PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting di tingkat global, regional, nasional,
maupun lokal. Tuberkulosis menyebabkan 5000 kematian per
hari, atau hampir 2 juta kematian per tahun di seluruh dunia.
TB, HIV/AIDS, dan malaria secara bersama-sama merupakan
penyebab 6 juta kematian setiap tahun. Seperempat juta
(25%)
kematian
karena
TB
berhubungan
dengan
HIV.
TB
untuk
diimplementasikan
secara
untuk
kepentingan
perencanaan
program
dan
saja
kegiatan
memecahkan
yang
masalah
dapat
dilakukan
untuk
cakupan
Case
rendahnya
TB
ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga
mengenai
organ
tubuh
lainnya.
Patogenesis
post
primer.
tuberkulosis
Pada
paru
tuberkulosis
terjadi
karena
primer,
kuman
yang
dapat
menularkan
TB
kepada
orang
kuman.
Percikan
dapat
bertahan
selama
ke bagian tubuh
hasil
pemeriksaan
dahak,
makin
menular
dan lamanya
menghirup udaratersebut.
tergantung
dari
tingkat
pajanan
ditunjukkan dengan
Annual Risk
of
10
(sepuluh)
orang
diantara
1000
penduduk
demikian
penularan
TB
di
masyarakat
sangat
padat
akan
dan
dan
pengawasan
minum
obat
ketat
berhasil
Strategi
penemuan
pasien
TB
yang
aktif,
masyarakat,
baik
untuk
oleh
petugas
meningkatkan
kesehatan
cakupan
maupun
penemuan
asma,
kanker
paru,
dan
lain-lain.
Mengingat
Depkes
untuk
RI,
2008
menegakkan
pengobatan
dan
pemeriksaan
dahak
diagnosis,
menilai
menentukan
potensi
membawa
sebuah
pot
dahak
untuk
resistensi
laboratorium
identifikasi
yang
kuman
tersebut
hanya
bisadilakukan
mampumelaksanakan
serta
tes
resistensi
di
biakan,
sesuai
10
D. Diagnosis TB paru
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam
waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya
(Makmur, 2001).
Tidak
dibenarkan
mendiagnosis
TB
hanya
sehingga
sering
terjadi
overdiagnosis.Gambaran
Untuk
lebih
jelasnya
lihat
alur
prosedur
11
12
pleura
(Pleuritis),
pembesaran
kelenjar
limfe
pasti
sering
sulit
ditegakkan
sedangkan
yang
kuat
kemungkinan
(presumtif)
penyakit
dengan
lain.
menyingkirkan
Ketepatan
diagnosis
ketersediaan
alat-alat
diagnostik,
misalnya
uji
pengobatan
yang
cukup
dan
tepat
serta
mencegah
kematian,
menyembuhkan
mencegah
kekambuhan,
13
kuman
tuberkulosis
yang
terhadap
dipakai
OAT.
Paduan
program
obat
sesuai
anti
dengan
kategori.
pemberian
Setiap
yaitu
kategori
fase
terdiri
awal/intensif
dari
dan
fase
fase
Kateg
ori
I
2.
II
3.
III
4.
IV
5.
Sisipa
n
OAT
Keterangan
2HRZE/4H3R3
2HRZES/HRZE/
5H3R3E3
2HRZ/4H3R3
- H seumur hidup
- Obat yang
masih
sensitif +
Quinolon
HRZE
OAT-Kombinasi
Dosis
Tetap
(OAT-KDT)
lebih
14
menguntungkan
dan
sangat
dianjurkan.Untuk
menjamin
Nasional
Penanggulangan
TB
di
Indonesia
30 -37
TAHAP INTENSIF
SELAMA 2 BULAN
TIAP HARI
TABLET 4 FDC
R150+H75+Z400+
E275
2 tablet
38 -54
BB
Penderit
a (Kg)
TAHAP LANJUTAN
SELAMA 4 BULAN
TIAP HARI
3 X SEMINGGU
TABLET 2 FDC TABLET 2 FDC
R150+H75
R150+H150
2 tablet
2 tablet
3 tablet
3 tablet
3 tablet
55 -70
4 tablet
4 tablet
4 tablet
>71
5 tablet
5 tablet
5 tablet
BERAT
BADAN
TAHAP INTENSIF
SELAMA 3 BULAN
TIAP HARI
2 BULAN
TIAP HARI
1 BULAN
TAHAP LANJUTAN
3 X SEMINGGU
SELAMA 5 BULAN
15
30 -37
38 -54
55 -70
>71
2 tab 4 FDC
+ 2 ml
Strepto
3 tab 4 FDC
+ 3 ml
Strepto
4 tab 4 FDC
+ 4 ml
Strepto
2 Tab 4 FDC
2 Tab 4 FDC
+ 2 Tab
3 Tab 4 FDC
Etambutol
3 Tab 4 FDC
4 Tab 4 FDC
+ 3 Tab
Etambutol
5 Tab 4 FDC
4 Tab 4 FDC
+ 4 Tab
Etambutol
5 Tab 4 FDC
5 tab 4 FDC
+ 5 ml
Strepto
+ 5 Tab
Etambutol
besar
penderita
TB
dapat
menyelesaikan
efek
samping.
Oleh
karena
itu
pemantauan
16
selama
pengobatan.Pemantauan
efek
samping
obat
dapat
Nyeri sendi
Kesemutan
sampai
terbakar di kaki
Efek samping
Penyebab
sebelum tidur
Tidak perlu diberi apa-apa, tapi
Penatalaksanaan
17
Semua
jenis
OAT
Tuli
Streptomisin
Gangguan keseimbangan
Hentikan streptomisin
Streptomisin hentikan,
ganti
dan pendengaran
etabutol
Ikterus tanpa penyebab Hampir semua Hentikan OAT sampai ikterus
lain
Bingung
dan
OAT
hilang
muntah Hampir semua Hentikan semua OAT, segera tes
fungsi hati
obat)
Gangguan penglihatan
Etambutol
Purpura dan renjatan rifampisin
Hentikan etambutol
Hentikan rifampisin
(syok)
Pemantauan
kemajuan
hasil
pengobatan
pada
orang
hasil
pengobatan
seorang
penderita
dapat
18
Lengkap
Adalah
pasien
yang
telah
logistik
Penanggulangan
Tuberkulosis
pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
19
20
seperti
buku
pedoman,
formulir
kebutuhan
Obat
Anti
Tuberkulosis
21
pengobatan
melalui
evaluasi
klinik
dan
bakteriologik
d. Promosi
Advokasi, kemitraan dan penyuluhan.
G. Pemantauan dan Evaluasi Program P2ML
Keberhasilan
pelaksanaan
program
pemantauan
tingkat
pelaksana
program
(UPK,
pemantauan
kegiatan
pada
22
langsung
pelaksana
sasaran.Dalam
dan
wawancara
maupun
pelaksanaan
dengan
denganmasyarakat
monitoring
dan
evaluasi,
satu
komponen
penting
dari
survailans
yaitu
diolah,
dianalisis,
diinterpretasi,
disajikan
dan
di
semua
unit
pelayanan
kesehatan
yang
23
4.
5.
6.
7.
(TB.10).
8. Register Laboratorium TB (TB.04).
Untuk
menilai
penanggulangan
TB
kemajuan
digunakan
atau
keberhasilan
beberapa
indikator.
Detection
Rate
CDR)
dan
Angka
Keberhasilan
pasien TB paru
Proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien
Angka Notifikasi Kasus (CNR)
Angka Konversi
Angka Kesembuhan
Angka Kesalahan Laboratorium
Untuk
mempermudah
analisis
data
diperlukan
24
specific),
dapat
dipercaya
(realiable),
dapat
diukur
orang yang tidak memenuhi kriteria suspek terjaring, dan kualitas dahak yang
diperiksa kurang baik. Kesulitan dalam memperoleh dahak untuk pemeriksaan
diagnostik baik pada dewasa maupun anak perlu segera diatasi. Perlu dicari
prosedur alternatif pemeriksaan dahak yang bisa dilakukan di tingkat primer
(WHO, 2010).
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. KERANGKA BERPIKIR PENDEKATAN MASALAH
Pemecahan masalah menggunakan kerangka pemikiran
pendekatan sistem sebagai berikut :
LINGKUNGAN :
OUT
Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Ekonomi dan Kebijakan
INPUT :
Man
Money
Method
Material
machine
PROSES :
P1
P2
P3
OUTPUT
OUTCOME
26
1.IDENTIFIKASI
MASALAH
7.Monitoring &
Evaluasi
2.Penentuan
Priorita Masalah
3.Penentuan
Penyebab Masalah
6.Penetapanpemecahan
masalah terpilih
4. Memilih Penyebab
yang Paling Mungkin
5.Menentukan Alternatif
Pemecahan Masalah
70%
akan
target
yang
dilakukan
ditetapkan.
analisis
untuk
Masalah
ini
menentukan
Desa
Grogol
Karangteng
Target
3
3
Cakupan
0
0
Persentase
0%
0%
3.
4.
5.
6.
ah
Karangwuni
Krajan
Jatingarang
Karanganya
3
4
5
4
1
2
1
0
0,33%
0,5%
0,2%
0%
7.
8.
9.
r
Alasombo
Karangmojo
Weru
4
4
4
1
3
0
0,25%
0,75%
0%
27
10.
11.
12.
13.
Karakan
Tegalsari
Tawang
Ngreco
Jumlah
3
4
4
6
49
0
1
1
0
10
0%
0,25%
0,25%
0%
20,4 %
C. ANALISIS MASALAH
Analisi masalah berdasarkan pendekatan sistem pada
rendahnya cakupan Case Finding TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Weru adalah sebagai berikut :
1. Analisi Penyebab Masalah
a. Analisis Input
Kemungkinan penyebb masalah melalui pendekatan
input meliputi 5M (Man, Money, Method, Material,
Machine ) yang akan dibahas seebagai berikut :
Tabel 2. Analisis Input
INPUT
Man
KELEBIHAN
1. 1. Tenaga kesehatan 1.
mendapat
pelatihan
OJT
(On
The
Job
Treaning)
termasuk 2.
dokter, perawat, bidan,
dan
tenaga
laboratorium
2. 2. Adanya keterlibatan 3.
kader posyandu
KEKURANGAN
Kesulitan
suspek
kasus mengeluarkan
dahak
Ketidakterbukaan
kondisi
kesehatan
suspek
terhadap
tenaga medis
Jumlah
tenaga
laboratorium
yang
mendapat
pelatihan
28
masih kurang
Money
Method
Material
Machine
b. Analisis Proses
Tabel 3. Analisis Proses Penyebab Masalah
29
PROSES
KELEBIHAN
P1
1. Terdapat pedoman (Perencanaan)
P2ML Depkes RI
sebagai acuan
2. Terdapat data dan
sasaran
yang
disajikan
Puskesmas
Weru
sebagai
acuan
menyusun rencana
kegiatan
3. Penjaringan suspek
mengunakan teknik
secara aktif dan
pasif
P2
1. Adanya
kegiatan 1.
(Pelaksanaan &
pelayanan
kesehatan
untuk
Penggerakan)
masyarakat
meliputi posyandu,
pos
kesehatan
desa,
puskesmas 2.
pembantu
yang
berjalan rutin dan
lancar
2. Kegiatan
home
visite berjalan rutin
setiap bulan
P3
1. Evaluasi &feedback 1.
(Pengawasan
bulanan dilakukan
secara rutin oleh
Penilaian &
Kepala Puskesmas
Pengendalian)
&
koordinator
program
2. Pelaporan
disampaikan secara
rutin
ke
Dinkes
Sukoharjo
&
diperoleh feedback
yang baik
KEKURANGAN
Kompleksitas kasus
yang
dihadapi
menyebabkan
followup
tidak
maksimal.
Sensitifitas
TB
suspek
terhadap
masalah
kesehatannya
Kurang
ketatnya
fungsi pengawasan,
penilaian
pengendalian
&
oleh
koordinator
program.
c. Analisis Lingkungan
30
KELEBIHAN
1. Terdapat
KEKURANGAN
Posyandu disetiap
desa
2. Adanya kerjasama
lintas
sektoral
kader posyandu
2. Kurangnya
pengetahuan
masyarakat tentang
seperti kelurahan,
kesehatan (khususnya
PKK dll
masalah TB paru)
d. Outcome
Hasil kegiatan cakupan penemuan kasus TB paru
sesuai Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis
Depkes RI di wilayah kerja Puskesmas Weru bulan
Januari Juli 2016 belum mencapai target 70%.
2. Rumusan Kemungkinan Penyebab Masalah
Berdasarkan analisis input, proses dan lingungan di
atas, rumusan kemungkinan penyebab masalah tidak
tercapainya target CDR
tentang
31
32
INPUT
MAN
MONEY
MONEY
1.Tidak
ada anggaran
Tidak ada
anggaran khusus
khususuntuk
P2TB
untuk P2TB
Tercapainya
TargetCDR TB
paru 70%
P2
P3
2. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan
(khususnya masalah TB paru)
PROSES
LINGKUNGAN
33
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
A. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Setelah diperoleh daftar penyebab maalah paling mungkin,
langkah selanjutnya adalah membuat alternatif pemecahan
masalahsebagai berikut
Tabel 5. Daftar Alternatif Pemecahan Masalah
No
MASALAH
PEMECAHAN MASALAH
.
1. Kesulitan
suspek
mengeluarkan dahak
2. Ketidakterbukaan
kesehatan suspek
tenaga medis
kasus Perlu
diberikan
pengencer
dahak seperti segelas air putih
yg dilarutkan dengan gula pasir
sebanyak 3 sendok makan
diminum sebelum tidur atau
dengan pemberian mukolitik
ekspektoran.
kondisi Lakukan
pendekatan
ke
terhadap masyarakat dengan penyuluhan
tentang TB, kunjungan rumah
ke suspek TB
3. Jumlah tenaga laboratorium Berikan pelatihan pada tenaga
yang
mendapat
pelatihan Laboratorium
masih kurang
4. Tidak ada anggaran khusus
untuk P2TB
5. Kompleksitas
dihadapi
kasus
TB
34
Menggerakkan
partisipasi
masyarakat
untuk
meningkatkan
penjaringan
kasus TB. Sebagai contoh,
status Posyandu Mandiri dapat
ditingkatkan perannya menjadi
Posyandu
Mandiri
Plus
Penanggulangan
TB
untuk
meningkatkan
penjaringan
kasus di tingkat akar rumput.
7. Kurangnya
pengetahuan Meningkatkan
pengadaan
masyarakat
tentang penyuluhan tentang masalah TB
Paru dan membuat media
kesehatan
(khususnya
promosi deteksi dini TB Paru
masalah TB paru)
masalah
kemampuan
yang
program
ditemukan.
mengatasi
Makin
tinggi
maka cara
semakin
diselesaikan,
banyak
maka
penyebab
semakin
mendekati 5).
2. Berdasarkan
pentingnya
Importancy.
Semakin penting
cara
masalah
besar
cara
yang
nilainya.
pemecahan
penyelesaian
dalam
dapat
(semakin
masalah/
mengatasi
masalah/
Vulnerability
Semakin sensitif cara penyelesaian masalah maka semakin
efektif.
Kriteria
ini
bernilai
1-5,
semakin
sensitif
cara
masalah
untuk
mengatasi
maslah
tidak
diberikan
36
60
2. Lakukan pendekatan ke 4
2 masyarakat
dengan
penyuluhan tentang TB,
kunjungan rumah ke
suspek TB
3. Jumlah
tenaga 4
laboratorium
yang
mendapat
pelatihan
masih kurang.
4. Membuat
advokasi
disertai dengan data/ 3
informasi
yang
baru
tentang
pencapaian
program
penanggulangan TB di
daerah
untuk
meyakinkan
para
pengambil
keputusan
anggaran pada Pemda
dan DPRD
5. Dibutuhkan
kerjasama 4
lintas sektoral dalam
followup pasien TB
6. Menggerakkan
5
partisipasi masyarakat.
Sebagai contoh, status
Posyandu Mandiri dapat
ditingkatkan
perannya
menjadi
Posyandu
Mandiri
Plus
Penanggulangan TB
7. Meningkatkan
60
13
36
60
100
37
pengadaan penyuluhan 4
tentang masalah TB Paru
dan membuat media
promosi deteksi dini TB
Paru
80
masalah
tersebut
didapatkan
urutan
alternatif
partisipasi
Posyandu
Mandiri
masyarakat.
dapat
Sebagai
ditingkatkan
contoh,
perannya
menentukan
alternatif
pemecahan
masalah,
kegiatan,
tujuan,
sasaran,
waktu,
dana,
yang
lokasi,
38
39
Tabel 7
Rencana Kegiatan Peningkatan Target CDR TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Weru
No.
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Waktu
Dan
Lokasi
Pelaksa
Metode
Tolak ukur
na
-dokter
-bidan
perawat
-diskusi/
tanya
jawab
-terdapat
petugas
posyandu,
kader dan
masyaraka
t
yang
aktif
dan
mau
berkerjasa
ma.
-terdapat
media
promosi
yang
dipajang
atau
dibagikan
di
PKM,
posyandu,
dan
masyaraka
a
1.
2.
Revitalisasi
Posyandu Lansia
menjadi Posyandu
Lansia
Plus
Penanggulangan
TB
Untuk
meningkatka
n
penjaringan
kasus TB
Posyand
u lansia
desa
Grogol
Novem
ber s/d
Desem
ber
2016
Dan
a
PKM
posyand
u lansia
Seluruh
masyara
kat di
wilayah
kerja
Puskesm
as Weru
Novem
ber s/d
Desem
ber
2016
Dan
a
PKM
posyand
u balita
posyand
u lansia
posbindu
-sekolah
keluraha
n
-dokter
-bidan
perawat
cerama
h
-diskusi/
tanya
jawab
-poster
40
3.
Dibutuhkan
Meningkatka
kerjasama lintas n
followup
sektoral
dalam pasien TB
followup
pasien
TB
Seluruh
masyara
kat di
wilayah
kerja
Puskesm
as Weru
Novem
ber s/d
Desem
ber
2016
Dan
a
PKM
posyand
u balita
posyand
u lansia
posbindu
-sekolah
keluraha
n
-dokter
-bidan
perawat
- dasiat
-dasiat
melakuk
an
kunjung
an
rumah
t.
-terdapat
peningkata
n followup
pasien TB
paru
di
PKM,
posyandu.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Program pengendalian TB dengan strategi DOTS telah
berjalan di wilayah kerja Puskesmas Weru,. Tetapi pelaksanaan
program pencapaian cakupan CDR TB paru dengan sistem
DOTS tersebut belum mencapai target yang diharapkan.
Penyebab utama adalah partisipasi masyarakat, dokter, RS,
dan tenaga kesehatan lainnya yang masih sangat rendah
dalam penemuan dan diagnosis kasus TB.
Setelah
melakukan
penentuan
prioritas
alternatif
maka
didapatkan
urutan
perioritas
alternatif
Posyandu
Mandiri
dapat
ditingkatkan
perannya
42
untuk
meyakinkan
para
pengambil
keputusan
James.
Tuberkulosis
Dalam:Manual
Pemberantasan
RI.
Komite
Tuberkulosis
Nasional
Paru
di
Penanggulangan
Indonesia.
Penyakit
Prosedur
Tetap
RI.
Proyek
Kesehatan
Keluarga
dan
Gizi.
ARRIME
Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman.
Pedoman
Suwandi.
DOTS
(Direct
Observed
Treatment
Wayan,
I.
PromosiPenanggulanganTuberkulosis.
Departemen
TUGAS
CASE DETECTION RATE TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WERU
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing:
dr. Titik Sri Hartini, M.Kes
dr. Shoim M Dasuki, M.Kes
Diajukan Oleh:
Amel Onisa Zatalini, S.Ked (J510155017)
Anggi Setiawan, S.Ked
(J510155089)
44
(J510155075)
(J510155055)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
Diajukan Oleh :
Amel Onisa Zatalini, S.Ked (J510155017)
Anggi Setiawan, S.Ked
(J510155089)
(J510155075)
(J510155055)
Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing I :
dr. Titik Sri Hartini, M.Kes
(.................................)
Pembimbing II :
dr. Shoim M. Dasuki, M.Kes
(.................................)
Penguji :
Bejo Raharjo, SKM, M. Kes
(.................................)
(.................................)
45
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
...................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN
......................................................................
ii
DAFTAR ISI .
iii
BAB I PENDAHULUAN ..
1
A. Latar
Belakang
Masalah
..............................................................
B. Rumusan
1
Masalah
.............................................................
C. Tujuan
2
Penelitian
..................................................................
3
46
D. Manfaat
Penelitian
................................................................
3
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
............................................................
A. Penyakit
Tuberkulosis........................................................
..
B. Penularan
5
C. Penemuan
dan
Gejala
Klinis
Pasien
TB
......
7
D. Diagnosis
TB
paru
9
E. Pengobatan
..
F. Pedoman
Kerja
Puskesmas
11
dalam
P2ML
G. Pemantauan
dan
Evaluasi
18
Program
P2ML
..
H. Case
Detection
19
Rate
.
21
BAB
III
ANALISIS
MASALAH...................................................................
23
47
A. Kerangka
Berpikir
Pendekatan
Masalah.......................................
B. Kegiatan
23
Yang
Bermasalah.
24
Masalah
C. Analisis
..
25
BAB
IV
PEMECAHAN
MASALAH
30
A. Alternatif
Pemecahan
Masalah
iii
B. Prioritas
Pemecahan
30
Masalah
.
C. Rencana
Tindak
Lanjut
31
Kegiatan
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
..
36
A. Kesimpulan ...
36
B. Saran ..
36
DAFTAR
PUSTAKA
.............................................................................
40
48
iv
49