Oleh:
KELOMPOK 20
(155080200111036)
ANJA NAYA
(155080200111005)
AZAM FIRDAUS
(155080200111011)
(155080200111007)
DIMAS KURNIAWAN
(135080201111116)
(135080201111102)
FIENDO HARTAWANDI W
(155080200111046)
(155080200111053)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG
(155080200111036)
ANJA NAYA
(155080200111005)
AZAM FIRDAUS
(155080200111011)
(155080200111007)
DIMAS KURNIAWAN
(135080201111116)
(135080201111102)
FIENDO HARTAWANDI W
(155080200111046)
(155080200111053)
Mengetahui
Asisten Laporan
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Rahmat dan Berkat-Nya dapat terselesaikannya Laporan Praktikum Mata Kuliah
Ekologi Laut Tropis.Puji Syukur kembali kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas tuntunan dan hikmat yang diberikan sehingga dapat teratasinya
semua kendala yang kami alami dalam penulisan.
Laporan ini kami buat berdasar pada praktikum yang telah kami lakukan.
Setiap
bab
telah
disusun
secara
sistematis
yang
berisi
teori
dasar
praktikum,metode praktikum, alat dan bahan dan prosedur kerja dan hasil
pengamatan yang telah kami analisis.
Penulis merasa bahwa laporan akhir praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena keterbatasan kami.Untuk itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan dari pembaca yang membangun agar di waktu yang akan
datang laporan akhir praktikum ini dapat lebih sempurna. Akhir kata penulis
ucapkan terimaksih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG.........................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
1.1 Latar Belakang............................................................................................6
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN.............................................................................2
1.3 MANFAAT DAN KEGUNAAN......................................................................3
1.4 TEMPAT DAN WAKTU................................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4
2.1 Ekologi Laut Tropis......................................................................................4
2.1.1 Mangrove..............................................................................................4
2.1.2 Lamun...................................................................................................5
2.2 Ciri-Ciri Ekologi Laut Tropis.........................................................................8
2.3 Rantai Makanan..........................................................................................9
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Ekologi Laut Tropis........................................11
2.4.1 Faktor Fisika.......................................................................................11
2.4.2
Faktor Kimia..................................................................................12
iii
3.2 Lamun.......................................................................................................23
3.2.1 Alat dan Bahan...................................................................................23
3.2.2 Prosedur Kerja....................................................................................24
3.3 Terumbu Karang........................................................................................25
3.3.1 Alat Dan Bahan...................................................................................25
3.3.2 Prosedur Kerja....................................................................................26
4. DATA HASIL PENGAMATAN..........................................................................28
4.2 Data Pengamatan.....................................................................................28
Pada praktikum lapang Ekologi Laut Tropis di Pantai Kondang Merak
didapatkan hasil pengamatan dari stasiun mangrove, lamun, dan terumbu
karang............................................................................................................. 28
4.1.1 Mangrove............................................................................................28
4.1.3 Terumbu Karang.................................................................................31
4.2 Data Perhitungan......................................................................................31
4.2.1 Mangrove............................................................................................31
4.2.2 LAMUN...............................................................................................41
4.2.3 Terumbu Karang.................................................................................43
5. PENUTUP.......................................................................................................45
5.1. Kesimpulan..............................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
LAMPIRAN......................................................................................................... 49
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mangrove...........................................................................................4
Gambar 2. Lamun (Sumber: Google Image, 2016)..............................................5
Gambar 3. Terumbu Karang (Sumber: Google Image, 2016)...............................7
DAFTAR TABEL
vi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem
merupakan
satu
kesatuan
antara
komunitas
dengan
keanekaragaman
jenis
dalam
suatu
komunitas
dengan
Karang.
Interaksi
ketiganya
telah
diketahui,
namun
jarang
vii
Terumbu Karang merupakan kawasan yang miskin nutrisi. Hutan Mangrove dan
Lamun akan menyuplai ketersediaan nutrien di Terumbu Karang sehingga
tercukupi kebutuhan nutrien dikawasannya. Pada sisi yang berbeda, Terumbu
Karang merupakan pelindung Mangrove dan Lamun dari kekuatan ombak.
Hubungan antar ketiganya sangatlah kompleks. Keseimbangan interaksi
Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang sangat vital terhadap dunia perikanan,
keseimbangan nutrien, dan juga masalah ekosistem lainnya.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Manfaat dari praktikum Ekologi Laut Tropis adalah agar dapat memahami
tentang habitat dan siklus hidup dari ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu
Karang.
Kegunaan dari praktikum Ekologi Laut Tropis adalah agar Mahasiswa dan
Mahasiswi dapat mengerti dan memahami keragaman hayati yang ada di
ekosistem Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang pada Transek yang telah
dibuat.
1.4 Tempat dan Waktu
viii
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekologi Laut Tropis
Ekosistem utama pesisir tropis ada tiga yaitu Mangrove, Lamun, dan
Terumbu
Karang.
Interaksi
ketiganya
telah
diketahui,
namun
jarang
ix
Gambar 1. Mangrove
Menurut Bengen dan Dutton (2004) dalam Hidayat (2011), mengelompokkan
fungsi terpenting ekosistem mangrove menjadi 6 bagian, yaitu : (1) Sebagai
pelindung dari erosi yang disebabkan oleh gelombang dan angin.(2) Produsen
bahan organik sehingga bisa menjadikannya sebagai rantai makanan bagi ikan,
kepiting dan udang.(3) Daerah pelindung bagi fauna muda seperti burung,
kelelawar dan sebagai feeding ground dan spawning ground bagi ikan dan udang
tertentu.(4) Sebagai penghasil bahan baku industri.(5) Sebagai pemasok larva
ikan, udang dan biota laut lainnya.(6) Sebagai tempat wisata dan rekreasi.
Ekosistem Mangrove adalah sebuah lingkungan dengan ciri khusus dimana
lantai hutannya digenangi oleh air dimana salinitas juga fluktuasi permukaan air
tersebut sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove ini
sebenarnya masuk ke dalam lingkup ekosistem pantai sebab ia terletak di
kawasan perbatasan laut dan juga darat. Ia terletak di wilayah pantai dan juga
muara sungai. Hutan mangrove, sebagai sebuah hutan yang tumbuh di wilayah
pasang dan surut akan tergenang air di masa pasang dan akan bebas dari
genangan air pada saat air surut. Komunitas yang ada di dalam hutan mangrove
ini sangat adaptif terhadap kadar garam air laut. Sebagai sebuah ekosistem,
hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang juga saling berinteraksi
satu sama lainnya.
2.1.2 Lamun
pengelolan yang tepat dan konservasi padang lamun. Hal tersebut untuk langkah
awal, dibutuhkan lebih banyak data dan informasi untuk mengerti kondisi
ekologis padang lamun sebelum strategi pengelolaan dan konservasi yang tepat
dapat dibuat dan diimplementasikan (Supriadi et al., 2012).
Gambar 2. Lamun(Sumber: Googleimage, 2016).
xi
lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam hal ini padang lamun
merupakan suatu kerangka struktural yang berhubungan dalam proses fisik atau
kimiawi yang membentuk sebuah ekosistem. Mengingat pentingnya peranan
lamun bagi ekosistem di laut dan semakin besarnya tekanan gangguan baik oleh
aktifitas manusia maupun akibat alami, maka perlu diupayakan usaha pelestarian
lamun melalui pengelolaan yang baik pada ekosistem padang lamun.
2.1.3 Terumbu Karang
xii
xiii
tinggi. (3) Penetrasi cahaya matahari yang tinggi. (4) Ekosistem tidak terpegaruh
iklim dan cuaca alam sekitar. (5) Aliran atau arus laut terus bergerak karena
perbedaan iklim, temperatur
berhubungan / berkaitan satu sama lain. (7) Komunitas air asin terdiri dari
produsen, konsumen, zooplankton dan dekomposer.
Wilayah pesisir Indonesia yang berada didaerah tropis merupakan pusat
keanekaragaman hayati yang luar biasa, setidaknya sekitar 30 % total luas hutan
bakau (mangrove) dunia dan 18 % total luas terumbu karang dunia terdapat
diIndonesia dan lebih dari 60 %. Perairan laut Indonesia juga memiliki
karakteristik yang khas. Parameter arus permukaan mengikuti pola musim, yaitu
pada Musim Barat (bulan Desember sampai Februari) arus permukaan bergerak
ke arah timur, dan pada Musim Timur (bulan Juni sampai Agustus) arus bergerak
ke arah barat. Pada Musim Barat, arus permukaan ini mencapai maksimum 65,6
cm/detik dan minimum 0,6 cm/detik, sedangkan pada Musim Timur, arus
permukaan ini mencapai maksimum 59,2 cm/detik dan minimum 0,6 cm/ detik.
Selain itu ekosistem laut daerah tropis juga memiliki ekosistem mangrove yang
sangat luas seperti hutan mangrove yang ada di indonesia(Sodikin, 2011).
Ekosistem laut tropis memiliki beberapa ciri yang berbeda dengan
ekosistem laut di daerah lain seperti : sinar matahari terus menerus sepanjang
tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau) hal ini merupakan kondisi
optimal bagi produksi fitoplankton, memiliki predator tertinggi, jaring-jaring
makanan dan struktur trofik komunitas pelagik, Secara umum terdiri dari algae,
herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi, serta memilki tingkat
keragaman yang tinggi dengan jumlah sedikit apabila dibandingkan dengan tipe
daerah seperti subtropis dan kutub.
2.3 Rantai Makanan
Serasah dari
tumbuhan mangrove ini akan terdeposit pada dasar perairan dan terakumulasi
terus menerus dan akan menjadi sediment yang kaya akan unsur hara, yang
merupakan tempat yang baik untuk kelangsungan hidup fauna makrobenthos.
Mangrove yang gugur sebagai sumber energi bagi organisme perairan Laguna.
Pelapukan serasah yang gugur menghasilkan detritus sebagai sumber bahan
organik yang baik dan penting bagi Mangrove, fitoplankton maupun konsumen
xiv
dimana
yang
berperan
sebagai
produsen
adalah
lamun,
alga
semua
dikonsumsi
oleh
konsumen
tersier, hiu
karang
(Discoverthecoralreef, 2016).
Rantai makanan ialah proses perpindahan energi dan materi dari suatu
organisme pada tingkat trofik terendah ke tingkat trofik yang lebih tinggi. Rantai
makanan merupakan bagian dari jaring jaring makanan.Banyaknya jaring
jaring makanan yang terbentuk dalam suatu ekosistem dipengaruhi oleh
keragaman organisme pada tiap tingkat trofik dalam ekosistem tersebut.Semakin
beragam jaring jaring makanan maka semakin banyak rantai makanan yang
terbentuk. Jaring jaring makanan memiliki alur yang tak linear, organisme di
dalamnya bisa mendapatkan makanan lebih dari satu organisme pada tingkat
trofik dibawahnya. Sementara rantai makanan merupakan bagian dari jaring
jaring makanan yang memiliki alur yang linear.Dalam rantai makanan, organisme
hanya mendapatkan makanan dari satu organisme pada tingkat trofik di
xv
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah thermometer.Dalam
kehidupan
sehari-hari
masyarakat
untuk
mengukur
suhu
cenderung
xvi
asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
Secara umum kerusakan yang terjadi tidak sedikit. Disamping kerusakan
bangunan fisik, ekosistem pesisir pun rusak berat.Masalah erosi, sedimentasi
dan abrasi pun dirasakan sangat mengganggu aktivitas pengembangan dan
pemanfaatan wilayah pesisir.Misalnya, hilangnya penyangga pantai, yaitu hutan
mangrove. Dilain pihak, pengembangan dan pemanfaatan yang dilakukan,
misalnya dengan adanya konversi lahan hutan bakau menjadi tambak tanpa
pertimbangan yang memadai pada gilirannya akan 14 memicu laju erosi,
sedimentasi dan abrasi secara tak terkendali (Anneahira, 2013).
Proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup pada dasarnya akan
dipengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya, suhu
atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum. Wilayah pesisir merupakan
daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan,
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin.Sedangkan ke arah laut
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar.Secara umum kerusakan
yang terjadi tidak sedikit.Disamping kerusakan bangunan fisik, ekosistem pesisir
pun rusak berat.Masalah erosi, sedimentasi dan abrasi pun dirasakan sangat
mengganggu aktivitas pengembangan dan pemanfaatan wilayah pesisir.
2.4.2
Faktor Kimia
xvii
xviii
xix
banyak dan terus menerus oleh pengaruh hujan lebat, penebangan hutan
mangrove maupun pasang surut dapat mengeruhkan perairan, maka ini
akan mempengaruhi fotosintesis dari lamun dan zooxanthela yang hidup
pada karang. Sedimen yang membuat perairan keruh akan berdampak
pada berkurangnya penetrasi cahaya matahari (kecerahan). Tanpa
cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang. Dan ini akan
mempengaruhi persebaran dan kelimpahan lamun serta terumbu karang
secara vertikal dan horizontal.
B. Partikel organik yang berasal dari serasah lamun dan mangrove dapat
mempengaruhi pertumbuhan dari terumbu karang. Tingginya partikel
organik yang tersuspensi diperairan dapat menurunkan fotosintesis dari
lamun dan zooxanthela di perairan. Partikel organik ini akan mengurangi
intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan lamun dan zooxanthella
untuk proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yang terbawa dari
ekosistem
mangrove
ke
ekosistem
lamun
dan
terumbu
karang
untuk
menahan
substrat
dasar.
Penebangan
hutan,
dan
zooxanthella
memperoleh
nutrien
tersebut
xx
ekosistem
terumbu
karang
dapat
berfungsi
sebagai
pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan arus laut. Ekosistem
mangrove juga berperan sebagai habitat, feeding ground, nursery ground,
spawning ground bagi organisme yang hidup di padang lamun ataupun terumbu
karang. Di samping hal-hal tersebut di atas, ketiga ekosistem tersebut juga
menjadi tempat migrasi atau sekedar berkelana organisme-organisme perairan,
dari hutan mangrove ke padang lamun kemudian ke terumbu karang atau
sebaliknya
2.6 Manfaat
xxi
peranan
penting
dalam
upaya
pemanfataan
berkelanjutan
sumberdaya pesisir dan laut, yang memiliki fungsi penting sebagai penyambung
ekologi darat dan laut, serta gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti
abrasi, gelombang dan badai. Disamping itu juga merupakan penyangga
kehidupan sumberdaya ikan, karena ekosistem mangrove merupakan daerah
pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan daerah
mencari makan (feeding ground).
Menurut Halidah (2014), manfaat mangrove adalah sebagi berikut:
(1)Buah mangrove dapat dijadikan sebagai bahan makanan.Hal ini dapat juga
diolah menjadi keripik seperti kacang kapri dan rasanya gurih serta renyah
seperti emping melinjo. (2) Makanan ternak, pada daerah-daerah pantai di
Indonesia daun api-api juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan
kambing. (3) Bioformalin, hal ini dapat dilakukan dengan menyuling daun api-api.
Hasil Penyulingan ini dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang
alami. (4)Sebagai Obat, daunnya dapat diolah dan digunakan untuk mengatasi
kulit yang terbakar dan obat anti fertilitas tradisional oleh masyarakat
pantai.Sebagai kayu bakar untuk rumah tangga dan pembakaran kapur.Kayu ini
juga dapat digunakan sebagai tiang layar dan rusuk perahu serta menghasilkan
bahan kertas berkualitas tinggi. (5) Sebagai tanaman penyerap racun, mangrove
ini meiliki pengaruh dalam penanggulangan materi toksik lain di antaranya
dengan melemahkan efek racun melalui pengenceran (dilusi), yaitu dengan
menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam
jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut. (6) Sebagai
tanaman perintis/reklamasi, tumbuhan ini biasanya tumbuh pada tempat yang
dekat dengan laut, dapat tumbuh pada substrat yang berpasir, berbatu hingga
berlumpur. Mempunyai toleransi yang tinggi pada salinitas air laut dari yang
rendah hingga 30%.
Ekosistem mangrove merupakan suatu tipe ekosistem hutan yang
tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang
tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut. Komunitas tumbuhannya
mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut. Sebagai salah satu
ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis, fisik dan ekonomis. Fungsi ekologis
xxii
hutan mangrove antara lain sebagai pelindung garis pantai, mencegah intrusi air
laut, habitat,feeding ground, nursery ground, spawning ground bagi aneka biota
perairan, tempat bersarang berbagai satwa liar terutama burung, sumber plasma
nutfah, serta sebagai pengatur iklim mikro.
2.6.2 Ekosistem Lamun
Dimana
xxiii
Menurut Arini (2013), Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi dan manfaat
sebagai berikut: (1) Tempat tumbuhnya biota lain, karena fungsinya sebagai
tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan berbagai biota laut. (2) Sebagai
sumber dari plasma nutfah. (3) Mencegah erosi dan mendukung terbentuknya
pantai berpasir. (4) Melindungi pantai dari hempasan ombak dan keganasan
badai disamping melindungi bangunan fisik. Pelindung usaha perikanan dan
pelabuhan-pelauhan kecil dari badai dan hempasan air laut. (5) Bahan baku
untuk berbagai macam kegiatan seperti karang batu dan pasir sebagai bahan
bangunan, karang hitam sebagai bahan perhiasaan, dan berbagai macam
kerang atau moluska yang digunakan untuk hiasan rumah. (6) Dinegara-negara
berkembang, terumbu karang secara tidak langsung merupakan penghasil
protein bagi panduduk. (7) Sebagai obyek wisata untuk rekreasi maupun
penelitian.
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang amat penting bagi
keberlanjutan sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan lautan, dan
umumnya tumbuh di daerah tropis, serta mempunyai produktivitas primer yang
tinggi. Tingginya produktivitas primer di daerah terumbu karang ini menyebabkan
terjadinya pengumpulan hewan-hewan yang beranekaragam. Beberapa jenis
ikan seperti ikan kepe-kepe dan betol menghabiskan seluruh waktunya di
terumbu karang, sedangkan ikan lain seperti ikan hiu atau ikan kuwe lebih
banyak menggunakan waktunya di terumbu karang untuk mencari makan. Udang
lobster, ikan scorpion dan beberapa jenis ikan karang lainnya diterumbu karang
bagi mereka adalah sebagai tempat bersarang dan memijah. Terumbu karang
xxiv
yang
fotosintesis
dalam
jaringan
xxv
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Mangrove
No
Nama Alat
Gambar
Kegunaan
Mengukur luasan
area praktek
Mendokumentasikan
2
Kamera Digital
kegiatan dan
organisme
Spidol Permanen
Untuk membantu
Buku identifikasi
mengidentifikasi
Untuk mencatat
Alat tulis
hasil identifikasi
Bahan yang digunakan pada saat praktikum ekologi laut tropis, yaitu
bagian mangrove. Mangrove akan diamati kepadatan, keragaman, dan
homogenitasnya menggunakan bahan yang ada pada Table 2.
No
1
Nama Bahan
Kantong sample
Gambar
Kegunaan
Untuk menyimpan
spesimen
Mangrove
Mengunjungi stasiun mangrove yang telah ditentukan
Dalam stasiun mangrove terdapat 2 stasiun yang terdiri dari 9
transek. Dimana pada setiap transek terdiri dari3 plot, yaitu
1010, 5 5 , dan 1 1m
Memilih minimal 3 transek untuk identifikasi
Mengidentifikasi genus dari mangrove di setiap transek
mengamati jenis substrat dan kondisi lingkungan serta biota
yang ada disetiap stasiun
Mengambil foto mangrove secara keseluruhan dan bagianbagiannya (bunga, susunan bunga, buah, daun, susunan daun,
letak daun, dan akar).
Mengidentifikasi sample (bagian tumbuhan mangrove)
Menghitung indeks keragaman, kelimpahan dan homogenitas.
3.2 Lamun
Hasil
Adapun alat yang digunakan pada praktikum Ekologi Laut Tropis mengenai
Lamun ialah:
NO
NAMA ALAT
Termometer digital
GAMBAR
FUNGSI
Mengukur temperatur
perairan
Mengukur salinitas
Refraktometer
DO meter
Mengetahui pH suatu
4
perairan
pH meter
Alat yang digunakan pada saat praktikum ekologi laut tropis pengamatan
ekosiste lamun, yaitu:
GAMBAR
No
Nama Alat
FUNGSI
Untuk PembuatanTransek
Mencatat data
LAMUN
Dibuat line transek sepanjang 30 m kearah laut (vertikal dari
garis pantai)
Transek kuadran diletakan dalam setiap line transek dengan
jarak 10 m
Dilakukan pengulangan beberapa kali pada transek kuadran
disetiap stasiun untuk mendapatkan hasil yang akurat
Diamati dan dicatat jenis-jenis lamun
Diambil Gambar hewan yang ditemukan didalam transek
Dicatat hasil indentifikasi
Dihitung indeks keragaman, kelimpahan dan homogenitas.
Hasil
3.3 Terumbu Karang
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ekologi laut tropis mengenai
terumbu karang ialah:
NO
NAMA ALAT
GAMBAR
FUNGSI
Termometer digital
Refraktometer
Mengukur salinitas
DO meter
pH meter
Perlengkapan Praktikum:
NO
NAMA ALAT
GAMBAR
FUNGSI
Sabak dan
pensil
Buku
3
identifikasi
karang
Untuk transek
Mencatat data
TERUMBU
KARANG
Ditarik Line Intersek (LIT) sepanjang 50m sejajar garis pantai
Dicatat kategori / bentuk pertumbuhan karang yang berada tepat
di bawah garis transek
Diidentifikasi jenis karang yang berada di bawah transek
Dicatat dengan form data lapang terumbu karang
Dicatat hasil indentifikasi
Hasil
BAB IV
Transe
k
1 (A)
2 (B)
3 (C)
Pohon
Jenis
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
A
B
Belta
ind/10m2
Rata2
d (Cm)
ind/5m2
Rata2
d (Cm)
4
0
4
5
0
0
0
2
1
0
0
0
3
3
0
0
0
0
0
0
5
0
12.10
0.00
14.37
22.80
0.00
0.00
0.00
22.13
11.78
0.00
0.00
0.00
10.90
19.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
34.30
0.00
0
0
0
1
0
3
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0.00
0.00
0.00
2.10
0.00
3.20
0.00
5.64
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Semai
Rata2
d
ind/1m2
(Cm)
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
2
1.307
0
0.000
0
0.000
5
0.003
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
4
1.040
0
0.000
C
D
E
F
G
H
I
J
0
0
1
1
0
0
0
0
0.00
0.00
34.40
21.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0
7
0
0
5
0
0
0
0.00
3.41
0.00
0.00
3.59
0.00
0.00
0.00
0
0
0
0
0
0
0
0
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Stasiun 2
Transe
k
4 (D)
5 (E )
Pohon
Jenis
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Belta
ind/10m2
Rata2
d (Cm)
ind/5m2
Rata2
d (Cm)
4
0
3
0
0
0
0
2
0
0
3
0
0
0
0
5
0
0
0
0
16.38
0.00
20.94
0.00
0.00
0.00
0.00
37.89
0.00
0.00
19.42
0.00
0.00
0.00
0.00
22.70
0.00
0.00
0.00
0.00
4
4
0
0
0
0
0
0
0
1
3
0
0
0
0
3
0
0
0
0
5.26
4.86
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
8.05
2.77
0.00
0.00
0.00
0.00
4.10
0.00
0.00
0.00
0.00
Semai
Rata
2d
ind/1m2
(Cm)
0
0.000
0
0.000
0
0.000
3
1.150
0
0.000
3
0.340
3
0.480
1
0.440
0
0.000
0
0.000
2
0.805
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
4
0.480
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
4.1.2 Lamun
Keterangan:
Kelas Penutupan Substrat %Penutupan Nilai Tengah (M) (%)
5
- Semua
50 100
75
25 50
37.5
12.5 25
18.75
6.25 12.5
9.38
< 6.25
3.13
/8
/16 1/8
Transek 1 :
2
0
4
Transek 2 :
1
1
1
2
2
1
2
2
1
0
4
3
2
3
3
3
3
4
1
2
4
2
3
2
2
2
1
3
2
2
3
1
2
1
1
4
2
2
3
3
2
0
1
1
1
3
1
2
4
3
4
2
0
0
2
2
4
2
2
3
3
3
2
2
3
1
2
3
3
2
2
2
3
2
3
2
3
3
2
2
0
1
4
0
2
0
4
0
0
0
1
2
2
1
1
1
2
2
1
0
Transek 3 :
4
Takhir
20 cm
20.13 cm
22 cm
22.12 cm
25 cm
25.15 cm
28 cm
28.20 cm
30 cm
30.22 cm
31 cm
31.25 cm
33 cm
Lenght (I)
Category (Lifeform)
17 m
6.13 m
1.87 m
0.22 m
2.88 m
0.15 m
2.85 m
0.20 m
1.80 m
0.22 m
1.88 m
0.25 m
1.75 m
S
CB
S
CB
S
CM
S
CB
S
CB
S
CM
S
0 25
Kritis/rusak sekali
26 50
Rusak
51 70
Sehat
71 100
Sehat Sekali
Keterengan :
S (Sand)
CM (Coral Massive)
CB ( Coral Branching )
Perhitungan Penutupan Karang :
CM
CB
= 2,33 %
=
= 17,39 %
= 15, 170 %
= 31,836 %
Analisa hasil : Dari data di atas didapat hasil presentase penutupan setiap
spesies pada transek 1 sebesar 17,39% dengan penutupan substratnya 1/8 1/4
bagian ; presentase penutupan setiap spesies pada transek 2 sebesar 15,17 %
dengan penutupan substratnya 1/8 1/4 bagian ; dan presentase penutupan
setiap spesies pada transek 3 sebesar 31,836 % dengan penutupan substratnya
- bagian. Maka, presentase penutupan lamun yang paling tinggi berada
pada transek 3 dengan jumlah penutupan sebesar 31,836 %.
Menurut Brower et al (1990) dalam Nurzahraeni (2014), Pengamatan
akan penutupan lamun merupakan merupakan estimasi presentase luasan
dalam plot transek yang tertutupi lamun. Presentase penutupan lamun sendiri
adalah proposi luas substrat yang ditutupi vegetasi lamun dalam satuan luas
yang diamati tegak lurus dari atas. Pengamatan lamun dilakukan dengan dengan
cara menempatkan transek kuadran 1x1 meter yang dibagi menjadi 100 kisi
dengan ukuran 10x10cm. Kemudian untuk menghitung rata-rata penutupan
lamun digunakan cara hitung yaitu menjumlah nilai presentase penutupan dan
membaginya dengan jumlah kuadran yang digunakan. Hasil rata-rata penutupan
lamun tersebut untuk menetukan kategori tutupan lamun pada suatu perairan.
Kategori tersebut dapat di lihat di tabel berikut :
Presentase Penutupan (%)
0 25
25 50
51 75
75 100
Kategori
Jarang
Sering
Padat
Sangat Padat
CM
= 1,33%
CB
= 2,33 %
Dengan presentase penutupan karang ini didapatkan hasil bahwa pada
penutupan karang penutupan karang Coral Massive (CM) sebesar 1,33 % dan
Coral Branching (CB) sebesar 2,23 %. Jadi total seluruh penutupan terumbu
karang di pantai kondang merak adalah 3, 56%, maka kategori terumbu karang
di pantai kondang merak tergolong kritis atau rusak sekali.
Daerah pada citra hasil klasifikasi dikelompokkan menjadi lima kelas, yaitu
darat, laut, pasir, terumbu karang hidup dan terumbu karang mati. Kelas darat
mewakili daerah yang berada di atas permukaan air. Kelas laut merupakan
daerah yang paling luas dimana kedalamannya kira-kira lebih dari 15 meter.
Dimana informasi mengenai daerah tersebut tidak dapat ditangkap oleh sendor
pemetaan habitat perairan dangkal. Kelas pasir mewakili daerah yang terdiri dari
pasir-pasir halus dan kumpulan pecahan karang-karang mati. Kelas terumbu
karang mati mewakili daerah yang terdiri dari karang mati dan pecahan-pecahan
karang berukuran besar. Kelas terumbu karang hidup mewakili daerah yang
terdiri dari karang-karang yang masih hidup dan dapat tumbuh dengan
baik(Manulang et al., 2014).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
2.
3.
4.
5.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
2016.
http://discoverthecoralreef.weebly.com/food-
Luci.
2012.
Defenisi
Ekosistem
Dan
Defenisi
http:www.defenisiekosistem.pelajaransekolah.html.
Jaringan.
Diakses
pada
Dafiuddin.2012.Pengelolaan
Ekosistem
Terumbu
Karang
Akibat
Konservasi
Timur.
Mangrove
Tesis.
Semarang
Program
Pascasarjana
Universitas Diponegoro
Umiyati, Sri. 2008. Produksi Biomasa. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Vatria, Belvi. 2010. Berbagai Kegiatan Manusia Yang Dapat Menyebabkan
Terjadinya
Degradasi
Ekosistem
Pantai
Serta
Dampak
Yang
LAMPIRAN
Xylocarpus molucensis
Bruguiera gymnorhiza
Xylocarpus rumphii
Rhizophora mucronata
Heritiera littolaris
Xylocarpus granatum
Rhizophora apiculata
Avicennia alba
Cerioptagal
Nypa fruticans
Stasiun 1
Luas area
Jumlah
transek
100
Luasan
0,01
Pohon
Ha
Belta
Ha
Semai
Ha
10
0,03
0,0075
0,0003
A. Pohon
Jumlah tegakan pohon
A
9
B
0
C
7
D
8
E
1
F
1
G
0
H
2
I
1
J
0
Total
29
Diameter pohon
A
46,4
B
0
C
25,265
D
41,9
E
34,4
F
21
G
0
H
22,13
I
11,78
J
0
Total
202,875
B. Belta
Jumlah tegakan belta
A
0
B
0
C
0
D
8
E
0
F
3
G
5
H
1
I
0
J
0
Total
17
Diameter belta
A
0
B
0
C
2,1
D
3,41
E
3,2
F
0
G
9,23
H
0
I
0
J
0
Total
17,94
C. Semai
Jumlah tegakan semai
A
4
B
0
C
0
D
0
E
0
F
2
G
0
H
0
I
5
J
0
Diameter semai
A
1,04
B
0
C
0
D
0
E
0
F
1,307
G
0
H
0
I
0,0034
J
0
Total
11
Total
2,3504
1. Kerapatan jenis(Di)
Tingkat pohon
A
300
B
0
C
233,3333333
D
266,6666667
E
33,33333333
F
33,33333333
G
0
H
66,66666667
I
33,33333333
J
0
Jumlah
966,6666667
Tingkat belta
A
0
B
0
C
0
D
1066,666667
E
0
F
400
G
666,6666667
H
133,3333333
I
0
J
0
Jumlah
2266,666667
Tingkat semai
A
13333,33333
B
0
C
0
D
0
E
0
F
6666,666667
G
0
H
0
I
16666,66667
J
0
Jumlah
36666,66667
Tingkat belta
Tingkat semai
31,03448276
36,36363636
24,13793103
27,5862069
47,05882353
3,448275862
3,448275862
17,64705882
18,18181818
29,41176471
6,896551724
5,882352941
3,448275862
45,45454545
Jumlah
100
Jumlah
100
Jumlah
100
3. Frekuensi jenis(Fi)
Tingkat pohon
Tingkat belta
Tingkat semai
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Jumlah
0,666666667
0
0,666666667
0,666666667
0,333333333
0,333333333
0
0,333333333
0,333333333
0
3,333333333
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Jumlah
0
0
0,333333333
0,333333333
0,333333333
0
0,666666667
0
0
0
1,666666667
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Jumlah
0,333333333
0
0
0
0
0,333333333
0
0
0,333333333
0
1
Tingkat belta
A
0
B
0
C
20
D
20
E
20
F
0
G
40
H
0
I
0
J
0
Jumlah
100
Tingkat semai
A
33,33333333
B
0
C
0
D
0
E
0
F
33,33333333
G
0
H
0
I
33,33333333
J
0
Jumlah
100
5. Penutupan Jenis(Pji)
Tingkat pohon
A
50304,37
B
0
C
17202,26333
D
0
E
0
F
20225,1325
G
0
H
56349,34493
I
0
J
0
Jumlah
144081,1108
Tingkat belta
A
10123,5013
B
3708,2772
C
0
D
0
E
0
F
2639,17
G
0
H
0
I
0
J
10173,9925
Jumlah
26644,941
Tingkat semai
A
2543,498125
B
0
C
0
D
5190,8125
E
0
F
2639,17
G
904,32
H
759,88
I
0
J
0
Jumlah 12037,68063
Tingkat belta
A
0
B
0
C
3,956185914
D
10,43150236
E
9,18624575
F
0
G
76,42606597
H
0
I
0
J
0
Jumlah
100
Tingkat semai
A
38,7689627
B
0
C
0
D
0
E
0
F
61,23062294
G
0
H
0
I
0,000414358
J
0
Jumlah
100
82,69679756
0
53,52533066
73,40492925
30,85125448
19,93380315
0
24,0988239
15,489061
0
300
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Jumlah
0
0
23,95618591
77,49032589
29,18624575
17,64705882
145,8378307
5,882352941
0
0
300
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Jumlah
108,4659324
0
0
0
0
112,7457745
0
0
78,78829315
0
300
Stasiun 2
Luas area
Jumlah
transek
2
100
Luasa
n
0,01
Pohon
Ha
Belta
Ha
Semai
Ha
10
0,02
0,00
5
0,0002
A. Pohon
Jumlah tegakan pohon
A
7
B
0
C
3
D
0
E
0
F
5
G
0
H
2
I
0
J
0
Total
17
Diameter pohon
A
35,8
B
0
C
20,935
D
0
E
0
F
22,7
G
0
H
37,89
I
0
J
0
Total
117,325
B. Belta
Jumlah tegakan belta
A
7
B
4
C
0
D
0
E
0
F
3
G
0
H
0
I
0
J
1
Total
15
Diameter belta
A
8,03
B
4,86
C
0
D
0
E
0
F
4,1
G
0
H
0
I
0
J
8,05
Total
25,04
C. Semai
Jumlah tegakan semai
A
2
B
0
C
0
D
3
E
0
F
7
G
3
H
1
I
0
J
0
Total
16
Diameter semai
A
0,805
B
0
C
0
D
1,15
E
0
F
0,82
G
0,48
H
0,44
I
0
J
0
Total
3,695
1. Kerapatan Jenis(Di)
Tingkat pohon
A
350
B
0
C
150
D
0
E
0
F
250
G
0
H
100
I
0
J
0
Jumlah
850
Tingkat belta
A
1400
B
800
C
0
D
0
E
0
F
600
G
0
H
0
I
0
J
200
Jumlah
3000
Tingkat semai
A
10000
B
0
C
0
D
15000
E
0
F
35000
G
15000
H
5000
I
0
J
0
Jumlah
80000
Tingkat belta
Tingkat semai
41,17647059
46,66666667
12,5
26,66666667
17,64705882
18,75
29,41176471
20
43,75
18,75
11,76470588
6,25
6,666666667
Jumlah
100
Jumlah
100
Jumlah
100
3. Frekuensi Jenis(Fi)
Tingkat pohon
Tingkat belta
Tingkat semai
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Jumlah
2,5
Jumlah
2,5
Jumlah
Tingkat belta
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
40
20
0
0
0
20
0
0
0
20
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Tingkat semai
16,66666667
0
0
16,66666667
0
33,33333333
16,66666667
16,66666667
0
0
Jumlah
100
Jumlah
100
Jumlah
100
5. Penutupan Jenis(Pji)
Tingkat pohon
A
50304,37
B
0
C
17202,2633
Tingkat belta
10123,5013
3708,2772
0
Tingkat semai
A
2543,498125
B
0
C
0
A
B
C
D
E
F
G
H
3
0
0
20225,1325
0
56349,3449
D
E
F
G
H
0
0
2639,17
0
0
D
E
F
G
H
5190,8125
0
2639,17
904,32
759,88
I
J
Jumlah
3
0
0
144081,110
I
J
Jumlah
0
10173,9925
26644,941
I
J
Jumlah
0
0
12037,68063
8
6. Penutupan Relatif Jenis(RPJi)%
Tingkat pohon
A
50304,37
B
0
C
17202,26333
D
0
E
0
F
20225,1325
G
0
H
56349,34493
I
0
J
0
Jumlah
144081,1108
Tingkat belta
A
10123,5013
B
3708,2772
C
0
D
0
E
0
F
2639,17
G
0
H
0
I
0
J
10173,9925
Jumlah
26644,941
Tingkat semai
A
2543,498125
B
0
C
0
D
5190,8125
E
0
F
2639,17
G
904,32
H
759,88
I
0
J
0
Jumlah 12037,68063
A
B
C
Tingkat belta
124,6607508
60,58404483
0
Tingkat semai
A
50,29613674
B
0
C
0
D
E
F
G
H
I
J
Jumlah
0
0
63,4490888
2
0
70,8741662
6
0
0
300
D
E
F
0
0
49,90495719
D
E
F
78,53803416
0
99,00757341
G
H
0
0
G
H
42,92907731
29,22917838
I
J
Jumlah
0
64,85024718
300
I
J
Jumlah
0
0
300
2. Lamun
Transek I
1
2
2
3
2
2
1
1
2
3
2
2
2
3
2
2
1
2
2
3
2
1
2
3
3
2
1
2
3
2
2
2
1
3
1
3
1
2
1
3
2
2
2
2
2
3
1
1
1
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
1
3
1
1
3
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
3
1
1
1
3
1
1
1
2
3
2
1
1
2
0
0
1
0
0
1
1
1
1
2
1
2
2
2
2
2
1
0
1
2
1
2
2
1
2
2
2
2
1
2
0
1
2
1
2
2
2
3
0
0
1
2
1
0
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
1
3
1
1
1
2
0
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
2
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
2
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
2
0
1
1
Transek II
0
1
1
2
1
1
2
1
1
2
Transek III
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
2
2
1
2
1
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
1
1
1
1
1
Keterangan :
C = penutupan tiap spesies (%)
M = % nilai tengah kelas
f = frekuensi
F = asumsi penutupan maksimum (7500)
Hasil perhitungan presentase penutupan lamun:
Kelas
Penutupan Substrat
%Penutupan
- Semua
50 100
75
25 50
37.5
/8
12.5 25
18.75
/16 1/8
6.25 12.5
9.38
< 6.25
3.13
3. Terumbu Karang
Intercept
Tawal
Takhir
3
20
20,13
22
22,22
25
25,15
28
28,20
30
30,22
31
31,25
20
20,13
22
22,22
25
25,15
28
28,20
30
30,22
31
31,25
33
Leght(I)
Category(Lifeform)
17
0,13
1,87
0,22
2,78
0,15
2,85
0,20
1,8
0,22
0,78
0,25
1,75
S
CB
CF
CB
S
CM
S
CB
S
CB
S
CM
S
Keterangan:
S
CB
: Coral Branching
CM
: Coral Massive
CF
: Coral Foliose
2. Lamun
3. Terumbu Karang