1 KLARIFIKASI ISTILAH
1. Sesak nafas : Kesulitan bernafas yang diakibatkan obstruksi atau
restriksi pada saluran nafas.
10. Perselubungan :
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea,
bronkus, dan bronkiolus.
Hidung
1. Lubang hidung
2. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
3. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara
concha media dan inferior
4. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
5. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura
nasalis posterior.
Faring (tekak)
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-
faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan
pencernaan.
Laring (tenggorok)
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan
beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
Cartilago tyroidea à berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum,
dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago
cricoidea.
Epiglottis
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini
melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang
dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk
laring
Cartilago cricoidea
Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah
cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu
inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana
cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I
Cartilago arytenoidea
Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis
pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan
Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang bersilia.
Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.
Plica vokalis
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale,
dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago thyroidea di bagian depan dan
cartilago arytenoidea di bagian belakang. Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana
mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
Otot
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan
kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis. Otot-otot tersebut
diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
Respirasi
Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara dapat keluar-
masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.
Fonasi
Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang dihasilkan dimodifikasi
oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu oleh sinus udara
cranialis.
Gambaran klinis
2. pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi
alergi,
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan
dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni,
berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira
ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus
(bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.
Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis
kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan
lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus
lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di
bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas
dan bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang
ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah
sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya
adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. Alveolus yaitu tempat
pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki
kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan
mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan
pori-pori kohn.
Paru-Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus
yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh
limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.
Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Suplai Darah
1. arteri pulmonalis
2. arteri bronkialis
Innervasi
Histologi sistem pernapasan
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.
Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga
ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan
pembuluh darah.
1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan bronkiolus terminalis
2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5
macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel
basal, dan sel granul kecil.
epitel respiratorik, berupa epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat
kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel
respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh
septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing
dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka
superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel
olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar
dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai
reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal
(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman
menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses
neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga
hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
epitel olfaktori, khas pada konka superior
Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya
berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi
yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang
mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum.
Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole,
sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria
laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah
masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan
juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal.
Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan
laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat
kelenjar campuran mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring:
pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel
respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri
dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel gepeng berlapis dan para pars laringeal berupa
epitel respiratori
Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria
dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di
bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar
membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing.
Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung
terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat
ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan
mencegah distensi berlebihan.
epitel trakea dipotong memanjang
epitel trakea, khas berupa adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda ("c-shaped")
Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan lamina propria yang
mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada
bronkus lebih tidak teratur dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar,
cincin tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah
bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan hialin.
epitel bronkus
Bronkiolus
Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya. Lamina propria
mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet
dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris
bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris
bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara
pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang memiliki granul sekretori dan
mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan neuroepitel yang
kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.
epitel bronkiolus terminalis, tidak ditemukan adanya tulang rawan dan kelenjar campur pada
lamina propria
Bronkiolus respiratorius
Duktus alveolaris
Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak terdapat muara alveolus,
hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat
anyaman sel otot polos pada lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal
duktus alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke
atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan retikulin yang
mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang
sewaktu inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah
terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan
septa alveolar yang tipis.
bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolaris dan alveoli
Alveolus
Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara
udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum
tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin,
matriks dan sel jaringan ikat.
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus, fungsinya untuk
membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas dengan mudah. Sitoplasmanya
mengandung banyak vesikel pinositotik yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang
dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel
alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan
dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling melekat melalui taut
kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas membran basal, berbentuk kuboid dan
dapat bermitosis untuk mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri
mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan
tegangan alveolus paru.
Sawar darah udara dibentuk dari lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus, lamina
basalis, dan sitoplasma sel endothel.
sawar udara-kapiler
Pleura
Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding toraks. Pleura terdiri atas
dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada
di atas serat kolagen dan elastin.
BATUK : Reflek fisiologis dalam keadaan sehat/ sakit yang ditimbulkan oleh berbagai sebab.
Fungsi batuk: mengeluarkan & membersihkan saluran nafas dari zat rangsangan asing & zat infeksi
( mekanisme perlindungan)
Sebab-sebabbatuk:
5.Penyakit jantung
REFLEKS BATUK
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu
reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf
eferen dan efektor (tabel 1)
-5)
Batuk
bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk.
Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak
baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di
dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus
dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada
cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor
didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan
bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga,
lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma
(6)
.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus Vagus,
yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura,
lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold
dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari
sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang
dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari
perikardium dan diafragma
Telinga Nervus
glosofaringwus
Pleura
Nervus frenikus
Lambung
Hidung
Sinus paranasalis
Faring
Perikardium
Diafragma
MEKANISME BATUK
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga
fase, yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi.
Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian
glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat
yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba
dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu
(5,7,8)
.
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat
dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks
sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi
jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas
residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara
yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50%
dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya se-
jumlah besar volume ini. Pertama, volume yang besar akan
memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan
ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua,
volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang ter-
tutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah
(3)
.
Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi
dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini,
tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50 100
mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang
membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena
akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang dida-
patkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar
daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk
juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis
(4,5)
.
Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlang-
sunglah fase ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan
jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga
menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi
yang maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah
glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang
menetap' Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai
16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat
dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%
karena pemberian obat di puskesmasnya hanya mengobati gejala nya saja (symptom)
lobar pneumonia
bronchial pneumonia
5. a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme pemeriksaan lab ?
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme rontgen thorax PA ?
inspeksi : pergerakan paru kiri tertinggal : abnormal
palpasi : peningkatan sterm fremitus lapangan kiri bawah : abnormal , ada infiltrat pada lapangan paru
kiri bawah yang menyebabkan hantaran udara terganggu
seharusnya pada saat palpasi getaran antara dinding dada kanan , kiri , atas dan maupun bawah sama
perkusi : redup , nyeri ketok lapangan kiri bawah : abnormal , terjadi infiltrat pada lapangan paru kiri
bawah yang menyebabkan terjadinya peradangan pada alveolus maka timbullah nyeri dada
seharusnya pada saat perkusi bunyinya sonor dan tidak nyeri
auskultasi :bronkhial sound lapangan kiri bawah : abnormal , terjadi hambatan pertukaran udara pada
alveolus karena adanya peradangan
pneumonia
d. Data tambahan apa lagi yg harus digunakan untuk memastikan penyakit ini?
• Gambaran laboratorium klinik
• Gambaran laboratorium histopatologi
tidak ada
h. Bila iya, bagaimana memberikan penjelasan dan mendapatkan izin dari pasien untuk tindakan
lanjutan ?
i. Apakah gangguan ini dapat diatasi secara tuntas dan bagaimana peluangnya?
j. KDU ?
Hipotesis :
Bapak Budiman, 60 tahun dengan keluhan sesak nafas hebat, demam tinggi dan batuk dengan dahak
purulen menderita penyakit pneumonia yang disebabkan oleh bakteri gram (+) coccus.
Learning Issues :
1. Anatomi, fisiologi dan histologi sistem pernafasan.
2. Pneumonia
3. Mikrobiologi
4. Pandangan Islam tentang Bernafas
Defininisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme, baik oleh bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Adapun pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
tidak termasuk.
Klasifikasi Pneumonia
Patogenesis Pneumonia
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru karena adanya aktivitas
mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembangbiak menimbulkan
pernyakit. Mikroorganisme masuk saluran napas, dengan cara:
Inokulasi langsung
Penyebaran melalui pembuluh darah
Inhalasi bahan aerosol
Kolonisasi di permukaan mukosa
Bakteri masuk ke alveoli menyebabkan reaksi radang, sehingga timbullah edema di seluruh
alveoli, infiltrasi sel-sel PMN (polimorfonuclear), dan diapedesis eritrosit. Sel-sel PMN
mendesak bakteri ke permukaan alveoli. Dengan bantuan lekosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di fagosit. Terdapat 4 zona pada daerah
reaksi inflamasi, antara lain:
Diagnosis Pneumonia
Anamnesis
Demam menggigil
Suhu tubuh meningkat
Batuk berdahak mukoid atau purulen
Sesak napas
Kadang nyeri dada
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiologis: foto toraks PA/ lateral, gambaran infiltrat sampai gambaran
konsolidasi (berawan), dapat disertai air bronchogram.
Pemeriksaan laboratorium: terdapat peningkatan jumlah lekosit lebih dari 10.000/ul
kadang dapat mencapai 30.000/ul.
Untuk menentukan diagnosis etiologi dilakukan pemeriksaan biakan dahak, biakan darah,
dan serologi.
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia; pada stadium lanjut asidosis respiratorik.
Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan Patient Outcome Research Team (PORT).
Penilaian skor PORT ini meliputi
Faktor demografi
Usia
Keganasan, nilainya 30
Penyakit hati, nilainya 20
Gagal jantung kongestif, nilainya 10
Penyakit CV, nilainya 10
Penyakit ginjal, nilainya 10
Pemeriksaan fisis
Penatalaksanaan Pneumonia
Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia berdasarkan ATS. Kriteria pneumonia berat bila
dijumpai salah satu atau lebih dari kriteria di bawah ini.
Paling sedikit 1 dari 2 gejala minor tertentu, yaitu membutuh ventilasi mekanik; atau,
membutuhkan vasopresor lebih dari 4 jam.
Atau 2 dari 3 gejala minor tertentu, yaitu nilai PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg; foto
toraks menunjukkan adanya kelainan bilateral; dan, tekanan sistolik kurang dari 90
mmHg.
Pengobatan Pneumonia
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik sebaiknya
berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya.
Golongan penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
Aminoglikosid
Seftazidim, Sefoperason, Sefepim
Tikarsilin, Piperasilin
Karbapenem : Meropenem, Imipenem
Siprofloksasin, levofloksasin
Untuk Methicillin Resistent Staphylococcus Aureus (MRSA), dapat diberikan:
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
TMP-SMZ
Azithromisin
Sefalosporin gen.2 atau 3
Fluorokuinolone respirasi
Makrolid
Fluorokuinolone
Rafampicin
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolone
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolone
Komplikasi Penumonia
Efusi pleura
Empiema
Abses paru
Pneumothoraks
Gagal napas
Sepsis