Anda di halaman 1dari 10

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Terjemahan Jurnal
30 Desember 2016

Manajemen resorpsi internal yang diamati setelah pulpotomi mineral trioxide


aggregate pada gigi molar sulung : Sebuah laporan kasus dengan 36 bulan
follow-up
(Management of internal resorption observed after a mineral trioxide aggregate pulpotomy in a
primary molar tooth: A case report with a 36-month follow-up)

Nama
Stambuk
Pembimbing
Hari/ Tanggal
Tempat
Sumber

: Ikramullah Mahmuddin
: J111 12 269
: drg. Adam Malik Hamudeng, M.MedEd
: Jumat/ 30 Desember 2016
: RSGMP Kandea
: Journal of Pediatric Dentistry 2016; 4(1) :14-7

DIBACAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

Manajemen resorpsi internal yang diamati setelah pulpotomi mineral trioxide


aggregate pada gigi molar sulung : Sebuah laporan kasus dengan 36 bulan
follow-up

ABSTRAK
Laporan ini membahas manajemen dari resorpsi internal yang terlihat setelah pulpotomi mineral
trioxide aggregate (MTA) pada gigi molar sulung dan menyajikan evaluasi histologis. Resorpsi
internal terdeteksi di akar distal dari gigi molar sulung di sepertiga koronal, 3 bulan setelah
pulpotomi MTA. Resorpsi tersebut tidak berkembang dan diperbaiki dengan aposisi. Pada 36
bulan follow-up, gigi diekstraksi, dan evaluasi histologis menunjukkan bahwa jaringan tulang
dewasa baru telah terbentuk di daerah resorpsi. Selain itu, jembatan jaringan keras ditentukan
pada bagian apikal di daerah resorpsi dan vitalitas pulpa juga dipertahankan. Bukti dari studi
kasus ini menunjukkan bahwa resorpsi akar internal dapat dibatasi , stabil, dan dapat
disembuhkan.

Kata kunci: resorpsi internal, mineral trioxide aggregate, molar sulung, pulpotomi, sodium
hipoklorit
PENDAHULUAN
Resorpsi internal adalah kondisi peradangan yang menghasilkan kerusakan progresif
dentin intraradikular dan tubulus dentin dari dinding saluran. Terdapat pula metaplasia yang
menyertai jaringan ikat normal dan makrofag untuk membentuk giant multinuclear odontoclasts
yang secara struktural dan fungsional mirip dengan osteoklas tulang.1 Ruang resorptive mungkin

diisi dengan jaringan granulasi saja, atau dapat pula ditemukan dalam kombinasi antara jaringan
mineralisasi tulang dan sementum.2
Faktor etiologi yang mungkin menjadi penyebab terjadinya resorpsi internal setelah
perawatan pulpotomi pada gigi sulung antara lain cedera mekanik atau kimia pada jaringan
pelindung dan stimulasi oleh infeksi atau tekanan.3
Mineral Trioxide Aggregate (MTA) merupakan bahan yang relatif baru tetapi tampaknya
menjadi bahan pengganti yang cocok untuk perawatan pulpa. Studi mengkonfirmasi bahwa
hanya sedikit atau tidak ada kegagalan radiografi terjadi setelah perawatan pulpotomi MTA.4,5
Laporan ini membahas manajemen resorpsi internal yang terlihat setelah perawatan pulpotomi
MTA pada gigi molar dua sulung rahang bawah dalam 36-bulan follow-up, dan menyajikan
evaluasi histologis setelah ekstraksi gigi.

LAPORAN KASUS
Seorang gadis 8 tahun dirujuk ke Departemen Kedokteran Gigi Anak pada Maret 2010
untuk pemeriksaan gigi rutin. Riwayat medisnya noncontributory. Pemeriksaan radiografi
memperlihatkan karies dentin dalam pada gigi molar kedua kanan rahang bawah [Gambar
1a]. Berdasarkan temuan ini, prosedur perawatan, dan kemungkinan ketidaknyamanan yang akan
terjadi dijelaskan kepada orang tua pasien.

Gambar 1: (a) Radiografi bitewing sebelum pulpotomi dari gigi molar dua sulung rahang bawah.(b) Setelah kinerja
pulpotomi mineral trioxide aggregate. (c) Radiografi 3-bulan follow-up pada gigi dengan resorpsi internal dalam
akar distal. (d) Radiografi gigi 9-bulan follow-up. Perhatikan tidak ada perluasan atau penambahan tanda-tanda
kegagalan radiografi di daerah resorpsi. (e) Radiografi gigi 12-bulan follow-up. Perhatikan jaringan keras trabekula
di daerah resorpsi. (f) Radiografi gigi 18-bulan follow-up. (g) Radiografi gigi 24-bulan follow-up. (h) Radiografi gigi
32-bulan follow-up.

Setelah pemberian anestesi lokal (Aventis, Istanbul, Turki), gigi diisolasi dengan rubber
dam. Setelah preparasi kavitas, pulpa terkena secara mekanis, dan diputuskan perawatan
pulpotomi pada gigi akan menjadi jalan terbaik berdasarkan dari diameter perforasi dan status
pendarahan. Setelah perdarahan dihentikan, cotton pellet yang telah diberikan 5% sodium
hypochlorite (NaOCI) diaplikasikan untuk mensterilkan ruang pulpa selama 30 detik. Ruang
pulpa kemudian ditutup dengan pasta MTA (white ProRoot MTA; Dentsply, Tulsa, OK,
USA). Sebuah cotton pellet yang dibasahi ditempatkan di atas pasta MTA, dan gigi untuk
sementara direstorasi dengan reinforced zinc oxide eugenol (IRM, Dentsply, Milford, DE) untuk
memungkinkan MTA setting sempurna. Gigi kemudian direstorasi dengan stainless steel crown
setelah 24 jam [Gambar 1b]. Dalam kunjungan kontrol pertama, resorpsi internal terdeteksi di
sepertiga koronal dari akar distal dalam jangka waktu 3 bulan [Gambar 1c]. Resorpsi kemudian
diikuti, dan ditetapkan bahwa tidak ada perluasan atau penambahan tanda-tanda kegagalan
radiografi di daerah resorpsi dalam jangka waktu 9 bulan [Gambar 1d]. Selain itu, jaringan keras

trabekula ditentukan di daerah resorpsi pada waktu 12 bulan [Gambar 1e]. Pada akhir 18, 24, dan
32 bulan periode follow-up, daerah resorpsi tidak mengalami perluasan dan diperbaiki dengan
aposisi [Gambar 1f-h]. Jaringan radiopak yang terkalsifikasi mengelilingi jaringan pulpa. Erupsi
fisiologis dari succedaneous gigi permanen tidak terpengaruh dalam proses ini. Setelah followup 36 bulan, gigi diekstraksi untuk evaluasi histopatologi ketika dua-pertiga dari akar gigi
succedaneous telah berkembang. Karena sebelumnya telah dilaporkan tingginya insiden
kegagalan resorpsi internal, maka interval follow-up jangka pendek digunakan untuk
mengevaluasi perubahan klinis dan radiografi gigi selama 12 bulan pertama. Setelah itu,
perubahan klinis dan radiografi diamati setiap 6 bulan sesuai dengan pedoman. 6 Menurut
pedoman yang sama, dokter harus memantau resorpsi internal, menghilangkan gigi yang terkena
jika perforasi menyebabkan hilangnya tulang yang mendukung dan /atau tanda-tanda klinis dari
infeksi dan peradangan untuk membebaskan gigi succedaneous. Setelah ekstraksi, gigi segera
dibenamkan di 10% buffered formalin, tertanam dalam parafin, dan secara seri dipotong
melewati saluran akar dalam arah mesiodistal menggunakan mikrotom untuk memperoleh
potongan dengan ketebalan 5m. Potongan diwarnai menggunakan hematoxylin-eosin dan
diperiksa di bawah mikroskop cahaya. Dalam evaluasi histologis, jaringan keras diamati di
daerah resorpsi yang diperbaiki, dan jaringan ini terbentuk dari jaringan tulang dewasa baru
dengan struktur pipih. Osteoblas diamati di sekitar bone island, dan jaringan interstitial edema
diamati dalam struktur tulang. Jembatan jaringan keras, yang terdiri dari jaringan cementoid dan
dentin, ditentukan pada daerah apikal di daerah resorpsi yang diperbaiki. Karakteristik dari
struktur pulpa yang sehat ditandai dengan adanya jaringan ikat fibrosis yang diamati di bawah
jembatan jaringan keras [Gambar 2] .

Gambar 2: (a) Gambaran umum dari bagian histologis molar kedua sulung rahang bawah ( 20). (b) Pembesaran
dari formasi jembatan jaringan keras (panah) terdiri dari jaringan cementoid dan dentin di bawah daerah resorpsi
internal yang diperbaiki. Struktur pulpa yang sehat ditandai dengan adanya jaringan ikat fibrotic di bawah jembatan
jaringan keras (tanda bintang) ( 200). (c) Pembentukan jaringan keras di daerah resorpsi yang diperbaiki (tanda
bintang) ( 100). (d) Pembesaran dari jaringan keras, yang membentuk struktur pipih dengan jaringan tulang dewasa
baru, di daerah resorpsi internal yang diperbaiki (panah). Osteoblast sekitar bone island dan jaringan interstitial
edema pada struktur tulang (tanda bintang) ( 400).

PEMBAHASAN
Kegagalan pulpotomi pada gigi sulung dapat dikaitkan dengan peradangan yang tidak
terdiagnosis dalam pulpa residual sebelum perawatan atau kontaminasi pulpa karena kebocoran
mikro dari bahan restorasi.7 Dalam hal ini, kegagalan terdeteksi pada gigi yang direstorasi
dengan mahkota stainless steel, dengan demikian, menghilangkan kemungkinan kontaminasi
karena buruknya seal restorasi. Karena aktivitas osteoklas yang terjadi hanya dalam kondisi
peradangan dan tidak dalam pulpa yang sehat, maka resorpsi internal yang diamati selama
evaluasi pertama mungkin terjadi sebagai akibat dari peradangan yang tidak terdiagnosis pada
pulpa residual pada kasus ini.

Menurut kriteria radiografi tradisional, resorpsi internal telah dikategorikan sebagai


kegagalan radiografi dalam literatur. Namun, beberapa penulis tidak menganggap resorpsi
internal sebagai tanda kegagalan. Smith et al.9 menyatakan bahwa mendefinisikan perubahan
tulang dibandingkan perubahan gigi harus dianggap ketika mengevaluasi keberhasilan dari
sebuah pulpotomi. Mereka tidak mempertimbangkan beberapa kriteria kegagalan radiografi
tradisional, selama gigi tetap tidak terpengaruh. Meskipun pendekatan ini tidak sepenuhnya
diterima oleh beberapa penulis, dan mereka tidak memasukkan resorpsi internal dalam definisi

keberhasilan perawatan, mereka mengusulkan bahwa proses tidak memerlukan intervensi dan
bisa dibiarkan untuk observasi follow-up. Selama ini, mereka berharap pada penangkapan proses
dan pengembangan metamorphosis dari kalsifikasi, selama hal itu tidak berhubungan dengan
inflamasi eksternal resorpsi akar.10 Untuk alasan ini, resorpsi internal tidak diobati dalam kasus
ini karena gigi adalah asimptomatik dan tidak menunjukkan tanda-tanda kegagalan
klinis. Namun, resorpsi internal yang terus bisa berkembang, melibatkan perubahan osseus, dan
tanda-tanda klinis dan gejala dapat dideteksi di masa kunjungan follow-up.4 Oleh karena itu,
evaluasi klinis dan radiografi berkala dari resorpsi internal yang dilakukan untuk membuat
intervensi tepat waktu dan mencegah pengganti permanen. Selama masa follow-up, daerah
resorpsi tidak diperluas tapi diperbaiki dengan jaringan radiopak kalsifikasi, dan erupsi gigi
permanen succedaneous menjadi lokasi yang tepat tanpa cacat enamel. Penangkapan
perkembangan proses resorpsi internal dengan pengganti dengan bahan kalsifikasi dilaporkan
sebelumnya oleh Smith et al.9 pada pulpotomi molar sulung dengan ferric sulfate.

Perawatan pulpotomi didasarkan pada asumsi bahwa peradangan terbatas pada pulpa
koronal. Definisi klinis status histologis pulpa residual cukup sulit. 10,11 Setelah penentuan akurat
dari status pulpa radikuler, faktor penting lain adalah pemilihan bahan. NaOCI adalah agen
antibakteri yang kuat dan telah digunakan dalam beberapa penelitian mengikuti paparan mekanik
pulpa. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan NaOCI tidak beracun untuk
sel pulpa dan tidak menghambat penyembuhan pulpa, pembentukan sel odontoblast, dan
pembentukan jembatan dentin. Penggunaan NaOCI direkomendasikan sebagai pengobatan rutin
untuk jaringan pulpa setelah paparan mekanik. Hafez dkk.12 mendukung penggunaan NaOCI
untuk desinfeksi dan amputasi kimia pada operasi debris, clot, dan coagulum debris, dan untuk

pembentukan antarmuka dentin-pulpa bebas dari biofilm organik sebelum penempatan


obat. Oleh karena itu, aktivitas antibakteri, maupun bekuan fibrin dan potensi pembersihan chip
dentin, dari NaOCI pada jaringan pulpa yg terletak di bawah mungkin telah mendorong
penyembuhan resorpsi internal dalam kasus ini.

Penelitian telah menunjukkan bahwa MTA adalah biokompatibel dan mendorong


regenerasi jaringan asli ketika ditempatkan dalam kontak dengan jaringan pulpa. MTA dapat
setting dalam kondisi lembab dan tidak terpengaruh adanya darah atau eksudat, yang mungkin
telah memicu sifat better-sealing.13,14 Oleh karena itu, MTA dapat digunakan di daerah di mana
hampir tidak mungkin untuk mendapatkan lingkungan yang benar-benar kering seperti di ruang
pulpa. Selain itu, keberhasilan materi telah dikaitkan dengan menekan risiko peradangan
berikutnya ketika kontak yang sesuai disediakan dengan jaringan pulpa. 4 Karena fitur
physiochemical baik dari MTA, proses penyembuhan dapat terjadi setelah penggunaan bahan ini
sebagai agen pulpotomi. Dalam laporan kasus ini, kontribusi yang mungkin aplikasi NaOCI
sebagai agen antibakteri ruang pulpa tidak jelas. Oleh karena itu, setelah desinfeksi dan amputasi
kimia dari ruang pulpa dengan NaOCI, MTA tampaknya menjadi bahan yang paling tepat untuk
digunakan sebagai bahan pulpotomi karena sifat fisik dan kimia yang lebih baik, dibandingkan
dengan bahan pulpotomi lainnya.

KESIMPULAN
Resorpsi akar internal dapat dibatasi, stabil, dan dapat disembuhkan. Dokter gigi anak
harus memantau resorpsi internal dan mengikuti tanda-tanda klinis dan radiografi. MTA

tampaknya merupakan bahan pulpotomi yang ideal dan lebih disukai, terutama untuk pulpotomi
jangka panjang pada gigi sulung.

REFERENSI
1. Lee L. Inflammatory lesions of the jaws. In: Pharoah MJ, White SC, editors. Oral Radiology,
Principles and Interpretation. Philadelphia: CV Mosby Co.; 2009. p. 328.
2. Lyroudia KM, Dourou VI, Pantelidou OC, Labrianidis T, Pitas IK. Internal root resorption
studied by radiography, stereomicroscope, scanning electron microscope and computerized
3D reconstructive method. Dent Traumatol 2002;18:148-52.
3. Fuss Z, Tsesis I, Lin S. Root resorption - diagnosis, classification and treatment choices
based on stimulation factors. Dent Traumatol 2003;19:175-82.
4. Farsi N, Alamoudi N, Balto K, Mushayt A. Success of mineral trioxide aggregate in
pulpotomized primary molars. J Clin Pediatr Dent 2005;29:307-11.
5. Stringhini Junior E, Vitcel ME, Oliveira LB. Evidence of pulpotomy in primary teeth
comparing MTA, calcium hydroxide, ferric sulphate, and electrosurgery with formocresol.
Eur Arch Paediatr Dent 2015;16:303-12.
6. American Academy of Pediatric Dentistry. Available at: http://www.aapd.org/policies.
Guideline on pulp therapy for primary and immature permanent teeth. 2015/2016;37:244-52.
7. Holan G, Fuks AB, Ketlz N. Success rate of formocresol pulpotomy in primary molars
restored with stainless steel crown vs amalga. Pediatr Dent 2002;24:212-6.
8. Waterhouse PJ, Nunn JH, Whitworth JM, Soames JV. Primary molar pulp therapy histological evaluation of failure. Int J Paediatr Dent 2000;10:313-21.
9. Smith NL, Seale NS, Nunn ME. Ferric sulfate pulpotomy in primary molars: A retrospective
study. Pediatr Dent 2000;22:192-9.
10. Holan G, Eidelman E, Fuks AB. Long-term evaluation of pulpotomy in primary molars using
mineral trioxide aggregate or formocresol. Pediatr Dent 2005;27:129-36.
11. Azimi S, Fazlyab M, Sadri D, Saghiri MA, Khosravanifard B, Asgary S. Comparison of pulp
response to mineral trioxide aggregate and a bioceramic paste in partial pulpotomy of sound
human premolars: A randomized controlled trial. Int Endod J 2014;47:873-81.

12. Hafez AA, Cox CF, Tarim B, Otsuki M, Akimoto N. An in vivo evaluation of hemorrhage
control using sodium hypochlorite and direct capping with a one- or two-component adhesive
system in exposed nonhuman primate pulps. Quintessence Int 2002;33:261-72.
13. Torabinejad M, Pitt Ford TR, McKendry DJ, Abedi HR, Miller DA, Kariyawasam SP.
Histologic assessment of mineral trioxide aggregate as a root-end filling in monkeys. J Endod
1997;23:225-8
14. Torabinejad M, Parirokh M. Mineral trioxide aggregate: A comprehensive literature review -

part II: Leakage and biocompatibility investigations. J Endod 2010;36:190-202.

Anda mungkin juga menyukai