BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2.1
Ketersediaan Data
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
10
2.7
10
2.8
Hujan Netto.
11
2.9
Koefisien Pengaliran..
11
2.10
Distribusi Hujan..
12
2.11
13
17
3.1
Lokasi Kegiatan..
17
3.2
Jenis Data.
19
3.3
20
BAB IV HASIL...
21
4.1
21
4.2
Uji RAPS
22
4.3
23
4.4
24
4.5
25
4.6
26
4.7
27
4.8
28
4.9
Hujan Rencana dan Debit Banjir Rancangan DAS Tukad Yeh Embang..
29
4.10
Hujan Rencana dan Debit Banjir Rancangan DAS Tukad Sowan Perancak..
30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Analisa hidrologi bertujuan untuk mengatasi permasalahan banjir yang
sering melanda Kawasan Hilir Tukad Medewi, Tukad Yeh Embang dan Tukad
Sowan Perancak.
Dalam kegiatan tersebut salah satu pekerjaan utama yang dilakukan
adalah analisa debit banjir rencana. Dari hasil analisa inilah akan dapat
diperkirakan besarnya debit banjir puncak yang terjadi sehingga dari hal tersebut
dapat dipertimbangkan alternatif perencanaan yang dilakukan dalam hal
mengatasi masalah banjir itu sendiri.
1.2
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui besarnya debit banjir
rencana yang ada di Kawasan Hilir Tukad Medewi, Tukad Yeh Embang dan
Tukad Sowan Perancak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ketersediaan Data
Data hujan yang didapat dari stasiun-stasiun pengukuran berupa data hujan
di suatu titik tertentu (point rainfall), sedangkan untuk keperluan analisis, yang
diperlukan adalah data curah hujan wilayah aliran (areal rainfall/catchment
rainfall). Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya.
Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya. Ada 3 cara yang telah banyak digunakan yaitu, cara
rata-rata aljabar (arithmatic Mean Method), Poligon Thiessen (Thiessen Polygon
Method) dan Isohiet (Isohyetal Method).
2.2
untuk kekonsistenan data tersebut. Metode yang digunakan adalah metode RAPS
(Rescaled Adjusted Partial Sums) (Buishand,1982). Uji konsistensi dilakukan
terhadap data curah hujan tahunan dengan tujuan untuk mengetahui adanya
penyimpangan data hujan, sehingga dapat disimpulkan apakah data tersebut layak
dipakai dalam analisa hidrologi atau tidak.
Pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri
yaitu pengujian dengan komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi
dengan akar komulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya,
lebih jelas lagi bisa dilihat pada rumus dibawah:
S0 0
k
Sk Yi Y
dengan k = 1,2,3,...,n
i 1
Sk
Sk
Dy
Y
n
D 2y
i 1
Sk
Q=
maks
untuk 0 k n
R=
maks S k - min
S
k
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/n dan
R/n. Hasil yang di dapat dibandingkan dengan nilai Q/n syarat dan R/n syarat,
jika lebih kecil maka data masih dalam batasan konsisten.
2.3
rainfall). Dalam analisa selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan
rerata daerah.
2.4
curah hujan dengan beberapa perioda ulang. Pada analisis ini digunakan beberapa
metoda untuk memperkirakan curah hujan dengan periode ulang tertentu.
Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat
karakteristik distribusi hujan daerah setempat. Periode ulang yang akan dihitung
pada masing-masing metode adalah untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100
tahun. Metode yang dipilih adalah metode distribusi gumbel
Dari perhitungan distribusi-distribusi di atas akan diperoleh hasil yang
berbeda-beda, oleh karena itu perlu dilakukan test untuk menentukan hasil yang
terbaik, yaitu yang memiliki penyimpangan terkecil. Ada dua metode pemeriksaan
kesesuaian yang lazim di pakai yaitu metode Chi-Square Test (X2 test) dan
metode Smirnov-Kolmogorof. Hasil perhitungan dari kedua metode tersebut
selanjutnya dibandingkan dan dipilih yang memiliki penyimpangan terkecil.
(Ef Of) 2
Ef
dimana :
X2
Ef
Of
Nilai X2 yang terdapat ini harus lebih kecil dari nilai X2 Cr (Chi-kuadrat
kritik) yang didapat dari tabel, untuk suatu derajad nyata tertentu (level of
significance), yang sering diambil sebesar 5%. Derajat kebebasan ini secara
umum dapat dihitung dengan:
DK = k (P + 1)
Dimana :
DK
2)
3)
4)
5)
Hitung nilai X2
4
6)
7)
8)
9)
cr
m
x100%
n 1
dimana :
P = Probabilitas (%)
m = nomor urut data dari seri data yang telah disusun
= banyak data
Metode EJ Gumbel dan Log Pearson Type III. Nilai curah hujan rancangan yang
terbesar dari ke dua metode ini menjadi pendekatan berikutnya:
2.6.1 Metode E.J Gumbell
Untuk menghitung curah hujan rancangan dengan metode EJ Gumbell
Type I, digunakan persamaan persamaan sebagai berikut:
X = X + S.K
Dimana
: Faktor frekuensi
: Reduced variate
Yn
Sn
Yn
0,4952
0,4996
0,5035
0,5070
0,5100
0,5128
0,5157
0,5181
0,5202
0,5220
0,5236
0,5252
0,5268
0,5283
0,5296
0,5309
0,5320
0,5332
n
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Yn
0,5396
0,5402
0,5410
0,5418
0,5424
0,5430
0,5436
0,5442
0,5448
0,5453
0,5458
0,5463
0,5468
0,5473
0,5477
0,5481
0,5485
0,5489
N
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
Yn
0,5515
0,5518
0,5521
0,5524
0,5527
0,5530
0,5533
0,5535
0,5538
0,5540
0,5543
0,5545
0,5548
0,5550
0,5552
0,5555
0,5557
0,5559
n
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
Yn
0,5572
0,5574
0,5576
0,5578
0,5580
0,5581
0,5583
0,5585
0,5586
0,5587
0,5589
0,5591
0,5592
0,5593
0,5595
0,5596
0,5598
0,5599
28
29
30
31
32
33
0,5343
0,5353
0,5362
0,5371
0,5380
0,5388
52
53
54
55
56
57
0,5493
0,5497
0,5501
0,5504
0,5508
0,5511
76
77
78
79
80
81
0,5561
0,5563
0,5565
0,5567
0,5569
0,5570
100
0,5600
Sn
0,9496
0,9676
0,9833
0,9971
1,0095
1,0206
1,0316
1,0411
1,0493
1,0565
1,0628
1,0696
1,0754
1,0811
1,0864
1,0915
1,0961
1,1004
1,1047
1,1086
1,1124
1,1159
1,1193
n
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
Sn
1,1226
1,1255
1,1285
1,1313
1,1339
1,1363
1,1388
1,1413
1,1436
1,1458
1,1480
1,1499
1,1519
1,1538
1,1557
1,1574
1,1590
1,1607
1,1623
1,1638
1,1658
1,1667
1,1681
N
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
Sn
1,1696
1,1708
1,1721
1,1734
1,1747
1,1759
1,1770
1,1782
1,1793
1,1803
1,1814
1,1824
1,1834
1,1844
1,1854
1,1863
1,1873
1,1881
1,1890
1,1898
1,1906
1,1915
1,1923
n
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
Sn
1,1930
1,1938
1,1945
1,1953
1,1959
1,1967
1,1973
1,1980
1,1987
1,1994
1,2001
1,2007
1,2013
1,2020
1,2026
1,2032
1,2038
1,2044
1,2049
1,2055
1,2060
1,2065
Reduce Variate
(Tahun)
(YT)
0.36651
1.99400
10
2.25037
20
2.97019
25
3.19853
50
3.90194
100
4.60015
200
5.29561
500
6.21361
1000
6.90726
2000
7.60065
5000
8.51709
10000
9.21029
20000
9.90346
50000
10.81977
100000
11.51292
Si
LogXi
i 1
LogX LogXi
i 1
n 1
Cs
LogXi LogX
i 1
n 1 n 2 Si2
2.7
daerah aliran sungai ( watershed ), mengalir lewat berbagai rute. Sebagian hujan
total menjadi limpasan langsung, yang terdiri dari limpasan permukaan dan
interflow ( aliran yang masuk ke dalam lapisan tipis dibawah permukaan tanah
dengan permeablitas rendah, dan akan keluar lagi ditempat yang lebih rendah dan
berubah menjadi limpasan permukan) aliran limpasan langsung termasuk proses
cepat, sedangkan aliran air tanah termasuk proses lambat.
10
Hujan Netto
Hujan netto adalah hujan total yang menghasilkan limpasan (direct run
off). Limpasan langsung ini terdiri atas limpasan permukaan (surface run off)
dan interflow (air yang masuk kedalam lapisan tipis di bawah permukaan tanah
dengan permeabilitas rendah, yang keluar lagi ditempat rendah dan berubah
menjadi limpasan permukaan). Dengan menganggap bahwa proses transformasi
hujan menjadi limpasan langsung mengikuti proses linier dan tidak berubah oleh
waktu, maka hujan netto (Rn) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Rn = C x R
Dimana:
Rn =
Hujan netto
Koefisien limpasan
2.9
Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu variabel yang didasarkan pada kondisi
11
0,75 0,90
Pegunungan Tersier
0,70 0,80
0,50 0,75
Dataran pertanian
0,45 0,60
0,70 0,80
Sungai di pegunungan
0,75 0,85
0,45 0,75
0,50 0,75
Distribusi Hujan
Untuk menjadikan curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan
diperlukan curah hujan jam jaman. Pada umumnya data hujan yang tersedia
pada suatu satasiun meteorologi adalah data hujan harian. Yaitu data yang tercatat
secara komulatif selama 24 jam.
12
2.11
QP
1
A.Ro
Dimana:
Qp = debit puncak banjir (m3/det)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T 0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak
Untuk menentukan Tp dan T
0,3
berikut:
13
Tp
= Tg + 0,8 Tr
T 0,3
= x Tg
Dimana :
Tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir
(jam) Tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
Sungai dengan panjang lebih dari 15 km maka
Tg
= 0,40 + 0,058 L
= 0,21 L 0,70
L = panjang sungai
Persamaan satuan hidrograf adalah:
Pada waktu naik
0 t Tp
t
Qt Qmaks
Tp
24
Qt Qmaks.0,3
t Tp
T
0,3
Qt = Qmaks x 0,3
Tp 0,5.T
0,3
1,5T
0,3
14
t Tp 1,5.T
0,3
2.T
0,3
Qt = Q maks x 0,3
Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, oleh karena itu dalam
penerapannya terhadap suatu daerah aliran harus didahului dengan pemilihan
parameter-parameter yang sesuai dengan tipe dan pola distribusi hujan agar
didapatkan suatu pola hidrograf yang mendekati dengan hidrograf banjir yang
diamati.
Dengan telah dihitungnya hidrograf satuan, maka hidrograf banjir untuk
berbagai kala ulang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Qk = U1 Ri + U2Ri-1 + U3 Ri-2 + . + Un Ri-n-1 + Bf
Dimana:
Qk
Un
Ri
Bf
= 1 * Tg
Tp = Tg + 0.8 * Tr
Waktu yang diperlukan untuk penurunan debit banjir, dihitung berdasarkan
rumus berikut, dengan mengambil nilai = 2
T0.3 = . Tg
Menentukan debit puncak banjir untuk Ro = 1 mm, dengan metode unit
hidrograf Nakayasu, rumus yang digunakan adalah:
15
Q max
1
A.Ro
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan studi ini adalah di Kawasan Hilir Tukad Medewi, Tukad
17
18
Gambar 3.1 Lokasi Daerah Studi
3.2
Jenis Data
Pengumpulan data sekunder pada kegiatan ini diambil dari:
1. Badan Meteorologi dan Geofisika
2. BWS Bali penida.
Data hujan yang didapat dari stasiun-stasiun pengukuran berupa data
hujan di suatu titik tertentu (point rainfall), sedangkan untuk keperluan analisis,
yang diperlukan adalah data curah hujan wilayah aliran (areal rainfall/catchmaent
rainfall). Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya.
Untuk mendapatkan data curah hujan wilayah adalah dengan mengambil
data curah hujan rata-ratanya. Ada 3 cara yang telah banyak digunakan yaitu, cara
rata-rata aljabar (arithmatic Mean Method), Poligon Thiessen (Thiessen Polygon
Method) dan Isohiet (Isohyetal Method).
19
3.3
Data DAS
Analisis Frekuensi
Cari Fungsi
Parameter DAS
(Qp, Tb, Tp, dll)
dengan Nakayasu
Curah Hujan
Rencana
Unit Hidrograf
Satuan
Hujan Jam-jam:
Mononobe,
Ishiguro, Talbot
Banjir Rencana
Gambar 3.2 Bagan Alir Analisis Banjir dengan Ketersediaan Data Hujan dan DAS
20