Appendisitis/
Pasien
datang
jarum.
kumatan,
Nyeri
timbul
kumat-
jika
lapar,
juga
mengalami
mual,
memiliki
riwayat
obat
2. Objektif
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
TD
Nadi
RR
Suhu
: 160/100 mmHg
: 98 kali/menit
: 20 kali/menit
: 36,9C
Kepala
Mata
Leher
Thorax
Simetris, retraksi (-), spider nevi (-), tidak ada ketinggalan gerak, iktus
Abdomen
Ekstremitas
Superior: akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada deformitas dan edem
Inferior: akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada deformitas dan edem.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil
Interpretasi
Hemoglobin
Leukosit
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Golongan darah
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
Na
K
Cl
Ca
Asam Urat
Kolesterol total
Trigliseride
HDL
LDL
4 g/dL
10,6 x 103/ul
50 %
38 %
12 %
14,8 %
1,5 x 106/ul
292 x 103/ul
81 fL
30 pg
36 g/dL
B
30 U/L
31 U/L
79 mg/dL
1,8 mg/dL
144,18 mmol/L
3,48 mmol/L
112,47 mmol/L
1,08 mmol/L
8,2 mg/dL
171 mg/dL
133 mg/dL
40 mg/dL
103 mg/dL
Rendah
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Rendah
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Normal
3. Assessment
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan nyeri perut epigastrium
sudah 1 minggu. Keluhan ini disertai adanya mual namun tidak muntah, tidak
nafsu makan dan BAB hitam. Hal ini menandakan adanya perdarahan pada
saluran cerna terutama saluran cerna bagian atas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri tekan pada epigastrium yang menandakan adanya iritasi pada
organ gaster atau duodenum. Lalu keluhan nyeri yang muncul saat lapar dan
membaik ketika makan atau minum antasida kemudian setelah beberapa jam
mengeluh nyeri lagi, merupakan ciri khas nyeri pada penyakit tukak duodenum.
Selain itu pasien juga memiliki penyakit arthritis gout pada kedua kaki nya dan
memiliki kebiasaan meminum obat NSAID dan steroid yang merupakan faktor
resiko terjadinya ulkus peptikum disamping riwayat penyakit gastritis yang
diderita pasien. Tidak adanya keluhan demam, sklera ikterik, pembesaran hati
Ulkus Peptikum
Definisi
Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke
bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ulkus
(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak
pada setiap bagian saluran cerna yangterkena getah asam lambung, yaitu esofagus,
lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.
Etiologi
Faktor Agresif
1. Infeksi H. Pilori
H.pylori adalah bakteri gram negatif yang dapat hidup dalam suasana
asam dalam lambung/duodenum (antrum, korpus, dan bulbus), berbentuk kurva/Sshaped. Bakteri ini ditularkan secara feko-oral atau oral-oral. Pada lambung
terutama terkonsentrasi dalam antrum, berada pada lapisan mukus pada
permukaan epitel yang sewaktu-waktu dapat menembus sel-sel epitel. H.pylori
mengeluarkan sitotoksin yang secara langsung dapat merusak sel epitel mukosa
gastroduodenal. H.pylori juga melepaskan bermacam-macam enzim, seperti
urease, protease, lipase, dan fosfolipase. Urease memecah urea dalam lambung
6
menjadi amonia yang toksik terhadap sel-sel epitel, sedangkan protease dan
fosfolipase A2 menekan sekresi mukus yang menyebabkan daya tahan mukosa
menurun, merusak lapisan yang kaya lipid pada apikal sel epitel.
2. NSAID
Pemakaian obat antiinflamasi non steroid (OAINS) dan asam asetil
salisilat (ASA) secara kronik dan reguler dapat menyebabkan terjadinya risiko
perdarahan gastrointestinal 3 kali lipat. Pemakaian OAINS/ASA tidak hanya
menyebabkan kerusakan pada gastroduodenal, tetapi juga pada usus halus dan
usus besar berupa inflamasi, ulserasi, dan perforasi. Patogenesis terjadinya
kerusakan mukosa karena penggunaan OAINS/ASA adalah akibat efek
toksik/iritasi langsung pada mukosa. Selain itu, OAINS/ASA menghambat kerja
dari
enzim
siklooksigenase
(COX)
sehingga
menekan
produksi
Faktor Defensif
Gangguan pada satu atau beberapa faktor pertahanan mukosa,
menyebabkan daya tahan mukosa akan menurun sehingga mudah dirusak oleh
faktor agresif yang menyebabkan terjadinya tukak peptik. Ada tiga faktor
pertahanan yang berfungsi memelihara dayatahan mukosa gastroduodenal, yaitu:
1. Faktor Preepitel
7
a. Mukus/bikarbonat
yang
berguna
untuk
menahan
pengaruh
asam
lambung/pepsin.
b. Mucoid cap, yaitu suatu struktur yang terdiri dari mukus dan fibrin, yang
terbentuk sebagai respon terhadap rangsangan inflamasi.
c. Active surface phospholipid yang berperan untuk
meningkatkan
Patofisiologi
1. Infeksi H. Pilori
Helicobater pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk basil.
Bakteri ini pertama kali dapat dikultur tahun 1982 di Perth Australia. Pada tahun
1993 nama bakteri ini diganti menjadi Helicobacter Pylori. Bakteri ini mampu
menghasilkan urease yang menyebabkan bakteri ini mampu bertahan dalam pH
asam gaster. Urease dihasilkan 6% dari total protein bakteri. Bakteri ini juga
menghasilkan VacA (Vacuolating Cytotoxin) yang menyebabkan apoptosis pada
sel eukariotik dengan cara pembentukan vakuola sitoplasma multipel berukuran
besar.
Helicobater pylori terkolonisasi pada sel gaster yang memproduksi
mukus. Bakteri ini melekat pada glikoprotein yang terdapat di permukaan dari sel
epitel dengan menggunakan fimbriae. Selanjutnya bakteri akan berpindah ke
lapisan mukosa. Urease yang dihasilkan bakteri ini mampu memproduksi
mengakibatkan terjadinya kematian pada sel epitel dan memicu terjadinya ulkus.
Penegakkan diagnosis paling sensitif untuk mengetahui keterlibatan dari
Helicobater pylori adalah dengan menggunakan endoskopi. Pada endoskopi
dilakukan biopsi dan kultur pada mukosa gaster. Metode non invasive adalah
dengan menggunakan pemeriksaan Urea Breath Test. Pada pemeriksaan ini pasien
diminta untuk mengkonsumsi 13C -14C yang telah dilabel urea. Jumlah urea pada
gaster akan dihitung sesuai dengan jumlah CO2 pada pernapasan.
2. NSAID
NSAID bekerja dengan menghambat kerja dari COX (Cyclooxigenase)
baik COX-1 maupun COX-2. COX-2 adalah COX dominan yang memproduksi
prostaglandin selama proses inflamasi. Prostaglandin menimbulkan beberapa
manifestasi inflamasi local maupun sistemik seperti vasodilatasi, hyperemia,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, tumor dan dolor. Prostaglandin
memiliki peran penting dalam menjaga integritas dan perbaikan mukosa
gastroduodenal. Cidera pada mukosa terjadi karena adanya paparan dengan
NSAID. NSAID dalam lingkungan gaster yang asam bersifat lipofilik terionisasi,
sehingga mampu bermigrasi melintasi membran lipid sel epitel dan menimbulkan
kerusakan pada intraselular. NSAID yang berada pada gaster juga mampu
menimbulkan difusi kembali dari ion H dan Pepsin yang menyebabkan kerusakan
lebih lanjut.
3. Faktor Lain
9
pada
orang
yang
bukan
perokok,
menurunkan
tingkat
Diagnosis
Anamnesis
Secara umum pasien tukak peptik biasanya mengeluh dispepsia.
Dispepsia adalah suatu sindroma klinik/kumpulan keluhan beberapa penyakit
saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa panas
seperti terbakar yang biasanya timbul setelah makan atau minum yang asam,
seperti ditusuk-tusuk, seperti diperas, atau pedih, rasa penuh ulu hati, cepat merasa
kenyang, dan serangan tukak hilang-timbul secara periodik.
Pada tukak duodeni rasa sakit timbul saat pasien merasa lapar atau 90
menit-3 jam setelah makan, rasa sakit bisa membangunkan pasien tengah malam,
rasa sakit hilang setelah makan dan minum susu atau obat antasida (Hunger pain
food relief), rasa sakit tukak duodeni sebelah kanan garis tengah perut. Hal ini
menunjukkan adanya peranan asam lambung/pepsin dalam patogenesis tukak
duodenum. Rasa mual disertai mulut asam merupakan keluhan pada penderita
10
tukak di pilorus, atau duodenum. Rasa sakit tukak gaster timbul setelah makan,
dan rasa sakit tukak gaster dirasakan sebelah kiri garis tengah perut. Muntah
terutama timbul pada tukak yang masih aktif, sering ditemukan pada penderita
tukak lambung daripada tukak duodeni, terutama yang letaknya di antrum atau
pilorus.
Riwayat
minum
alkohol,
jamu-jamuan,
atau
obat-obatan
yang
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik hanya sedikit membantu diagnosa, kecuali bila sudah terjadi
komplikasi. Pada non komplikata jarang menimbulkan kelainan fisik. Rasa
sakit/nyeri ulu hati di kiri atau sebelah kanan garis tengah perut, terjadinya
penurunan berat badan merupakan tanda fisik yang dapat dijumpai pada tukak
peptik tanpa komplikasi.
Pada non komplikata adanya epigastric tenderness yang berlokasi di
epigastrium antara umbilikus dan prosesus sifoideus. Timbulnya diffuse
superficial tenderness kemungkinan merupakan refleks viserosomatik. Semua
serabut-serabut nyeri dari traktus gastrointestinalis melalui saraf simpatis menuju
ke spinal cord. Persarafan di lambung dan duodenum oleh nervus splanknikus
menuju ke segmen dari spinal cord. Pada beberapa penderita, palpasi dalam
disertai dengan penekanan menimbulkan rasa nyeri yang bertambah hebat. Rasa
11
nyeri bermula pada satu titik (pointing sign) akhirnya difus bisa menjalar ke
punggung. Ini kemungkinan diakibatkan oleh penyakit yang bertambah berat atau
mengalami komplikasi.
Pemeriksaan Penunjang
1. Barium meal
Pemeriksaan rontgen yang disertai dengan metoda kontras ganda dapat
memperlihatkan kelainan pada mukosa lambung. Pemeriksaan perlu dilakukan
dalam berbagai posisi, misalnya pada posisis telentang (supine) untuk melihat
dinding posterior, posisi tengkurap (prone) untuk melihat kelainan pada dinding
anterior, oblique ke kanan dan kiri. Jika terjadi komplikasi berupa perforasi maka
pada foto polos abdomen ditemukan daerah bebas udara antara hati dan
diafragma.
2. Endoskopi
Saat ini untuk diagnosis tukak peptik lebih dianjurkan pemeriksaan
endoskopi saluran cerna bagian atas. Di samping itu untuk memastikan diagnosa
keganasan tukak gaster harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi
brushing dengan biopsi melalui endoskopi. Pada obstruksi ditemukan sisa
makanan pada endoskopi.
Gambaran khas pada tukak jinak adalah pada umumnya bulat atau oval,
tepinya teratur dengan dasar licin, daerah di sekitarnya membengkak dan
hiperemi, dan sering dijumpai lipatan yang radier (radiating fold) di sekitar tukak.
Tukak yang masih aktif, tampak jelas batasnya berbentuk bulat atau oval, dengan
dasar licin berisi nanah, tepi teratur dengan daerah di sekitarnya membengkak
hiperemi. Gambaran tukak gaster untuk keganasan adalah: Boorman I /polipoid,
B-II/ulceratif, B-III/infiltratif, B-IV/linitis plastika (scirrhus). Biopsi dan
endoskopi perlu dilakukan ulang setelah 8-12 minggu terapi eradikasi, karena
tingginya kejadian keganasan pada tukak gaster (70%).
12
3. Infeksi H Pilori
Infeksi Helycobacter pylori dapat didiagnosis dengan test antibodi (tes
serologi), biopsi lambung pada pemeriksaan endoskopi, tes antigen tinja, dan tes
napas urea yang non invasif, yang dapat mengidentifikasikan produksi enzim
bakteri dalam lambung.
4. Hematologi
Hemoglobin, hematokrit, lekosit, eritrosit, trombosit, morfologi darah
tepi, dan golongan darah. Jika diperlukan periksa faal pembekuan.
Tatalaksana
Terapi tukak peptik akut pada umumnya serupa dengan tukak peptik
kronik. Penderita dengan keluhan yang berat dianjurkan untuk dirawat di rumah
sakit, serta perlu beristirahat beberapa minggu. Penderita dengan keluhan ringan
dan tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Tujuan terapi adalah menghilangkan
keluhan (sakit/dispepsia), menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan, dan
mencegah komplikasi. Tukak gaster dan tukak duodeni sedikit berbeda dalam
patofisiologi tetapi respon terhadap terapi sama. Tukak gaster biasanya berukuran
13
lebih besar, akibatnya memerlukan waktu terapi yang lebih lama. Secara garis
besar pengelolaan tukak peptik adalah sebagai berikut :
Konservatif
1. Pengaturan Diet
Pemberian makanan adalah segera sesudah hemodinamika stabil dan
perasaan mual sudah tidak ada lagi. Mula-mula diberikan diet cair kemudian
menjadi diet saring, diet lunak, dan akhirnya diet biasa. Dasar diet yang dilakukan
adalah makan sedikit berulang kali, dan makanan yang banyak mengandung susu
dalam porsi kecil. Makanan yang dikonsumsi harus lembek dan mudah dicerna,
tidak merangsang, dapat menetralisir asam HCl, serta hindari makanan pedas,
asam, dan beralkohol, kopi, teh, coklat, makanan yang berserat tinggi, makanan
yang mengandung lemak dan bumbu-bumbu berlebihan.
Medikamentosa
1. Antasida
Saat ini antasida sudah jarang digunakan, antasida sering digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit atau dispepsia. Obat ini bekerja menetralisir
asam. Pemberian antasida yang mengandung aluminium-magnesium hidroksida
30-120cc/jam untuk mempertahankan pH intragastrik minimal 4,5.
2. sitoprotektif
a. koloid Bismuth
Mekanisme kerja belum jelas, kemungkinan membentuk lapisan
penangkal bersama protein pada dasar tukak dan melindunginya terhadap
pengaruh asam dan pepsin, berikatan dengan pepsin, merangsang sekresi
prostagladin, bikarbonat, mukus. Efek samping jangka panjang dosis tinggi adalah
neuro toksik. Obat ini mempunyai efek penyembuhan hampir sama dengan ARH2
serta adanya efek bakterisidal terhadap H.Pylori sehingga kekambuhan berkurang.
b. Sukralfat
Melindungi tukak dari pengaruh agresif asam dan pepsin. Efek lain
membantu sintesa prostaglandin, menambah sekresi bikarbonat dan mukus,
meningkatkan daya pertahanan dan perbaikan mukosal. Efek samping konstipasi,
tidak dianjurkan pada gagal ginjal kronik.
c. Prostaglandin
15
16
17
Obat
Triple Therapy
1. Bismuth subsalisilat plus
Metronidazol plus
Tetrasiklin
2. Ranitidin Bismuth citrate plus
Tetrasiklin plus
Claritromisin
3. Omeprazole plus
Claritromisin plus
Metronidazol atau
amoksisilin
Quadruple Therapy
Omeprazol
Bismuth subsalisilat
Metronidazol
Dosis
2 tablet 4x sehari
250 mg 4x sehari
500 mg 4x sehari
400 mg, 2x sehari
500 mg , 2x sehari
500 mg, 2x sehari
20 mg, 2x sehari
250-500 mg, 2x sehari
500 mg , 2x sehari
1 gram, 2x sehari
20 -30 mg/hari
2 tablet 4x sehari
250 mg 4x sehari
500 mg 4x sehari
Tetrasiklin
18
pemakaian
OAINS,
walaupun
biasanya
tidak
Endoskopi
Terapi hemostatik per endoskopik dengan adrenalin atau etoksisklerol
atau obat fibrinogen trombin atau tindakan hemostatik dengan heat probe atau
terapi laser atau terapi koagulasi listrik atau bipolar probe.
Pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan pada :
a. Elektip (tukak refrakter/gagal pengobatan)
b. Darurat (komplikasi : perdarahan, perforasi, stenosis pilorik).
c. Tukak gaster dengan sangkaan keganasan (corpus, fundus, 70%
keganasan)
d. Jika terjadi perdarahan aktif/stigmata peradarahan atau terjadi
perdarahan yang berulang maka dilakukan terapi endoskopi atau
pembedahan.
4. Plan
a. Diagnosis :
19
Edukasi:
kopi, coklat.
Makan teratur tidak boleh telat.
Makan makanan yang lunak.
Mengetahui
Pembimbing Internship
20