Anda di halaman 1dari 16

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT - 3

Presented by Romi Vernando Kudato, SE,MM.Tr

Content

Supply Chain
Activity

Time To
Market

Supply Chain Management

Decoupling
Point

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

SC Activity
Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

SC Activity

Fungsi supply chain management tidak hanya terbatas pada kegiatan fisik seperti
memproduksi dan mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain, namun juga fungsifungsi non fisik seperti membuat perencanaan, melakukan riset pasar dan sebagainya.

Marshal Fisher, seorang professor di Wharton School, the University of Pennsylvania, membuat
klasifikasi kegiatan pada supply chain menjadi dua yaitu :

Kegiatan
mediasi pasar

Kegiatan Fisik

Kegiatan mediasi pasar bertujuan untuk mencari titik temu antara apa yang diinginkan oleh
konsumen atau pelanggan dengan apa yang dibuat dan dikirim oleh supply chain. Kegiatan
mediasi pasar tentu lebih penting bagi supply chain yang memproduksi produk-produk inovatif
dimana keinginan pelanggan sulit cepat berubah dan sulit ditebak dan kelebihan produk pada
suatu masa jual biasanya tidak akan layak disimpan untuk masa jual berikutnya. Ongkos yang
diakibatkan oleh kesalahan melakukan aktifitas mediasi pasar pada produk-produk inovatif
bisa sangat besar.

Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

SC Activity

Tabel dibawah merupakan pembagian dua jenis aktivitas pada supply chain :

Aktivitas Fisik
* Sourcing (mencari bahan baku)
* Produksi
* Penyimpanan material / produk
* Distribusi / transportasi
* Pengembalian produk (return)

Supply Chain Management

Aktivitas Mediasi Pasar


* Riset pasar
* Pengembangan produk
* Penetapan harga diskon
* Pelayanan purna jual

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Decoupling
Point

Keputusan sampai di mana aktivitas produksi bisa dilakukan tanpa menunggu permintaan
definitif dari pelanggan merupakan keputusan yang sangat penting bagi suatu supply chain dan
akan secara langsung berpengaruh terhadap kemampuannya untuk menciptakan efisiensi fisik
maupun kecepatannya untuk merespon pasar.
Titik temu sampai di mana suatu kegiatan bisa dilakukan atas dasar ramalan (tanpa menunggu
permintaan dari pelanggan) dan dari mana kegiatan harus ditunda sampai ada permintaan yang
pasti dinamakan decoupling point (DP). Akademisi dan praktisi SCM juga menyebutnya dengan
istilah order penetration point (OPP).
OPP / DP
Gambar 1

Lean
Komponen / modul standard
Fokus pada efisiensi fisik
Sedikit variasi
Volume tinggi
Ketidakpastian permintaan rendah
Produksi berdasarkan ramalan
Independent demand
Sistem produksi ; flow shop / batch
SL berdasarkan ketersediaan

Supply Chain Management

Agile
Customized products
Fokus pada kecepatan dan flexibility
Banyak variasi
Volume rendah
Ketidakpastian permintaan tinggi
Produksi berdasarkan permintaan
Dependent Demand
Sistem produksi : job shop / project SL
berdasarkan kesepakatan lead time
Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Decoupling
Point

Dalam literatur tentang manajemen produksi kita mengenal beberapa macam sistem produksi
yang dibedakan berdasarkan posisi DP/OPP. Biasanya proses produksi secara umum bisa
diklasifikasikan menjadi empat bagian utama yaitu perancangan produk, fabrikasi komponen atau
pembuatan sub assembly, perakitan menjadi produk akhir, kemudian pengiriman ke pelanggan.

Decoupling point bisa diposisikan di salah satu dari empat proses umum tersebut. Kalau
kita menggunakan empat bagian besar ini, kita mengenal sistem produksi berikut :

Make to stock
(MTS)

Assembly to
order (ATO)

Perancangan Produk

Fabrikasi

Make to order
(MTO)

Perakitan

Engineer to
order ( ETO)

Pengiriman

MTS
ATO
MTO
ETO
Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Decoupling
Point
Sistem MTS akan cocok untuk produk-produk fungsional yang variasinya sedikit dan dan ketidakpastian
permintaannya relatif rendah, karena pada lingkungan MTS pelanggan membeli dari langsung dari stock
yang tersedia, tingkat pelayanan pelanggan ditentukan oleh ada tidaknya produk yang dicari.
ATO adalah sistem dimana hanya kegiatan perakitan yang menunggu pesanan dari pelanggan, sedangkan
kegiatan fabrikasi komponen dilakukan atas dasar ramalan. ATO cocok pada sistem yang memproduksi banyak
variasi products dengan kesamaan komponen antar produk yang cukup tinggi. Jadi, DP ditempatkan setelah
proses fabrikasi atau di awal proses perakitan yang berarti bahwa persediaan akan disimpan dalam bentuk
komponen-komponen (atau modul-modul) yang sudah siap dirakit.
MTO, kegiatan fabrikasi komponen tidak bisa dikerjakan tanpa menunggu pesanan dari pelanggan karena setiap pesanan
mungkin membutuhkan jenis komponen yang berbeda-beda.

ETO, memiliki DP di awal proses perancangan produk. Artinya, produk baru dirancang setelah ada pesanan dari
pelanggan. Model ini biasanya cocok kalau tiap pelanggan membutuhkan produk dengan rancangan yang spesifik.

Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Decoupling
Point

Postponement bisa
mengurangi resiko suatu
produk menumpuk
berlebih di akhir musim
jualnya karena tidak
terserap oleh pasar dan
maupun resiko kekurangan
pada produk jenis lain.
Menentukan aktivitas
mana yang perlu ditunda
dan mana yang bisa
dikerjakan terlebih dahulu
tentu merupakan
keputusan strategis pada
suatu supply chain.

Posisi decoupling point bisa


diubah maju atau mundur
pada suatu supply chain
tergantung pada arah
strategi yang ditetapkan.
Salah satu strategi penting
pada supply chain yang
terkait dengan
penggeseran posisi OPP/DP
adalah postponement.

Salah satu strategi penting


pada supply chain yang
terkait dengan
penggeseran posisi OPP/DP
adalah postpenement.
Postponement pada
dasarnya menunda
differensiasi produk sampai
ada pesanan dari
pelanggan.

Supply Chain Management

Walaupun konsep
postponement lebih
banyak dikaitkan dengan
penundaan suatu kegiatan
produksi, analogi sejenis
juga bisa diterapkan pada
kegiatan pengiriman
logistik.

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Time To
Market
Perancangan produk baru adalah salah satu fungsi vital yang sejajar dengan fungsi-fungsi lain seperti
pengadaan material, produksi dan distribusi. Perancangan produk baru termasuk dalam kelompok
fungsi mediasi pasar bersama aktivitas riset pasar, dan pelayanan purna jual. Dengan demikian karena
perancangan produk adalah upaya untuk mengakomodasikan aspirasi pelanggan sehingga produk yang
dihasilkan akan sesuai dengan yang diinginkan.
Keinginan pelanggan yang beragam dan semakin tinggi serta persaingan yang ketat mendorong
perusahaan-perusahaan untuk semakin inovatif dalam menciptakan produk-produk baru. Menurut
Handfield & Nichols (2002), sekitar 40% pendapatan (revenue) perusahaan dewasa ini berasal dari
produk-produk baru yang diluncurkan setahun sebelumnya.
Selera konsumen yang dinamis disertai kemampuan supply chain untuk mengantisipasinya
mengakibatkan siklus hidup produk-produk inovatif menjadi semakin pendek. Namun saat ini banyak
produk-produk fungsionalpun berubah menjadi produk inovatif.
Siklus hidup produk yang semakin pendek membawa banyak implikasi terhadap bagaimana
perusahaan bersaing dipasar serta bagaimana mereka harus mengelola aktivitas-aktivitas supply chain.

Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Time To
Market
Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Time To
Market
Bagi perusahaan yang menangani produk-produk inovatif, kecepatan meluncurkan
rancangan-rancangan yang baru sangatlah penting
Time to market adalah waktu antara gagasan perancangan produk baru dimulai sampai
produk tersebut dipasarkan. Proses merancang produk baru harus melalui berbagai fase
kegiatan dan masing-masing kegiatan memakan waktu dan biaya
Proses dari pencarian ide sampai rancangan siap diluncurkan bisa cukup lama dan di
dalamnya sering kali terjadi pengulangan-pengulangan untuk menyesuaikan rancangan
dengan informasi-informasi terbaru yang diperoleh tim perancang. Fase-fase kegiatan
dalam perancangan produk baru, secara umum adalah :
Idea generation
Business / technical assessment
Product concept
Product engineering & design
Prototype design
Test and pilot production
Manufacturing ramp up
Launch

Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Time To
Market
Banyak cara yang bisa dilakukan perusahaan
untuk memperpendek time to market :
Survey yang dilakukan oleh Handfield et al. (1999)
menunjukan bahwa keterlibatan suppliers kunci dalam
proses perancangan produk baru memberikan manfaat yang
signifikan. Beberapa manfaat yang diperoleh antara lain
penghematan biaya material, peningkatan kualitas dan
kecocokan material dengan rancangan yang dibuat, serta
pengurangan waktu perancangan maupun waktu
manufaktur.
Integrasi supplier penting dalam pengembangan produkproduk baru, perusahaan yang bersaing atas dasar inovasi
juga perlu menggunakan sejumlah kriteria lain dalam
pemilihan supplier antara lain :
1.
Kemampuan
dan
kemauan
mereka
untuk
berpartisipasi dalam proses perancangan termasuk
untuk mencapai kesepakatan tentang isu-isu hak
kekayaan intelektual dan hal-hal yang bersifat rahasia
2.
Kemauan mereka untuk memberikan komitmen
waktu, tenaga (staff), maupun sumber daya lain yang
diperlukan dalam perancangan produk baru

Supply Chain Management

Untuk
mengurangi
pengulanganpengulangan yang mahal dan lama,
berbagai aktivitas yang terkait dengan
perancangan dan peluncuran produk baru
dikerjakan
lebih
dini.
Misalnya,
perancangan proses manufaktur sudah
dimulai sebelum rancangan produk selesai
dibuat. Praktek melibatkan fungsi-fungsi
lain sejak dini dalam perancangan produk
serta secara simultan untuk melakukan
kegiatan yang tadinya dikerjakan secara
sequansial (satu sesudah yang lain)
dinamakan dengan concurrent engineering.

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Time To
Market

Dewasa ini ongkos transportasi dan persediaan merupakan supply chain cost driver yang besar
porsinya. Oleh karena itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merancang produk baru
semestinya bukan hanya masalah kemudahan untuk diproduksi, kelayakan jual, biaya, dan waktu
pengembangan rancangan tersebut, namun juga hal-hal lain seperti aspek lingkungan dan aspekaspek supply chain management.

Rancangan produk yang mempertimbangkan supply chain management dinamakan design


for SCM. Secara umum design for SCM mempertimbangkan hal-hal seperti :

Kemudahan untuk
menyimpan,
mengirim dan
mengembalikan
produk tersebut

Fleksibilitas
rancangan terhadap
perubahan
permintaan
pelanggan

Modularity :
banyaknya
komponen atau
modul yang sama
yang bisa digunakan
untuk membuat
produk akhir yang
berbeda

Aspek lokalisasi :
rancangan yang
memperhatikan bisa
tidaknya sebagian
kegiatan perakitan
akhir (finalisasi)
dilakukan di area
pemasaran

Reuseability dari
rancangan

Rancangan yang
mendukung mass
customization

Pabrik hanya menyiapkan produk-produk standar dan kegiatan lokalisasi dipindahkan ke pusatpusat distribusi, hal ini dinamakan logistics postponement. Praktek ini memungkinkan
meningkatkan keceptan respon ke pasar serta mengurangi ongkos-ongkos supply chain.

Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Time To
Market
Supply Chain Management

Romi Vernando Kudato, SE, MM.Tr

Anda mungkin juga menyukai