Anda di halaman 1dari 9

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Gejala Klinis:
1. Telinga terasa ada cairan
2. Telinga keluar nanah
3. Telinga berdenging
4. Pendengaran berkurang

Otitis Media Serosa Akut


Otitis Media Serosa Akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba
yang diakibatkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain oleh
sumbatan tuba yang secara tiba-tiba seperti pada Barotraoma, infeksi virus pada jalan napas,
adanya alergi pada jalan napas atas dan oleh adiopatik.
Gejala Klinis:
1. Pendengaran berkurang
2. Telinga terasa penuh
3. Suara sendiri terdengar berbeda
4. Telinga nyeri
5. Telinga terasa ada cairan
6. Telinga berdenging
7. Adanya perasaan berputar (pusing)
Otitis Media Serosa Kronis (Glue Ear)
Batasan antara kondisi Otitis Media Serosa Akut dan Otitis Media Serosa Kronik hanya pada cara
terbentuknya sekret. Pada Otitis Media Serosa Akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga
tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronik sekret terbentuk
secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.
Gejala Klinis:
1. Telinga keluar nanah
2. Telinga tidak dapat mendengar sama sekali (tuli)
Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media Akut terjadi karena fungsi Tuba Eustachius terganggu yang mengakibatkan
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke
dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga, pencetus terjadinya OMA karena
infeksi saluran nafas atas.
Gejala Klinis:
1. Demam
2. Telinga nyeri
3. Batuk
4. Hidung keluar ingus

5. Badan terasa lesu


6. Pendengaran berkurang
7. Telinga terasa penuh
Otosklerosis
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di
daerah kaki stapes sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran suara
ke labirin dengan baik.
Gejala Klinis:
1. Telinga berdenging
2. Pendengaran berkurang
3. Adanya perasaan berputar (pusing)
4. Telinga tidak dapat mendengar sama sekali (tuli)
5. Pendengaran lebih baik pada ruangan bising
Barotrauma (Aerotitis)
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga
tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam yang menyebabkan tuba gagal untuk
membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg maka otot yang normal aktivitasnya
tidak mampu membuka tuba.
Gejala Klinis:
1. Pendengaran berkurang
2. Telinga nyeri
3. Telinga terasa ada cairan
4. Telinga berdenging
5. Adanya perasaan berputar (pusing)
Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otitis Eksterna Sirkumskripta terjadi karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung
adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu
dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel (bisul). Kuman
penyebabnya bisanya Stapylococcus aureus atau Stapylococcus albus.
Gejala Klinis:
1. Adanya benjolan di telinga
2. Telinga nyeri
3. Nyeri saat membuka mulut
4. Pendengaran berkurang
5. Demam
Otitis Eksterna Difus
Otitis Eksterna Difus biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga dalam. Infeksi ini juga
dikenal dengan nama "swimmer ear". Bisanya terjadi pada cuaca yang panas dan lembab.
Danau, laut, dan kolam renang pribadi merupakan sumber potensial untuk infeksi ini. Kuman
penyebabnya bisanya golongan Pseodomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab adalah

Stapylococcus albus, Escheria koli dan sebagainya.


Gejala Klinis:
1. Adanya benjolan di telinga
2. Telinga nyeri
3. Pendengaran berkurang
4. Telinga terasa ada cairan
5. Nyeri saat membuka mulut
Otomikosis
Otomikosis yaitu infeksi pada liang telinga yang diakibatkan karena jamur. Dua jenis jamur yang
paling sering ditemukan pada tempat ini adalah Pityrosporium dan Aspergillus (A. niger, A.
flavus).
Gejala Klinis:
1. Telinga terasa gatal
2. Telinga terasa penuh
Otitis Eksterna Maligna
Otitis Eksterna Maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut difus di liang telinga luar.
Bisanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Bila pada Otitis Media
peradangan hanya terbatas pada kulit, pada Otitis Eksterna Maligna peradangan dapat meluas
secara progresif ke lapisan subkutis dank e organ sekitarnya.
Gejala Klinis:
1. Telinga bengkak
2. Telinga terasa gatal
3. Telinga nyeri
4. Telinga terasa ada cairan
Tonsilitis Akut
Radang aku tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus ? hemolitikus, Pneumokokus,
Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan
tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfornuklear sehingga
terbentuk detritus.
Gejala Klinis:
1. Nyeri tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Telinga nyeri
4. Nyeri sendi-sendi
5. Demam
6. Badan terasa lesu
7. Nafas bau
Abses Peritonsil (Quinsy)
Abses Peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi Tonsillitis Akut atau infeksi yang bersumber
dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabnya sama dengan

kuman penyebab Tonsilitis.


Gejala Klinis:
1. Nyeri tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Telinga nyeri
4. Nyeri sendi-sendi
5. Demam
6. Badan terasa lesu
7. Nyeri saat membuka mulut
8. Mual dan muntah
9. Suara sengau
10. Nafas bau
11. Ludah banyak
Abses Retrofaring
Abses Retrofaring biasanya ditemukan pada anak yang berusia dibawah 5 tahun. Hal ini terjadi
karena pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa masing-masing 2-5 buah
pada sisi kanan dan kiri. Kelenjar ini menampung aliran limfa dari hidung, sinus paranasal,
nasofaring, faring, tuba Eustachius dan telinga tengah. Pada usia di atas 6 tahun kelenjar limfa
akan mengalami atrofi.
Gejala Klinis:
1. Nyeri tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Demam
4. Nyeri leher
5. Leher kaku
6. Sukar bernafas
Abses Parafaring
Abses Parafaring terjadi karena ruang parafaring mengalami infeksi. Infeksi ini biasa terjadi
akibat tusukan jarum yang telah terkontaminasi kuman pada saat melakukan tonsilektomi dengan
analgesia atau penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, atau submandibula.
Gejala Klinis:
1. Leher kaku
2. Nyeri leher
3. Demam
4. Suara sengau
5. Nyeri saat menelan
Angina Ludovici
Angina Ludovici adalah infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas berupa
pembengkakan seluruh ruang submandibula, tidak membentuk abses sehingga keras pada
perabaan submandibula.

Gejala Klinis:
1. Dasar mulut bengkak
2. Nyeri leher
3. Nyeri tenggorokan
4. Demam
Laringitis Akut
Penyalahgunaan suara, inhalasi uap toksik, dan infeksi menimbulkan Laringitis Akut. Infeksi
biasanya bisanya tidak terbatas pada laring, namun merupakan suatu pan-infeksi yang melibatkan
sinus, telinga, lating dan bronkus. Virus influenza, adenovirus, dan steptokok merupakan
organisme penyebab yang tersering.
Gejala Klinis:
1. Nyeri saat menelan
2. Suara serak
3. Badan terasa lesu
4. Demam
5. Batuk
Laringitis Tuberkulosis
Penyakit Laringitis Tuberkulosis hampir selalu sebagai akibat tuberkulosis paru. Sering sekali
setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh tetapi Laringitis Tuberkulosisnya
menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta
vaskularisasi yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago
pengobatannya akan menjadi lama.
Gejala Klinis:
1. Keluar keringat pada malam hari
2. Demam
3. Tenggorokan terasa tertekan, panas dan kering
4. Suara parau
5. Nyeri saat menelan
6. Batuk
7. Sukar bernafas
Sumbatan Laring
Sumbatan Laring dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya radang akut dan radang
kronis, benda asing, trauma akibat kecelakaan, tumor laring, atau kelumpuhan nervus rekuren
bilateral. Prinsip penaggulangan Sumbatan Laring adalah dengan menghilangkan penyumbatan
dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi.
Gejala Klinis:
1. Suara serak
2. Sukar bernafas
3. Nafas berbunyi ketika menarik nafas
4. Ada cekungan di pangkal leher ketika menarik nafas

Tumor Ganas Esofagus


Penyebab Tumor Ganas Esofagus sampai saat ini belum diketahui. Beberapa faktor yang erat
hubungannya dengan timbulnya Tumor Ganas Esofagus adalah makanan yang mengandung zat
bersifat karsinogenik misalnya nitrosamin, alkohol, tembakau, dan makanan yang telah berjamur.
Gejala Klinis:
1. Suara parau
2. Nyeri saat menelan
3. Sukar bernafas
4. Batuk
5. Nyeri punggung
Sinusitis Maksilaris
Sinisitis Maksilaris biasanya menyusul suatu infeksi saluran napas atas yang ringan. Alergi
hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang
paling sering ditemukan. Gambaran radiologik Sinusitis Maksilaris mula-mula berupa penebalan
mukosa, selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat
atau akibat akumulasi cairan yng memenuhi sinus.
Gejala Klinis:
1. pipi atau kelopak mata bawah bengkak
2. Nyeri gigi
3. Demam
4. Nyeri kepala
Sinusitis Etmoidalis
Sinusitis Etmoidalis terisolasi lebih lazim pada anak, sering kali bermanifestasi sebagai selulitis
orbita. Pada orang dewasa sering bersama-sama dengan Sinusitis Maksilaris serta dianggap
sebagai penyerta Sinusitis Frontalis yang tidak dapat dielakkan.
Gejala Klinis:
1. Nyeri pangkal hidung
2. Nyeri sekitar mata
3. Nyeri pada pelipis
4. Demam
5. Hidung tersumbat
Sinusitis Frontalis
Sinusitis Frontalis hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis anterior. Sinus
Frontalis berkembang dari sel-sel udara etmoidalis anterior dan duktus nasalis frontalis yang
berlekuk-lekuk berjalan amat dekat dengan sel-sel ini.
Gejala Klinis:
1. Nyeri pada dahi
2. Dahi dan kelopak mata atas bengkak

3. Demam
4. Nyeri kepala
Sinusitis Sfenoidalis
Sinusitis Sfenoidalis terisolasi amat jarang. Sinusitis ini dicirikan oleh nyeri kepala yang
mengarah ke verteks kranium. Namun penyakit ini lebih lazim menjadi bagian dari pansinusitis.
Gejala Klinis:
1. Nyeri di belakang bola mata
2. Demam
3. Nyeri kepala
Sinusitis Kronis
Sinusitis Kronis berbeda dari Sinusitis Akut dalam berbagai aspek, umumnya Sinusitis Kronis
sukar disembuhkan dengan Pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan
faktor predisposisinya. Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan
mukosa hidung. Perubahan mukosa hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi
imunologik. Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi kronis
apabila pengobatan pada Sinusitis Akut tidak sempurna.
Gejala Klinis:
1. Hidung keluar ingus
2. Tenggorokan gatal
3. Pendengaran berkurang
4. Nyeri kepala
5. Batuk
Karsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak yang
ditemukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan Karsinoma
Nasofaring. Sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab Karsinoma Nsofaring adalah virus
Epstein-Barr karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EB yang cukup
tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas leher dan kepala lainnya,
tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada kelainan nasofaring yang lain sekalipun.
Gejala Klinis:
1. Hidung keluar darah
2. Adanya benjolan di leher
3. Hidung keluar ingus
4. Hidung tersumbat
5. Telinga berdenging
6. Telinga nyeri
Faringitis Akut
Faringitis Akut dapat menyerang semua umur. Penyebab terbanyak radang pada faring adalah
kuman golongan Streptokokus ?hemolitikus, Streptokokus viridans dan Streptokokus piogenes.
Gejala Klinis:

1. Nyeri saat menelan


2. Nyeri tenggorokan
3. Batuk
4. Demam
5. Mual dan muntah
6. Suara parau
7. Leher bengkak
Tonsilitis Akut
Radang aku tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus ? hemolitikus, Pneumokokus,
Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan
tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfornuklear sehingga
terbentuk detritus.
Gejala Klinis:
1. Nyeri tenggorokan
2. Nyeri saat menelan
3. Telinga nyeri
4. Nyeri sendi-sendi
5. Demam
6. Badan terasa lesu
7. Nafas bau
Polip Hidung
Polip nasi adalah kelainan mukosa hidung berupa massa lunak yang bertangkai, berbentuk bulat
dan lonjong, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan licin dan agak bening karena
mengandung cairan. Ada tiga factor terjadinya polip yaitu : adanya peradangan kronik dan
berulang pada mukosa hidungdan sinus, adanya gangguan keseimbangan vasomotor, dan
adanya peningkatan tekanan cairan interstitial dan edema mukosa hidung.
Gejala Klinis:
1. Terasa ada benjolan di hidung
2. Hidung tersumbat
3. Hidung keluar ingus
4. Gangguan mencium bau
5. Nyeri pada muka
Deviasi Septum
Septum adalah pembatas lubang hidung kiri dan kanan, merupakan kerangka penunjang yang
dilapisi oleh selaput lendir dan sebagian besar terdiri dari tulang rawan (kartilago). Diperkirakan
80% dari septum terletak menyimpang dari garis tengah, dan hal ini seringkali tidak
diperhatikan. Bentuk septum normal adalah lurus ditengah rongga hidung. Deviasi septum yang
ringan tidak akan mengganggu, akan tetapi apabila deviasi cukup berat maka akan menyebabkan
penyempitan pada salah satu sisi hidung. Dengan demikian dapat mengganggu fungsi hidung
dan menyebabkan komplikasi.
Gejala Klinis:
1. Hidung bengkok (menyerupai huruf "S" atau "C")
2. Hidung tersumbat

3. Nyeri kepala
4. Nyeri sekitar mata
5. Gangguan mencium bau
6. Sukar bernafas
Rinitis Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pasien atopi yang
sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Definisi menurut WHO
ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, hidung keluar ingus (rinore), rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh lg E.
Gejala Klinis:
1. Bersin-bersin
2. Hidung tersumbat
3. Hidung keluar ingus
4. Hidung terasa gatal
5. Mata gatal dan berair
Rinitis Vasomotor
Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung
yang disebkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Keseimbangan vasomotor dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara,
perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya. Pada pasien Rinitis Vasomotor mekanisme
pengatur ini hiperaktif dan cenderung saraf parasimpatis lebih aktif.
Gejala Klinis:
1. Hidung tersumbat pada pagi hari
2. Hidung keluar ingus

Anda mungkin juga menyukai