi, Tukad

Yeh Embang dan Tukad Sowan Perancak seperti gambar di bawah:

17

18
Gambar 3.1 Lokasi Daerah Studi

3.2

Jenis Data
Pengumpulan data sekunder pada kegiatan ini diambil dari:
1. Badan Meteorologi dan Geofisika
2. BWS Bali penida.
Data hujan yang didapat dari stasiun-stasiun pengukuran berupa data

hujan di suatu titik tertentu (point rainfall), sedangkan untuk keperluan analisis,
yang diperlukan adalah data curah hujan wilayah aliran (areal rainfall/catchmaent
rainfall). Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya.
Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya. Ada 3 cara yang telah banyak digunakan yaitu, cara
rata-rata aljabar (arithmatic Mean Method), Poligon Thiessen (Thiessen Polygon
Method) dan Isohiet (Isohyetal Method).

19

3.3

Diagram Alir Analisis

Data Curah Hujan


(Stasiun)

Data DAS

Analisis Frekuensi

Cari Fungsi
Parameter DAS
(Qp, Tb, Tp, dll)
dengan Nakayasu

Curah Hujan
Rencana

Unit Hidrograf
Satuan

Hujan Jam-jam:
Mononobe,
Ishiguro, Talbot

Banjir Rencana

Gambar 3.2 Bagan Alir Analisis Banjir dengan Ketersediaan Data Hujan dan DAS

20

Anda mungkin juga menyukai