BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Inisiasi Menyusu Dini
a. Definisi
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu
dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau
merangkak mencari payudara (Roesli, 2008, p.3). Jika bayi baru lahir
segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke
kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi
akan melalui lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum ia
berhasil menyusui (Saleha, 2009, p.28).
b. Tahapan inisiasi menyusu dini
Menurut (Roesli, 2008, p.17-19)
1) Dalam 30 menit pertama: Stadium istirahat atau diam dalam keadaan
siaga (rest/quite alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali
matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istimewa ini
merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke
keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini
merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini
meningkatkan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui
10
11
a) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain
kering.
b) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong,
lalu diikat.
c) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan
selimut bayi.
d) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi
kontak dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding)
untuk beberapa lama (10-15 menit)atau sampai tenaga kesehatan
selesai menjahit perinium .
e) Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara
memasukkan puting susu ibu kemulut bayi.
f) Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan
(recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh
ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
2) Inisiasai Menyusu Dini yang Dianjurkan
Berikut ini adalah langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini
yang dianjurkan.
a) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain
kering.
b) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali
kedua tangannya.
c) Tali pusat dipotong, lalu diikat.
12
13
6) Lendir cukup dilap dengan kain bersih. Hindari isap lendir di dalam
mulut atau mulut bayi karena penghisap dapat merusak selaput lendir
hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.
7) Lakukan rangsang taktil dengan menepuk atau menyentil telapak
kaki. Menggosok punggung , perut, dada atau tungkai bayi dengan
telapak tangan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi serta
membantu bayi dapat bernapas lebih baik.
8) Setelah satu menit mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali
uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal) kemudian suntikan intramuskular 10 UI oksitosin pada ibu.
Biarkan bayi di atas handuk atau kain bersih di perut ibu.
Langkah 2
Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam
1) Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan tali pusat
dengan klem pada sekitar 3 cm pada dinding perut bayi. Dari titik
jepitan, tekan tali pusat dengan 2 jari, kemudian dorong isi tali pusat
ke arah ibu. Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat
jepitan pertama pada sisi ibu. Pemotongan tali pusat ditunda sampai
tali pusat berhenti berdenyut agar nutrien dan oksigen yang mengalir
dari plasenta ibu ke bayi lebih optimal.
2) Kemudian pegang tali pusat di antara dua klem tersebut. Satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, dan tangan yang
lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
14
3) Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut
bayi dengan tali yang steril. Lingkarkan tali di sekeliling puntung tali
pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati di bagian
yang berlawanan.
4) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara
payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting.
5) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
di kepala bayi.
6) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.
Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah
kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil
melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit
7) Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi
menyusu.
8) Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan langkah manajemen
aktif kala3 persalinan.
Langkah 3
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu
1) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu
2) Anjurkan ibu dan orang lain untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
15
16
17
(10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik
selama beberapa jam pertama hidupnya
2) Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu
a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu
b) Oksitosin :
(1) Membantu kontraksi uterus sehingga perdarahan pasca
persalinan lebih rendah
(2) Merangsang pengeluaran kolostrum
(3) Penting untuk kelekatan hubungan ibu dan bayi
(4) Ibu lebih tenang dan lebih tidak merasa nyeri pada saat
plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya
c) Prolaktin :
(1) Meningkatkan produksi ASI
(2) Membantu ibu mengatasi stres. Mengatasi stres adalah fungsi
oksitosin.
(3) Mendorong ibu untuk tidur dan relaksasi setelah bayi selesai
menyusu
(4) Menunda ovulasi
3) Keuntungan menyusu dini untuk bayi
a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal agar kolostrum
segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
b) Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera
kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
18
c) Meningkatkan kecerdasan
d) Membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan napas
e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
f) Mencegah kehilangan panas
g) Merangsang kolostrum segera keluar
4) Keuntungan menyusu dini untuk ibu
a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin
b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI
c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi
5) Memulai menyusu dini akan
a) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah
b) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan
meningkatkan lamanya bayi disusui
c) Merangsang produksi susu
d) Memperkuat reflek menghisap bayi. Reflek menghisap awal pada
bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir
e. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri
(Menurut Roesli, 2008,
setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama penting
dalam kehidupan:
1) Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan
(hypothermia).
19
2) Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan letak jantung bayi
lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi
pemakaian energi.
3) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari
kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri
baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak
membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat
dari lingkungan.
4) Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik
karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu,
biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
5) Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan
berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan energi lebih
awal.
6) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui
eksklusif dan akan lebih lama disusui.
7) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting
susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu
merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
8) Bayi mendapatkan ASI kolostrum-ASI yang pertama kali keluar.
Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift on life. Bayi yang
diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan
20
infeksi,
penting
untuk
pertumbuhan
usus,
bahkan
21
22
23
24
inisiasi
menyusu
dini,
persentase
yang
masih
menyusunya hanya 19% untuk bayi usia enam bulan dan 8% untuk
bayi usia 12 bulan. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini akan
delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif. Berarti bayi
yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini akan lebih mungkin
disusui sampai usia 2 tahun bahkan lebih.
3) Membantu Mengurangi Angka Kematian Anak Balita
Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir
(dibawah satu bulan). Menurut The World Health Report 2005, angka
kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran
hidup. Sekitar 20 per 1.000 x 5 juta = 246 bayi meninggal dan
kematian balita 46 per 1.000 kelahiran hidup atau 430 balita
meninggal setiap tahun. Berdasarkan
enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan
meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia
dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 480%.
Adapun peran inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut:
25
26
2. Nifas
a. Definisi
Adalah yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira
6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Sarwono, 2007, p.237).
Masa nifas dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan yang normal (ambarwati dan wulandari,
2009, p.1).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan placenta keluar lepas dari
rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertaidengan pulihnya
kembali
organ-organ
yang berkaitan
dengan
kandungan,
yang
tahapan-tahapan
masa
nifas
(post
partum
atau
27
Waktu 0-24 jam post partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium Intermedial (early puerperium)
Waktu 1-7 hari post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium (later puerperium)
Waktu 1-6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu,
bulan atau tahun.
c. Perubahan psikologi pada masa nifas
Menurut (Anggaini, 2010, p.80-81) Reva
28
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 2-4 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir
akan
3. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang
melakukan
Penginderaan
penginderaan
terjadi
melalui
terhadap
pancaindra
suatu
objek
manusia,
tertentu.
yakni
indra
29
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
30
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek
yang dipelajari. Misalnya : dapat menjelaskan mengapa harus
dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus
statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus
yang diberikan.
4) Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
31
seperti
suatu
yang
merencanakan,
ada.
dapat
Misalnya,
meringkas,
dapat
dapat
menyusun,
menyesuaikan,
dapat
dan
p.11)
32
mungkin
sebelum
adanya
kebudayaan,
peradaban.
Apabila
menggunakan
kemungkinan
dalam
memecahkan
33
otoritas,
tanpa
terlebih
dulu
menguji
atau
kembali
pengalaman
yang
diperoleh
dalam
34
mampu
menggunakan
pengetahuannya.
penalarannya
dalam
memperoleh
35
disimpulkan
ekonomi
dapat
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan seseorang.
4) Hubungan social
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara
kontinyu akan dapat lebih besar mendapatkan informasi. Dengan
demikian sosial akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
5) Pengalaman
Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangan sering
mengikuti kegiatan yang mendidik misalnya seminar.
6) Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan masyarakat serta lingkungan.
36
e. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat
pengetahuan yang diukur (Notoatmodjo, 2003, p.124).
4. Pendidikan
a. Definisi
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau
masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidik (Notoatmodjo 2007, p.19). Pendidikan adalah proses
belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik,
dan lebih matang pada individu, kelompok, atau masyarakat.
Pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Kadang-kadang bahan
pengajaran disamakan dengan pendidikan. Memang kedua pengertian itu
identik, karena proses belajar itu berada dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Dengan kata lain pendidikan itu dilihat secara makro
sedangkan pengajaran (proses belajar) itu dilihat secara mikro
(Notoatmodjo, 2003, p.36).
Pendidikan
adalah
usaha
sadar
untuk
mengembangkan
37
38
39
(4) Institut
(5) Universitas
c. Fungsi Pendidikan
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
bertujuan
untuk
40
5. Perilaku
a. Pengertian
Menurut skiner (1938) dalam (notoatmodjo 2007, p.133) perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan
dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons.
b. Macam perilaku
1) Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (cover). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu,
disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya:
seorang ibu nifas tahu pentingnya dilakukan inisiasi menyusu dini.
2) Perilaku terbuka (overt behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt
behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice) misalnya : seorang
41
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih
baik lagi.
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kasadaran,dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2007
p.140). Suatu contoh disini bahwa ibu nifas yang habis melahirkan
apabila di tanya tentang inisiasi menyusu dini atau kapan pemberian asi
42
secara dini tanpa ibu nifas tersebut mengetahui dan melihat secara
langsung bagaimana cara pelaksanaan inisiasi menyusu dini, maka
mereka tidak akan tahu, merasa takut untuk menyusui bayinya dan tidak
akan tahu kapan waktu yang tepat untuk pemberian inisiasi menyusu
dini.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003, p.1314) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu
maupun kelompok sebagai berikut:
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya: pemeriksaan
kesehatan bagi ibu nifas diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu
tersebut tentang manfaat pemeriksaan ibu nifas. Baik bagi kesehatan
ibu sendiri dan bayinya. Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan,
tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau
menghambat ibu untuk periksa masa nifasnya. Misalnya, orang yang
sudah melahirkan tidak perlu memeriksakan diri karena sudah
dianggap sudah tidak apa-apa. Faktor-faktor ini terutama yang positif
43
perilaku
44
petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undangundang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap
positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku,
contoh (acuan) dari para Toma, Toga, para Petugas, lebih-lebih para
Petugas Kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan
untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku ibu
bersalin, serta kemudahan memperoleh fasilitas persalinan, juga
diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan
ibu nifas perlu dilaksanakan inisiasi menyusu dini. Oleh sebab itu
intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis tiga faktor
penyebab (determinan) tersebut kemudian intervensinya juga
diarahkan terhadap tiga faktor tersebut. Pendekatan ini disebut model
preced, yakni: predispocing, reinforcing and enabling couse in
educational diagnosis and evaluation
45
B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat digunakan
kerangka teori sebagai berikut:
Faktor predisposisi
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Tradisi
5. Nilai-nilai
6. Tingkat Pendidikan
7. Tingkat sosial ekonomi
Faktor pendukung
Perilaku masalah
spesifik :
2. Keterjangkauan fasilitas
Pelaksanaan inisiasi
3. Ketersediaan pelayanan
menyusu dini
kesehatan
Faktor penguat
1. Sikap dan Perilaku Tokoh
Masyarakat
2. Sikap dan Perilaku Tokoh
Agama
3. Sikap dan Perilaku Petugas
Kesehatan
46
C. Kerangka Konsep
Kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2005 p.69).
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pelaksanaan
Pengetahuan
Inisiasi
Menyusu Dini
Pendidikan
Variabel Pengganggu
1. Sikap
2. Tingkat sosial ekonomi
3. Keterjangkauan fasilitas
Keterangan :
Variabel pengganggu tidak diukur
Skema 2.2 Kerangka konsep penelitian
47
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan
pembuktian untuk penegasan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau
harus ditolak, berdasarkan fakta atau ampiris yang telah dikumpulkan dalam
penelitian (Hidayat, 2007 p.45).
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pada ibu nifas dengan
pelaksanaan inisiasi menyusu dini
Ha : Ada hubungan antara pendidikan pada ibu nifas dengan pelaksanaan
inisiasi menyusu dini