Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita keganasan (kanker).
Penyebab dan mekanismenya kompleks dan multifaktorial. Anemia pada keganasan sering
kali tidak diikuti tanda gejala kehilangan darah ataupun defisiensi nutrient (Kar, 2005).
Angka kejadian anemia pada keganasan tergolong tinggi. Penderita anemia pada
keganasan mencapai 50%. Prosentase ini meningkat menjadi hampir 90 % pada kanker
stadium lanjut atau kanker yang diobati dengan kemoterapi atau radioterapi (Muthalib &
Atmakusuma, 2001).
Hal yang serupa juga terjadi pada unit onkology Ruang 9 Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
Sebanyak 6 orang yang dirawat di Ruang 9 pada shift pagi tanggal 13 September 2016 (1
pasien dirawat di ICU) terdapat 4 orang menderita anemia ringan menurut klasifikasi The
national cancer institute dan cooperative oncology groups dengan kadar hemoglobin 11,9
hingga 10,4 mg/dL.
Berdasarkan tingginya angka kejadian anemia tingkat ringan di Ruang 9 RSSA Malang dan
pentingnya hemoglobin dalam mendukung proses penyembuhan serta keberhasilan terapi,
maka diperlukan suatu penyuluhan mengenai anemia pada keganasan.
MATERI
Muthalib dan Atmakusuma (2001) menjelaskan gambaran klinis yang muncul pada
penderita anemia dengan keganasan berdasarkan tingkatan anemia, yaitu:
Ringan (Hb >10-12 g/dl)
Kelelahan
Peningkatan detak jantung
Penurunan perfusi jaringan
Dilatasi sistem vaskuler
Ekstraksi O2 jaringan naik
efektivitas
pengobatan.
Anemia
mengganggu
respon
DAFTAR PUSTAKA
Muthalib, A., & Atmakusuma, D. 2001. Penatalaksanaan anemia pada pasien dengan
kemoterapi. Dalam: Setiati S, eds. Current diagnosis and treatment in internal
medicine 2001. Pusat Informassi dan Penerbitan: Jakarta.
Kar, A. S. 2005. Pengaruh Anemia Pada Kanker Terhadap Kualitas Hidup dan Hasil
Pengobatan. Disampaikan pada Pidato Pengukuhan Guru Besar FK USU. Medan:
FK USU
Rouli, N & Amalia, P. 2005. Anemia pada Penyakit Keganasan Anak. Sari Pediatri, 6 (4),
176-181